• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat Takayasu Arteritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat Takayasu Arteritis"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

REFERAT

T

T

AKAYASU

AKAYASU

A

A

RTERITIS

RTERITIS

 Pembimbing:  Pembimbing:

Dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP

Dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP

 Penyusun:  Penyusun:

Ayu Cintani Kusuma, S.Ked

Ayu Cintani Kusuma, S.Ked

030.05.043

030.05.043

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Otorita Batam Rumah Sakit Otorita Batam Periode 11 Januari ± 20 Maret 2010 Periode 11 Januari ± 20 Maret 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta Jakarta 2009 2009

(2)

Lembar Persetujuan Referat

Lembar Persetujuan Referat

Referat dibawah ini: Referat dibawah ini: Judul

Judul : : Takayasu Takayasu ArteritisArteritis Penyusun

Penyusun : : Ayu Ayu Cintani Cintani Kusuma, Kusuma, S.ked S.ked (030.05.043)(030.05.043)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam periode 11 Januari ± 20 Maret 2010 di Rumah Sakit Umum Otorita Batam

Penyakit Dalam periode 11 Januari ± 20 Maret 2010 di Rumah Sakit Umum Otorita Batam

Batam, Februari 2010 Batam, Februari 2010

Dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP Dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP

(3)

KATA PENGANTAR 

Rasa syukur saya panjatkan terutama kepada Allah SWT, yang karena rahmatNya saya dapat menyelesaikan referat ini. Tulisan ini saya buat untuk memnuhi tugas kepaniteraan klinik  Ilmu Penyakit Dalam yang sedang berlangsung di RS Otorita Batam. Referat ini berjudul ³Takayasu Arteritis´.

Pada kesempatan ini saya ingin berterima kasih atas bimbingan dan juga segala bantuannya kepada:

1. dr. Afdhalun A. Hakim, Sp. JP, FIHA sebagai pembimbing yang telah memberikan nasihat, saran dan bimbingannya, yang sangat berguna bagi saya dalam menyusun referat ini.

2. Keluarga dan kerabat saya, atas doa dan dukungannya dalam membantu saya menyelesaikan referat ini.

3. Seluruh teman-teman ekpaniteraan klinis yang telah membantu saya.

Akhir kata, saya memohon maaf sebesar-besarnya bila ada kesalahan dalam menyusun referat ini. Dan saya berharap referat ini dapat berguna bagi semua pihak yang telah membacanya.

Batam, Februari 2010

Ayu Cintani K.

(4)

1. KATA PENGANTAR i

2. DAFTAR ISI ii

3. BAB I PENDAHULUAN 1

4. BAB II PEMBAHASAN

a. II. A. VASKULITIS 2

i. II. A. 1. Definisi, etiologi, dan patogenesis 2

ii. II. A. 2. Klasifikasi 3

 b. II. B. AORTA

i. II. B. 1. Anatomi dan Histologi Aorta 4

ii. II. B. 2. Fisiologi Aorta 5

c. II. C. TAKAYASU ARTERITIS

i. II. C. 1. Definisi 6

ii. II. C. 2. Epidemiologi 7

iii. II. C. 3. Etiologi dan Patogenesis 7

iv. II. C. 4. Manifestasi Klinis 8

v. II. C. 5. Diagnosis 13

vi. II. C. 6. Pemeriksaan Penunjang 14

vii. II. C. 7. Diagnosis Banding 15

viii. II. C. 8. Takayasu Arteritis dengan Kehamilan 15

ix. II. C. 9. Penatalaksanaan 16

x. II. C. 10. Komplikasi 18

xi. II. C. 11. Prognosis 19

5. BAB III KESIMPULAN 20

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Takayasu Arteritis adalah penyakit yang jarang, tetapi mempunyai manifestasi klinis yang khas pada fase akhirnya dimana tekanan darah yang diukur pada kedua tangan   berbeda. Takayasu arteritis disebut juga dengan penyakit tanpa nadi ( pulseless disease) adalah  penyakit inflamasi kronik mengenai pembuluh darah besar terutama aorta dan cabang utamanya. Pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh seorang oftalmologis dari Jepang bernama Mikito Takayasu yang melaporkan adanya anastomosis arteriovenosus retina dan hilangnya nadi pada ekstremitas atas. Takayasu arteritis mengenai terutama perempuan. Umumnya penderita berusua 15-30 tahun. Distribusi dari penyakit ini terutama di Negara-negara Asia. Di Indonesia sendiri  belum ada data epidemiologis untuk penyakit ini, karena tergolong denganpenyakit yang jarang.

Pathogenesis yang terjadi pada Takayasu Arteritis adalah inflamasi pembuluh darah mengacu kepada penebalan dinding pembuluh darah, fibrosis, stenosis, dan pembentukan thrombus. Gejala yang timbul dari penyakit ini merefleksikan adanya iskemi organ. Semakin akut inflamasi yang terjadi dapat menghancurkanarteri media dan mengarah kepada  pembentukan aneurisma.

Pemeriksaan gold standard pada Takayasu arteritis dengan angiografi. Berdasarkan  pencitraan tersebut dibagi menjadi enam tipe tergantung tempat lesi inflamasi berada. Klasifikasi ini dibuat untuk mempermudah, karena tempat lesi berada mempengarufi manifestasi dan komplikasi yang akan timbul nantinya.

