• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PENGGUNAAN INSTAGRAM PADA SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PENGGUNAAN INSTAGRAM PADA SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENGGUNAAN INSTAGRAM PADA SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Citra Dwi Wardhani

139114155

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“God promises to make something good out of the storms that bring devastation to your live” Romans 8:28

“Berjuang dengan kuat selebihnya ikhlaskan, serahkan semua pada Tuhan karena apa yang diinginkan rupanya tidak selalu sesuai dengan yang dikabulkan” (Citra-2019)

“Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai, lulus dengan waktu yang lama memang sangat menyakitkan tapi setidaknya saya tidak pernah menyerah

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus, Bunda Maria yang maha kasih Untuk ibu, bapak, kakak, adik yang selalu mendukung dan mengajarkan saya untuk menjadi pribadi kuat dan pantang menyerah. Terimakasih saya sayang kalian, maaf terlalu lama menunggu saya.

(6)
(7)

vii

PERILAKU PENGGUNAAN INSTAGRAM PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Citra Dwi Wardhani

ABSTRAK

Penggunaan media sosial Instagram sedang marak digunakan oleh banyak orang termasuk siswa-siswa sekolah dasar meskipun terdapat peraturan batasan usia pada pengguna Instagram yaitu minimal memiliki usia 12+. Hal ini tentu memiliki beberapa dampak bagi siswa-siswi sekolah dasar, termasuk dampak yang negatif. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perilaku penggunaan Instagram pada siswa dan siswi sekolah dasar. Partisipan dalam penelitian ini adalah 4 orang anak yang masih bersekolah di sekolah dasar berusia 9-12 tahun dan bertempat tinggal di Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode dokumen kualitatif dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi kualitatif (AIK), menggunakan pendekatan induktif, yakni analisis konvensional. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak sudah menggunakan Instagram sejak dini dengan sangat aktif walaupun terdapat peraturan yang mengatur. Aktivitas yang sering dilakukan adalah mengunggah Instastory, memberikan Like dan mengikuti pengguna lain. Terdapat beberapa perilaku penggunaan Instagram yang sesuai dengan tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir milik Hurlock, seperti anak belajar menyesuaikan diri. Namun, terdapat juga perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan seperti minat terhadap uang. Selain itu, faktor pengawasan orang tua berpengaruh terhadap perilaku penggunaan Instagram pada usia dini. Kata kunci : Instagram, kanak-kanak akhir, sekolah dasar

(8)

viii

INSTAGRAM USAGE BEHAVIOR IN ELEMENTARY STUDENTS

Citra Dwi Wardhani

ABSTRACT

Instagram is being used by many people including elementary student. In the other side Instagram has its own guideline which require the minimal age of its user is 13 years old. This certainly has some impact and might contribute some negative effects to users. This research aimed to Explore Instagram usage behaviour in elementary school students. The participants were 4 elementary students, aged between 9-12 years old and live in Yogyakarta. Data on this research was retrieved by qualitative document method and interview. Data analysis is done by qualitative content analysis method, and inductive approach, which was conventional analysis. This research found that children actively use Instagram from young age despite the Instagram’s guideline. The most frequent activities are uploading Instastory, giving Like and Following other users. These behaviours were in accordance with development stage theory in late childhood by Hurclock, such as adjusting themselves. However, there was a difference result from development stage in late childhood which was interest in earning money. Other than that, parental supervision factor influenced Instagram using in late childhood.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya yang berjudul Perilaku Penggunaan

Instagram pada ketiga partisipan dengan baik. Waktu enam tahun merupakan

waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan karya tulis ini. Waktu yang sangat lama ini memberikan pelajaran untuk selalu bersabar, bersyukur, tidak pernah menyerah, harus bisa keluar dari depresi yang saya rasakan dan menjadi manusia kuat dalam cobaan apapun. Lamanya menyelesaikan karya tulis bukanlah suatu kejahatan karena setiap orang memiliki prosesnya dan kendalanya sendiri. Lama bukan berarti malas dan bukan berarti orang tersebut tidak ingin menyelesaikannya. Rangkul dan bantu karena merasakan kesendirian itu berat. Oleh karena itu, dengan setulusnya saya ucapkan terimakasih kepada mereka yang saya tulis di bawah ini :

1. Tuhan yesus, bunda maria terimakasih untuk selalu memberikan kekuatan dan kesabaran dalam pengerjaan karya ini.

2. Bapak Prof. Dr. A Supratiknya, selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar dan membantu saya disaat saya kesusahan dan merasa putus asa.

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu menyuruh saya untuk segera selesai.

4. Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi dan Albertus Harimurti, S. Psi., M.Hum selaku dosen penguji. Terimakasih atas diskusi dan masukan skripsi sehingga menjadi skripsi yang lebih baik.

(11)

xi

5. Ibu Michael Kristiyani dan Bapak Prayitno Waryadi, yang selalu mendukung saya. Terimakasih untuk menjadi donator utama selama ini, selalu sabar, selalu menguatkan saya dan menjadi orang tua yang selalu ada untuk saya dalam hal apapun itu. Tunggu saya membahagiakan kalian yaa ibu, bapak. 6. Nikolaus Citra Anugrahanto, Emanuel Alejandro Citra dan seluruh keluarga

Citro Suharto serta Sarfat Surachman yang selalu menyemangati saya.

7. Adrian Nada, terimakasih sudah selalu bersabar, mendukung dan menguatkan saya dalam situasi apapun.

8. Deva, Mank, Koleta, Leviana, Bernadea, Ray, Vena, Mbak Reka, Mbak Ria, Ko Rikjan, Clara, Gabby, Vio, Anet, Wira, Kak Ape, Bunda, dan semua orang yang membantu mengerjakan karya ini dan selalu menguatkan saya.

9. Beatrix, Vita, Yayak, terimakasih untuk selalu memberi semangat.

10. Genk Cabe (gabby, clara, vio, leviana, anet, bebing, lia, dewa, kinot, yogi), Genk OMK Gereja (Koleta, Agatha, Nicko, Gerry, Kenny), Nata, Elis, Genk Cublok (Irine, Wulan, Dani, Lina, Nisa, Lia), teman dekatku Fira dan segala genk yang selalu menguatkan saya.

11. Semua pihak yang selalu memberikan pertanyaan kapan lulus dan memberikan hinaan kepada penulis. Terimakasih karena hal tersebut membuat penulis menjadi pribadi yang semakin kuat.

12. Semua orang yang mendoakan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Terimakasih, matur suksme.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Pertanyaan Penelitian ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 1. Manfaat Teoritis ... 7 2. Manfaat Praktis ... 7 BAB II ... 9 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Anak Usia Sekolah Dasar... 9

B. Generasi Net atau Generasi Z ... 12

C. Internet dan Media Sosial Instagram ... 14

D. Perilaku Penggunaan ... 17

(13)

xiii

2. Konten atau unggahan yang di unggah dan dicari oleh pengguna ... 19

3. Waktu dan Tempat ... 20

4. Pengawasan Orang tua ... 20

E. Dinamika Psikologis ... 21

BAB III ... 23

METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 23

B. Fokus Penelitian ... 24

C. Partisipan ... 25

D. Peran Peneliti ... 26

E. Metode Pengambilan Data ... 27

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 29

G. Kredibilitas Penelitian ... 31

BAB IV ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Pelaksanaan Penelitian ... 32

B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ... 33

C. Hasil Penelitian ... 43

1. Mengunggah Fitur Instastrory ... 43

2. Memberikan tanda suka melalui Fitur Like ... 46

3. Mengikuti oranglain melalui Fitur Following ... 49

4. Mengunggah Take Photo ... 53

5. Menandai menggunakan Fitur Tagging ... 59

6. Menggunakan Fitur Explore ... 61

7. Mengirimkan pesan menggunakan Fitur Direct Message ... 63

8. Mendapatkan dan memberikan komentar melalui Fitur Comment... 65

9. Waktu dan tempat dalam menggunakan media sosial Instagram ... 68

10. Paparan Hasil Wawancara Orang tua ... 74

D. Pembahasan ... 88

BAB V ... 88

(14)

xiv

A. Kesimpulan ... 88

B. Keterbatasan penelitian ... 90

C. Saran ... 90

1. Bagi peneliti selanjutnya ... 90

2. Bagi orang tua dan keluarga ... 90

3. Bagi Instagram ... 91

DAFTAR ACUAN ... 92

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identitas Partisipan ... 25

Tabel 2. Tabel Kriteria Perilaku Penggunaan Instagram ... 30

Tabel 3. Rangkuman Pelaksanaan Pengambilan Data ... 32

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 22 Gambar 2. Komentar negatif yang didapatkan P1 ... 67 Gambar 3. Komentar Positif ... 67

