MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN
YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Ariana Norma Ningsih P07124215084
Dika Ardiana P07124215089
Euis Baiduri P07124215092
Hani Asmarani P07124215095
Isnu Kurnia Nugrahaeni P07124215100
Mutiara Fatinah P07124215105
Rika Nofitasari P07124215110
Tika Dwi Maemunah P. P07124215116
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Kecamatan Prambanan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. yogyakarta. Bagian utara dan timur kecamatan Prambanan sudah merupakan perbatasan dengan Kabupaten Klaten provinsi Jawa Tengah, untuk bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Bantul. Sedangkan untuk bagian barat berbatasan dengan kecamatan Kalasan dan Berbah. Kecamatan Prambanan berada di wilayah timur dari kabupaten Sleman yang sebagian merupakan daerah perbukitan, tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat budaya wisata dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.
Luas Wilayah Kecamatan Prambanan yaitu 4.135 ha yang terdiri dari 6 Desa, meliputi 68 dusun, 162 Rukun Warga dan 382 Rukun Tetangga. Desa di wilayah Prambanan adalah Desa Sumberharjo, Desa Madurejo, Desa Wukirharjo, Desa Bokoharjo, Desa Sambirejo, Desa Gayamharjo.Hampir 60% wilayah Kecamatan Prambanan Sleman berupa daerah pegunungan, selebihnya berupa daerah datar dan persawahan.
1. Bentang Alam
Kecamatan Prambanan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan wilayah paling timur dari kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten Jawa Tengah dibagian Timur. Daerah di Kecamatan Prambanan sebagian besar terdiri dari daerah pegunungan dengan persentase 60%, selebihnya berupa daerah datar dan persawahan. Serta tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat budaya wisata dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.
2. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang ada di Kecamatan Prambanan antara lain: a) Sumber daya tambang
Kondisi geologi dan geomorfologi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang beragam mengakibatkan terjadinya variasi potensi geologi yang diwujudkan dalam potensi bahan tambang. Di Kecamatan Prambanan terdapat sumber daya mineral atau tambang berupa Bahan
Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, serta breksi batu apung. Lokasi penambangan batu breksi terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan.
b) Tanah
Tanah di kecamatan Prambanan terdiri dari jenis tanah litosol seluas 2.155 ha dan jenis tanah regosol seluas 1980 ha. Di bagian timur ke selatan yang meliputi desa bokoharjo dan desa wukirharjo merupakan deretan perbukitan yang terdapat beberapa candi yang merupakan tempat wisata cagar budaya dan pemanfaatan tanahnya hanya untuk perkebunan, jarang untuk pertanian. Didaerah utara ke arah barat merupakan daerah datar dan persawahan yang digunakan untuk pertanian.
c) Air
Pemenuhan kebutuhan air di Kecamatan Prambanan berasal dari beberapa sumber diantaranya sumur – sumur warga setempat, sungai opak, maupun PDAM yang berasal dari air tanah. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tingkat penggunaan air di wilayah ini juga semakin bertambah.
3. Masalah Lingkungan a) Faktor Alam
Bencana alam adalah suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi di muka bumi ini. Bencana alam yang terjadi di muka bumi berakibat kerusakan alam dan lingkungan sekitarnya, sehingga menyebabkan lingkungan dan alam sekitar menjadi rusak atau lingkungannya sudah berbeda dengan sebelum bencana tersebut terjadi, dengan kata lain bentuknya sudah tidak beraturan seperti aslinya.
