• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CARA BELAJAR DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 BATANG ANAI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CARA BELAJAR DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 BATANG ANAI SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

ENEMA NUGRAL NPM. 13030143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2018

(2)
(3)
(4)

i

1 Batang Anai. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA N 1 Batang Anai, sedangkah cara belajar siswa cukup baik dan iklim sekolah juga kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh cara belajar, 2) Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa dan 3) Pengaruh cara belajar dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Batang Anai.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai yang berjumlah 178 siswa. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik proportional random sampling sehingga didapatkan 64 siswa. Analisa data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang signifikan cara belajar terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai dengan persamaan regresi = 40,582 + 0,802X1 dan thitung> ttabel (2,759 > 1,669), kontribusi sangat kecil dan pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar termasuk kategori rendah, (2) terdapat pengaruh yang signifikan iklim sekolah terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai dengan persamaan regresi = 28,018+ 0,759X2 danthitung> ttabel (2,631 > 1,669), dengan kontribusi sangat kecil dan pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar termasuk kategori rendah dan (3) terdapat pengaruh yang signifikan cara belajar dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai dengan persamaan regresi = -1,173 + 0,771X1 + 0,724X2 dan F hitung > F tabel (7,684 > 3,147), kontribusi kecil, pengaruh cara belajar dan iklim sekolah terhadap hasil belajar termasuk kategori sedang.

(5)

ii

dengan rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cara Belajar dan Iklim Sekolah terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Batang Anai”.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, petunjuk dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yth:

1. Bapak Yuherman, SP., M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Momon Dt. Tanamir, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Slamet Rianto, M.Pd selau Ketua Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat dan Ibu Erna Juita, S.Pd, M.Si selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Geografi beserta staf pengajar yang memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat berserta Staf dan Karyawan.

4. Bapak/Ibu Kepala UPT Perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat beserta Staf dan Karyawan.

5. Bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Batang Anai beserta majelis guru yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.

6. Siswa/i responden yang telah memberikan data dan informasi yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

(6)

iii

pengetahuan pada umumnya. Amin ya Rabbal Alamin.

Padang, Februari 2018

(7)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 10

B. Penelitian Relevan ... 24

C. Kerangka Konseptual ... 26

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Definisi Operasional, Variabel dan Indikator ... 34

D. Jenis dan Sumber Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Uji Coba Instrumen ... 37

(8)

v

C. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(9)

vi

III.1 Populasi Penelitian ... 31

III.2 Sampel Penelitian... 33

III.3 Hasil Uji Validitas Cara Belajar Siswa ... 38

III.4 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah ... 39

III.5 Hasil Uji Reliabilitas Cara Belajar Siswa ... 40

III.6 Hasil Uji Reliabilitas Iklim Sekolah ... 41

IV.1 Identitas Sekolah ... 51

IV.2 Distribusi Data Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 53

IV.3 Distribusi Data Cara Belajar siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 55

IV.4 Distribusi Data Iklim sekolah siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 56

IV. 5 Hasil Uji Normalitas Data ... 58

IV.6. Uji Homogenitas ... 59

IV.7 Uji Linearitas ... 59

IV. 8 Analisis Regresi Sederhana Variabel Cara belajar dengan Hasil belajar Geografi Siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai ... 60

IV.9 Analisis Korelasi dan Keberartian Regresi Variabel Cara belajar dengan Hasil belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 61

IV.10 Uji t Variabel Cara belajar dengan Hasil belajar Geografi Siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai... 62 IV.11 Analisis Regresi Sederhana Variabel Iklim Sekolah terhadap

(10)

vii

kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai... 64 IV.14 Analisis Regresi Sederhana Variabel Iklim sekolah dengan Hasil

belajar Geografi Siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai ... 65 IV.15 Analisis Korelasi dan Keberartian Regresi Variabel Cara Belajar

dan Iklim Sekolah terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa

Kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai ... 66 IV.16 Analisis Uji Ratio Iklim Sekolah terhadap Hasil belajar Geografi

(11)

viii

II.1 Kerangka Konseptual ... 27 IV.1 Histogram Hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS

SMAN 1 Batang Anai ... 54 IV.2 Histogram Cara belajar siswa kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai .. 55 IV.3 Histogram Iklim sekolah siswa SMAN 1 Batang Anai ... 57 IV.4 Pengaruh Cara Belajar terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa

Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 61 IV.5 Pengaruh Iklim Kelas terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa

Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai ... 63 IV.6 Pengaruh Cara Belajar dan Iklim Kelas secara bersama-sama

terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1

(12)

ix

2. Uji Validitas dan Reliabelitas... 78

3. Instrumen Penelitian... 80

4. Tabulasi Data ... 83

5. Hasil Analisis Statistik ... 87

6. Dokumentasi Penelitian ... 95

7. Peta Administratif Kecamatan Batang Anai ... 97

8. Peta Lokasi Penelitian ... 98

9. Tabel ... 99

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu hak setiap individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut, telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang

menyebutkan bahwa: “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Selanjutnya pada ayat (3) dituangkan pernyataan yang berbunyi: ”pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sebagai konsekuensi dari bunyi undang-undang ini yang sekaligus merupakan amanah pembukuan yang tertuang dalam kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa, maka seluruh komponen bangsa baik orang tua, masyarakat maupun pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mewujudkannya.

Pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, tanggung jawab terhadap pendidikan tidak hanya oleh satu pihak saja melainkan semua pihak turut andil dalam tanggung jawab pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu lembaga dalam upaya untuk melakukan proses pendidikan

(14)

sehingga tujuan sistem pendidikan nasional akan tercapai. Usaha tersebut dituangkan melalui lembaga-lembaga formal yaitu sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pembelajaran kepada murid-muridnya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal.

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur seberapa jauh hasil belajar yang dicapai peserta didik. Pembelajaran yang menimbulkan interaksi belajar-mengajar antara guru-siswa mendorong perilaku belajar siswa. Siswa merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan ketercapaian sasaran belajar. Dengan demikian, bagi siswa perilaku siswa merupakan proses belajar yang dialami, dihayati dan sekaligus merupakan aktivitas belajar tentang bahan belajar dan sumber belajar di lingkungannya. Bagi siswa, dalam kegiatan belajar tersebut ada tiga tahap, yaitu tahap sebelum belajar, kegiatan selama proses belajar, dan kegiatan sesudah belajar, pada tahap sesudah belajar diharapkan siswa memiliki hasil belajar sebagai sesuatu kemampuan yang lebih baik.