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Observasi ... 95 Lampiran 2. Contoh Lembar Persetujuan Partisipan ... 103

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan internet yang sangat pesat cukup berpengaruh terhadap berkembangnya media sosial. Hal ini dibuktikan dari hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 129,2 juta orang menggunakan internet untuk mengakses media sosial (APJII, 2016). Kaplan dan Heinlein (2010) menyatakan bahwa terdapat 6 jenis media sosial yaitu Collaboration Project seperti Wikipedia, Blogs and Micro Blogs seperti Twitter, Content Community seperti Youtube, Social Networking Sites seperti Facebook & Instagram, Virtual Game World seperti World of Warcraft, dan Social Virtual Game World seperti Second Life (Kaplan & Heinlein, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh APJII (2016), Facebook dan

Instagram merupakan media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Hal ini terbukti dari persentase pengguna Facebook sebesar 54% atau sebanyak 71,6 juta orang. Sedangkan pengguna Instagram mencapai persentase sebesar 15% atau sebanyak 19,9 juta orang dari seluruh pengguna internet di Indonesia. Namun meskipun demikian kemudahan dalam mengakses Instagram melalui telepon genggam merupakan kelebihan dari Instagram. Hal tersebut dikarenakan siapapun dapat membagikan konten yang sedang terjadi tanpa diedit dan rekayasa sehingga menarik banyak audiens. Selain itu, Instagram merupakan aplikasi

(19)

berbasis visual sehingga manusia akan lebih mudah menerima informasi dibandingan aplikasi berbasis teks (picodio.com).

Berdasarkan pengamatan Gween, O’Keeffe, Pearson dan CMC (dalam Herdiana, 2016), media sosial memiliki beberapa dampak positif pada anak dan remaja antara lain sosialisasi dan komunikasi. Media sosial dapat membantu anak untuk terhubung dengan teman dan keluarga, membuat teman-teman baru, berbagi foto serta bertukar ide sehingga dapat menambah koneksi tanpa harus bertemu secara langsung. Selain itu, media sosial dapat membantu anak dalam meningkatkan peluang belajar dan membantu siswa terhubung dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas sekolah. Media sosial juga dapat memudahkan anak dalam mencari ataupun mengakses informasi secara online seperti informasi tentang kesehatan.

Media sosial tidak hanya memiliki dampak positif tetapi juga dampak negatif bagi penggunanya. Dampak negatif media sosial salah satunya adalah cyberbullying. Cyberbullying merupakan perilaku menyakiti orang lain dengan menggunakan media digital dalam bentuk informasi palsu, memalukan atau tentang permusuhan yang dapat berdampak pada aspek psikososial seperti depresi, kecemasan, isolasi parah dan bunuh diri (Gween, o’Keefe, Pearson, & CCM, 2011). Dampak negatif lainnya yakni media sosial dapat digunakan untuk melakukan pengiriman, penerimaan atau meneruskan pesan berbentuk foto, gambar konten seksual melalui ponsel, komputer atau perangkat digital lainnya yang sering disebut dengan istilah sexting (Herdiana, 2016). Salah satu media sosial yang menduduki peringkat pertama yang berdampak buruk pada kesehatan

(20)

mental menurut penelitian Royal Society for Public Health bersama Young Health Movement di Inggris yang dilansir dari berita Jogja Update.com (Agung Pratnyawan, 2017) adalah media sosial Instagram.

Instagram (Instant Telegram) merupakan media sosial layanan photo sharing

yang memiliki berbagai fitur, dapat digunakan untuk berinteraksi, berbagi foto dan video serta dapat dibagikan ke berbagai layanan jejaring sosial lainnya.

Instagram memiliki 5 menu utama yaitu Homepage, Popular, News Feed, Take Photo dan Profile yang pada setiap menunya memiliki fitur masing-masing

(Atmoko, 2012). Misalnya saja pada fitur Take Photo, pengguna dapat menggunggah konten foto selfie, foto bersama teman, foto tentang aktivitas keseharian dan lain-lain (Hu, Manikonda & Kambhampati, 2014). Namun, selain konten yang bersifat positif tersebut, peneliti juga mengamati adanya beberapa akun yang membagikan foto maupun video yang tidak senonoh seperti video porno yang diduga merupakan artis MJ. Foto tidak senonoh juga terdapat pada akun Instagram yang peneliti beri inisial GK, akun ini menyebarkan foto-foto wanita setengah telanjang. Selain itu, peneliti mengamati bahwa di Indonesia maraknya anak maupun remaja yang mengunggah konten tidak wajar atau tidak sesuai umurnya. Salah satu contohnya adalah video yang disebarkan salah satu akun berinisial H.ID. Akun tersebut adalah akun yang menyebarkan berbagai foto dan video konyol, terdapat video anak yang belum cuku p usia sudah berpacaran, video anak yang sedang menari seksi di dalam kelas dan masih banyak lagi.

Mengingat dampak negatif penggunaan media sosial tersebut, maka Congress in The Children Privacy Protection Act (COPPA) menetapkan batasan umur

(21)

minimal bagi penggunanya yaitu 13 tahun (dalam O’Keeffe 2017). Demikian juga terjadi pada Instagram yang memiliki batasan umur minimal bagi penggunanya. Namun, implementasi peraturan di Instagram tidak begitu ketat karena fitur syarat dan ketentuan yang memuat batasan umur minimal tersebut tidak dicantumkan ketika pengguna membuat akun baru. Hal ini dikarenakan Instagram memiliki prinsip layanan yang ia berikan terbuka bagi siapa saja, sehingga syarat umur minimal hanya dicantumkan dalam ketentuan dasar yang terdapat pada website

Instagram (Instagram.com). Namun, pengguna dapat melaporkan apabila

menemui pengguna di bawah usia 13 tahun sehingga Instagram dapat memblokir akun tersebut (Instagram. com). Berbeda dengan Facebook, ketentuan dan syarat batasan umur minimal dipersyaratkan ketika pengguna membuat akun baru. Karena kurang ketatnya penerapan aturan pembatasan usia pada media sosial

Instagram, peneliti mengamati dan menemukan pengguna Instagram yang berusia

di bawah 13 tahun. Children’s Commissioner for England (2017) Life in Likes di Inggris melaporkan bahwa 21% anak yang berumur 5-15 tahun memiliki akun

Instagram dengan pengawasan orang tua yang rendah (Life in Likes, 2018).

Sedangkan penelitian yang dilakukan Holloway (2013) pada anak usia 9-12 tahun di Australia mengungkapkan bahwa sebanyak 44% anak-anak di bawah 13 tahun menggunakan situs jejaring sosial yang ditujukan untuk remaja dan orang dewasa. Di samping itu, pada salah satu sekolah swasta di Yogyakarta peneliti menemukan bahwa terdapat 72 anak sekolah dasar dari 121 anak berusia 10 hingga 12 tahun yang sudah memiliki akun Instagram.

(22)

Berdasarkan teori perkembangan, secara psikologis anak berusia 6 - 13 tahun, masuk dalam tahapan perkembangan masa kanak-kanak akhir (Hurlock, 1980). Masa kanak-kanak akhir termasuk ke dalam usia penyesuaian diri atau berkelompok, usia kreatif, usia bermain dan usia bersekolah. Anak cenderung tidak mau menaati peraturan yang dipengaruhi oleh kelompoknya. Anak juga memiliki keinginan untuk mencapai kesuksesan atau ketidaksuksesan dengan membentuk kebiasaan pada dirinya. Mereka juga cenderung menyesuaikan diri dengan kelompoknya supaya dapat diterima oleh kelompok sebayanya dengan cara menyesuaikan standar berbicara, perilaku dan penampilan. Anak-anak pada tahap ini sudah mengerti inti dari sebuah pembicaraan. Pada masa ini fokus anak terhadap perhatian dan dukungan dari teman sebayanya.

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang telah dilakukan di luar negeri mengenai media sosial. Penelitian Risk and Safety on The Internet (2012) di Australia, menunjukkan bahwa 87% partisipan berusia 9-16 tahun melakukan akses internet di rumah dan menemui berbagai resiko seperti cyberbullying dan

sexual images. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan Donell (2018) dengan

menggunakan metode survei dan memiliki subjek berusia 18-27 tahun, menemukan bahwa perilaku mengunggah foto dengan frekuensi tinggi berkorelasi dengan keinginan untuk memperlihatkan identitas personalnya sehingga berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan objektivitas pribadi. Selain itu,

Instagram membuat partisipan merasa diperhatikan dengan adanya fitur Like dan

berfokus pada hubungan sosial sehingga konten yang banyak diunggah adalah bersama teman dan keluarga (Donnell, 2018).

