• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRESTASI BELAJAR

(Pembelajaran Kimia Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Kimia

Oleh :

SRI YANI WIDYANINGSIH NIM : S831108063

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ii

MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

(Pembelajaran Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)

Disusun oleh:

SRI YANI WIDYANINGSIH NIM : S831108063

Telah disetujui Tim Pembimbing Pada tanggal ……… 2013

Dosen Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I Dr. M. Masykuri, M. Si.

NIP.196811241994031001 ...

Pembimbing II Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. NIP. 19680904 199403 1 001

...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii

DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

(Pembelajaran Kimia Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)

Disusun Oleh SRI YANI WIDYANINGSIH

NIM : S831108063

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Sarwanto, M. Si NIP. 19690901 199403 1 002

………..

Sekretaris Dr. rer nat Sri Mulyani, M.Si. NIP. 19650916 199103 2 003

………...

Anggota I Dr. M. Masykuri, M. Si. NIP.196811241994031001

...

Anggota II Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. NIP. 19680904 199403 1 001

...

Surakarta, Januari 2013 Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP.196107171986011001

Dr. M. Masykuri, M. Si. NIP.196811241994031001

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iv

1. Tesis yang berjudul: “MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR” adalah karya penelitian saya sendiri bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2013 Mahasiswa,

Sri Yani Widyaningsih NIM. S831108063

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tesis Penelitian yang berjudul: “MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR”, telah dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII IPA Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Selama penyusunan tesis ini, penulis menemui berbagai kesulitan serta hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, tesis ini dapat terselesaikan. Segala bentuk bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, sebagai direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si, sebagai ketua program studi Pendidikaan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Haryono, M.Pd, sebagai dosen pembimbing I, yang selalu memberikan pembimbingan, arahan, dorongan, dan perhatian dari penyusunan sampai terselesaikan tesis ini.

4. Drs. Sulistyo Saputro, M.Si. Ph.D, sebagai dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan perhatian hingga terselesaikan tesis ini.

5. Suami dan anak-anak, yang telah memberikan dukungan dan motivasi, dan mengorbankan waktu.

6. Teman-teman program pendidikan sains kimia, atas kerjasama dan bantuannya berupa moral atau material, terkhusus Anatri Destiana yang selalu berjuang bersama dan membantuku.

7. Kepala Madrasah Drs.H. Anang Taufik Gufron M.Ag, Drs Edi Oriento, MSi teman-teman terkhusus Drs. Chotibul Umam M.Pd M.Si, Drs.Edi Prayitno,

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vi

8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 10 Januari 2013

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

Fastabiqul Khoiroth ( berlomba dalam kebaikan )

Infiru khifafan wa tsiqalan “Berjuanglah kamu, saat ada senang maupun susah. (Surah At-Taubah, ayat 41).

Kedukaan adalah berkah, itu tak melukai hati sama sekali, justru itu kesempatan untuk menghirup manisnya sari kehidupan yang berbalut nestapa.

Kasih sayang yang bersumber dari jiwa dan pikiran yang bersih akan senantiasa menyinari kasih sayang bagi sesamanya.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

viii Karya tulisan ini penulis persembahkan untuk:

1. Anak-anakku: Ananta Reza, Dimas Novan, Farah Thirza, raihlah sukses dengan menjadi kreatif, semoga dapat menjadi pegangan betapa mulianya ilmu.

2. Suamiku tercinta, M.Widiyanto yang selalu setia menemaniku, membesarkan hatiku, menghiburku, dan semangat hidupku.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ………. ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...iii

PERNYATAAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

ABSTRAK ... xx

ABSTRAC ...xxi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

x

1. Pembelajaran ... 13

a. Pengertian Pembelajaran ... 13

b. Pembelajaran Kimia... 14

2. Belajar dan Teori-Teori Belajar ... 15

a. Teori Belajar Konstruktivisme ... 16

b. Teori Perkembangan Kognitif ... 17

1). Teori Belajar Penemuan Bruner... 17

2). Teori Belajar Pemrosesan Informasi Gagne... 19

3) Teori Belajar Bermakna Ausubel ... 21

4) Teori Perkembangan Piaget ... 22

3. Model Belajar ... 23

a. Model Inquiry... 25

b. Jenis-jenis Inquiry ... 26

1). Inquiry terpimpin/terbimbing (Guide Inquiry) ... 26

2). Inquiry bebas (Free Inquiry)... 26

3) Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)... 27

c. Beberapa Langkah dalam Inquiry ... 27

4. Modified Free Inquiri (MFI) ... 28

5. POGIL ... 30

6. Aktivitas Belajar ... 32

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi

b). Ranah Afektif ... 39

c). Ranah Psikomotorik ... 40

9. Konsep Elektrolisis... 42

a). Sel Elektrolisis ... 42

b). Elektrolisis Larutan Elektrolit... 47

c) Aspek Kuantitatif dalam Elektrolisis ... 48

B. Penelitian Yang Relevan ... 49

C Kerangka Berfikir ... 53

D. Hipotesis ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

A. Tempat dan waktu Penelitian ... 67

1. Tempat Penelitian ... 67

2. Waktu Penelitian ... 67

B. Metode Penelitian ... 67

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 68

1. Penetapan Populasi... 68

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 69

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 69

1. Variabel Penelitian ... 69

2. Definisi Operasional ... 70

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xii

2. Teknik Non Tes ... 72

3. Teknik Observasi ... 72

F. Instrumen Penelitian... 72

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

2. Instrumen Pengambilan Data ... 72

a. Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif ... 72

b. Tes Kreativitas Siswa ... 73

c. Angket Prestasi Belajar Ranah Afektif dan Aktivitas Belajar ... 73

d. Observasi Psikomotorik... 74

G. Validasi Instrumen ... 74

H. Ujicoba Instrumen ... 75

1. Uji Validitas ... 75

2. Uji Reliabilitas ... 77

3. Uji Daya Kesukaran ... 79

4. Uji Daya Pembeda ... 80

I. Teknik Analisis data ... 82

1. Uji Prasyarat Analis ... 82

a. Normalitas ... 82

b. Homogenitas... 83

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiii

1. Data Aktivitas Siswa ... 86

2. Data Kreativitas Siswa ... 87

3. Data Prestasi Belajar Kognitif ... 87

a. Data Prestasi Kognitif Tiap Sel... 87

b. Data Prestasi Kognitif Kelas MFI dan POGIL ... 88

c. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar... 89

d. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas ... 90

4. Data Prestasi Belajar Afektif ... 91

a. Data Prestasi Afektif Tiap Sel... 91

b. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Model MFI Dan POGIL... 92

c. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar ... 93

d. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas ... 94

5. Data Prestasi Belajar Psikomotorik ... 95

a. Data Prestasi PsikomotorikTiap Sel... 95

b. Deskripsi Frekuensi Prestasi PsikomotorikBerdasarkan MFI dan POGIL... 96

c.Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas... 97

d. Diskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas ... 98

B. Pengujian Prasyarat Analis... 99

1. Uji Normalitas... 99

2. Uji Homogenitas ... 101

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiv

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 130

1. Implikasi Teoritik ... 130

2. Implikasi Praktis ... 131

C. Saran ... 131

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xv

1.1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kimia Konsep Elektrolisis ... 33