Peristiwa belajar yang terjadi pada diri siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku (kinerja) sebelum dan setelah berada di dalam peristiwa belajar. Adanya kinerja pada siswa itu tidak berarti bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan belajar, sebab yang dipentingkan dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku setelah siswa melaksanakan kegiatan

(15)

belajar. Untuk mengetahui perbedaan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pengukuran mengenai kemampuan yang telah dan yang baru dimiliki oleh siswa. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan,

proses, dan hasil belajar (Rifa’i: 2009:97).

Berdasarkan pendapat Djamarah (2011:176) dapat diketahui salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar adalah iklim sekolah. Suasana yang muncul dari adanya hubungan seluruh komponen dalam suatu sekolah itu menggambarkan iklim sekolah secara keseluruhan. Hubungan tersebut meliputi hubunganantara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan seterusnya. Iklim sekolah merupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh siswa sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasarkan persepsi kolektif tingkah laku mereka terhadap hasil belajar siswa.

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

(16)

dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Dalam belajar memerlukan cara-cara efektif agar belajar yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Dalam cara belajar tentunya terdapat cara-cara yang baik maupun tidak baik. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif dan kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Untuk mencapai hasil yang tinggi diperlukan cara belajar yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka cara belajar yang baik mempunyai peranan yang penting dalam menentukan hasil belajar siswa.

Menurut Gie dalam Siroyudin (2010:34) cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar, misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka dan cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar. Hal ini sejalan

dengan Slameto (2012 : 73), bahwa “Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal

atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar efektif”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa siswa yang mempunyai cara belajar baik dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang baik. Artinya semakin baik cara belajar, maka akan semakin tinggi pula intensitas usaha dan upaya yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

(17)

Proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau suasana di mana proses berlajar itu berlangsung. Meskipun hasil belajar juga dipengaruhi oleh banyak aspek seperti gaya belajar peserta didik, guru, fasilitas yang tersedia,pengaruh iklim sekolah masih sangat penting. Hal ini karena ketika siswa belajar di sekolah, lingkungan sekolah, baik itu lingkungan fisik maupun non-fisik akan mempengaruhi hasil belajar (Hadiyanto, 2004: 80).

Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik. Tujuan peserta didik merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau

deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi (Rifa’i,

2009:85).

Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil belajar siswa masih kurang baik, karena banyak siswa yang belum mencapai KKM. Berdasarkan data nilai ulangan harian untukmata pelajaran geografi, didapatkan data bahwa dari 178 siswa, terdapat 41 orang siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75. Kurang baiknya hasil belajar siswa karena kurang konsentrasi memperhatikan guru saat dijelaskan materi, dalam hal ini dapat dilihat masih adanya siswa yang tidak dapat menjawab ketika ditanya dan

(18)

disuruh mengulang materi. Observasi juga menemukan bahwa siswa harus memiliki satu buku untuk tugas dan satu buku untuk catatan. Semua siswa diwajibkan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, karena buku catatan siswa selalu diperiksa oleh guru dan dikumpulkan. Serta siswa juga harus mengumpulkan tugas tepat waktu. Namun, dalam hal pembuatan jadwal dan pelaksanaannya siswa masih banyak yang belum dapat membuat jadwal belajar dengan baik dan melaksanakannya dengan tertib dan teratur karena pembuatan jadwal dan melaksanakannya dengan tertib bukanlah kebiasaan siswa SMAN 1 Batang Anai. Seharusnya, dengan cara belajar yang dapat dikatakan cukup tersebut maka hasil belajar dapat dicapai secara maksimal. Namun, pada kenyataannya hasil belajar yang dicapai masih belum mencapai KKM.

Iklim sekolah dapat dilihat dari hubungan antar civitas sekolah. Dalam hal ini SMAN 1 Batang Anai memiliki hubungan yang baik antara civitas sekolah, baik antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan atau semua yang mencakup civitas sekolah. Hal tersebutlah yang akan berpengaruh pada iklim sekolah yang tercipta dalam lingkungan sekolah tersebut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar. Tetapi siswa masih kurang disiplin di dalam sekolah, walaupun di sekolah pihak guru sudah mengusahakan untuk menegakkan disiplin dan keteraturan.

Berdasarkan uraian diatas terlihat adanya kesenjangan cara belajar siswa yang cukup baik dan iklim sekolah yang cukup kondusif namun hasil

(19)

Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan uraian tersebu tpenulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Cara Belajar Dan Iklim

Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Batang Anai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya rata-rata nilai ulangan harian pada pelajaran geografi di SMAN 1 Batang Anai.

2. Masih kurangnya cara belajar siswa di SMAN 1 Batang Anai.

3. Pembuatan jadwal belajar belum terlaksanakan dengan baik oleh siswa di SMAN 1 Batang Anai.

4. Masih kurang baiknya pembuatan jadwal dan pelaksanaandi SMAN 1 Batang Anai.

5. Masih kurang baiknya siswa dalam membuat dan memahami yang di uraikan gurudi SMAN 1 Batang Anai.

6. Masih kurangnya konsentrasi siswa dalam belajardi SMAN 1 Batang Anai.

7. Masih terdapat beberapa siswa tidak mengerjakan tugas dengan baikdi SMAN 1 Batang Anai.

(20)

C. Pembatasan Masalah

Luasnya permasalahan yang mencakup komponen hasil belajar dalam pembelajaran materi geografi, maka dibatasi permasalahannya sebagai berikut: variabel meliputi pengaruh cara belajar siswa dan iklim sekolah terhadap hasil belajar siwa pada materi pelajaran geografi di SMAN 1 Batang Anai ditinjau dari: (1) cara belajar siswa, (2) iklim sekolah, (3) hasil belajar siswa. Unit analisis adalah siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Batang Anai.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh carabelajar terhadap hasilbelajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai?

2. Apakah terdapat pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai?

3. Apakah terdapat pengaruhcarabelajardaniklimsekolah secara bersama-samaterhadap hasilbelajarGeografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis tentang:

1. Pengaruh cara belajar terhadaphasilbelajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai.

(21)

2. Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai.