(23)

Selain itu, Children’s Commisioner (2017) melaporkan bahwa pengguna

Instagram yang berusia 8-13 tahun di Inggris berdampak positif dan negatif. Di

sisi positif, media sosial meningkatkan well being dan membantu siswa mengerjakan tugas kelompok. Di sisi negatif, media sosial membuat partisipan menjadi bersedih ketika mendapatkan komentar negatif mengenai dirinya. Secara khusus di Indonesia, penelitian yang dilakukan Puskakom (2017) melibatkan anak berusia 7-17 tahun yang menggunakan berbagai media sosial didapatkan hasil bahwa Instagram menjadi media sosial yang paling banyak di akses setelah

Facebook. Selain itu, berbagai media sosial tersebut memiliki dampak positif dan

negatif serta faktor orang tua berperan penting (Puskakom, 2017).

Berdasarkan dari penelitian-penelitian diatas, secara khusus merujuk pada Puskakom (2017), penelitian ini memilih partisipan di bawah 13 tahun. Pemilihan usia tersebut didasarkan pada kontradiksi antara peraturan yang dicantumkan

Instagram dengan praktik penggunaan Instagram di bawah 13 tahun di Indonesia.

Pemilihan metode eksploratorik diharapkan dapat memperkaya data terkait etika dan literasi digital pada kelompok yang dianggap rentan yakni kelompok kanak-kanak; sebagaimana, dibahas Choi dan Lawallen (2017).

B. Pertanyaan Penelitian 1. Pertanyaan Utama

Bagaimana perilaku penggunaan Instagram pada siswa dan siswi di Sekolah Dasar?

(24)

2. Pertanyaan Turunan

- Bagaimana aktivitas yang dilakukan di Instagram terkait dengan fitur? - Bagaiman konten atau unggahan yang diunggah?

- Berapa kali dalam satu hari membuka aplikasi media sosial Instagram? - Dimana saja mengakses Instagram dan menggunakan apa?

- Bagaimana pengawasan orang tua terhadap penggunaan partisipan dalam menggunakan Instagram?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkah laku partisipan dalam menggunakan media sosial Instagram terkait dengan aktivitas yang dilakukan, konten atau isi yang terdapat didalam unggahan pada media sosial

Instagram. Sehingga, dapat mengetahui kesesuaian aktivitas dengan tahap

perkembangan partisipan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis tentang ilmu psikologi mengenai penggunaan media sosial Instagram di kalangan siswa-siswi Sekolah Dasar dan dapat digunakan untuk mengembangkan teori psikologi pada media sosial.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada orang tua, guru dan masyarakat terkait penggunaan Instagram pada anak yang berpengaruh terhadap tahap perkembangan psikologis. Oleh karena itu,

(25)

orang tua, guru dan masyarakat sekitar dapat mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media sosial Instagram. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Instagram serta pemerintah dalam memperketat peraturan penggunaan media sosial.

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan anak-anak usia sekolah dasar, terkait dengan perkembangan, karakteristik dan bagaimana permasalahannya. Selanjutnya mengenai generasi net atau generasi Z terkait dengan karakteristiknya. Lalu internet dan media sosial terkhusus

Instagram terkait fitur-fiturnya serta perilaku penggunaan khususnya sebagaimana

yang dimaksud dalam penelitian ini. Pada bagian terakhir, penulis akan menyampaikan kerangka konseptual penelitian ini.

A. Anak Usia Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar memiliki kriteria usia yang tidak memenuhi syarat ketentuan pengguna Instagram yaitu minimal 13 tahun yang terdapat dalam terms and condition Instagram. Rata-rata anak yang bersekolah di sekolah dasar berusia 6-12 tahun. Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa rentang usia 6-13 tahun termasuk pada tahap perkembangan kanak-kanak akhir atau middle childhood. Ciri-ciri pada rentang usia tersebut yakni anak-anak tidak mau menuruti peraturan, perintah, dan dipengaruhi oleh teman-teman sebanyanya sehingga pada masa ini orang tua melabelkan anaknya sebagai anak yang menyulitkan. Di sisi lain, para pendidik melabelkan ciri anak pada tahap ini adalah usia sekolah dasar yang memiliki dorongan untuk berprestasi. Dorongan berprestasi adalah masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai kesuksesan ataupun kebiasaan untuk mencapai ketidaksuksesan (Hurlock, 1980). Label-label yang diberikan karena

(27)

tugas perkembangan pada tahap ini adalah penyesuaian diri sehingga, disebut usia penyesuaian diri atau usia berkelompok.

Usia penyesuaian diri atau usia berkelompok merupakan usia di mana anak ingin diterima oleh kelompoknya dengan cara menyesuaikan standar berbicara, penampilan dan perilaku (Hurlock, 1980). Sehingga memiliki kemajuan dalam kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang penting untuk diterima oleh kelompoknya sehingga pada masa ini, anak cenderung membuat pembicaraan sebagai bentuk komunikasi kepada orang lain. Perkembangan berbicara dipengaruhi oleh pertemanan, bacaan anak serta media-media online, televisi, media-media elektronik. Anak-anak cenderung membicarakan pokok pembicaraan yang ia gemari. Selain itu, pada tahap ini anak-anak belajar kata-kata yang populer dan kata-kata makian. Kata populer dan makian ini dipelajari oleh anak-anak untuk mencari perhatian orang lain.

Selain itu, fokus utama anak pada masa kanak-kanak akhir adalah perhatian dan dukungan dari teman-teman sebaya serta keanggotaan kelompok (andrew mckever dalam Atmoko, 2012) dibandingkan keluarga. Sehingga, anak pada tahap ini dipengaruhi oleh standar moral kelompok dimana anak harus dapat memilih moral keluarga atau kelompoknya untuk mempertahankan statusnya di dalam kelompok (Hurlock, 1980). Menurut Havighurst (1970) anak diharuskan untuk dapat mengembangkan pengertian norma, hati nurani dan nilai-nilai hidup. Ketika kelompok memberikan peraturan kepada anggotanya, anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari ditolak oleh kelompoknya (Kohlberg, 1958). Pelanggaran pada masa ini yang umumnya terjadi adalah berkelahi,

(28)

berbohong, membolos, mengganggu anak-anak lain di sekolah atau saudara, malas mengerjakan sesuatu, mencuri, merusak barang milik orang lain, membuat gaduh kelas, membaca komik atau kegiatan lain pada saat pelajaran hingga meminum obat atau minuman terlarang (Hurlock, 1980). Pada tahap ini anak tidak dapat dilarang melainkan harus diberikan penjelasan pada hal yang tidak diperbolehkan.

Hal tersebut membuat perkembangan emosi anak juga menjadi berkembang. Sehingga, pada tahap ini mengalami emosi yang cenderung meninggi (Hurlock, 1980). Bentuk emosi yang meninggi adalah bentuk emosi yang tidak menyenangkan. Emosi yang tidak menyenangkan biasanya terjadi ketika anak mengalami masa pubertas karena perubahan hormon (Hurlock, 1980). Dalam tahap ini, anak cenderung belajar untuk dapat melampiaskan emosinya. Cara anak dalam meredakan emosi disebut dengan katarsis emosi (Hurlock, 1980). Ketika anak merasakan emosi yang meninggi, anak akan meredakan emosinya dengan meluapkan perasaannya. Anak cenderung melakukan katarsis emosional dengan menangis, tertawa terbahak-bahak, menyibukkan diri dengan bermain ataupun ketika anak memiliki teman dekat ia akan menceritakan perasaannya kepada temannya.

Menurut Havighurst (1970) anak ingin mencapai kebebasan pribadi supaya dapat memiliki sikap sehat mengenai diri. Sehingga, anak mulai memiliki konsep diri beragam dan mempertimbangkan pemikiran orang lain sehingga menyadari bahwa orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangannya akan suatu hal (Santrock, 2010). Konsep diri yang berbeda membuat anak

(29)

mengembangkan sisi kreatifitasnya dan menentukan menjadi pribadi yang konformis (pengikut) atau menjadi pencipta karya baru (orisinil) (Hurlock, 1980). Selain itu, tahap ini juga disebut sebagai usia bermain. Usia bermain merupakan usia di mana anak memiliki minat dan kegiatan bermain yang lebih berkembang serta lebih luas. (Hurlock, 1980).