2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Modified Free Inquiry MFI)... 29

2.2. Langkah-langkah Pembelajaran POGIL... 31

3.1. Tahapan Penelitian ... 67

3.2. Desain Faktorial ... 68

3.3. Hasil Uji Coba Instrumen………..76

3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen………....78

3.5. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 80

3.6. Hasil Analisis Daya Pembeda ... 81

4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar... 87

4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa... 87

4.3. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Tiap Sel... 88

4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Model MFI dan POGIL .88 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan aktivitas belajar ... 89

4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ... 90

4.7. Deskripsi Data Prestasi Afektif Tiap Sel………92

4.8. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Model MFI dan POGIL.... 92

4.9. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar ... 93

4.10. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas ... 94

4.11. Deskripsi Data Sebaran Prestasi Psikomotorik Tiap Sel...96

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xvi

4.16. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Kognitif... 99

4.17. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Afektif... 100

4.18. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Psikomotorik ... 100

4.19. Hasil Pengujian Homogenitas. ... 101

4.20. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskal Wallis Prestasi Kognitif ... 102

4.21. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis Prestasi Afektif ... 102

4.22. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis Prestasi Psikomotorik………...102

4.23. Nilai Rerata Prestasi Siswa ... 110

4.24. Nilai Rerata Prestasi Siswa Berdasarkan Aktivitas Belajar... 113

4.25. Nilai Rerata Prestasi Siswa berdasarkan Kreativitas Siswa ... 115

4.26. Nilai Rerata Kognitif Siswa Interaksi Antara Model dan Aktivitas ... 117

4.27. Nilai Rerata Afektif Siswa Interaksi Antara Model dan Aktivitas... 117

4.28. Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Aktivitas ... 117

4.29. Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Model dan Kreativitas ... 119

4.30. Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Model dan Kreativitas... 119

4.31. Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Kreativitas ... 120

4.32. Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas ... 121

4.33. Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas ... 121

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xvii

4. 1. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Model MFI dan POGIL... 89

4.2. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar ... 90

4.3. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ... 91

4.4. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Model MFI dan POGIL... 93

4.5. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Aktivitas Belajar ... 94

4.6. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Kreativitas ... 95

4.7. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Model MFI dan POGIL ... 97

4.8. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas Belajar... 98

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id xviii 1. Lampiran 1 Silabus ... 138 2. Lampiran 2 RPP MFI... 141 3. Lampiran 3 RPP POGIL... 153 4. Lampiran 4 LKS MFI ... 166 5. Lampiran 5 LKS POGIL ... 177

6. Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar ... 187

7. Lampiran 7 Soal Angket Aktivitas Belajar ... 189

8. Lampiran 8 Lembar Jawab Angket Aktivitas ... 192

9. Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas ... 193

10. Lampiran 10 Soal Tryout Kreativitas Verbal ... 197

11. Lampiran 11 Lembar Jawab Tryout Kreativitas... 199

12. Lampiran 12 Soal Kreativitas Verbal ... 200

13. Lampiran 13 Lembar Jawab Kreativitas Verbal ... 203

14. Lampiran 14 Kisi-kisi Instrumen Kognitif ... 204

15. Lampiran 15 Soal Tryout Kognitif... 209

16. Lampiran 16 Lembar Jawab Tryout Kognitif ... 216

17. Lampiran 17 Instrumen Penilaian Prestasi Belajar ... 217

18. Lampiran 18 Lembar Jawab Penilaian Prestasi Belajar ... 224

19. Lampiran 19 Kisi-kisi Instrumen Afektif ... 225

20. Lampiran 20 Penilaian Aspek Afektif ... 228

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xix

24. Lampiran 24 Homogenitas Kelas... 237

25. Lampiran 25 Normalitas dan Homogenitas Hasil Penelitian ... 239

26. Lampiran 26 Uji Hipotesis ... 242

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xx

Semester I MAN Parakan Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS, Pembimbing 1: Dr. M. Masykuri, M. Si., II: Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-oriented Guided-inquiry Learning (POGIL), aktivitas belajar, kreativitas siswa, dan interaksinya terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilakukan di MAN Parakan Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling meliputi dua kelas yaitu XII IPA 1 dan XII IPA 2. Model pembelajaran MFI untuk kelas XII IPA1, dan POGIL kelas XII IPA 2. Uji hipotesis menggunakan analisis non parametrik kruskal wallis.

Dari hasil olah data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. 2) ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar afektif, 3) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotorik, 4) ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, 5) ada interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas terhadap: prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotorik, 6) ada interaksi antara aktivitas dan kreativitas pada prestasi belajar afektif dan psikomotorik, 7) ada interaksi antara model pembelajaran, aktivitas dan kreativitas terhadap prestasi belajar: kognitif, afektif, psikomotorik. Model MFI dan POGIL, ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar konsep elektrolisis, MAN Parakan Temanggung.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xxi

Temanggung in Academic Year 2012/2013 1rdSemester ). TESIS. Conselor I: Dr. M. Masykuri, M. Si., II: Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. Sains Education Program of Postgraduate Study, Sebelas Maret University Surakarta, January 2013.

ABSTRACT

The research aims to find out: The effect of the use Modified Free Inquiry (MFI) and Process-oriented Guided-inquiry Learning (POGIL) models, learning activity and student’s creativity, and their interaction toward student achievement.

This research used experimental method, to do in MAN Parakan Temanggung Academic Year 2012/2013. The sample was taken using Cluster Random Sampling which consisted of two classes. They were XII Science 1 and XII Science 2. Teaching model of MFI was conducted for XII Science 1 and teaching model of POGIL for XII Science 2.The hypothesis test used Kruskal Wallis non parametric analysis.