3. Pengaruh cara belajar dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 1 Batang Anai.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

2. Memberikan masukan bagi Guru Geografi agar menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi siswa dan interaksi yang baik supaya hasil belajar pada materi geografi dapat ditingkatkan.

3. Sebagai bahan masukan bagi Lembaga Pendidikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi penelitian lebih lanjut.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkahlaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkahlaku. Pengertian belajar dapat didefinisikan bahwa belajar ialah suatu prose susaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Belajar merupakan sebuah sistem ruang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne dalam Anni,2009:84). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik

Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar. Peserta didik memilki organ penginderaan yang digunakan untuk

menangkap rangsangan; otak yang digunakan untuk

mentransformasikan hasil penginderaan kedalam memori yang

kompleks; dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan

(23)

kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. Dalam proses belajar, rangsangan (stimulus) yang diterima oleh peserta didik diorganisir didalam syaraf, dan ada beberapa rangsangan yang disimpan didalam memori. Kemudian memori tersebut diterjemahkan kedalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.

b. Rangsangan (stimulus)

Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik disebut stimulus. Banyak stimulus yang berada dilingkungan seseorang. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori

Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dansikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.

d. Respon

Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam

(24)

disebut dengan perubahan perilakuatau perubahan kinerja (performance).

Slameto (2012 : 73), mengatakan bahwa “Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar efektif”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan, bahwa siswa yang mempunyai cara belajar baik dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang baik. Artinya semakin baik cara belajar, maka akan semakin tinggi pula intensitas usaha dan upaya yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. (Dimyati, 2006:3) Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari evaluasi hasil belajara dalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Dari pengertiantersebut, dapat disimpulkan bahwahasilbelajar adalahhasil atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

(25)

Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2004:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang tela hditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagnedalam Nana Sudjana (2004:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunkan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belaj arintelektual yang terdiri dari enama spek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranaha fektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan

(26)

perseptuan, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2. Cara Belajar

Cara belajar pada dasarnya merupakan suatu cara atau strategi yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangkamencapai hasil yang yang dinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Cara belajar seseorang akan terlihat dari hasil yang diperoleh oleh siswa tersebut. Hasil belajar yang baik dipengararuhi oleh cara belajar yang baik pula. Slameto (2010:73)

berpendapat bahwa “banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak

mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara

belajar yang efektif”. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar

yang baik maka akan baik pula hasilnya.

Cara belajar akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Apabila peserta didik tidak memiliki cara belajar yang efektif maka hasil belajar yang diperoleh pun akan rendah. Perilaku peserta didik dalam mencapai suatu usaha tujuan belajar yang akan mempengaruhi hasil yang dicapai.Perilaku-perilaku yang menumbuhkan cara belajar yang dianggap dapat menyeleseikan atau mencapai tujuan belajar tersebut. Oleh karena

(27)

itu, seseorang yaitu peserta didik akan melaksanakan suatu pekerjaan yang mempunyai suatu cara tersendiri atau berbeda antara satu dengan yang lainnya atau tidak akan memperoleh suatu hasil yang sama pula.

Belajar ada cara-cara yang efisien dan tak efisien. Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran.

Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala seluk-beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belaja ryang efisien. Initidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk itu dengan sendiriny aakan menjamin sukses siswa. Sukseshanya tercapaiberkat usaha keras. Tanpa usaha tak akan tercapai sesuatu.

Disamping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar, baik pula siswa diawasi dan dibimbing sewaktu mereka belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini :

(28)

a. Kondisi internal b. Kondisi Eksternal c. Strategi Belajar

Cara atau metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal belajar, cara belajar berarti metode atau jalan yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Slameto (2011 :82) ada beberapa kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut:

a. Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya

Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah seseorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur/disiplin.

b. Membaca dan Membuat Catatan

Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula, karena membaca adalah alat belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SOR4 atau Survey (meninjau), Question (mengajukan pertanyaan), Read (membaca),

(29)

Recite (menghafal), Write (menulis) dan Review (mengingat kembali).

c. Mengulangi Bahan Pelajaran

Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review) “bahan yang belum begitu dikuasai serta

mudah terlupakan” akan tetapi tertanam dalam ota kseseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting, adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan ataupun juga dapat dari mempelajari soal jawaban yang sudah pernah dibuatnya. Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu itu sebaik-baiknya, untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh.

d. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam

belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu

matapelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

(30)

e. Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes/ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Sesuai dengan prinsip belajar, jelas mengerjakan tugas itu mempengaruhi hasil belajar.

3. Iklim Sekolah

Hadiyanto (2004:179) mengemukakan iklim sekolah adalah situasi atau suasana yang muncul karena adanya hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik atau hubungan

antara peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut

mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.

Secara khusus Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2004 :177) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik disekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha (administrators) yang bekarja untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi (sekolah) dengan dimensi individu. Produk-produk itu mencakup nilai-nilai, kepercayaan sosial dan standar sosial. Disamping itu, iklim sekolah merupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang terus-menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkahlaku mereka dan berdasar pada persepsi kolekstif tingkah laku mereka.

Hampir senada dengan pendapat diatas, adalah pendapat Sergiovanni

(31)

bahwa iklim sekolah merupakan karakteristik yang ada (the enduring characteristics), yang menggambarkan ciri-ciri psikologis (psychological character) dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkahlaku guru dan peserta didik dan merupakan perasaan psikologis (psychological feel) yang dimiliki guru dan peseta didik disekolah tertentu. Oleh karena itu, dengan mengutip pendapat Litwin dan Stringer, Sergiovanni dan Starratt dalam Hadiyanto (2004 :178) juga mengatakan bahwa iklim sekolah merupakan efek subyektif yang dirasakan (percieved subjective effects) dari sistem formal, gaya informal dari manajer, dan faktor penting yang lain dari lingkungan pada sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai (values) dan motivasi (motivation) orang-orang yang bekerja pada suatu lembaga tertentu (sekolah).