B. Generasi Net atau Generasi Z

Generasi net atau generasi Z termasuk dalam kelahiran tahun 1995 hingga 2010 (Oblinger&Oblinger,2005). Pada tahun ini berusia 9 hingga 24 tahun. Generasi ini merupakan generasi yang dari lahir sudah terpapar dengan internet, komputer dan telepon. Karakteristik generasi ini menurut Oblinger dan Oblinger (2005) adalah anak yang memiliki ambisi yang besar untuk sukses. Mereka cenderung memiliki karakter yang positif dan optimis dalam menggapai mimpi mereka. Ambisi yang besar dikarenakan banyak panutan yang dapat diidolakan dibandingkan generasi sebelumnya. Anak-anak yang termasuk dalam generasi Z atau generasi net ini memiliki keinginan besar untuk mendapatkan pengakuan. Hal ini dikarenakan mereka menginginkan reward atas kerja keras, usaha yang telah mereka lakukan. Reward dapat berbentuk pujian, sertifikat, penghargaan, hadiah yang membuat mereka merasa diakui atas eksistensi dan keunikannya sebagai individu. Sehingga, mereka memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi dan memiliki sikap positif dalam melihat berbagai masalah. Kunci sukses anak pada generasi ini adalah self efficacy dan self confident yang dimiliki.

Hal ini tentu berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya di mana pada masa itu internet belum dapat diakses dengan cepat dan mudah (Turner, 2015),

(30)

dan orang lebih menyukai interaksi dengan bertatap muka secara langsung (Tapscott, 2009). Pada saat itu, seseorang cenderung memiliki kesadaran global yang lebih besar sehingga menghasilkan generasi yang berpotensi nilai tanggung jawab fiskal, toleransi satu sama lain, fleksibilitas kerja, dan kemampuan bersosialisasi dan membangun jaringan dengan cara berinteraksi secara langsung tanpa ketergantungan dengan telepon genggam atau internet (Turner, 2015). Di sisi lain, Menurut Turner (2015), Anak generasi Z fasih dalam penggunaan teknologi digital dan teknologi informasi. Generasi ini lahir di saat teknologi sedang berkembang pesat, sehingga mereka mahir menggunakan berbagai macam gadget serta menggunakan teknologi dikehidupan sehari-hari. Mereka lebih memilih berkomunikasi melalui dunia maya dan media sosial dibandingkan bertatap muka secara langsung.

Menurut Oblinger dan Oblinger (2005), anak generasi Z juga cenderung praktis dan berperilaku instan (speed). Anak-anak pada generasi ini menyukai segala hal yang instan karena mereka terlahir di dunia serba instan. Namun, mereka cenderung menyukai hal yang detail. Anak generasi ini termasuk generasi yang kritis dalam melihat sebuah permasalahan atau fenomena karena informasi yang mudah didapat menggunakan google. Generasi ini dengan mudah melahap informasi yang terdapat di dunia maya sehingga membuatnya membangun sikap kritis dalam menghadapi fenomena tersebut. Dalam penyelesaian masalah mereka tidak suka hal yang susah. Mereka cinta kebebasan mulai dari kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, kebebasan memilih dan segala macam

(31)

kebebasan. Mereka tidak suka diperintah apabila tidak ada penjelasan yang logis dan menyukai berbagai hal bersifat eksploratif (Oblinger & Oblinger, 2005)..

C. Internet dan Media Sosial Instagram

Pada awalnya internet digunakan para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah perangkat komputer (Laqueyy, 1997). Namun, pada masa ini internet menjadi alat untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif (Astutik, 2010). Aplikasi internet yang digunakan untuk berkomunikasi dan bertukar konten adalah media sosial (Kaplan dan Haenlein, 2010). Media sosial memudahkan penggunanya untuk dapat berkomunikasi antar penggunanya dengan membagikan konten-konten berbentuk informasi, masukan, komentar, foto, video secara cepat (Utari, 2010).

Menurut Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial memiliki berbagai jenis yaitu Collaboration Project adalah website yang mengijinkan penggunanya untuk mengubah, menambah ataupun menghilangkan konten yang terdapat pada website ini. Salah satu contoh platform ini adalah Wikipedia. Selain itu, Blogs and Micro Blogs adalah website yang mengijinkan pengguna untuk mengekspresikan diri secara bebas, digunakan untuk bercerita, membagikan informasi ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contoh platform adalah Blogger, Twitter. Sedangkan Content Community adalah website yang digunakan pengguna untuk saling membagikan konten-konten media, seperti video, gambar. Contoh platform ini adalah Youtube. Selain itu, Virtual Game World adalah dunia virtual yang menrefleksikan dalam bentuk 3D, penggunanya dapat muncul berbentuk avatar yang dinginkan untuk dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya. Contoh

(32)

platform ini adalah World of Warcraft. Selanjutnya, Social Virtual Game World sama seperti virtual game world, membuat pengguna seperti hidup pada dunia virtual. Contoh platform ini adalah Second Life. Selain itu, terdapat situs jejaring yang memberikan informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan oranglain disebut Social Networking Sites. Contoh platform ini adalah Facebook dan

Instagram.

Instagram merupakan aplikasi berbagi foto dan video gratis yang tersedia di

perangkat Apple iOs, Android, Windows Phone (Instagram.com) yang diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Menurut Kevin Systrom dan Mike Krieger yang merupakan CEO dan pencipta Instagram, tujuan dibuatnya Instagram adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan cara baru yaitu melalui gambar atau foto (Bambang, 2012). Media sosial Instagram resmi lahir dan dirilis pada tanggal 6 Oktober 2010 dengan pengguna yang berhasil terjaring pada hari pertama sebanyak 25.000 (Bambang, 2012). Media sosial ini cukup banyak diminati oleh para penggunannya. Hal ini dibuktikan dengan pengguna Instagram di seluruh dunia mencapai 1 milyar pengguna yang aktif setiap bulan, 500 juta pengguna yang aktif setiap harinya serta 400 juta stories yang setiap hari diunggah (Instagram, 2018). Media sosial Instagram ini menjadi peringkat ke dua yang diakses oleh anak dan remaja (Puskakom, 2017).

Semenjak tahun 2012 Instagram diakuisisi oleh facebook, sehingga para pengguna facebook dapat mengikuti pengguna yang memiliki akun Instagram dan pengguna Instagram dapat membagikan unggahan pada akun Instagram ke media sosial facebook. Namun, media sosial Instagram memiliki berbagai peraturan

(33)

serta kebijakan. Peraturan yang sangat diterapkan adalah pengguna yang memiliki akun Instagram harus berusia minimal 13 tahun. Apabila pengguna lain menemukan pengguna yang berusia 13 tahun memiliki akun Instagram, pengguna dapat melaporkannya kepada Instagram. Setelah itu, Instagram dapat menutup akun tersebut. Kebijakan lainya adalah Instagram memiliki akses untuk menggunakan konten dan informasi yang dibagikan oleh pengguna dalam rangka pengembangan layanan.

Namun, media sosial ini menawarkan pemberian privasi dengan mengunci akunnya sehingga orang yang tidak berteman dengan akun pengguna tersebut atau belum diijinkan oleh akun tersebut tidak dapat melihat akun yang dikunci. Hal ini dikarenakan ketika pengguna membagikan konten kepada pengguna lain, konten tersebut dapat diakses ataupun diunduh menggunakan aplikasi lain atau di screenshoot oleh pengguna lain apabila akun mereka berteman atau pengguna yang membagikan konten tidak mengunci akunnya. Ketika konten tersebut sudah diunduh, walaupun pengguna yang memiliki konten asli sudah menghapus konten tersebut konten tersebut tidak dapat dihilangkan atau sudah beredar dan dapat disebarluaskan. Selain itu, kebijakan lainnya adalah Instagram dapat menghapus konten tanpa perijinan pengguna apabila dirasa konten tersebut dilaporkan oleh banyak orang ataupun konten bersifat kekerasan, pornografi, menebar kebencian dan konten sejenis lainnya. Instagram juga melindungi penggunanya dari komentar-komentar negatif dari pengguna lainnya, sehingga ketika hal tersebut terjadi pengguna dapat melaporkan pengguna pada Instagram, memblokir akun tersebut dan menyembunyikan komentarnya.