From the analyzing data can be concluded: 1) there was an effect of the use of teaching model toward affective and cognitive learning achievement, 2) there was an effect toward affective learning achievement, 3) was an effect toward psychomotor learning achievement, 4) there was an interaction between teaching models and learning activity toward affective and cognitive learning achievement,5) there was an interaction between teaching model and creativity toward: psychomotor, affective, cognitive learning achievement, 6) there was no interaction between activity and creativity, toward cognitive learning achievement, and there was an interaction between psychomotor and affective learning achievement, 7) there was an interaction between teaching model, activity and creativity toward learning achievement: cognitive, affective, psychomotor electrolysis in MAN Parakan Temanggung.

Keyword: POGIL, MFI, learning activity, student’s creativity, academic achievement.

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Latar Belakang Masalah

Terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan (Permendiknas: 2003). Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, guru memegang peranan penting. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2005:10), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 merupakan salah satu bentuk inovasi kurikulum, mempunyai karakteristik dan tujuan: 1) ketercapaian kompetensi, 2) keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar, 3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan model yang bervariasi 4) siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, guru hanya sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar, 5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pemyempurnaan KBK. Jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah. Salah satu prinsip pengembangan KTSP, bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang bertakwa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Adapun prinsip pelaksanaan kurikulum antara lain: peserta

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. (Permendiknas, 2006).

Prinsip pembelajaran yang diharapkan pemerintah khususnya kimia, belum terlaksana secara maksimal pada Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung, antara lain dapat dilihat dari beberapa hal: (1) metode ceramah dianggap efektif untuk tetap dipakai dalam penyampaian materi, (2) siswa belum dilibatkan secara aktif, hal ini mungkin belum ada kecocokan antara model pembelajaran dengan kondisi siswa yang ada, (3) penggunaan laboratorium kimia yang belum optimal, (4) kreativitas siswa dalam kegiatan di laboratorium belum didukung oleh guru, (5) aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul selama proses pembelajaran, (6) belajar kimia masih berdasarkan buku teks atau teori dan belum mengikuti pembelajaran sains yang sebenarnya, (7) penilaian guru hanya menekankan pada ranah kognitif siswa saja padahal penilaian seharusnya bersifat integratif karena dalam proses pembelajaran dipadukan secara utuh ketiga ranah, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, (8) salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi pembelajaran elektrolisis. Faktor-faktor pada uraian tersebut mengakibatkan perhatian terhadap mata pelajaran kimia sendiri secara umum rendah bagi kebanyakan siswa, sehingga prestasi kimia khususnya materi elektrolisis pada kelas XII IPA MAN ParakanTemanggung belum mencapai hasil yang diharapkan.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil pendataan yang kami lakukan bahwa nilai kognitif pelajaran kimia peserta didik kelas XII IPA, Semester I Madrasah Aliyah Negeri Temanggung pada tahun 2010/2011 untuk materi elektrolisis ditunjukkan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kimia Konsep Elektrolisis.

Dari beberapa kemungkinan penyebab belum tercapainya hasil belajar materi elektrolisis yang maksimal, penerapan model pembelajaran yang belum memperhatikan karakteristik materi dan karakteristik siswa diduga sebagai penyebab utama masalah tersebut. Pembelajaran kimia membutuhkan perhatian dan partisipasi intelektual secara optimal. Materi kimia banyak membahas hal abstrak, dan tidak hanya sekedar memecahkan soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik), tetapi deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, juga merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia.

Materi elektrolisis membahas tentang reaksi elektrolisis, perhitungan, dan aplikasi reaksi elektrolisis dalam industri. Piaget dalam Paul Suparno (2001: 142) mengemukakan, pengetahuan dibedakan tiga yaitu: pengetahuan fisik, matematis-logis dan sosial. Bentuk pengetahuan fisik yang terbentuk dalam penguasaan materi elekrolisis dikonstruksi melalui tindakan siswa ketika mengamati secara langsung alat dan bahan berikut proses percobaan melalui kegiatan eksperimen. Pengetahuan

Kelas Semester Rata-rata nilai Kimia KKM Persentase siswa > KKM (%) Persentase siswa < KKM (%) XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 I I I I 50,94 52,38 55,03 60,16 70 70 70 70 44,12 37,35 37,35 38.71 55,88 67,65 67,65 61,29

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id matematis-logis dibentuk dengan tindakan siswa terhadap obyek secara tidak langsung diterapkan pada stoikiometri elektrolisis, terdapat hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis dengan jumlah listrik yang digunakan. Pengetahuan sosial dibentuk dengan pengalaman siswa terhadap orang lain melalui kerja kelompok.

Bruce Joyce (2009: 9) mengemukakan untuk membantu para siswa dalam meningkatkan kekuatannya sebagai pembelajar (to help student increase their power as learners) dan untuk mencapai ruang lingkup tujuan-tujuan kurikulum (membaca, menghitung, memahami sistem matematika, memahami sains), diperlukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa serta materi yang akan dipelajari, serta sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia. Model pembelajaran yang dipilih harus membawa siswa aktif dalam belajar. Kebebasan berpikir kreatif perlu diberi tempat yang besar dalam pembelajaran. Sejalan dengan paradigma pendidikan bahwa pembelajaran dilaksanakan sesuai kurikulum KTSP mengalami perubahan yaitu dari ”teaching” atau guru mengajar menjadi ”learning” atau siswa belajar.

Implikasi teori Piaget dalam Ratna Wilis Dahar dan Liliasari (1986: 4.2) dalam mengajar kimia diharapkan mampu mengetahui tingkat perkembangan kognitif kongrit dan formal, salah satunya adalah mengundang siswa dengan inquiry. Piaget mengemukakan definisi fungsional inquiry adalah pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol-simbol, menjawab pertanyaan, mencari

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawaban pertanyaan, menghubungkan penemuan-penemuan, dan membandingkan penemuan dengan temannya.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M Saeed Khan (2011), pembelajaran berbasis inquiry merupakan pembelajaran yang secara bersamaan mengembangkan pemikiran tingkat tinggi, berbasis disiplin pengetahuan dan keterampilan praktis dengan menempatkan siswa aktif berperan praktisi (atau pemecah masalah) dihadapkan dengan situasi yang nyata. Karakteristik dasar dari pembelajaran ini adalah berbasis konteks menggunakan situasi “kehidupan nyata”, berfokus pada keterampilan berpikir, memerlukan integrasi disiplin antar pengetahuan, self-directed dan mengembangkan pembelajaran keterampilan seumur hidup dan dapat diterapkan dalam kelompok kecil. Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor (2011): inquiry mampu meningkatkan prestasi akademik siswa dalam pembelajaran biologi, pengajaran berbasis inquiry berprinsip belajar bermakna, menganggap pentingnya penyelidikan dalam proses ilmu pengetahuan, seperti: memungkinkan siswa untuk menggambarkan benda dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan mengkomunikasikan ide-ide.