Pengobatan terutama bertujuan mencapai fase remisi dimana tidak terjadi infalamasi aktif. Dapat di lakukandengan agen immunosupresif seperti kortikosteroid. Terapi bedah dilakukan bila terdapat lesi parah dan telah timbul komplikasi sekunder salah satunya seperti hipertensi akibat stenosis arteri renalis.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

II. A. VASKULITIS

Takayasu arteritis yang merupakan suatu penyakit vaskulits pada pembuluh darah besar. UntUk lebih mengetahui penyakit vaskulitis secara umum, maka saya akan sedikit menjelaskan tentang definisi dan klasifikasi penyakit vaskulitis.(1,2)

II. A. 1. Definisi, Etiologi dan Pathogenesis(1,8)

Vaskulitis adalah sebuah istilah yang terkait dengan kelompok penyakit heterogen yang mengakibatkan peradangan pembuluh darah. Pembuluh darah yang dimaksud adalah sistem vaskular yang terdiri dari arteri yang membawa darah penuh oksigen ke jaringan tubuh dan ena yang membawa kembali darah kurang oksigen dari jaringan ke paru-paru.Vaskulitis dapat mengenai vena, arteri maupun kapiler. Peradangan pada arteri disebut arteritis sedangkan  peradangan pada vena disebut phlebitis.

Etiologi terjadinya vaskulitis masih belum diketahui. Tetapi telah diketahui bahwa sistem imun mempunyai peranan yang besar pada kerusakan jaringan akibat vaskulitis. Sistem imun yang normalnya melindungi organ tubuh pada vaskulitis menjadi hiperaktif karena dirangsang oleh stimulus yang belum diketahui mengakibatka n terjadinya inflamasi.

Ketika inflamasi ini terjadi, hal ini menyebabkan perubahan pada dinding pembuluh darah seperti penebalan dan penyempitan yang pada akhirnya dapat menyebabkan sumbatan   pembuluh darah. Sumbatan pembuluh darah yang berat akan berefek pada jaringan yang

diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut, menimbulkan gangguan perfusi dan distribusi nutrisi ke jaringan, terjadi iskemi, kerusakan bahkan kematian jaringan.

II. A. 2. Klasifikasi Vaskulitis(2,8)

Berdasarkan penyebabnya vaskulitis dibagi menjadi:

(7)

vaskulitis primer adalah vaskulitis yang tidak diketahui penyebabnya. Melibatkan berbagai sistem organ sehingga disebut sebagai vaskulitis sistemik. Vaskulitis primer dibagi kedalam  beberapa grup berdasarkan ukuran pembuluh darah yang terkena. Dengan adanya pembagian

ini dapat menjelaskan mekanisme patogenesis penyakit lebih baik, sehingga dapat diketahui  prognosis dan terapi yang maksimal pada tiap individu yang terkena.

Tabel 1. Klasifikasi vaskulitis primer (8)

Uk uran pembuluh darah Tipe vasulitis

Pembuluh darah besar Giant cell atau temporal arteritis Takayasu¶s arteritis

Pembuluh darah sedang Poliarteritis Nodosa Penyakit Kawasaki Pembuluh darahk ecil Churg-Strauss vasculitis

Wegener¶s granulomatosis Microscopic polyangiitis Henoch-Schönlein purpura Esensial Cryoglobulinemia Vaskulitis hipersensitivitas

Cutaneous leukocytoclastic angiiti

* Klasifikasi berdasarkan International Consensus Conference di Chapel Hill, North Carolina pada tahun

1994

y Vaskulitis Sekunder 

Vaskulitis sekunder terjadi karena adanya penyakit yang mendasari. Contoh keadaan yang dapat menimbulkan vaskulitis antara lain :

(8)

- Kelainan sistem imun : Reumatoid arteritis, SLE, dan sindro m Sjogren¶s - Reaksi alergi : reaksi alergi dari medikasi, terpapar amfetamin atau kokain

- Keganasan : kanker yang dapat berefek pada sel darah misalnya leukemia, lymphoma, dan multiple myeloma

II. B. AORTA

Aorta adalah cabang utama dari pembuluh darah arteri yang membawa darah penuh oksigen untuk nutrisi jaringan.(2)

II. B. 1. Anatomi dan Histologi Aorta(2,5)

Bagian awal aorta muncul keluar dari ventrikel kiri, yang dimulai dari katup aorta. Kedua arteri coronaria jantung bercabang dari pangkal aorta, di atas katup aorta. Aorta kemudian melengkung balik mengelilingi arteri pulmonalis. Tiga pembuluh darah muncul keluar dari arcus aortae ini, yaitu arteri brachiocephalica, arteri carotis communis sinistra, dan arteri subclavia sinistra. Pembuluh-pembuluh ini memasok darah ke kepala dan bagian lengan. Aorta kemudian menuruni badan. Bagian atas diafragma (dalam dada) dipanggil aorta pars thoracalis dan bagian bawah diafragma (dalam abdomen) dipanggil aorta pars abdominalis. Arteri parsthoracalis, jantung, dan pembuluh darah besar lainnya Saat bergerak ke bawah dinding   posterior abdomen, aorta abdomen beredar pada kiri vena cava inferior, bercabang-cabang

menjadi saluran darah utama pada perut dan usus, dan juga ginjal.