(34)

Media sosial Instagram dapat dimiliki oleh siapa saja dengan mengunduh aplikasi Instagram pada perangkat Apple iOs, Android, Windows Phone dengan membuka melalui telepon genggam atau pc. Namun, media sosial Instagram hanya dapat diakses ketika pengguna sudah memiliki akun atau terdaftar sebagai pengguna di Instagram. Apabila ingin memiliki akun di media sosial Instagram, pengguna perlu mendaftarkan diri dengan mengakses Instagram lalu mengklik tombol sign up. Selanjutnya pengguna dipersilahkan untuk mengisi biodata diri, email serta password. Setelah itu, pengguna sudah dapat memiliki akun pengguna

Instagram yang dapat digunakan untuk beraktivitas di media sosial tersebut.

D. Perilaku Penggunaan

Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Arifin, 2015). Selain itu, Teo (2014) menyatakan bahwa perilaku merupakan hal mendasar bagi ilmu psikologi baik sebagai materi pokok atau basis data untuk membuat kesimpulan yang menunjukan bahwa manusia dapat diobyektifitaskan dan dipahami dalam bentuk gerakan fisik. Dalam teori komunikasi, efek media dianggap dapat memberikan pengaruh pada perilaku dan cara berpikir manusia dalam kehidupan sosialnya. Strasburger, Jordan dan Donnerstein (2010) menyatakan bahwa dampak media terhadap remaja tidak hanya berdampak pada berkurangnya jam istirahat dan jam mengerjakan tugas sekolah tetapi juga memberikan pengaruh terhadap beliefs dan perilaku anak. Berdasarkan teori belajar sosial, anak-anak dan remaja belajar dengan mengamati dan meniru berdasarkan apa yang mereka lihat di layar terutama ketika perilaku

(35)

tersebut nampak realistis dan memberi penghargaan. Fitur-fitur Instagram yang membuat pengguna merasakan adanya penghargaan seperti banyaknya jumlah

Likes dan jumlah Followers diduga membuat anak-anak atau remaja merasa

mendapat penghargaan ketika mengunggah sebuah konten di Instagram. Sehingga, peneliti menyimpulkan perilaku penggunaan sebagai segala bentuk aktivitas tampak yang dilakukan oleh pengguna di media sosial Instagram terkait fitur, konten serta waktu penggunaan.

1. Aktivitas yang dilakukan di Instagram

Aktivitas yang dapat dilakukan di Instagram dapat dilakukan melalui fitur-fitur yang dimiliki oleh media sosial tersebut. Fitur-fitur-fitur ini membantu peneliti untuk mengobservasi perilaku penggunaan dan konten yang diunggah oleh partisipan dalam penelitian ini. Fitur-fitur yang ada di dalam Instagram tersebut adalah :

a. Instastory digunakan untuk mengunggah foto ataupun tulisan ataupun video berdurasi maksimal selama 1 menit dan bertahan selama 1x24 jam

b. Take Photo merupakan fitur yang digunakan pengguna untuk mengambil atau membuat foto ataupun video yang akan diunggah dan terdapat berbagai filter didalamnya.

c. Following merupakan fitur yang digunakan pengguna atau pemilik akun untuk melihat penggunaan Instagram yang dilakukan oleh pengguna atau akun yang kita follow (ikuti)

(36)

d. Tagging merupakan fitur yang digunakan untuk memberikan tanda atau tag kepada orang yang berada di foto atau video tersebut.

e. Like merupakan fitur yang digunakan memberikan tanda suka berbentuk love pada foto ataupun video unggahan pribadi ataupun akun lain.

f. Direct Message merupakan fitur yang digunakan untuk mengirim pesan, menelpon, video call dan mengirimkan gambar ataupun video.

g. Comment merupakan fitur yang digunakan memberikan komentar pada unggahan di media sosial Instagram termasuk membalas komentar.

h. Explore merupakan fitur yang digunakan untuk mencari dan melihat konten serta pengguna lain.

2. Konten atau unggahan yang di unggah dan dicari oleh pengguna

Pada media sosial Instagram aktivitas yang dilakukan di media sosial

Instagram dalam menggunakan fitur tersebut tentunya menghasilkan sebuah

konten. Konten dapat berbentuk foto ataupun video yang pengguna unggah melalui Instastory ataupun Take Photo. Selain itu, pengguna juga dapat mencari konten sesuai yang ia inginkan melalui Explore dan mengikuti akun yang mereka inginkan. Konten-konten yang mereka unggah ataupun mereka cari tentunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu konten yang sesuai dengan peraturan di Instagram ataupun konten yang tidak sesuai dengan peraturannya. Konten yang sesuai dengan peraturan adalah konten yang tidak berbau pornografi, sara, memicu pertikaian serta bullying. Pada penelitian yang dilakukan Hu, Manikonda dan Kambhampati (2014) dengan partisipan pengguna dewasa. Secara umum

(37)

pengguna mengunggah kontan yang sesuai seperti foto selfie, foto bersama teman, foto tentang makanan, foto tentang gadget ataupun kendaraan, foto dengan tulisan ataupun meme, foto hewan, foto tentang aktivitas keseharian dan tentang fashion. Di sisi lain, konten yang tidak sesuai itu dengan mudah ditemukan sehingga peneliti ingin mengetahui konten-konten yang diunggah ataupun dicari oleh anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun ini.

3. Waktu dan tempat

Partisipan dari penelitian ini merupakan anak-anak berusia 8-12 tahun yang bersekolah di sekolah dasar, dimana usia tersebut tentunya lebih banyak menghabiskan waktu disekolah dan banyak waktunya digunakan untuk belajar. Pada generasi ini, anak-anak sudah sangat mumpuni dalam menggunakan teknologi digital dan gadget digital. Peneliti menemui anak-anak ini sudah diberikan gadget sehingga di sekolah anak dapat membawa gadget untuk menghubungi orang tuanya. Hal ini yang membuat peneliti ingin mengetahui, anak-anak tersebut mengakses media sosial ini pada jam berapa saja dan dimana saja dikarenakan Instagram dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, selama pengguna Instagram memiliki akun Instagram. Anak-anak ini mengakses

Instagram apakah pada saat jam pelajaran sekolah, pada saat istirahat sekolah atau

pada saat anak sudah di rumah, saat sore hari atau pada saat jam tidur mereka dan berapa lama dalam sehari mengaksesnya.

4. Pengawasan orang tua

Media sosial Instagram memiliki peraturan yaitu tidak memperbolehkan anak usia di bawah 13 tahun untuk menjadi penggunanya. Namun, peneliti menemui

(38)

penggunanya berusia di bawah 13 tahun bahkan terdapat berbagai akun-akun bayi dan balita yang dibuatkan orang tuanya untuk anaknya. Akun-akun ini berisi kegiatan aktivitas anak-anaknya dan foto-foto lucu anak mereka. Bahkan bermunculan selebgram-selebgram bayi dan balita karena faktor orang tua tersebut. Orang tua yang menyebarkan foto atau kegiatan anaknya, mungkin saja karena mereka tidak mengetahui bahwa terdapat peraturan mengenai batasan usia. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui ketika anak mengakses media sosial dilakukan bersama siapa, apakah orang tua atau sendiri. Selain itu, pertama kali anak memiliki dan menggunakan Instagram diketahui oleh orang tua atau tidak dan didampingi dalam pembuatannya atau tidak. Selain itu, bentuk pengawasan seperti apa yang diberikan oleh para orang tua.

D. Dinamika Psikologis

Media sosial saat ini merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Berdasarkan penjelasan di atas menunjang pemikiran peneliti dalam penelitian ini. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik, mental terkait perkembangan serta bagaimana permasalahan yang dihadapi di kehidupan nyata. Namun, pada saat ini Instagram merupakan media sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Peneliti menduga dengan perilaku penggunaan Instagram dapat berpengaruh terhadap tahap perkembangan psikologis partisipan. Hal ini terlihat dari adanya pembatasan usia untuk para pengguna Instagram yang boleh menggunakan adalah 13 tahun ke atas. Pembatasan usia, dikarenakan media sosial ini tidak sesuai digunakan oleh penggunanya yang berusia di bawah 13 tahun. Di sisi lain, peneliti menjumpai

(39)

begitu banyak akun-akun di media sosial Instagram membagikan konten-konten yang tidak diijinkan oleh media sosial Instagram seperti pornografi, kekerasan, dan sejenisnya. Selain itu, berbagai dampak negatif juga dimiliki oleh Instagram. Hal tersebut menjadi bermasalah karena anak-anak ini merupakan anak generasi net yang sangat fasih dengan teknologi. Sehingga peneliti berfikir kurangnya pengawasan dari orang tua akan membantu anak berpengaruh kearah negatif dalam menggunakan media sosial ini. Peneliti menduga anak akan diterima kelompoknya ketika melakukan hal yang sama dengan kelompoknya salah satunya menggunakan Instagram. Ketika masa ini di identikkan dengan masa sekolah dan belajar. Waktu penggunaan tentunya dapat menggangu proses pembelajaran dan tidurnya. Sehingga, peneliti menduga apabila anak menggunakan Instagram, akan berpengaruh dengan kesesuaian tahap perkembangannya secara psikologis.