Bruner dalam Ratna Wilis Dahar dan Liliasari (1986: 4.12) mengemukakan alasan menggunakan inquiry dalam mengajarkan IPA pada umumnya dan kimia pada khususnya karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain: meningkatkan potensi intelektual siswa, menguasai bagaimana melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat, membuat siswa lebih aktif, membentuk dan mengembangkan konsep diri anak, mengembangkan bakat-bakat, menghindar siswa dari belajar menghafal, memberikan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Menurut Guohui dalam Anita Woolfolk (2009): bahwa penerapan inquiry pada elektrolisis, siswa didorong menjadi tertarik tentang larutan elektrolisis dan mampu memecahkan masalah yang diberikan guru. Siswa harus belajar aktif, mengintegrasikan berbagai pengetahuan, dan keterampilan, serta mampu bekerja sama. Peran guru memberi dukungan, bukan arah, jadi inquiri merupakan pembelajaran berpusat pada siswa.

Mengajar harus didasarkan pada aktivitas-aktivitas siswa, dan mampu membuat siswa aktif. Pendidikan modern menitikberatkan pada aktivitas sejati, yaitu siswa belajar sambil bekerja. Prinsip dari aktif yaitu keinginan untuk berbuat dan bekerja (Oemar Hambalik, 2011). Guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, administrator, evaluator. Teori pengetahuan Piaget dalam Paul Suparno (2001:143) menyebutkan, melalui kegiatan siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan, keaktifan dalam mengolah data, bertanya secara aktif dan mencerna bahan dengan kritis maka siswa akan menguasai bahan dengan lebih baik. Jadi aktivitas belajar adalah faktor internal siswa yang turut menciptakan keberhasilan pembelajaran.

Selain aktivitas belajar, kreativitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Menurut Fuad Nashori dan Rachmy (2002) kreativitas adalah kemampuan menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Pidato Menpora dalam memperingati hari Sumpah Pemuda ke-84 ”kreativitas tidak muncul begitu saja, kreativitas yang handal didukung oleh ilmu pengetahuan yang memadai, kreativitas membuka peluang untuk berpikir dan mengerjakan hal-hal baru”. Orang yang kreatif

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Kreativitas merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia, serta merupakan salah satu kualitas manusia yang sangat penting. Dengan memiliki kemampuan kreatif siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Kreativitas akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi, akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, memunculkan aktivitas belajar yang tinggi, sehingga prestasi belajar yang dicapai juga tinggi.

Dari beberapa pertimbangan pembelajaran yang dipilih pada penelitian ini, adalah pembelajaran berbasis inquiry yaitu: model pembelajaran MFI (Modified Free Inquiry) dan POGIL (Process-Oriented Guided Inquiry Learning). Kedua model tersebut mempromosikan strategi penyelidikan dan nilai serta sikap misalnya: mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, penjelasan, dan menyusun kesimpulkan, dicuplik dari Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor (2011). Dalam MFI siswa diharuskan merencanakan garis besar prosedur penelitian atau membuat langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah sedangkan guru hanya menyiapkan masalah dan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan siswa. Siswa diberi kebebasan yang cukup luas untuk memecahkan masalah. Guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberi bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswanya tidak frustasi atau gagal dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan masalah, bukan

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjelaskan apa yang harus dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Sedangkan menurut David M. Hanson (2006) POGIL adalah pembelajaran yang berbasis: kooperatif, inquiry terbimbing, dan metakognisi. Kegiatan POGIL, siswa mendapatkan instruksi dan bimbingan penuh dari guru dimulai dari penyusunan hipotesis sampai pada kesimpulan.

Pembelajaran MFI dan POGIL adalah pembelajaran yang dimulai dengan data, antara lain berupa: grafik, peta, atau gambar. Siswa mengeksplorasi data, melalui pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan data. MFI dan POGIL adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan peran individu untuk terlibat penuh dalam proses pembelajaran.

Nana Sudjana (1989: 3) mengatakan “penilaian hasil belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran.Tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”. Pada pembahasan elektrolisis dengan model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) yang merupakan alat untuk mencapai tujuan menggunakan klasifikasi hasil belajar yang meliputi ranah kognitif (meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif (meliputi menerima, merespon, menghargai, penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotorik (meliputi gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan ketrampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif).

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan karakteristik materi pembelajaran elektrolisis, kondisi siswa, dan lingkungan belajar, serta sarana prasarana MAN Parakan Temanggung, maka penulis menggunakan model pembelajaran yang berbasis inquiry, sehingga siswa diharapkan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan reaksi-reaksi elektrolisis dari berbagai larutan, serta mampu mengaplikasikan dalam penyelesaian soal yang bervariasi, sehingga mengalami peningkatan prestasi belajar. Kemampuan siswa beraktivitas dan berkreativitas dalam bereksperimen akan sangat menentukan prestasi belajar. Pembelajaran dengan judul ” MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR” pada pembelajaran konsep elektrolisis kelas

XII semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diuraikan beberapa masalah yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu :

1. Sebagian besar guru, belum menggunakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, seuai dengan karakteristik siswa, dan materi yang akan diajarkan. 2. Meskipun sarana cukup memadai, dalam proses pembelajaran kimia

laboratorium belum dimanfatkan secara maksimal sehingga siswa belum dapat mengembangkan kemampuan dalam bekerja secara ilmiah.

3. Ada beberapa faktor internal yang berpengaruh dalam belajar antara lain minat dan motivasi, sikap ilmiah, aktivitas belajar, kreativitas dan konsep diri namun

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi kimia.

4. Kurangnya penggalian aktivitas dan kreativitas menjadikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih akan menampakkan kurangnya respon pada pembelajaran kimia, sehingga akan menurunkan prestasi belajar kimia.