Terdapat banyak bentuk cabang yang dapat diketahui dalam sistem vascular abdomen. Bentuk yang paling umum ialah cabang aorta membentuk truncus celiacus, arteri mesenterica superior, dan juga arteri mesenterica inferior. Arteri renalis biasanya bercabang dari aorta abdominalis di antara truncus celiacus dan arteri mesenterica superior.Aorta berakhir dengan   percabangan 2, yaitu arteri iliaca communis sinistra dan arteri iliaca communis dextra untuk 

memasok darah ke anggota tubuh bagian bawah dan pelvis.

Aorta dibentuk dari 3 lapisan: lapisan dalam yang tipis atau disebut intima, lapisan tengah yang tebal disebut media, dan lapisan luar disebut advetisia. Kekuatan aorta terletak di lapisan media, yang terbentuk dari lembaran jaringan elastin yang berlapis dan terjalin satu sama lain

(9)

dalam bentuk spiral sehingga dapat mencegah peregangan maximum. Berdasarkan eksperimen dinding aorta dapat menahan dari ribuan milliliter merkuri tanpa terjadi ruptur. Berbeda dengan arteri perifer, tunika media aorta mengandung otot halus relative sedikit dan kolagen diantara lapisan elastin. Pertumbuhan besar jaringan elastin yang memberikan aorta tidak hanya kekuatan tetapi juga distensibilitas dan elastisitas. Tunika intima aorta adalah lapisan yang tipis dan lembut yang dilapisi dilapisi dengan endotel yang mudah terkena trauma. Tunika adventisia mengandung terutama kolagen dan vasa vasorum yang penting dalam member nutrisi setengah dinding aorta luar, termasuk sebagian besar tunika media.

II. B. 2. Fisiologi Aorta

Selama sistol, aorta terdistensi oleh tekanan darah yang masuk ke dalam aorta oleh ventrikel kiri, dan pada keadaan ini energi kinetik yang diproduksi oleh ventrikel kiri di ubah menjadi energy potensial yang tersimpan di dinding aorta. Selama diastole, energy potensial di ubah kembali menjadi energy kinetic mempertahankan tekanan darah sewaktu diastole, karena saat itu, aorta akan berkontraksi secara pasif.(2)

Sebagai tambahan dari fungsi konduksi dan pompa, aorta juga berperan secara tidak  langsung dalam mengkontrol resistensi vascular sistemik dan kecepatan nadi. Reseptor tekanan yang sama dengan di sinus carotis, terletak di aorta asendens dan lengkung aorta yang mengirim sinyal aferen ke pusat vasomotor di batang otak melalui jaras n.vagus. Peningkatan tekanan di dalam aorta menyebabkan reflex bradikardi dan penurunan resistensi vaskular sistemik dan sebaliknya. Penurunan tekanan meningkatkan nadi dan resistensi vaskular.(2,5)

(10)

c

Gambar 1. Anatomi dan histologi aorta (5)

II. C. TAKAYASU ARTERITIS

II. C. 1. Definisi

Takayasu¶s arteritis disebut juga dengan istilah ³aortic arch syndrome´,  pulseless disease´, ³aortoarteritis´, ³acclusive thromboaorto pathy´, ³young female arteritis´, dan ³reversed coarctation´. Takayasu arteritis adalah penyakit inflamasi kronik yang tidak diketahui  penyebabnya melibatkan aorta dan cabang utamanya. Pertama kali ditemukan pada tahun 1908

oleh seorang oftalmologis dari Jepang bernama Mikito Takayasu yang melaporkan adanya anastomosis arteriovenosus retina dan hilangnya nadi pada ekstremitas atas.(2,5,7)

(11)

II. C. 2. Epidemiologi

Insiden terjadinya Takayasu arteritis adalah 2-6 kasus per juta orang tiap tahunnya. Takayasu mempunyai distribusi di seluruh dunia, tetapi lebih sering ditemukan di Negara Asian. Orang Jepang dengan Takayasu mempunyai insiden lebih tinggi pada keterlibatan lengkungan aorta, sebaliknya orang india dilaporkan mempunyai insiden lebih tinggi keterlibatan abdominal. Kurang lebih 80% pasien dengan Takayasu arteritis adalah wanita. Perbandingan wanita dan pria sekitar 7-8 : 1. Rentang umur saat pertama didiagnosis dari 7 bulan sampai 40 tahun. Tapi kebanyakan pasien berumur antara 15-30 tahun.(1,2,4)

II. C. 3. Etiologi dan Pato genesis(1,2,7)

Takayasu arteritis dikarakteristikkan dengan inflamasi granulomatosa dari aorta dan cabang utamanya, mengarah kepada stenosis, trombosis, dan formasi aneurisma.

Pathogenesis terjadinya arteritis pada Takayasu arteritis adalah terjadi infiltrasi mononuclear dari tunika adventisia di awal penyakit. Perubahan granulomatosa ditemukan di tunika media dengan sel Langerhans dan nekrosis sentral dari serabut elastin dan sel otot polos. Panarterits dengan infiltrasi dari limfosit, sel plasma, histiosisit, dan sel giant terjadi. Pada stadium awal penyakit terdapat inflamasi aktif melibatkan arteritis granulomatosa pada aorta dan   percabangannya, dengan perubahan sekunder pada tunika media dan adventisia. Penyakit ini   berkembang dalam kecepatan yang bervariasi menjadi stadium sklerotik dimana terdapat hyperplasia dari tunika intima, degenerasi tunika media, dan fibrosis tunika adventisia. Selanjutnya terjadi fibrosis dari tunika media dan penebalan aseluler dari tunika intima memperburuk keadaan lumen pembuluh darah. Proses proliferative ini menuntun terjadinya  penyumbatan pada lumen aorta dan percabangannya.