(40)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi ataupun makna menurut partisipan secara lebih mendalam sehingga peneliti harus terjun langsung untuk menggali data-data tersebut (Supratiknnya, 2015). Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK). Analisis isi kualitatif (AIK) yaitu metode penelitian untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi baik bersifat tertulis, lisan atau visual (Supratiknya, 2015). Desain penelitian ini dipandang sesuai karena mampu mengungkapkan isi atau makna sesuai dengan konteksnya (Supratiknya, 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkah laku siswa Sekolah Dasar dalam penggunaan media sosial Instagram. Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumen kualitatif dan wawancara semi terstruktur dengan beberapa pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Analisis data diawali dengan menganalisis rekaman dokumen kualitatif dan dilanjutkan dengan data lisan dan rekaman wawancara menjadi teks tertulis atau dokumen. Hal tersebut untuk mendapatkan deskripsi padat dan kaya mengenai fenomena yang diteliti (Supratiknya, 2015).

(41)

B. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah perilaku penggunaan media sosial Instagram pada seorang siswa berusia di bawah 13 tahun. Perilaku penggunaan media sosial

Instagram diartikan peneliti sebagai segala bentuk aktivitas tampak yang

dilakukan siswa dan siswi sekolah dasar selama menggunakan media sosial

Instagram.

Perilaku penggunaan media sosial Instagram mencakup (1). aktivitas yang dilakukan di Instagram terkait dengan fitur (Jenis-jenis aktivitas yang dilakukan di Instagram terkait dengan fitur adalah Fitur-fitur tersebut adalah mengunggah foto dan video Instastory, mengunggah foto dan video Take Photo, mengikuti akun oranglain dan diikuti oleh oranglain, menandai oranglain, mendapatkan dan memberikan tanda suka pada unggahan, mengirim pesan secara personal atau grup, menelpon, memberikan komentar di postingan pribadi atau oranglainmenjelajahi foto dan video), (2). Konten atau unggahan yang diunggah ataupun dicari oleh partisipan (Jenis-jenis konten atau unggahan yang diunggah ataupun dicari oleh partisipan merupakan segala bentuk gambar, foto, video ataupun caption yang dihasilkan melalui fitur Instagram dan dibagikan partisipan ataupun dicari subjek. Konten-konten di media sosial Instagram dapat berbentuk konten posiitif ataupun negatif. Konten negatif adalah konten yang melanggar aturan di Instagram seperti berbau ponografi, sara, memicu pertikaian serta bullying) , (3). Waktu dan tempat dalam menggunakan media sosial Instagram (Waktu dalam menggunakan media sosial Instagram merupakan jam berapa partisipan menggunakan media sosial Instagram serta berapa lama

(42)

partisipan menggunakan media sosial Instagram dalam satu hari. Selain itu, tempat dalam menggunakan media sosial Instagram merupakan lokasi partisipan dalam menggunakan media sosial Instagram tersebut). Selain itu, perilaku penggunaan Instagram dipengaruhi oleh pengawasan orang tua (bentuk pengawasan orang tua partisipan dalam menggunakan Instagram, orang tua mengetahui atau tidak mengenai usia minimal dalam menggunakan Instagram diketahui atau tidak serta bentuk perilaku anak di Instagram diketahui orang tua atau tidak).

C. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini dipilih dengan criterion based atau berdasarkan kriteria tertentu (Morrow, 2005; dalam Supratiknya, 2018). Kriteria yang diberikan merupakan siswa sekolah dasar di Yogyakarta yang berusia di bawah 13 tahun dan memiliki media sosial Instagram minimal 1 tahun. Selain itu, partisipan juga memiliki handphone sendiri dan memegang akun Instagramnya sendiri. Selanjutnya, Peneliti juga menggunakan snowball sampling dimana peneliti mendapatkan rekomendasi dari beberapa teman peneliti. Kemudian, didapatkan total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang. Identitas partisipan dapat dilihat pada Tabel. 1

Tabel 1. Identitas Partisipan

Inisial Usia Kelas Lama

Memiliki Instagram

Jenis Kelamin AD 11 tahun 6 SD 3 tahun Perempuan AN 11 tahun 6 SD 1 tahun Laki-laki VA 9 tahun 4 SD 2 tahun Perempuan ZQ 9 tahun 4 SD 2 tahun Perempuan

(43)

D. Peran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen. Hal ini diartikan bahwa peneliti berfungsi sebagai penangkap data serta pengolah data. Dalam proses dokumen kualitatif peneliti memiliki peran penting dalam mengunduh unggahan partisipan serta sebagai pengamat kegiatan partisipan di media sosial

Instagram. Selain itu, dalam proses wawancara peneliti berperan penting dalam

pengambilan data dan keberlangsungan wawancara. Wawancara dilakukan melalui tatap muka langsung dan menggunakan pertanyaan terbuka semi terstruktur.

Peneliti tidak mengenal para partisipan dalam penelitian ini, sehingga sebelum melakukan kegiatan akan memberikan informed consent pada orang tua partisipan karena peneliti akan menjaga kerahasiaan partisipan. Informed consent diberikan orang tua karena usia partisipan masih di bawah 13 tahun. Maka, pada penelitian ini peneliti akan menggunakan nama inisial pada masing-masing partisipan. Selain itu, peneliti juga meminta ijin untuk menampilkan gambar pada hasil penelitian dengan diberikan blur pada setiap gambarnya. Informed consent ini juga berguna sebagai antisipasi apabila terjadi potensi buruk dalam kegiatan penelitian ini. Apabila hal tersebut terjadi peneliti akan bertanggung jawab untuk menghilangkan potensi buruk itu.

Lokasi penelitian dilakukan di rumah peneliti untuk pengunduhan dokumen kualitatif dan untuk wawancara pada P1, P2 dan P3 dilaksanakan di rumah partisipan. Sedangkan pada P4 di cafe milik orang tua partisipan. Peneliti

(44)

menciptakan suasana kondusif sehingga kegiatan wawancara dapat berlangsung dengan lancar.

E. Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu dokumen kualitatif dan wawancara. Dokumen kualitatif, berupa dokumen publik seperti berbentuk bahan audio-visual kualitatif yaitu foto dan video (Supratiknya, 2015) yang diunggah melalui Instagram partisipan. Data ini dikumpulkan dengan cara pengamatan serta pengunduhan segala aktivitas dan konten yang dilakukan di Instagram. Dokumen kualitatif dalam penelitian ini berupa unggahan pada Instagram partisipan, pengamatan akun partisipan yang diikuti oleh peneliti melalui news feed. Unggahan pada Instagram partisipan berupa foto, video, caption, Tagging, jumlah Like, komentar yang didapat dan diberikan partisipan. Pengumpulan transkrip dokumen kualitatif ini diawali dengan pengunduhan melalui halaman Instagram partisipan. Kemudian peneliti mengklasifikasikannya dalam bentuk tabel..

Kemudian, Peneliti mengamati dalam 1 hari sekolah dan 1 hari libur terdapat beberapa data yang hanya dapat diamati selama 24 jam. Data tersebut diantaranya

Instastory yang merupakan fitur berisi foto atau video yang partisipan yang

diunggah dan akan hilang setelah 24 jam. Selain itu, berisi tentang aktivitas partisipan yang tercatat pada news feed peneliti seperti menyukai unggahan akun lain, mengikuti akun lain dan memberi komentar pada halaman akun lain. Data tersebut diklasifikasikan dan dicatat ke dalam tabel. Demi melindungi kerahasiaan partisipan, maka peneliti tidak akan melampirkan konten yang berisi foto dari

(45)

partisipan. Namun, terkait dengan caption, jumlah Like serta komentar tetap akan dilampirkan dan disamarkan.