5. Berdasarkan observasi aktivitas siswa selama proses KBM khususnya oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, bertanya dan berdiskusi cenderung masih rendah.

6. Ada beberapa konsep materi yang disampaikan pada kelas XII, antara lain reaksi redoks, sel elektrokimia, namun antara konsep yang satu dan lainnya belum saling terkait, sehingga pembelajaran belum bermakna.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan dan Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL)

2. Faktor internal yang diteliti adalah aktivitas belajar dan kreativitas siswa 3. Kategori aktivitas dan kreativitas siswa dikategorikan tinggi dan rendah. 4. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah elektrolisis dengan sub pokok

bahasan sel elektrolisis, reaksi elektrolisis serta hukum-hukum Faraday D. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh menggunakan model MFI dan POGIL pada pembelajaran kimia terhadap prestasi belajar?

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Adakah pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar?

3. Adakah pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar?

4. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar?

5. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar?

6. Adakah interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas terhadap prestasi belajar?

7. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL aktivitas belajar dan kreativitas terhadap prestasi belajar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar. 2. Pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar. 3. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.

4. Interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

5. Interaksi antara model MFI dan POGIL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.

6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar. 7. Interaksi antara model MFI dan POGIL aktivitas belajar dan kreativitas siswa

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Memberi informasi tentang penggunaan model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) pada pembelajaran kimia ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas.

b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) pada pembelajaran kimia ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas.

c. Sebagai acuan dan masukan untuk peneliti lanjutan yang berkaitan dengan penelitian yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Prestasi belajar kimia dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran yang inovatif diantaranya MFI dan POGIL.

b. Memberi masukan pada guru pengajar untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat.

c. Memberi informasi adanya pengaruh yang kuat dari diri siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

d. Bagi siswa dengan model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) ini diharapkan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan menarik.

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Kajian Teori

1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 1 tentang Sisdiknas, yakni ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Oemar Hamalik (2011: 56) mengemukakan, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Udin S.Winataputra (2007:1.20) mengemukakan bahwa ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan konsep pembelajaran menurut Sagala (2010:61) adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan/ atau nilai yang baru. Menurut ahli psikologi tinjauan secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang saling berkaitan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan

model, strategi, metode dan teknik dalam rangka membangun proses belajar. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, mengacu pada penggunaan model, strategi, metode dan teknik dalam rangka membangun proses belajar, sehingga siswa akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Pembelajaran Kimia

Ilmu kimia sebagai disiplin IPA tentu saja memiliki ciri-ciri IPA, sehingga ilmu kimia tidak dapat lepas dari eksperimen-eksperimen. Kimia merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri, (Permendiknas 2006, no 22). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Depdiknas, 2003).

Kindsvatter, Wilen dan Ishler dalam Paul Suparno (2006) menyatakan inquiry, yaitu pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa, dengan melibatkan siswa untuk berpikir aktif dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan hipotesis. Siswa akan akan lebih mengerti apabila menemukan sendiri pengetahuannya dan mengkonstruksi pengetahuan. Menurut Piaget (2001: 142) ada tiga macam pengetahuan, yaitu: fisis, matematis-logis, sosial. Faktor perkembangan kognitif siswa dalam belajar materi elektrolisis meliputi antara lain pengalaman fisik (physical experience) saat observasi melalui interaksi dengan lingkungan, pengamatan pada proses elektrolisis larutan, matematis-logis terjadi pada pemecahan penerapan hukum Faraday, pengalaman sosial terjadi ketika siswa berinteraksi dengan teman/guru saat diskusi. Untuk mampu mengembangkan pengalaman fisik dan sosial, maka diperlukan kegiatan-kegiatan aktivitas belajar yaitu: visual, oral, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, emosional sehingga siswa akan mampu menemukan pemecahan masalah dan menemukan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id konsep pembelajaran elektrolisis dengan kreativitas yang dimiliki siswa, sehingga akan mampu meningkatkan prestasi belajar.

Model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) pada pembahasan kopsep elektrolisis merupakan pembelajaran yang disengaja, terdapat interaksi antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan lingkungannya, yang bertujuan mencapai kemampuan kompetensi siswa secara optimal. Dalam pembelajaran tersebut peran siswa dengan kemampuan aktivitas belajar dan kreativitas tinggi, menentukan keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

2. Belajar dan Teori-teori Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur belajar memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan belajar mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Menurut Syaiful Sagala (2010:12) definisi belajar secara konsepsual adalah: berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian, dalam implementasinya belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Sedangkan menurut Piaget dalam Paul Suparno (2001: 140) pengertian belajar dalam arti luas (operatif) yaitu belajar seseorang yang sifatnya aktif mengkonstruksi struktur dari yang dipelajari, jadi siswa mengetahui suatu struktur yang lebih luas dan tidak terbatas pada situasi tertentu sehingga pengertian bisa dipakai dalam situasi yang lain.

Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya interaksi antara siswa dengan guru; siswa dengan siswa dan

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa dengan sumber belajar sehingga terbangun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh secara bersama sebagai hasil asimilasi pengetahuan barunya ke dalam pengetahuan awalnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Beberapa teori belajar adalah sebagai berikut:

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut kaum konstruktivisme dalam Paul Suparno (2007: 9) belajar adalah proses aktif siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari arti sendiri dari apa yang dipelajari, tanpa keaktifan kognitif yang sungguh-sungguh, siswa tidak akan berhasil dalam proses belajar. Menurutnya pula, belajar merupakan suatu perkembangan berpikir dengan membuat kerangka pengertian yang baru, siswa harus mempunyai pengalaman dalam membuat hipotesa, meramalkan, menguji hipotesa, memanipulasi obyek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, dll. Sedangkan Bruce Joyce (2011: 13) mengemukakan selama proses pembelajaran otak menyimpan informasi, mengolahnya dan mengubah konsepsi-konsepsi sebelumnya, jadi informasi baru akan dikonstruksi otak, jadi bukan hanya sekedar proses menyerap informasi, gagasan, ketrampilan. Pendapat Bruce Joyce tentang sikap konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak sekadar ditransmisikan oleh guru atau orangtua, tetapi dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar dapat merespon informasi dalam lingkungan pendidikan.