Menurut Aan Komariah (2008 :45) Iklim sekolah (schoolclimate) adalah indikator sekolah efektif yang menekankan pada keberadaan rasamenyenangkan dari suasana sekolah, bukan saja dari kondisi fisik, tetapi keseluruhan aspek internal organisasi. Litwin dalam Aan Komariah (2008 :45) mengemukakan bahwa iklim organisasi adalah suatu set dari sifat-sifat yang dapat diukur dan suatu lingkungan organisasi yang didasarkan pada konsepsi secara kolektif dari orang-orang yang hidup dan bekerja dari lingkungan organisasi tersebut. seperti Sedangkan menurut pendapat Downey dalam Aan Komariah (2008 :45), bahwa iklim

(32)

organisasi adalah persepsi anggota secara kolektif terhadap lingkungan internal organisasi.

Kewajiban sekolah adalah menciptakan lingkungan internal sebagai

lingkungan yang menyenangkan, serasi, dan bertanggung jawab.

Didalamnya terkandung harapan siswa yang tinggi, sikap guru yang efektif, keteraturan dan disiplin, serta sistem reward dan insentif bagi siswa.

Menurut Aan Komariah (2008 :45) iklims ekolah adalah indikator sekolah efektif yang menekankan pada keberadaan rasa menyenangkan dari suasana sekolah. Kewajiban sekolah adalah menciptakan lingkungan internal sebagai lingkungan yang menyenangkan, serasi, dan bertanggung jawab, yang didalamya terkandung beberapa unsur, yaitu sebagai berikut: a. Harapan siswa yang tinggi

Harapan siswa yang tinggi merupakan dampak dari adanya pengelolaan iklim yang sesuai dengan harapan siswa. Iklim sekolah yang memenuhi harapan siswa adalah yang memberikan pelayanan pembelajaran secara berkualitas kepada siswa sehingga merekan yaman belajar disitu dan jaminannya adalah meningkatnya kompetensi siswa. b. Sikap guru yang efektif

Sikap guru yang efektif adalah guru yang memberikan pelayanan pembelajaran dan mengupayakan siswa dapat belajar. Belajar merupakan kegiatan aktifsi siswa untuk membangun makna. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting untuk membantu siswa

(33)

mempermudah membuka jalan pemahaman dan menjadi orang yang dipercaya dalam membangun komunikasi empati dengan siswa

sehingga integritas siswa yang terbangun bukan hanya

intelektualitasnya saja, tetapi juga dimensi sosial dan spiritualnya. c. Keteraturan dan disiplin

Dalam konteks persekolahan keteraturan dandisiplin memiliki peranan yang sangat penting, yaitu selain sebagai alat pembelajaran, juga sebagai pemelihara aturan-aturan sekolah yang dibangun bersama. Karakteristik sekolah yang berdisiplin baik adalah:

1) Sekolah melakukan banyak hal-hal yang telah dilakukan oleh

sekolah yang baik dan pendidik yang baik dalam jangka waktu panjang;

2) These school have fastered good dicipline by creating a total school enviranment that adopting isolated practice to deal with dicipline problem;

3) Sebagian besar pendidik memandang lembaga pendidikannya

sebagai tempat para pengajar dan siswa bekerja dan mendapat pengalaman yang sukses.

4) Sekolah berorientasi kepada kepentingan siswa;

5) Schoo lfocused on causes of dicipline problem rather than symptoms, sekolah memfokuskan pada sebab-sebab munculny amasalah-masalah disiplin dibandingkan dengan gejala-gejalanya;

(34)

6) Program-program sekolah menekankan pada perilaku positif, lebih banyak menggunakan tindakan preventif dari pada tindakan-tindakan represif atau kuratif;

7) Sekolah menyesuaikan praktik-praktiknya untuk memenuhi

kebutuhan mereka sendiri dan merefleksikan menurut gaya atau kebiasaan mereka;

8) Kepala sekolah memainkan peranan kunci mengenai keberadaan sekolah; Kerja sama antara sekolah dengan agen-agen yang ada di masyarakat;

9) Sekolah terbuka terhadap kritik dari masyarakat luas untuk me-review dan mengevaluasi program.

d. Sistemreward bagi siswa

Sistem reward bagi siswa menjadi bentuk perhatian yang proporsional dan adil berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh para personel. Penekanannya adalah bukan saja memberi sanksi kepada yang

bersalah, melainkan mengakui kelebihan orang dan berusaha

menghargainya secara implementatif. Hal ini merupakan kenyataan yang kondusif bagi pengembangan personel.

Dimensi iklim sekolah dikembangkan atas dasar dimensi umum yang dikemukakan oleh Moosdalam Hadiyanto (2004 :179), yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi pertumbuhan/perkembangan pribadi (personal growth/development) dan dimensi perubahan dan perbaikan sistem (system maintenance andchange). Disamping itu, Arter dalam

(35)

Hadiyanto (2004 :179) menambahkan satu dimensi lagi dalam rangka melengkapi dimensi-dimensi yang telah dikemukakan oleh Moos, yaitu dimensi lingkungan fisik(physical environment).

a. Dimensi hubungan

Dimensi hubungan mengukur sejauh mana keterlibatan

personalia yang ada disekolah seperti kepala sekolah, guru dan peserta didik, saling mendukung dan membantu, dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka. Dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antaraguru dengan guru dan antara guru dan personalia sekolah lainnya dengan kepala sekolah.

Skala-skala (scales) yang termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah dukungan peseta didik (studen tsupport), afiliasi

(affiliation), keretakan (disengagement), keintiman (intimacy),

kedekatan (closeness), dan keterlibatan (involvement). b. Dimensi pertumbuhan/perkembangan pribadi

Dimensi pertumbuhan pribadi yang disebut juga dimensi yang berorientasi pada tujuan membicarakan tujuan utama sekolah dalam mendukung pertumbuhan/perkembangan pribadi dan motivasi diri guru untuk tumbuh dan berkembang. Skala-skala iklim sekolah yang dapat

dikelompokkan kedalam dimensi ini diantaranya adalah minat

(36)

(thrust), standar prestasi (achievement standard) dan orientasi padatugas (task orientation).

c. Dimensi perubahan dan perbaikan sistem

Dimensi ini membicarakan sejauh mana iklim sekolah

mendukung harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. Skala-skala iklim sekolah yang termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah kebebasan staf (stafffreedom), partisipasi dalam pembuatan keputusan (participatory decision making), inovasi (innovation), tekanan kerja (workpressure), kejelasan (clarity) dan pengawasan (control).

d. Dimensi lingkungan fisik

Dimensi ini membicarakan sejauh mana lingkungan fisik seperti fasilitas sekolah dapat mendukung harapan pelaksanaan tugas. Skala-skala yang termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah kelengkapa nsumber (resource adequacy), dan kenyamanan lingkungan (physical comfort).