Stenosis terjadi pada 90 % pasien dengan penyakit takayasu arteritis. Pasien sering mempunyai dilatasi poststenotik dan area aneurisma lainnya. Bagian arteri yang mengalamai stenosis menyebabkan berbagai gejala iskemi. Gejala ini bervariasi dari nyeri abdomen setelah

(12)

makan yang terjadi sekunder karena penyempitan arteri mesentrik, hipertensi renal, dan klaudikasio ekstremitas. Aktivasi endothelial mengarah kepada hipercoagulasi dan predisposisi terjadinya thrombosis. Gagal jantung pada pasien takayasu arteritis dapat terjadi akibat dari hipertensi, dilatasi akar aorta, atau myokarditis. T ransient ischemic attacks, gejala cerebrovaskular, iskemi mesentrika, carotidynia, dan kaludikasio dapat terjadi. Gejala dari gangguan vascular dapat diminimalkan dengan pengambangan sirkulasi kolateral dengan onset lambat dari stenosis. Diseksi dinding pembuluh darah atau aneurisma dapat terjadi pada area yang terdapat perlemahan karena inflamasi.

Salah satu hipotesis dalam berkembangnya vaskulitis granulomatosa adalah deposit antigen   pada dinding vascular yang mengaktivasi sel T CD4+, diikuti dengan pengeluaran sitokin

kemotaktik untuk monosit. Monosit ini dibentuk mejadi makrofag yang memediasi kerusakan endotel dan terbentuknya granuloma pada dinding vascular. Sebuah penelitian dengan tikus mendukung hipotesis ini. Ketika sel T yang tersensitisasi ke sel otot polos pembuluh darah di injeksikan kepada tikus, vaskulitis granulomatosa pada arteriol pulmoner terjadi pada 20% dari   populasi tikus. Penelitian terhadap manusa memperkirakan aktivasi sel endotel menaikkan

ekspresi intraselular adhesi molekul 1 (intercellular adhesion molecule-1/ICAM-1) dan sel adhesi molekul vascular (vascular cell adhesion molecule-1/VCAM-1) pada pasien dengan Takayasu arteritis. Immunoglobulin G, immunoglobulin M, dan properdin ditemukan pada specimen yang diambil di lesi pato logis.

II. C. 4. Manifestasi Klinis

Dalam perjalanan penyakitnya, t akayasu arteritis dibagi menjadi dua fase, yaitu:(1,3,7) 1. Fase awal

y Pada fase awal, pasien hanya mengeluh gejala konstitusional. Stadium ini disebut juga

fase sistemik atau pre pulseless. Tanda dan gejala yang terdapat di fase ini antara lain:

o Demam

o Keringat malam o Kelemahan

(13)

o  Nyeri sendi o Batuk 

o  Nyeri dada dan abdomen o Bercak di kulit

y Untuk mendiagnosis Takayasu arteritis pada fase awal sangat sulit karena manifestasi

klinis mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Oleh karena itu, sangat mudah terabaikan. Tetapi bagaimapun juga, mendiagnosis pada awal onset penting karena semakin cepat terapi kortikosteroid diberikan dapat mempengaruhi prognosis.

y Kelainan patologis pada fase ini adalah terlihat adanya granulomatosa atau sel inflamasi

difus pada tunika media dan adventisia. Penebalan tunika intima terjadi pada perubahan sekunder. Infiltrasi perivaskular oleh berbagai sel kadang-kadang terlihat di sekitar vasa vasorum dan mungkin dapat meluas ke jaringan lemak sekitar.

2. Fase akhir 

y Fase akhir disebut juga dengan fase oklusi atau pulseless. Manifestasi klinis dan hasil

  pemeriksaan lainnya berbeda dengan fase awal. Terlebih lagi, manifestasi bervarisi tergantung dimana letak arteritisnya berada, apakah mengenai aorta di dada, aorta abdominal, arteri pada ekstremitas bawah, atau kombinasi dari pembuluh-pembuluh darah ini.

y Durasi berkembangnya penyakit dari fase awal ke fase akhir belum diketahui secara pasti

karena onset awal yang sangat samar. Tetapi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, durasi interval antara fase awal dengan fase akhir bervariasi dari 1 ± 8 tahun.

y Pada fase akhir, gejala sistemik mereda. Tanda dan gejala sekunder dari arteri stenosis

atau oklusi lebih mendominasi antara lain :

o Terdengar bruit pada pembuluh darah yang terkena. Bising jantung juga biasa

ditemukan

o Oklusi dan stenosis dari pembuluh darah brachiocephalic meningkatkan gejala

cerebrovaskular dan visual

o Hipertensi renal biasa terjadi bila aorta suprarenal dan arteri renalis menyempit o Penyempitan difus pada aorta infrarenal dapat menyebabkan klaudikasio pada

(14)

o Lesi pada aorta abdominal tidak selalu terkait dengan abnormalitas nadi pada

lengan karena ada keterlibatan dari lesi pada lengkung aorta juga ikut yang  berperan.

y Gejala-gejala yang terjadi di fase akhir adalah :

Tabel 2. Penemuan klinis pada fase a khir takayasu arteritis(4) Penemuank linis pada fase ahir Taayasu Arteritis