Konstruktivisme menurut Piaget (1990) pentingnya faktor internal dalam proses belajar yaitu: tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, konsep diri dan keyakinan. Paul Suparno (2006) menyebutkan bahwa model pembelajaran yang sejalan konstruktivisme adalah inquiry (penyelidikan), melalui

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id model ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan pengajuan hipotesis. Dalam penelitian ini, menggunakan model pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL). Model pembelajaran ini mengutamakan proses, menghendaki siswa berinteraksi dan bekerjasama dengan teman dalam diskusi kelompok untuk mencapai kesuksesan kelompok, melibatkan proses aktif dari subyek untuk merekonstruksi makna, kegiatan dialog dan pengalaman fisik.

Dalam diskusi siswa saling mengungkapkan apa yang ditemukan dalam pemahaman, saling berdebat, untuk mempertahankan gagasannya, ini semua sangat dipengaruhi oleh faktor internal dari siswa yaitu aktivitas belajar dan kreativitas. Diharapkan siswa mengasimilasikan pengetahuan barunya kedalam pengetahuan awalnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya selama proses pembelajaran.

b. Teori Kognitif

1). Teori Belajar Penemuan Bruner

Jarome S. Bruner seorang ahli psikologi dalam bukunya Ratna Wilis Dahar (2006:74) “inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif“. Bruner mengemukakan, pada dasarnya belajar mengajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh dari Jerome Bruner dalam Udin S. Winataputra (2007: 313) dikenal dengan nama model penemuan. Bruner menjelaskan bahwa pendekatan model belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi: 1) perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif (mampu berinteraksi secara aktif

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan lingkungan), 2) mengkonstruksi pengetahuan dengan menghubungkan informasi yang tersimpan sebelumnya. Menurutnya pula, belajar penemuan adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematik, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa untuk mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, dan melatih ketrampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang dimiliki untuk menghasilkan pengetahuan yang benar bermakna bagi dirinya.

Pendapat Bruner dalam Ratna Willis (1986:10.5) inquiry adalah pembelajaran yang menerapkan model belajar penemuan. Materi pelajaran tidak diberikan secara utuh, siswa diberikan konsep materi utama, selanjutnya siswa dibimbing untuk menemukan dan mengorganisasikan konsep secara utuh. Dalam penerapan belajar penemuan peran aktif siswa dalam belajar akan memperoleh pengalaman, melalui eksperimen maka akan menemukan prinsip-prinsip sendiri. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai beberapa keunggulan: pengetahuan bertahan lama, mudah dan lama diingat, hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, meningkatan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Namun menurut Bruner juga, bahwa belajar penemuan murni memerlukan waktu, karenanya belajar penemuan hendaknya diarahkan pada struktur suatu bidang studi, yaitu mempelajari bagaimana konsep atau prinsip dalam bidang studi itu dihubungkan.

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kreativitas siswa sejalan teori Bruner yang merupakan proses penemuan, mengajak siswa untuk menemukan konsep melalui proses eksperimen atau percobaan, yang menuntut kemampuan aktivitas belajar terutama yaitu: oral activities, listening activities, mental activities. Sedangkan kemampuan kreativitas meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berfikir. Pada pembelajaran tersebut siswa diajak langsung untuk menemukan konsep tentang elektrolisis larutan serta reaksi-reaksi elektrolisis melalui percobaan atau praktikum dengan bimbingan guru, baik dilakukan oleh setiap siswa maupun beberapa siswa.

2). Teori Belajar Pemrosesan Informasi Gagne

Definisi belajar menurut Gagne dalam S. Winataputra (2007: 3.30) adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahab pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru. Teori belajar Gagne menurut Ratna Wilis Dahar (1986: 9.3) belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah laku, cukup cepat, dan perubahan relatif tetap. Belajar menyangkut interaksi antara pelajar dan lingkungannya. Gagne dalam buku Ratna Wilis Dahar (2006) mendifinisikan belajar adalah suatu proses suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Kegiatan belajar menurut Gagne mengemukakan delapan fase belajar dalam satu tindakan belajar (learning act) yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa/guru, yaitu: 1) fase motivasi/dorongan atau daya penggerak untuk bertindak atau beraktivitas, 2) fase pengenalan, 3) fase perolehan, pada fase ini siswa telah siap memperoleh pelajaran jika memperhatikan informasi

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang relevan, 4) fase retensi, informasi siswa yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang agar tidak mudah hilang, 5) fase pemanggilan, agar informasi siswa dalam memori jangka panjang tidak hilang, maka siswa harus memperhatikan keterkaitan antar konsep, 6) fase generalisasi, pada fase ini siswa dikatakan berhasil bila informasi yang diperolehnya dari belajar dapat digeneralisasikan atau diterapkan ke dalam situasi nyata, 7) fase penampilan, pada fase ini siswa memperlihatkan secara nyata dari apa yang telah dipelajarinya melalui penampilan yang tampak, 8) fase umpan balik, siswa memperoleh umpan balik dari apa yang telah dipelajarinya.

Fase-fase tersebut, sesuai dengan sintak model MFI dan POGIL yaitu membangkitkan perhatian dengan memunculkan masalah, penyampaian tujuan pembelajaran, mengkaitkan materi sebelumnya dalam hal ini reaksi redoks dan sel volta, membimbing siswa dalam memecahkan masalah, diharapkan sikap siswa memperoleh keterampilan dalam bereksperimen, penguatan dan penilaian, serta upaya meningkatkan retensi dan alih belajar melalui latihan soal untuk menggunakan pengetahuan barunya kapan saja diperlukan. Gagne juga mengelompokkan lima macam hasil hasil belajar kemampuan-kemampuan yang akan diperoleh dalam pokok bahasan, tiga diantaranya bersifat kognitif, yang keempat bersifat afektif dan kelima bersifat psikomotorik.

Pembelajaran MFI dan POGIL siswa dihadapkan suatu masalah, dalam memecahkan masalah sampai menghasilkan konsep, melibatkan kedelapan fase dari Gagne, yang akan menghasilkan hasil pembelajaran yang optimal, dengan munculnya peran aktivitas belajar dan kreativitas siswa. Diharapkan pengalaman

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melalui pembelajaran model MFI dan POGIL yang ditinjau kemampuan aktivitas belajar dan kreativitas siswa mampu berubah dari penerima informasi menjadi menemukan informasi, signifikan dengan Gagne belajar proses dimana individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

3). Teori Belajar Bermakna Ausubel

Belajar menurut David P. Ausubel, seorang ahli psikologi pendidikan, memberikan penekanan terhadap belajar bermakna dan variabel-variabel yang berhubungan dengan jenis belajar. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (2006: 94-95), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: a). cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penerima atau penemuan, yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dengan bentuk penemuan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diberikan, b). cara-cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada.