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan jawaban sementara yang menunjang dalam penelitian, dimana hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian orang lain yang mendekati masalah penelitian.

Khasanah (2011), dengan judul PengaruhKepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 7 Kebumen. Hasil penelitiannya adalah koefisien determinasi diperoleh R2 0,625

(37)

menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama mempengaruhi kinerja guru sebesar 62,5% dan sisanya yaitu 37,5% dari kinerja guru.

Haris (2011), dengan judul Pengaruh Iklim Sekolah, Motivasi Ekstrinsik dan Pengajaran terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi Bisnis Pada Kelas X di SMK Gajah Mada 02 Pati. Hasil penelitiannya adalah Hasil koefisien determinasi diperolehR20,773 menunjukkan bahwa iklim

sekolah, motivasi ekstrinsik dan pengajaran secara bersama-sama

mempengaruhi prestasi belajar sebesar 77,3% dan sisanya yaitu 2,7% dari prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor lain.

Dwijayanti (2010), dengan judul Pengaruh Cara Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas X SMK 1 Pringapus Kab. Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitiannya adalah Hasil koefisien determinasi diperoleh R20,456 menunjukkan bahwa cara belajar, penggunaan media dan motivasi secara bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar sebesar 45,6% dan sisanya yaitu 54,4% dari prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor lain.

Mappeasse (JURNAL), dengan judul Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (PLC) Siswa Kelas III. Hasil penelitian adalah Hasil analisis korelasi parsial antara variabel cara belajar dengan hasil belajar menunjukkan bahwa variabel cara belajar mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar.

(38)

C. Kerangka Konseptual

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, peserta didik dapat diberi petunujuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri.

Proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau suasana dimana proses belajar itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak aspek seperti gaya belajar peserta didik, guru, fasilitas yang tersedia, pengaruh iklim sekolah masih sangat penting. Hal ini beralasan karena ketika peserta didik belajar disekolah, lingkungan sekolah, baik itu lingkungan phisik maupun non-phisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan malah mengganggu mereka. Oleh karena itu, Hyman dalam Hadiyanto (2004 :184) mengatakan bahwa iklim yang kondusif antara lain dapat mendukung; (a) Interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik; (b)

Memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik; (c)

(39)

maupun di sekolah berlangsung dengan baik; (d) Mendukung saling pengertian antara guru dengan peserta didik.

Lebih lanjut, Moos dalam Walberg dalam bukunya Hadiyanto (2004 :185) mengatakan bahwa iklim social disekolah mempunyai pengaruh yang penting terhadap kepuasan, belajar dan pertumbuhan/perkembangan pribadi pesertadidik. Kedua pendapat itu sangat beralasan karena hal-hal tersebut di atas pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar II.I Kerangka Konseptual

Cara Belajar (X1)

Hasil Belajar (Y) Iklim Belajar

(X2)

X1.Y

X2.Y X1.X2.Y

(40)

D. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh antara cara belajar siswa dengan hasil belajar siswa di SMAN 1 Batang Anai.

2. Terdapat pengaruh antara iklim sekolah dengan hasil belajar siswa di SMAN 1 Batang Anai.

3. Terdapat pengaruh antara cara belajar siswa dan iklim sekolah secara bersama-samaterhadap hasil belajar siswa di SMAN 1 Batang Anai.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan-tujuan penerapan seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat

digolongkan pada jenis penelitian deskriptif korelasional.

Penelitiankorelasional ini bertujuan untuk melihat kondisi antara satu atau lebih variabel penelitian. Arikunto (2002) mengemukakan bahwa penelitian yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya kemudian dicari hubungan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Expost Facto berdasarkan arti

katanya, yaitu “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”, makna penelitian ini

disebut sebagai penelitian sesudah kejadian. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dapat dilakukan ketika suatu peristiwa yang didalamnya terdapat komponen variabel bebas dan variabel terikat yang telah terjadi. Penelitian Expost Facto sering disebut juga penelitian kasual komparatif, karena penelitian tersebut berusaha mencari informasi tentang hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Menurut Kerlinger (Emzir, 2013:119) penelitian kasual comparatif atau Expost Facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel secara langsung karena eksistensi

(42)

dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat manipulasi.

Penelitian Expost Facto menurut Sukardi (2013:165) merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini keterikatan antara variabel bebas dengan veariabel bebas maupun antara variabel bebas dengan variabel terikat telah terjadi secara alami dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang terjadi menjadi faktor penyebabnya.bagi

Penelitian korelasional dengan penelian Expost Facto memiliki kesamaan, dimana masing-masing penelitian dilakukan setelah suatu peristiwa terjadi (Non Eksperimental) dan masing-masing penelitian tidak dilakukan perlakuan atan intervensi terhadap veriabel bebasnya namun demikian, keduanya memiliki perbedaan yaitu: a). Dalam penelitian korelasional, peneliti tidak mengidentifikasi atau mebedakan antara variabel bebas dengan variabel

terikat, dan b) Dalam penelitian Expost Facto, peneliti berusaha

mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan veriabel terikatnya (Sukardi, 20013:172).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini berusaha atau menjelaskan fenomena kejadian yang ada secara mendetail, sistematis dan apa adanya sesuai dengan fakta yang ada sebenarnya di lapangan an dicari hubungannya antara variabel cara belajar (X1), iklim

(43)

menggambarkan bagaimana pengaruhcara belajar dan iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Batang Anai.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiriatas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2008:80)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai yang berjumlah 178siswa. Siswa yang berjumlah 178 tersebut terbagi dalam lima kelas dengan perincian sebagai berikut:

Tabel III.1Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 1 36 siswa 2 XI IPS 2 36 Siswa 3 XI IPS 3 36 Siswa 4 XI IPS 4 35 Siswa 5 XI IPS 5 35 siswa Jumlah 178 Siswa