Tanda dan gejala

Gejala kardivaskular 

Bruit, terbanyak pada arteri karotis Carotidynia

Hipertensi Gejala iskemi cerebral

Sakit kepala, vertigo (terutama ketika melihat ke atas) Pucat

gangguan penglihatan (terutama saat melihat matahari langsung) Gejala iskemi pada ekstremitas

Jari-jari (akral) dingin

Mudah lelah dan nyeri pada ekstremitas atas Gejala stenosis aorta dan arteri renal

Sakit kepala Vertigo

 Nafas yang pendek  Hipertensi

Subfebris Pemeriksaan Fisik 

Kelainan nadi pada ekstremitas atas

 Nadi radialis yang lemah sampai menghilang

Perbedaan tekanan darah antara lengan kanan dan kiri Kelainan nadi pada ekstremitas bawah

 Nadi yang lemah  Nadi tidak teraba

(15)

Kelainan oftamologis Penemuan laboratorium

Peningkatan LED CRP positif 

PeningkatanK-globilin

Hal-hal diagnostic yang penting Prevalensi pada wanita muda

Penegakan diagnosis akhir pada fase akhir dengan aortografi Penilaian diagnosis akhir pada fase awal dengan CT atau MRI

Berdasarkan prevalensinya, gejala-gejala pada fase akhir Takayasu arteritis diurutkan sebagai  berikut: (1)

o Lemah atau hilangnya nadi terjadi pada 84-96% pasien berkaitan dengan klaudikasio

tungkai dan perbedaan tekanan darah.

o Bruit vaskular pada 80-94% pasien , biasa terjadi di beberapa tempat terutama mengenai

arteri carotis, subclavia, dan pembuluh darah abdomen.

o Hipertensi yang secara umum disebabkan oleh stenosis arteri renalis terdapat pada

33-83% pasien.

o Retinopati terjadi pada 37% pasien

o Regurgitasi aorta yang disebabkan terjadinya dilatasi dari aorta asendens, penarikan

katup ke pangkalnya, dan penebalan katup terjadi pada 20-24% pasien.

o Gagal jantung berkaitan dengan hipertensi, aorta regurgitasi, dan dilatasi cardiomiopati. o Gejala neurologis sekunder yang disebabkan oleh hipertensi dan atau iskemi, termasuk 

 postural dizziness, kejang dan amourosis. Amaurosis fugax adalah buta total/partial monokuler ipsilateral, berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit. Amaurosis fugax disebabkan emboli pada arteri karotis interna homolateral, yang berasal dari arteri karotis eksterna tetapi dapat pula disebabkan hipo-perfusi atau vaso spasme. Keluhan   berupa ³graying field´ perifer diikuti penyempitan secara progresif sampai berupa titik 

sehingga timbul ³gray-out´ lengkap atau ³black out´ kemudian terjadi penyembuhan dengan urutan sebaliknya.

(16)

o Gejala lainnya seperti dyspnoe, sakit kepala, carotodynia, iskemi myocardial, nyeri dada

dan eritema nodosum.

y Kelainan patologis pada fase ini adalah terjad penipisan dari tunika media, gangguan pada

selat fiber, penebalan tunika adventisia dan penebalan tunika intima. Elastik arteri yang

mempunyai vasa vasorum seperti aorta, cabang utamanya, dan arteri pulmonal selalu terlibat, tetapi arteri muscular seperti arteri perifer tidak terlibat.

y Berdasarkan data terakhir, fase akhir takayasu arteritis dibagi menjadi enam berdasarkan

letak lesi yang dapat dilihat dengan aortografi, yaitu :

Tabel 3. Klasifikasi angiografi Takayasu arteritis terbaru, pada konferensi Takayasu 1994. (1.3.4) Tipe Pembuluh Darah yang Terlibat

Tipe I Melibatkan hanya cabang dari lengkung aorta

Tipe IIa Melibatkan aorta asendes dan lengkung aorta. Cabang dari len gkung aorta juga dapat terlibat. Sisa aorta tidak terlibat

Tipe IIb Melibatkan aorta desendens di toraks dengan atau tanpa keterlibatan aorta asendens atau lengkung aorta dengan cabangnya. Aorta abdominal tidak terlibat.

Tipe III Keterlibatan aorta desendens, abdominal aorta, dan/atau arteri renalis. Aorta asendens dan lengkung aorta beserta cabangnya tidak terlibat

Tipe IV Melibatkan hanya aorta abdominal dan/atau arteri renalis

Tipe V Adalah tipe generalisata, dengan kombinasi jenis tipe yang lainnya Catatan : keterlibatan arteri coroner dan pulmoner harus di catat masing-masing C(+) atau P (+).

(17)

Gambar 2. Tipe lesi Takayasu arteritis berdsarkan angiografi(3)

y Pasien dengan tipe I dan II menunjukkan gejala tipikal dari penyakit ini disebut sebagai

µkebalikan¶ coarctasio aorta dengan tidak adanya nadi pada ekstremitas atas, tekanan darah  pada lengan yang susah terdeteksi, tekanan darah yang lebih tinggi pada ekstremitas bawah,   bruits pada arteri yang kena, dan manifestasi iskemi pada daerah yang terkena. Sebagian   besar memiliki perbedaan tekanan darah > 10 mmHg atau lebih antara kedua lengan, dan kebanyakan menderita hipotensi postural dari pusing sampai pingsan. Retinopati yang  pertama kali ditemukan Takayasu hanya ditemukan pada ¼ pasien dan biasanya berhubungan

dengan keterlibatan arteri carotis.(2)

y Pasien dengan tipe III dan VI dapat bermanifestasi angina abdominal, claudikasi kaki dan

 juga kecenderungan berkembang menjadi hipertensi karena keterlibatan arteri renal.(2)