Belajar penemuan bermakna menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1986: 11.2) adalah belajar jika materi utama yang akan dipelajari tidak diberikan kepada siswa, tetapi ditemukan oleh siswa sendiri sebelum dapat menggunakan, siswa mampu menghubungkan atau mengkaitkan informasi pada pengetahuan (berupa konsep) yang telah dimiliki dan telah ada dalam struktur kognitif siswa yang telah mencapai kejelasan dalam waktu tertentu dan akan lebih bermakna apabila materi yang akan dipelajari relevan kebutuhan saat ini. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep yang telah dipelajari dan diingat siswa. Ausubel menjelaskan pula dalam Udin S. Winataputra (2007) suatu konsep mempunyai arti penting bila sama dengan ide yang dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya,

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id agar konsep yang diajarkan berarti harus ada struktur kognitif siswa untuk disamakan. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang ada/diterima sebelummya.

Belajar penemuan akan bermakna sekali jika terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah. Materi elektrolisis adalah sangat relevan untuk dihubungkan dalam industri dan kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan logam, pelapisan logam, penyepuhan logam. Materi elektrolisis adalah materi yang menuntut kemampuan kognitif reaksi redoks dan sel volta. Melalui model pembelajaran MFI dan POGIL ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas mengajak siswa untuk menemukan konsep reaksi elektrolisis, dan penerapan hukum faraday melalui kegiatan eksperimen larutan elektrolisis. Dengan menggali kemampuan siswa mengaitkan informasi sebelumnya yaitu reaksi redoks dan sel volta sehingga siswa mampu memprediksi reaksi-reaksi elektrolisis dan perhitungan hukum Faraday, melalui bimbingan guru untuk POGIL serta sedikit kebebasan untuk MFI sehingga pembelajaran berdasarkan penemuan dan bermakna. Aktivitas belajar dan kreativitas siswa akan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran dan diharapkan akan terjadi peningkatan prestasi belajar. 4). Teori Perkembangan Piaget

Teori Piaget dalam Udin S.Winataputra (2007: 3.36), terdapat tiga tahap proses perkembanagan intelektual, yaitu: asimilasi, akomodasi, equilibrasi/penyeimbangan. Asimilasi adalah proses perpaduan informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan cirri-ciri tertentu dari situasi yang khusus yang berupa obyek atau kejadian yang baru. Eequilibrasi/penyeimbangan adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang, dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang.

Piaget dalam Paul Suparno (2001:142) mengatakan pengetahuan dibangun dalam pikiran seseorang sambil mengatur pengalaman yang terdiri atas struktur mental atau skema yang sudah ada. Untuk memiliki pengetahuan siswa tidak sekedar menerima, namun mencari melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga derajat pengetahuan yang dimiliki terus meningkat. Implikasi terhadap proses belajar mengajar, Piaget membedakan tiga macam pengetahuan pengetahuan melalui pengalaman fisik (yaitu pengalaman langsung obyek dengan lingkungan), pengalaman logis-matematis (dibentuk dengan tindakan siswa terhadap obyek secara tak langsung) dan pengalaman sosial (merupakan proses berpikir yang merupakan aktivitas siswa sendiri melalui pengamatan langsung di lingkungan).

Penerapan Model MFI dan POGIL dengan memperhatikan aktivitas dan kreativitas pada penyampaian materi elektrolisis, adalah membangun pengetahuan tentang konsep elektrolisis, reaksi-reaksi, serta penerapan hukum Faraday, berdasarkan pengalaman fisik dan pengalaman logis-matematis melalui sintak MFI dan POGIL dalam lingkungan laboratorium, sehingga siswa mampu membangun konsep dengan baik, diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar.

3. Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD (Panduan Pengembangan Silabus, Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2008). Model

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajar dapat didefinisikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu. Di dalam pola pembelajaran terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan kegiatan guru-siswa dalam peristiwa pembelajaran (sintaks). Setiap tahapan merujuk pada rasional dan teori belajar tertentu, sehingga membedakan satu dengan model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran merupakan disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

Selanjutnya Bruce Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

MFI dan POGIL bagian dari model pengajaran latihan penelitian (inquiry training). Model pembelajaran ini menerapkan dengan mempertemukan siswa dengan masalah yang sedikit membingungkan, memunculkan pertanyaan, melakukan eksperimen, membangun dan menguji gagasan. Sebuah model pembelajaran berperan dalam membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri. MFI dan POGIL merupakan model pembelajaran karena meliputi beberapa rentetan kemampuan siswa yaitu: bagaimana cara siswa: mencapai konsep-konsep, menyusun hipotesis, menggunakan perangkat-perangkat ilmu pengetahuan untuk menguji konsep, menyusun kesimpulan dan presentasi ( learning from presentations), (Bruce Joyce 2009 : 4-7).

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Model Inquiry

Hamndani (2011: 182) menyatakan: model inquiry merupakan salah satu cara belajar yang bersifat mencari pemecahan masalah secara kritis, analis, dan ilmiah menggunakan langkah-langkah untuk menemukan kesimpulan yang didukung oleh data atau kenyataan. Inquiry adalah suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dalam lingkungan belajar dengan langkah-langkah: 1) guru memberikan masalah untuk diteliti siswa, 2) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendapatkan tugas tertentu, 3) siswa meneliti dan membahas tugas, 4) siswa melaksanakan diskusi untuk menyusun kesimpulan dan membuat laporan. Dari teknik inquiry tersebut guru mempunyai tujuan yaitu agar siswa terdorong untuk: melaksanakan tugas, aktif mencari jawaban, meneliti pemecahan masalah, mencari sumber sendiri bersama kelompok, berani mengemukakan pendapat dan merumuskan kesimpulan, dalam bekerja siswa berada. Pengetahuan yang diperoleh model inquiry mempunyai kelebihan antara lain: 1) pengetahuan bertahan lama, 2) hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Hamndani (2011) menyebutkan pula: sesuai Depdiknas (2002) melalui model inquiry, guru mampu menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi gagasan sebelumnya dengan bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses eksplorasi atau pengujian gagasan baru.