Pada metode pengambilan data kedua peneliti menggunakan metode wawancara. Wawancara ini dilakukan sebelum atau pun setelah dokumen kualitatif terlaksana. Pertanyaan digunakan berbentuk semi terstruktur bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan agar mendapatkan gambaran mengenai pengalaman partisipan dalam menggunakan Instagram. Pertanyaan bersifat semi terstruktur bertujuan supaya dapat memancing dan pendapat partisipan mengenai Instagram (Supratiknya, 2015).

Wawancara ini dilakukan kepada partisipan, orang tua dan salah satu teman partisipan. Dilakukan pada partisipan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai riwayat hidup subjek, latar belakang dan alasan partisipan menggunakan media sosial Instagram, awal mula penggunaan serta perilaku penggunaan partisipan dalam menggunakan Instagram yang tidak dapat dilihat melalui Instagram peneliti seperti Direct Message. Selain itu, untuk mendapatkan data yang lebih akurat wawancara juga untuk aktivitas penggunaan media sosial

Instagram, konten di media sosial Instagram serta waktu dan tempat partisipan

menggunakan Instagram . Sedangkan wawancara yang dilakukan kepada orang tua partisipan untuk mengetahui bentuk-bentuk pengawasan orang tua terhadap anaknya serta pengetahuan orang tua terhadap penggunaan media sosial

Instagram anak. Pada teman partisipan untuk menggali data partisipan secara

lebih dalam. Pedoman wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dilampirkan pada Lampiran 1.

(46)

F. Analisis dan interpretasi data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK). Analisis isi kualitatif menurut Hsieh & Shannon (dalam Supratiknya, 2015) yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara subyektif isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sitematik berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola. Desain penelitian ini dipandang sesuai karena mampu mengungkapkan isi atau makna sesuai dengan konteksnya (Supratiknya, 2015).

Analisis pendekatan ini menggunakan pendekatan induktif atau analisis isi konvensional bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah fenomen bertolak dari fakta-fakta spesifik yang terdapat dalam data (Supratiknya, 2015). Penelitian ini menghasilkan data berupa transkrip wawancara dan transkrip dokumen kualitatif berbentuk gambar dan video yang diubah menjadi teks tertulis. Selain itu, hasil observasi yang berbentuk gambar dan foto juga di transkripkan menjadi teks tertulis. Selanjutnya, keseluruhan data dibaca berulang kali untuk memaknai data secara keseluruhan. Transkrip tersebut akan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Kemudian akan dilihat dimana yang termasuk dengan aktivitas pengguna, konten, waktu dan tempat serta pengawasan orang tua.

(47)

Tabel 2. Tabel Kriteria Perilaku Penggunaan Instagram Perilaku Penggunaan Fitur Aktivitas/Perilaku Aktivitas & Konten

Instastory Mengunggah foto, tulisan ataupun video berdurasi maksimal selama 1 menit dan bertahan selama 1x24 jam.

Take Photo

Mengunggah foto, tulisan ataupun video yang bertahan lama kecuali pengguna menghapusnya dan berada di profile partisipan. Ketika mengunggah partisipan dapat memberikan caption, memberikan lokasi dan mengedit unggahan tersebut.

Following Mengikuti pengguna lain.

Tagging Memberikan tanda atau tag kepada orang yang berada di foto atau video tersebut.

Like Memberikan tanda suka berbentuk love pada foto ataupun video unggahan pribadi ataupun akun lain.

Direct Message

Mengirim pesan, menelpon, video call dan mengirimkan gambar ataupun video.

Comment Memberikan komentar pada unggahan di media sosial Instagram termasuk membalas komentar.

Explore Mencari dan melihat konten serta pengguna lain. Waktu dan

Tempat menggunakan

Instagram

Pada pukul berapa saja partisipan menggunakan Instagram dan dimana saja menggunakannya.

Pengawasan Orang tua

Bentuk-bentuk pengawasan orang tua dalam penggunaan

(48)

G. Kredibilitas Penelitian

Pada penelitian ini, dalam menegakkan kredibilitas peneliti melakukan dengan empat cara. Pertama, peneliti akan memeriksa transkrip rekaman wawancara, dokumen kualitatif serta pengamatan untuk memastikan tidak terdapat kesalahan selama proses transkripsi (Supratiknya, 2015). Kedua, peneliti melakukan paper trail yaitu mendokumentasikan semua data sehingga siapapun dapat memeriksa pengambilan keputusan dalam penelitian ini sesuai atau tidak (Yardley, 2008). Ketiga peneliti melakukan triangulasi atau membandingkan informasi dari sumber data yang berlainan dengan cara menemukan evidensi untuk memberikan justifikasi yang koheren bagi tema yang berhasil di temukan (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015). Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi diperoleh dari wawancara subjek, wawancara orang terdekat, dan dokumen kualitatif. Keempat peneliti akan melakukan thick description atau deskripsi mendalam dalam memaparkan temuan-temuan penelitian mengenai kasus ini (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015).

(49)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2018 sampai dengan pertengahan bulan Mei 2019. Sebelumnya peneliti mencari data mengenai pengguna Instagram pada anak di bawah usia 13 tahun di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Peneliti meminta ijin untuk membagikan survei untuk mengetahui jumlah anak-anak yang menggunakan Instagram di sekolah tersebut. Selanjutnya, peneliti menyebarkan informasi bahwa peneliti membutuhkan partisipan melalui

Instastory peneliti yang juga disebarkan oleh teman-teman peneliti. Dari berbagai

cara tersebut peneliti menemukan pengguna Instagram berusia 9 hingga 12 tahun. Setelah itu peneliti menemukan 4 partisipan dan melakukan pengambilan data menggunakan dokumen kualitatif dan wawancara.

Tabel 4.

Rangkuman Pelaksanaan Pengambilan data

No Partisipan Waktu Metode

Pengambilan

Lokasi 1 P1 22 Oktober 2018 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti

28 Oktober 2018 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti 14 November 2018 Wawancara Rumah Partisipan 28 November 2018 Wawancara Rumah Partisipan 2 April 2019 Wawancara Rumah Partisipan 2 P2 22 Oktober 2018 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti

28 Oktober 2018 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti 7 November 2018 Wawancara Rumah Partisipan 3 P3 1 Mei 2019 Wawancara Rumah Partisipan

5 Mei 2019 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti 7 Mei 2019 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti 4 P4 3 Mei 2019 Wawancara Cafe Partisipan 5 Mei 2019 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti 7 Mei 2019 Dokumen Kualitatif Rumah Peneliti

(50)

B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara

Sebelum wawancara dilakukan peneliti menghubungi orang tua partisipan untuk meminta ijin dan menjelaskan penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, peneliti bertemu secara langsung dengan orang tua dan partisipan untuk memberikan pernyataan kesetujuan (informed consent) menjadi partisipan dalam penelitian ini. Setelah itu, proses wawancara segera dilakukan.

Partisipan pertama atau P1 adalah seorang anak perempuan dengan usia 11 tahun berasal dari Yogyakarta. Kedua orang tua P1 bekerja sebagai wiraswasta pada bidang catering. Ia merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara, kakak perempuannya sedang bersekolah di sebuah pesantren di Yogyakarta. Semenjak kakaknya masuk pesantren, ia jarang berkelahi dengan kakaknya dibandingkan dengan ketika kakaknya di rumah. P1 memiliki tempat tinggal di daerah Kotagede, ia tinggal bersama ibu, ayah, nenek, satu asisten rumah tangga pria dan satu asisten rumah tangga perempuan. Menurut keluarganya P1 merupakan sosok pencair suasana di rumahnya, ia juga mau membantu orang tua nya apabila di rumah. Ia merupakan pribadi yang penurut bagi orang tuanya dan senang bermalas-malasan apabila liburan tiba. P1 senang menyanyi di rumah dengan suara yang sangat lantang.

P1 sangat senang bermain handphone dengan tiduran di kasur dalam waktu yang sangat lama. Ia mengakui bahwa ia tidak dapat lepas dari telepon genggam atau handphone yang menyebabkan P1 pernah tidak tidur hingga jam 2 pagi karena bermain handphone. Pada kesehariannya ia sosok yang cukup aktif,

(51)

namun semenjak P1 memiliki aktivitas yang cukup padat dikarenakan jam pulang sekolah menjadi jam 16.00 ia menjadi lebih lelah dan tidak begitu aktif saat dirumah. Sehingga, waktu untuk bermain handphone menjadi lebih sedikit. Di lingkungan rumahnya, dulu sebelum kelas 3 SD ia senang bermain bersama dengan tetangganya akan tetapi semenjak kelas 3 SD sudah tidak pernah bermain dengan tetangganya karena rutinitasnya yang padat.