II. C. 5. Diagnosis

 American College of Rheumatology (ACR) membuat klasifikasi kriteria untuk Takayasu arteritis. Kriteria tersebut antara lain :

(18)

Kriteria Takayasu arteritis oleh ACR 1990

y Umur < 40 tahun atau lebih muda pada awal onset penyakit y Klaudikasio pada ekstremitas

y Pelemahan nadi pada satu atau kedua arteri brachial

y Perbedaan tekanan darah sistolik > 10 mmHg antara kedua lengan

y Terdapat bruit pada satu atau kedua arteri subklavia atau aorta abdominal

y Pada arteriografi didapatkan penyempitan atau penyumbatan aorta, cabang utamanya atau

arteri besar pada ekstremitas atas atau bawah yang bukan disebabkan oleh arteriosklerosis, displasia fibromuskular atau penyebab lainnya.

Untuk menegakkan diagnosis Takayasu arteritis dibutuhkan 3 dari 6 kriteria Tabel 4. Kriteria Takaysu arteritis berdssarkan ACR 1990 (1.3,6)

Penjelasan dari kriteria Takayasu arteritis dari American College of Rheumatology: (1)

y Onset penyakit < 40 tahun , berkembangnya gejala atau tanda yang berhubungan dengan

Takayasu arteritis ditemukan pada tahun < 40 tahun.

y Klaudikasio adalah nyeri pada otot-otot ekstremitas biasa pada tungkai yang timbul saat

aktivitas dan hilang saat istirahat.

y Pelemahan pulsasi nadi arteri brachial pada satu atau kedua arteri brachial.

y Perbedaan tekanan darah >10mmHg pada tekanan darah sistolik di kedua lengan.

y Terdengar bruit pada arteri subclavia dan aorta pada auskultasi pada satu atau kedua

arteri subclavia atau pada aorta abdominal.

y Kelainan arteriografi terlihat adanya penyempitan atau sumbatan pada aorta, cabang

utamanya, atau arteri besar pada proximal ektremitas atas atau bawah, yang bukan disebabkan oleh arteriosklerosis, dysplasia fibromuskular, atau penyebab yang sama;  perubahan biasanya local atau segmental.

y Diperlukan 3 dari 6 kriteria untuk menegakkan diagnosis. Adanya 3 atau kriteria lebih

(19)

II. C. 6. Pemeriksaan penunjang

Dari pemeriksaan laboratorium, LED dan CRP dapat ditemukan meningkat, tetapi hubungan keduanya dengan akktifitas penyakit tidak bermakna dan tidak membantu dalam diagnosis dan laporan telah menyarankan bahwa tes ini tidak lagi dapat diandalkan sebagai penanda untuk  aktivitas penyakit dalam jumlah yang cukup besar patients. Dalam kohort NIH, 50% pasien dalam fase aktif, meskipun tidak terjdi peningkatan reaktan fase akut. Takayasu arteritis tidak  mempunyai serum marker yang spesifik.(3)

Diagnosis dikonfirmasi oleh pencitraan vascular. Angiografi memberikan informasi terbaik  tentang lumen pembuluh dan dapat dikombinasikan dengan angioplasti, jika diindikasikan. Arteriografi aorta lengkap dapat membantu menentukan distribusi dan tingkat keterlibatan. Teknik pencitraan non-invasif vaskular dengan CT, MRI, dan magnetic resonance angiografi dapat membantu memperkirakan tingkat inflamasi dari dinding aorta.(3,4)

II C.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding termasuk vasculitis pembuluh darah besar: inflamasi aortitis (sifilis, tuberculosis, SLE, Rheumatoid arthritis, spondyloartropathies, penyakit Behcet¶s, penyakit Kawasaki, dan arteritis   giant cell ); perkembangan abnormalitas (coarctasio aorta dan Marfan sindrom), dan kelainan patologis aorta lainnya seperti ergotism dan neurofibromatosis. Pencitraan sangat berguna dlaam menyngkirkan diagnosis banding hampir semua secuali arteritis sel giant. Arteritis sel giant seperti Takayasu arteritis yang mengenai arteri besar dan memperlihatkan vaskulitis granulomatosa pada pemeriksaan histologist. Perbedaanya dapat dilihat pada predileksi lesi dan umur penderita.(1,3,6)

II. C. 8. Takayasu Arteritis dengan Kehamilan

Karena Takayasu arteritis terutama mengenai wanita pada masa reproduktif, kaitannya dengan kehamilan perlu dipikirkan. Berdasarkan penelitian Kerr dan kawan-kawan dari 60

(20)

  pasien wanita dnegan Takayasu arterits, semuanya mengalami persalinan normal dengan bayi normal hidup. Hanya satu pasien yang mengalami eksaserbasi penyakit selama kehamilan.(1)

Penelitian dari Hong Kong melaporkan 13 wanita yang mengalami total 30 kehamilan. Selain hipertensi tidak ada lagi masalah obstetric dan tidak ada ibu yang meninggal yang   berhubungan secara langsung dengan kehamilan. Komplikasi maternal dilaporkan pada 12   pasien dari India dengan superimpose preeklamsi, gagal jantung, renal linsufisiensi, dan satu

kasus sepsis post partum. Keterlibatan aorta abdominal dan keterlambatan terapi medis membawa kepada kemungkinan keadaan perinatal yang kurang baik.(1,6)

Fertilitas tidak dipengaruhi oleh penyakit Takayasu, dan kehamilan tidak mencetus eksaserbasi penyakit, tetapi manajemen dari hipertensi itu penting. Hipertensi derajat kedua pada  persalinan adalah faktor resiko untuk perdarahan cerebral, usaha untuk memperpendek masa ini dengan menggunakan persalinan forsep atau ekstrasi vakum merupakan jalan keluar yang baik.