Sumber: Absensi siswa dari TU Tahun Ajaran 2017/2018

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Arikunto,2010:174). Adapun perhitungan pengambilan sampel dalam

(44)

= 1 +

Keterangan: n :

N : e :

Dari keterangan diatas, maka dapat diperoleh sampel sebagai berikut:

= 1 + = 1 +

= 1 + 178(0,1 )178

n = 2,78178

n = 64,02 = 64

Dari perhitungan diperoleh sampel sebesar 64,02 (dibulatkan menjadi 64 siswa), kemudian disebarkan kelima kelas yang ada dengan proporsi yang sama untuk setiap kelas. Penyebaran sampel dari populasi secara lebih lengkap adalah sebagai berikut:

Ukuran sampel Ukuran populasi

Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditaksir atau yang diinginkan sebesar 10%Kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir penulis menggunakan 10% sebagai kelonggaran ketidaktelitian, karena peneliti menginginkan taraf kepercayaan penelitian 90%.

(45)

Tabel III.2Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah

populasi Teknik pengambilan sampel Jumlah sampel 1 XI IPS 1 36 36 178 64 13 2 XI IPS 2 36 36 178 64 13 3 XI IPS 3 36 36 178 64 13 4 XI IPS 4 35 35 178 64 12 5 XI IPS 5 35 35 178 64 12

Jumlah populasi 178 Jumlah sampel 64

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional

randomsampling dengan cara undian yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh anggota populasi dari tiap kelas untuk menjadi sampel penelitian, teknik ini dilakukan karena siswa kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai mempunyai karakteristik yang sama yaitu baik buku guru, dan juga banyaknya jam pelajaran. Sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Umar, 2004:80).

Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian (untung-untungan). Pada kertas kecil-kecil dituliskan nomor subjek, satu nomor untuk tiap kertas yaitu nomor 1 sampai dengan bayak jumlah sampel perkelas. Kemudian kertas ini digulung dengan tanpa prasangka, ambil gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian ini (Arikunto, 2010:180).

(46)

C. Definisi Operasional, Variabel, dan Indikator

1. Hasil Belajar (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) adalah Hasil belajar.

Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Indikator dari hasil belajar adalah nilai ulangan harian siswa. Pengukurannya didasarkan atas data hasil belajar yang diperoleh siswa.

2. Cara Belajar (X1)

Cara belajar adalah berartimetodeataujalanyang harus dilakukan oleh seorang siswa dalam kegiatanbelajarnya untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan,dansikap Indikator dari cara belajar adalah: (1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, (2) Membaca dan membuat catatan, (3) Mengulangi bahan pelajaran, (4) Konsentrasi, (5) Mengerjakan tugas (Slameto. 2011: 82).

3. Iklim Sekolah (X2)

Iklim sekolah adalah situasi atau suasana yang muncul karena adanya hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Indikator dari iklim sekolah adalah: (1) Harapan siswa yang

(47)

tinggi, (2) Sikap guru yang efektif, (3) Keteraturan dan disiplin, (4) Sistem reward bagi siswa(Aan Komariah, 2008:45).

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Penelitian ini berusaha mengumpulkan data melalui beberapa cara sebagai berikut:

a. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis, foto-foto, film, rekaman vidio, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2014)

b. Data Primer

Yaitu data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti(Arikunto, 2014).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 1 Batang Anai, yang sebagai sampel dan data yang didapat dari manajemen sekolah tentang hasil belajar geografi di SMAN 1 Batang Anai

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah usaha dalam memperoleh data dengan metode yang telah ditentukan peneliti. Untuk memperoleh data yang

(48)

objektif dan dapat dipertanggung jawabkan serta sesuai pokok permasalahan untuk mengungkap data tentang cara belajar dan iklim sekolah terhadap hasil belajar.

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang dapat

digunakan dalam penelitian ini adalahKuesioner (Angket). Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden.Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Kuesioner dapat dibedakan menurut bentuk pertanyaannya, terdiri dari :

1. Kuesioner dengan pertanyaan bebas

Kuesioner ini disebut juga kusioner tidak terstruktur. Jawaban responden terhadap setiap pertanyaan kuesioner bentuk ini, dapat diberikan secara bebas atau menurut pendapat yang sendiri, berupa uraian tentang informasi yang diminta pada setiap pertanyaan.

(49)

2. Kuesioner dengan pertaanyaan terikat

Kuesioner ini disebut juga kuesioner terstruktur. Jawaban responden dalam kuesioner bentuk ini pada setiap pertanyaan terkait pada sejumlah alternatif yang disediakan sebagai kemungkinan jawaban yang dapat dipilih.

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, peneliti membuat langkah-langkah uji coba instrument yang digunakan untuk tehnik pengumpulan data angket, Adapun uji coba instrument yang dimaksud yaitu:

1. Validitas

Menurut Arikunto (2013: 167) validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Rumus yang digunakan:

= { ∑∑ ) { ∑∑ (∑ )(∑ ) }

Keterangan:

ƩX = Jumlah skor masing-masing item

ƩY = Jumlah skor seluruh item (total)

ƩXY = Jumlah skor antara X dan Y

n = Jumlah responden

rxy= Koefisien validitas skor butir pernyataan

X2= Kuadrat skor masing-masing item Y2= Kuadrat dari skor total

Hasil uji validitas terhadap butir angket yang dikembangkan menggunakan software SPSS. 20.0 sebagai berikut

(50)

a. Cara Belajar (X1)

Hasil uji validitas terhadap butir angket variabel cara belajar (X1) menggunakan software SPSS. 20.0 sebagai berikut:

Tabel III.3Hasil Uji ValiditasCara Belajar Siswa

Item-Total Statistics

Item Corrected Item-Total

Correlation r tabel (α = 0,05) Cara belajar_1 0,558 0,361 Cara belajar_2 0,639 0,361 Cara belajar_3 0,761 0,361 Cara belajar_4 0,525 0,361 Cara belajar_5 0,681 0,361 Cara belajar_6 0,748 0,361 Cara belajar_7 0,521 0,361 Cara belajar_8 0,459 0,361 Cara belajar_9 0,601 0,361 Cara belajar_10 0,671 0,361 Cara belajar_11 -0,254 0,361 Cara belajar_12 0,847 0,361 Cara belajar_13 0,546 0,361 Cara belajar_14 -0,174 0,361 Cara belajar_15 0,380 0,361 Cara belajar_16 0,664 0,361 Cara belajar_17 0,753 0,361 Cara belajar_18 0,774 0,361 Cara belajar_19 -0,060 0,361 Cara belajar_20 0,519 0,361 Cara belajar_21 0,380 0,361

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2017

Kriteria pengujiannya adalah bila r hitung> r tabeldengan n 30 = 0,361,

maka item angket dapat dikatakan valid. Sesuai dengan cara pengujian validitas yang peneliti rencanakan, peneliti menggunakan rumus Pearson Product Moment. Dari analisis validitas di atas, dari 21 soal yang dianalisis, terdapat 18 soal yang valid dan 3 soal tidak valid, sehingga soal yang digunakan sebanyak 18 buah (Lampiran 2).