M Saeed Khan (2011) menyimpulkan: mengajar kimia melalui metode inquiry kelompok eksperimental dan kelas kontrol, prestasi belajar siswa kinerja kelompok

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id eksperimen berprestasi lebih tinggi pada posting-test signifikan lebih baik daripada kelompok kontrol.

b. Jenis-Jenis Inquiry

Sund and Trowbridge dalam Jacinta (2011: 192) mengemukakan ada tiga macam model inquiry sebagai berikut :

1). Inquiry terpimpin/terbimbing (Guide Inquiry)

Model inquiry terbimbing yaitu guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Model ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan.

2). Inquiry bebas (Free Inquiry)

Pada model jenis ini guru memberikan permasalahan terhadap siswa yang dipandu dalam bentuk pertanyaan, siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali, peran guru sebagai fasilitator. Siswa melaksanakan investigasi untuk memberikan kesimpulan.

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3). Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)

Model ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model inquiry sebelumnya, yaitu: model inquiry terbimbing dan model inquiry bebas. Guru menyediakan masalah dan meminta siswa untuk melaksanakan penyelidikan yang mungkin dalam kelompok. Guru bertindak sebagai nara sumber memberikan bantuan untuk menghindari frustrasi para siswa (Brown et al, 1982.). Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam model ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan model ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari inquiry terbimbing dan tidak terstruktur.

c. Beberapa teknik dalam inquiry.

Suchman dalam Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor (2011) menjelaskan, pada saat menggunakan model inquiry membutuhkan teknik pembelajaran sesuai dengan jenis model inquiry, antara lain: a). inquiry melalui pertanyaan, guru memberikan pertanyaan pada siswa yang sesuai yang akan membantu mereka dalam memperoleh wawasan, b) inquiry melalui demonstrasi konsep ditunjukkan sebagai fakta dan siswa diwajibkan untuk menarik kesimpulan baik melalui pertanyaan guru atau dari pengamatan langsung (Trowbridge dan Sund, 1973), c) inquiry melalui diskusi, pertanyaan diberikan yang akan dipecahkan melalui diskusi, d) inquiry melalui kerja laboratorium, menurut Schein dan Bennis (1965), adalah teknik pendidikan yang didasarkan terutama pada pengalaman

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dihasilkan dalam pertemuan sosial yang oleh pembelajar sendiri dan yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan mengembangkan kompetensi terhadap pembelajaran tentang interaksi manusia.

4. Modified Free Inquiri (MFI)

MFI (Modified Free Inquiry), menurut Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor adalah model pembelajaran yang berbasis inquiry, merupakan perpaduan antara inquiry terbimbing dan inquiry bebas, menggunakan proses pembelajaran berpusat kepada siswa, guru sebagai pemimpin, penilai, fasilitator, dan evaluator, memandu dengan pertanyaan, memberi kebebasan dengan sedikit bimbingan dalam merancang, menyusun alat menentukan bahan, mencari jawaban melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban pemecahkan masalah dalam kerja kelompok, sesuai dengan langkah-langkah ilmiah.

Model pembelajaran MFI membangun interaksi guru dan siswa dan mempertajam lingkungan/suasana saat mengajar. Dalam model pembelajaran terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pembelajaran secara berurutan. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk merancang dan melakukan pemecahan masalah yang telah ditentukan melalui inisiatif sendiri”. Siswa diharuskan merencanakan garis besar prosedur penelitian atau membuat langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah sedangkan guru hanya menyiapkan masalah dan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan siswa. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masalah harus dikurangi. Untuk melakukan model MFI diberikan langkah-langkah kegiatan MFI (Modified Free Inquiry) digambarkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Langkah-Langkah Pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI) Langkah Pokok Kegiatan Pembelajaran Guru Siswa Perumusan masalah

Menjelaskan prosedur MFI Mengikuti prosedur MFI

Menyajikan masalah Mengkaji masalah secara kelompok Merumuskan

hipotesis

Memberikan sedikit bimbingan jika diperlukan

Menyusun hipotesis secara berkelompok

Memberikan kebebasan memilih alat dan bahan eksperimen

Mengambil alat dan bahan untuk eksperimen

Pengumpulan data eksperimen

Memfasilitasi siswa untuk melakukan eksperimen.

Melakukan eksperimen

Menjawab pertanyaan mengenai kegiatan eksperimen

Mengajukan pertanyaan jika diperlukan

Memantau dalam pengambilan data

Melakukan pengamatan, dan pengumpulan data Mengolah data Memberikan kebebasan

dalam mengolah data

Mengolah data

Memantau dengan sedikit bimbingan

Menanyakan sesuatu untuk pemantapan dalam mengolah data.

Membuat kesimpulan

Memberikan kebebasan siswa dalam menarik kesimpulan

Membuat kesimpulan

Memberikan sedikit bimbingan dalam menyusun kesimpulan

Mempresentasikan kesimpulan, hasil diskusi kelompok.

Memberikan penguatan dan

penilaian Menerapkan konsep yang diperoleh dalam latihan soal.

MFI mempunyai kelebihan yaitu: a) membantu perkembangan berpikir siswa, terutama dalam memproses menemukan bermacam-macam keterangan, b) siswa memperoleh penemuan tentang dasar dan ide-ide yang baik, c) siswa terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri, d) siswa akan terdorong bersikap obyektif dan jujur, e) siswa dapat bebas berpikir sesuai dengan kemampuannya, f) siswa

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kimia Konsep Elektrolisis.
Tabel 2. 1 Langkah-Langkah Pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI) Langkah  Pokok Kegiatan Pembelajaran  Guru Siswa Perumusan  masalah
Tabel 2. 2  Langkah-Langkah Pembelajaran POGIL Langkah
Tabel 3.1. Tahapan Penelitian :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi rendahnya penerapan teknologi nilam (adopsi teknologi) di pengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani,

Menerima Surat Pengantar Pindah Program Studi beserta berkas-berkas lainnya (Surat Permohonan Pindah Program Studi dari Mahasiswa, Berita Acara Bimbingan Dosen

[r]

[r]

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa XI IPS 2 SMA Negeri 2 Yogyakarta pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan

dengan data kualitatif yaitu data yang bukan berupa angka yang dapat diolah.. dengan matematika atau statistic, ataupun berupa deskripsi

Komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu kurikulum, guru, siswa, metode-metode, materi, media, dan evaluasiB. Masing- masing komponen tersebut saling