(1,6)

II. C. 9. Penatalaksanaan

Terapi tergantung kepada derajat aktivitas penyakit dan juga komplikasi yang mungkin   berkembang. Aspek yang paling penting dari terapi adalah untuk mengkontrol inflamasi aktif 

dan mencegah kerusakan vaskular lebih lanjut. Terapi dosis tinggi dengan kortikosteroid adalah terapi inisial yang dipertahankan sampai pasien mencapai fase remisi. Diberikan glukokortikoid dalam dosis tinggi (prednisone, 1mg/kgBB/hr). Pasien dengan resistensi kortikosteroid atau relaps membutuhkan terapi agen citotoksik seperti siklofosfamid (2mg/kgBB/hr) atau pilihan lain dengan dosis rendah methotrexat (0,3 mg/kgBB/mgu) atau azatioprin terapi yang dilanjutkan 1 tahun setalah remisi lalu pemberhentiannya dengan bertahap.(1,2)

Indikasi pembedahan pada pengobatan Takayasu arteritis belum ada secara pasti. Pembedahan secara umum dilakukan terutama biasa untuk mengkoreksi hipertensi renovaskular, indikasi lainnya memperbaiki cerebral, memperbaiki aorta/arteri, dan memperbaiki aorta regurgitasi, dan aneurisma. Pembedahan yang dilakukan selama fase aktif lebih membawa resiko besar dan reoklusi. Oleh karena itu seharusnya pembedahan dilakukan pada masa remisi dimana inflamasi sudah mereda salah satu tindakan yang menjanjikan untuk terapi lesi obstruktif 

(21)

dari Takayasu arteritis adalah dengan Percutaneous Transluminal Angioplaty. Percutaneous Transluminal Angioplasty (PTA) adalah suatu tindakan pelebaran pembuluh darah yang mengalami penyempitan (stenosis) dengan menggukan balon kateter . Berdsarkan penelitian, angioplasty pada pasien dengan lesi stenosis mencapai keberhasilan 94% yang diukur dari  peningkatan diameter aorta, penurunan perbedaan tekanan darah, dan penurunan tekanan darah.

Pasien yang berhasil dengan angioplasty juga mengalami perbaikan gejala. Stenosis arteri renalis  paling baik diterapi dengan PTA. Vascular stent dilakukan pada lesi segmen panjang, lesi ostial,   perbaikan stenosisa yang tidak komplit, dan diseksi berefek baik dan efektif. Operasi radikal

untuk aneurisma parsthorakalis direkomendasikan jika terapi paliatif gagal mencegah aneurisma atau untuk meminimalisir resiko pembedahan nantinya.(1,2,8)

II. C 10. Komplikasi

Derajat keparahan Takayasu arteritis menurut Ishikawa dilihat dari adanya komplikasi antara lain; retinopati, hipertensi, aneurisma, dan ao rta regurgitasi, yaitu :(1)

Tabel 5. Klasifikasi klinis takayasu arteritis menurut Ishikawa(1,6)

Komplikasi hipertensi pada penyakit ini terjadi pada 50-60% kasus, tetapi susah untuk  dikenali karena susahnya meraba nadi pada lengan. Hipertensi terjadi karena terjadi stenosis arteri renal dan tanda hemodinamik yang didapat karena coarctasio aorta, tetapi penurunan distensibilitas dan penurunan reaksi baroreseptor juga ikut berkontribusi. Komplikasi mayor  lainnya dari arteritis Takayasu adalah gagal jantung. Gagal jantung terjadi pada 28 % kasus sebagai akibat dari hipertensi sistemik, aorta regurgitasi. Keterlibatan arteri koroner dapat

(22)

menyebabkan angina atau infark myocard. Aneurisma aorta dapat terjadi karena ketika terdapat kerusakan dari jaringan penunjang fibrosa terjadi maka terjadi pelemahan dinding aorta untuk  dilatasi. Aneurisma itu sendiri didefinisikan sebagai dilatasi local dari aorta dan percabangannya yang dapat berbentuk sakular atau fusiform.(1,3,7)

Bagan 1. Persentase morbiditas pada Takayasu arteritis di USA (7)

II. C. 11. Prognosis

Karena penyakit Takayasu tergolong penyakit yang jarang, data mortalitas dan mobiditas sangat terbatas. Menurut  N ational Institutes of Health (NIH) dari studi 60 pasien dengan Takayasu arteritis memperlihatkan tingkat mortalitas sebanyak 3%. Data ini sama dengan data dari Jepang dan Cina Studi NIH yang sama memperlihatkan terdapat 20% pasien mempunyai   penyakit dengan monofasik yang dapat sembuh sendiri, mereka tidak memerlukan terapi

immunosupresif. 80% pasien sisanya yang tidak mempunyai monofasik penyakit mengalami satu kali eksaserbasi, dengan terapi imunosupresi didapatkan hasil remisi 60%. Setengah dari 60% ini mengalami relaps setelah terapi imunosupresi diberhentikan.(1,7)