(51)

b. Iklim Sekolah (X2)

Hasil uji validitas terhadap butir angket variabel iklim kelas (X2) menggunakan software SPSS. 20.0 sebagai berikut:

Tabel III.4Hasil Uji ValiditasIklim Kelas

Item-Total Statistics

Item Corrected Item-Total

Correlation r tabel (α = 0,05) Iklimkelas_1 0,710 0,361 Iklim kelas_2 0,642 0,361 Iklim kelas_3 0,549 0,361 Iklim kelas _4 0,461 0,361 Iklim kelas_5 0,616 0,361 Iklim kelas_6 0,690 0,361 Iklim kelas_7 0,881 0,361 Iklim kelas_8 0,886 0,361 Iklim kelas_9 0,762 0,361 Iklim kelas_10 0,826 0,361 Iklim kelas_11 0,535 0,361 Iklim kelas_12 0,691 0,361

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2017

Kriteria pengujiannya adalah bila r hitung > r tabel dengan n 28 = 0,361, maka item angket dapat dikatakan valid. Sesuai dengan cara pengujian validitas yang peneliti rencanakan, peneliti menggunakan rumus Pearson Product Moment. Dari analisis validitas di atas, dari 12 yang dianalisis, terdapat 12 soal yang valid, sehingga soal yang digunakan sebanyak 12 buah (Lampiran 2).

2. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu instrument

dapat meminimumkan kesalahan dalam pengukuran serta menilai

(52)

tes. Untuk menguji reliabilitas instrument menggunakan metode koefisien Alpha Cronbach menurut Arikunto (Lasna 2013: 40), yaitu sebagai berikut:

= − 1 1 − Σ

Keterangan ;

= reliabilitas instrument

k =banyaknya butir pertanyaan/soal

Σ = jumlah varians butir

= varians total

Adapun kriteria reliabilitas dalam sebuah tes, menurut Nana Sudjana (2006: 219):

1) Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat Tinggi

2) Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi

3) Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : Cukup

4) Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah

5) Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat Rendah

Perhitungan reliabilitas sebagai berikut: a. Reliabilitas cara belajar siswa

Hasil uji reliabilitas terhadap butir angket variabel cara belajar (X1) menggunakan software SPSS. 20.0 sebagai berikut:

Tabel III.5Hasil Uji Reliabilitas Cara Belajar Siswa

Cronbach's Alpha N of Items

0.883 21

Dari hasi penghitungan reliabilitas, didapatkan kesimpulan bahwa soal memiliki tingkat reliabilitas yangsangat tinggi karena r = 0,883,

(53)

b. Reliabilitas Iklim Sekolah

Hasil uji reliabilitas terhadap butir angket variabel cara belajar (X1) menggunakan software SPSS. 20.0 sebagai berikut:

Tabel III.6Hasil Uji ReliabilitasIklim Sekolah

Cronbach's Alpha N of Items

.921 12

Dari hasi penghitungan reliabilitas, didapatkan kesimpulan bahwa soal memiliki tingkat reliabilitas yangsangat tinggi karena r = 0,921, berada diantara 0,800-1,00 sehingga soal yang ada dapat digunakan untuk mengumpulkan data (Lampiran 2).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (sugiyono, 2010:207).

1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik yang digunakan bermaksud untuk melihat indikator-indikator dari masing-masing variabel:

a. Persentase

(54)

Keterangan:

P = persentase hasil yang diperoleh

f = Frekuensi

n = jumlah sampel atau responden

(Beni Ahmad dan Kadar, 2013) b. Mean (rata-rata)

X=∑

Keterangan:

X = Rata-rata nilai

∑X = Jumlah data

N = Banyak subjek yang memiliki nilai/jumlah sampel

(Arikunto,2005) c. Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan dua ukuran variabelitas yang digunakan dalam menganalisis yang berjenis interval. Dengan rumus

SD = ∑ ²-(∑ ) Dimana : SD = Standar deviasi Fd = frekuensi deviasi N =jumlah sampel (Arikunto,2005) d. Kelas Interval

Untuk mencari kelas interval formula yang digunakan rumus: K = 1+3,3 log n

Keterangan:

K = jumlah kelas interval

N = jumlah data observasi

(55)

e. Menentukan Rentangan Data 1) R = X max – X min

Keterangan : R = rentangan

X mak = nilai data tertinggi X min = nilai data yang terendah (Subjana dan Ibrahim,2007)

2) Rentang interval

Rentang interval = Keterangan: R= rentangan

K = jumlah kelas interval

(Subjana dan Ibrahim,2007)

2. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu akan dilakukan uji persyaratan analisis, yakni :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data yang digunakan untuk mengetahui apakah pupolasi data berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data yang diuji dengan uji Liliefor dengan melihat nilai pada Kolmogorow Smirnov melalui analisis SPSS. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih dari 0,05 (Priyanto,2010)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat

(56)

dalam analisis independent samples T Test dan One Way Anova. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama, melalui analisis SPSS. Kriteria pengujian, jika signifikan lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua data atau lebih kelompok data adalah sama. (Priyanto, 2010).

c. Uji linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel ataulebih mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikan 0,05 dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikan (Linierity) kurang dari 0,05.