P1 adalah siswi yang masih bersekolah di salah satu SD Muhammadiyah di Yogyakarta. Menurut teman-teman dan gurunya, P1 merupakan sosok yang tidak bisa diam dan tanpa adannya P1 sekolah menjadi tidak seru. Selain itu, ia sering duduk di bawah meja karena bosan mengikuti pelajaran dan tidur saat di kelas. P1 juga merupakan sosok yang lucu sehingga membuat semua orang di dekatnya tertawa bahagia. Semenjak kelas 3 SD hingga saat ini, berbagai prestasi telah diraih oleh P1. Prestasi yang diraih baik secara akademik ataupun non akademik. Secara akademik, P1 mendapatkan peringkat 1 di kelasnya saat menaiki kelas 6 dan sejak kelas 1 SD ia selalu masuk 10 besar. Selain itu, P1 juga berprestasi dalam bidang non akademik yaitu P1 menjuarai berbagai kejuaran dalam dan luar negeri pada bidang tari, teater, dan pantomime. Ia mengikuti sanggar menari semenjak ia memasuki taman kanak-kanak. P1 yang meminta sendiri untuk diikutkan sanggar tersebut dan ia mengikuti hingga saat ini. Lalu P1 mengikuti pantomime sejak kelas 3 SD karena diminta oleh gurunya mengikuti ekstra kulikuler tersebut. Semenjak kelas 3 SD, P1 mulai mengikuti berbagai lomba menari dan pantomime, dari lomba-lomba tersebut ia banyak menjuarai perlombaan itu. Berbagai perlombaan yang ia juarai menghantarkan P1 mengikuti

(52)

perlombaan dan pementasan teater hingga ke Amerika Serikat dan Korea Selatan sehingga membuat P1 sudah sering bepergian tanpa didampingi orang tua sejak kelas 3 SD.

Berbagai perlombaan yang sering diikuti oleh P1 membuat nama P1 tercantum di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Hal tersebut membuat P1 terpilih untuk mengikuti kontes salah satu program tv swasta bernama Anak Cerdas Indonesia di Jakarta. Anak Cerdas Indonesia merupakan salah satu program pencarian bakat dan kecerdasan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang bekerja sama dengan Trans 7. Sehingga acara tersebut disiarkan di trans 7, karena mengikuti acara tersebut P1 ijin 3 minggu kepada sekolah untuk mengikuti shooting di Jakarta. P1 menjadi juara 1 dalam acara tv ini dan mendapatkan hadiah senilai 100 juta rupiah. P1 juga beberapa kali menjadi bintang tamu dalam sebuah acara tv seperti Hitam Putih di Trans 7, DMD di MNC TV dan pengisi acara di berbagai kegiatan. Dengan mengikuti berbagai kejuaran, acara ataupun kegiatan tersebut P1 juga mendapatkan uang.

Berbagai prestasi akademik dan non akademik tersebut membuat orang tua P1 memberikan kepercayaan terkait hal-hal dalam penggunaan handphone dan

Instagram. Semenjak usia 9 tahun atau kelas 4 SD sudah memiliki media sosial Instagram walaupun Instagram memiliki usia pengguna minimal yaitu 13 tahun.

P1 menjadi pengguna aktif hingga saat ini. Media sosial Instagram P1 juga memiliki pengikut sebanyak 12,9 ribu akun dan ia hanya mengikuti 225 akun serta memiliki channel youtube. Namun, semenjak 22 Desember 2018 ini pengikut P1 menurun menjadi 11,9 ribu. Pengikut ribuan tersebut didapatkan dari

(53)

video tiktok choki-choki yang ia unggah di media sosial Instagram dan viral. Video tersebut diunduh dan diunggah oleh akun-akun orang lain sehingga pengikut (Followers) P1 naik dengan sangat pesat. Banyaknya pengikut (Followers) dapat membuat P1 termasuk ke dalam jajaran selebgram (selebriti

Instagram) di Instagram. P1 memiliki postingan sebanyak 123 foto atau video

yang diunggah sejak 26 december 2016 hingga 18 november 2018 dan 4 story highlight serta memiliki jumlah Like berkisar antara 200 hingga 500.

Wawancara dengan partisipan P1 dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 14 November 2018 dilaksanakan pada sore hari di rumah P1. Wawancara dilakukan selama 30 menit, ia memakai kaos putih dan celana pendek ¾ berwarna putih . Selama wawancara P1 tidak bisa diam mulai dari memainkan kursi lalu berjalan kesana kemari sambil menjawab, menyanyi, memainkan sangkar burung yang ada didekat lokasi serta memainkan makanan yang peneliti berikan. Selain itu, memiliki suara yang sangat keras dalam menjawab dan sering bertanya kepada peneliti. Setelah melakukan wawancara bersama P1 peneliti melakukan wawancara bersama orang tua partisipan.

Pada saat wawancara kedua, tanggal 28 November 2018 P1 juga mengenakan kaos berwarna kuning dan celana putih ¾. Ia tidak mengenakan jilbab ketika berada di rumah dan pada saat itu P1 belum mandi. P1 juga tidak dapat diam, ia berdiri diatas kursi. Selain itu, ia membuka handphone untuk membuka

Instagram dan youtube serta memperlihatkan game mobile legend. Setelah

melakukan wawancara bersama P1 peneliti melakukan wawancara pada orang tua P1. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara pada D yang merupakan salah

(54)

satu teman dekat P1. Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 dirumah D.

Pada saat wawancara ketiga, tanggal 2 April 2019 P1 lebih mudah ditemui. Ia lebih terbuka karena menceritakan banyak hal, didepan peneliti ia membuka youtube dan Instagramnya. Selain itu, P1 juga mau membuka Instagramnya pada

handphone peneliti sehingga peneliti dapat mengakses Instagram P1 melalui handphone peneliti.

Partisipan kedua (P2) adalah seorang anak laki-laki berusia 11 tahun berasal dari Yogyakarta. Ayah P2 bekerja sebagai wiraswasta dengan usaha bagian tour dan travel. Ibunya bekerja sebagai accounting di salah satu hotel di Yogyakarta. Ia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Hal ini membuat P2 semenjak kecil sudah terbiasa melakukan apapun secara mandiri karena kedua orang tua bekerja. Kedua orang tua partisipan yang bekerja ini juga membuat partisipan sudah diberikan tanggung jawab untuk menjaga adiknya. Apabila dirumah P2 sering membantu dengan meyiapkan makanan sendiri untuk dirinya dan adeknya. Ia merupakan pribadi yang sangat bertanggung jawab dan memiliki jiwa sosial yang tinggi, sehingga senang membantu siapapun menurut kedua orang tuanya.

Saat masih kelas 3 SD, P2 senang bermain sepeda bersama dengan teman-teman di lingkungannya. Namun, ibu P2 khawatir karena jarak pergi bermain sepeda terlalu jauh. Sehingga, semenjak kelas 3 SD P2 dan adiknya memiliki jadwal yang cukup padat dalam kesehariannya. Hal ini dikarenakan kedua orang tua yang tidak berada di rumah. Saat kelas 6, orang tua P2 mengurangi kegiatan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian   ..................................................................
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 1. Identitas Partisipan
Tabel 2. Tabel Kriteria Perilaku Penggunaan Instagram   Perilaku  Penggunaan  Fitur  Aktivitas/Perilaku   Aktivitas &  Konten
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul AKTIVITAS PROMOSI KULINER MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM (Studi Kasus Mengenai Aktivitas Promosi Kuliner pada Akun Instagram @kulinerdisolo di Kota

Pembangkangan yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku tersebut terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orangtua atau lingkungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi via media sosial Instagram Sobahollic terhadap minat berkunjung di Kafe Sobahollic dan seberapa besar pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui, menjabarkan, serta mendeskripsikan penggunaan strategi pesan di media sosial Instagram Traveloka (@traveloka) pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terpaan media sosial dari akun Instagram @byooteofficial terhadap purchase decision yang dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan Instagram sebagai media promosi kuliner Kota Semarang dengan studi kasus pada komunitas online

Pemanfaatan media sosial Instagram oleh Redaksi Kuninganmass adalah untuk kepentingan distribusi berita, promosi konten, media interaksi baru, dan news gathering dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemasaran media sosial Instagram terhadap keputusan pembelian produk Mayoutfit Gegerkalong Bandung.. Metode penelitian