Morbiditas pasien dengan Takayasu arteritis berhubungan dengan iskemi dan hipertensi serta gagal jantung, transient ischemic attack , stroke, dan gangguan penglihatan diseksi aorta kronik derajat ringan dapa menyebabkan nyeri dada selama bertahun-tahun. Pada umumnya morbiditas berdasarkan keparahan dari lesi dan komplikasinya.(1)

(23)

BAB III

KESIMPULAN

1. Takayasu arteritis tergolong penyakit yang jarang terjadi, terutama mengenai perempuan  pada sekitar umur 15 -30 tahun, dan distribusi terutama di Negara Asia

2. Manifestasi klinis terdiri dari dua fase yaitu fase awal ( pre pulseless) dimana hanya terdapat gejala sistemik dan fase akhir ( pulseless atau oklusi) yang sudah menimbulkan gejala sekunder akibat dari penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah arteri.

3. Diagnosis ditegakkan dengan kriteria ACR tahun 1990, dan angiografi tetap standar emas untuk diagnosis.

4. Empat komplikasi yang paling penting adalah retinopati, hipertensi sekunder, aorta regurgitasi dan pembentukan aneurisma. Empat komplikasi ini mempengaruhi terapi dan  prognosi dari penyakit.

5. Terapi terapi adalah untuk mengkontrol inflamasi aktif dan mencegah kerusakan vaskular  lebih lanjut. Terapi dosis tinggi dengan kortikosteroid adalah terapi inisial yang dipertahankan sampai pasien mencapai fase remisi. Apabila pasien tidak tahan dengan kortikosteroid, digunakan obat-obat sitotoksik.

6. Terapi bedah diindikasikan untuk mengkoreksi hipertensi renovaskular, indikasi lainnya memperbaiki cerebral, memperbaiki aorta/arteri, dan memperbaiki aorta regurgitasi, dan aneurisma. Dilakukan pada fase remisi dimana tidak terdapat aktif inflamasi. Dapat dilakukan PTA, vascular stent dan operasi radikal untuk aneurisma.

(24)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. S L Johnston, R J Lock and M M Gompels. British Medical Journal: Takayasu arteritis a review. Journal Clinical Pathoology 2002 vol 55: 481-486. Available at http://jcp.bmjjournals.com/content/55/7/481.full.html. Accessed February 14th , 2010. 2. Braunwald. Heart disease: A Textbook of Cardiovaskular Medicine. 1997. W.B.

Saunders Company, Philadelphia: 1546, 1572-1573.

3. Gadolinium-enhanced Three-dimensional MR Angiography of Takayasu Arteritis. May 2004 RadioGra phics, 24, 773-786.

4.   Naofumi Matsunaga, Kunniaki Hayashi, etc. Takayasu arteritis: Protean Radiologic Manifestations and Diagnostic.1997. Available at radiographics.rsna.org/content /17/3/579.full.pdf Accessed on February 15, 2010

5. Lawrence M. Witmer, PhD. Clinical Anatomy of Aorta. Department of Biomedical Sciences College of Osteopathic Medicine, Ohio University. Available at: http://www.oucom.ohiou.edu/dbms-witmer/gs-rpac.htm. Accessed on February 15, 2010. 6. S. Vitthala. ISPUB, Takayasu Arteritis & Pregnancy: A Review. The Internet Journal of 

Gynecology and Obstetrics. 2008 Volume 9 Number 2. Available at:www.ispub.com/journal/...internet_journal_of_gynecology_and_obstetrics/.../volume_  6_number_2_6.html. Accessed on February 15, 2010

7. MM Ahmed. Emedicine: Takayasu Arteritis: Rheumatology. Available at http://emedicine.medscape.com/article/332378-overview. accessed on February 14, 2010 8. The Johns Hopkins Vasculitis Center. Takayasu Arteritis. Available at

(25)

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi vaskulitis primer  (8)
Gambar 1. Anatomi dan histologi aorta (5)
Tabel 2. Penemuan klinis pada fase a khir takayasu arteritis (4) Penemuan k  linis pada fase a k  hir Ta k  ayasu Arteritis Tanda dan gejala
Tabel 3. Klasifikasi angiografi Takayasu arteritis terbaru, pada konferensi Takayasu 1994
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya berpendapat demikian kerana aktiviti kebahasaan yang dianjurkan oleh pihak sekolah dapat menarik minat para pelajar untuk menggunakan bahasa kebangsaan yang betul

Hasil analisis regresi adalah dewan direksi berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan dewan komisaris, dewan komisaris independen, komite audit,

Dan juga fakta yang tidak diketahui bahwa resiko penyakit batu empedu berhubungan dengan obesitas seperti peningkatan aktivitas reduktase HMG-CoA dapat

Lalu dilihat dari segi angkatan kerja bahwa angkatan kerja terus menerus meningkat jika dilihat dari komposisi pendidikan, lulusan paling banyak adalah SMA, SMK,

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak

Tidak adanya dukungan dari manajemen puncak terhadap sistem informasi manajemen yang ada, maka dapat dipastikan sistem informasi dalam organisasi tersebut tidak

  Jawaban : catu daya merupakan suatu rangkaian yang berfungsi memberikan daya dan tegangan kepada rangkaian televisi agar televisi tersebut dapat bekerja dengan

[r]