3. Analisis Regresi

a. Regresi Linear Sederhana

Analisis sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat. Untuk analisis linear sederhana digunakan rumus:

= a + bx Dimana:

= Variabel Terikat

a = Bilangan Konstanta

b = Angka arah /koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen

x = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu

(57)

b. Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel dependen (bebas) terhadap variabel independen (terikat). Adapun model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 +e Keterangan : Y =Hasil belajar X1= Cara Belajar X2= Iklim sekolah a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi dari variable cara belajar

b2 = Koefisien regresi dari variable iklim sekolah

e = Error ( Priyatno, 2010)

4. Uji Korelasi (Pearson Product Momen)

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Analisis korelasi ganda bertujuan untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua variabel bebas atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terkait dengan rumus sebagai berikut:

, = 1 + 1 −2 . 2( 1 )( 21 2

Keterangan :

R= koofisien korelasi ganda X= skor variabel X

Y= skor variabel Y

(58)

Pedoman untuk memberikan interpretasi koofisien korelasi sebagai berikut: 0,0 – 0,199 Sangat rendah 0,2 – 0,399 Rendah 0,4 – 0,599 Sedang 0,6 – 0,799 Kuat 0,8 - 1,00 sangat kuat

Sugiyono dalam Priyatno, 2010

5. Uji Keberartian Regresi

Uji keberartian regresi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Uji T-test

Maka hasil korelasi product moment diuji dengan signifikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t = r√

keterangan: t = nilai t

r = koofisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden

(Priyatno, 2010:20) Kriteria pengujian:

diterima jika - ≤ <

ditolak jika - < atau >

Pengujian dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 : 2= 2,5% (uji

(59)

b. Uji F hitung

Untuk menguji signifikan korelasi ganda digunakan rumus F hitung sebagai berikut :

= ( )

Keterangan :

R = nilai koefisien ganda K = jumlah variabel bebas N =jumlah pengujian

Jika F hitung ≥ F tabel maka hipotesis ditolak artinya tidak signifikan Jika F hitung ≤ F tabel maka hipotesis diterima artinya signifikan.

(Riduwan, 2004) c. Koofisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai (R2) dikatakan baik jika nilainya diatas 0,5 karena nilai R Square terletak antara 0 sampai 1

0 R2 1

. Jika nilai R2 bernilai 1, maka variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara utuh.Jika nilainya, 0 maka variabel independen tidak dapat menjelaskan apapun tentang variabel dependen.Koefisien determinasi (R2) yaitu dapat dicari dengan menggunakan rumus(Ghozali, 2011:83)

R² =ESS

TSS

Dimana:

ESS = Explanted sum square (jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total sum square (jumlah total kuadrat).

(60)

Persentase kontribusi terkecil berjumlah 0% dan terbesar berjumlah 100% maka besar kecilnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

0,0 –20,0% sangat kecil

20,1 –40,0% kecil

40,1 – 60,0% cukup besar

60,1 – 80,0% besar

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah Penelitian

SMA Negeri 1 Batang Anai pertama didirikan tahun 1996 dengan pelopor Bapak Abu Tani Rizam yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah SMA N 1 Sicincin. Sekolah ini merupakan sekolah gandengan dari SMA N 1 Sicincin. Sekolah ini dibangun karena pada saat itu di kecamatan tersebut belum ada SMA padahal di sana banyak anak-anak yang sudah SMA. Awalnya anak-anak ini sekolah ke SMA di Sicincin atau di Padang dengan jarak perjalanan yang harus ditempuh cukup jauh. Pada saat yang sama terdapat tanah dan bantuan dana dari pemerintah untuk membangun sekolah. Akhirnya Bapak Abu Tani Rizam bersama masyarakat Batang Anai mendirikan SMA N 1 Batang Anai.

Pada awal berdiri, sekolah ini berstatus sekolah persiapan yang terdiri dari 3 kelas untuk kelas X dengan pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dilakukan di SMP YAPPI. Pada tahun 1997 pembangunan sekolah selesai sehingga semua kegiatan operasional sekolah dilakukan di bangunan ini.

Sejak awal berdiri hingga sekarang SMA N 1 Batang Anai telah mengalami 4 kali pergantian kepala sekolah. Diantara kepala sekolah yang pernah menjabat di SMA N 1 Batang Anai adalah:

1. Abu Tani Rizam (1996-1997) 2. Drs. Darmizal (1997-1999) 3. Dra. Isdawati Anwar (1999-2003)

(62)

4. Drs. Mulyadi. R, MM (2003-2013) 5. Drs. Zal Aidi MM (2013-Sekarang)

Visi:

Berbudaya, Terampil, dan Berprestasi

Misi:

1. Menyusun dan merumuskan kurikulum sman 1 batang anai yang mampu dijadikan rujukan, dan acuan di sma n 1 batang anai.

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan.

3. Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan efektif, dan menyenangkan.

4. Melengkapi sarana dan prasarana yang akan menunjang pelaksanaan proses pembelajaran, pembinaan kepribadian dan pengembangan life skill.

5. Melaksanakan pengelolaan SMA N 1 Batang Anai dengan konsep MBS dan MPMBS

6. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan.

7. Memenuhi tingkat pembiayaan ideal persiswa dengan mengoptimalkan partisipasi orang tua dan masyarakat.

8. Melaksanakan evaluasi kebermaknaan yang menyenangkan secara terus menerus dan berkelanjutan.

9. Menumbuh kembangkan busaya islami dan kultur daerah dalam lingkungan sekolah.

Gambar

Gambar II.I Kerangka KonseptualCara Belajar
Tabel III.1Populasi Penelitian
Tabel III.2Sampel Penelitian
Tabel III.3Hasil Uji ValiditasCara Belajar Siswa Item-Total Statistics Item Corrected Item-Total
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI yaitu sebagai berikut: Pembelajaran

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat diterapkan sebagai alternatif pembelajaran geografi karena

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh cara belajar, lingkungan keluarga, dan pemanfaatan sumber belajar terhadap hasil belajar pada mata pelajaran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode pembelajaran diskusi dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar

kesemangatan siswa dalam mengikuti pelajaran geografi materi sejarah pembentukan bumi menggunakan media audio visual terbayarkan dengan hasil belajar mereka yang

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka penelitian dibatasi hanya pada masalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

Sehingga Ha diterima yang artinya “Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3 SMA Muhammadiyah Gombong mata pelajaran Geografi materi Atmosfer menggunakan model pembelajaran