Bencana yang dapat terjadi di kecamatan Prambanan antara lain gunung meletus, gempa bumi, kekeringan, angin puting beliung, dan tanah longsor. Bencana ini terjadi karena berbagai sebab di antaranya wilayah Indonesia yang dilintasi oleh dua jalur pegunungan yaitu Pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania yang menyebabkan banyak gunung berapi. Aktivitas gunung berapi menyebabkan terjadinya gempa vulkanik, sedangkan pergeseran lempeng benua menyebabkan gempa tektonik. Bila pusat gempa terjadi di lautan maka akan terjadi badai tsunami. Iklim di Indonesia menyebabkan angin musim yang kadang-kadang bisa terjadi angin topan, sedangkan curah hujan yang terjadi menyebabkan banjir dan tanah longsor.
b) Faktor Manusia
Di Indonesia hampir setiap tahun selalu ada bencana yang menimpa bangsa Indonesia. Bencana terjadi tidak jauh dari ulah manusia sendiri atau tidak peduli dengan lingkungan. Bencana terjadi karena manusia kurang memperhatikan dan memperbaiki alam semesta ini, hal ini menyebabkan sering terjadinya bencana atau musibah. Indonesia memiliki hutan-hutan yang begitu banyak, akan tetapi para manusia salah memanfaatkannya. Dari faktor hutan yang salah menggunakannya saja sudah menjadi sebab-sebab bencana alam yang akan terjadi. Selain itu, banyak manusia yang menjadikan kekayaan hutan menjadi lahan usaha, bisnis, dan lahan mencari sebuah keuntungan. Banyak diantara mereka yang menggunakan cara-cara yang tidak benar seperti menebang pohon-pohon yang ada di hutan secara ilegal dan tanpa perizinan dari menteri
kehutanan. Akibat ulah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan dan kekayaan alam, banyak hutan-hutan yang gundul dan banyak terjadi pembakaran hutan yang menyebabkan tanah mudah longsor.
Berdasarkan data yang terdapat di BLK (Badan Lintang Kehutanan) Departemen kehutanan, kerusakan hutan atau bencana alam yang terjadi di sebabkan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab yang sering kali menebang hutan secara sembarangan. Akibat ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertangung jawab tersebut maka Indonesia sering kali mengalami bencana banjir, longsor dan lain-lain. Banjir terjadi karena hutan yang gundul tidak dapat lagi menyerap air, tapi ada juga banjir yang disebabkan oleh manusia yang sering membuang sampah secara sembarangan, sehingga mengakibatkan air sungai meluap dan menyebabkan banjir. Bencana alam yang terjadi akan sangat merugikan manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, alam yang dimiliki harus dilestarikan dan dijaga dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, agar generasi yang akan datang bisa menikmati keindahan alam yang menyimpan banyak potensi. Maka di dalam individu masing-masing harus memiliki sikap atau rasa peduli yang kuat terhadap pentingnya dalam menjaga dan melestarikan alam sekitar. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti : membiasakan membuang sampah pada tempatnya, memperbanyak menanam pohon, dan lakukan gotong royong dalam membersihkan lingkungan.
c) Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Lingkungan 1) Sikap dan perilaku positif masyarakat
Kecamatan Prambanan merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat peninggalan sejarah, seperti candi-candi. Salah satu candi yang paling terkenal disekitar kecamatan Prambanan adalah
Candi Roro Jonggrang. Candi tersebut memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati kemegahan candi Prambanan. Wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan domestik, melainkan wisatawan mancanegara. Tanpa disadari terjadi perubahan budaya yang dialami masyarakat karena adanya wisatawan asing. Namun hal tersebut tidak begitu besar dampaknya. Hal ini terbukti bahwa masyarakat masih mempertahankan budaya yang sudah ada seperti karawitan, wayangan, kuda lumping, dll. Dalam hal keagamaan, masyarakat di wilayah Prambanan masih terjaga dengan baik. Hal ini terbukti dengan masih adanya pengajian rutin. Partisipasi warga mengikuti pengajianpun sangat baik. Banyak warga yang datang menghadiri pengajian yang diadakan dengan tempat secara bergiliran.
Di wilayah Prambanan sistem gotong royong masih ada seperti kerja bakti untuk membersihkan atau memperbaiki lingkungan. Kerukunan antar warga dapat terjalin dengan adanya gotong royong. Selain gotong royong, untuk menjaga keamanan desa dilaksanakan kegiatan ronda dengan sistem jadwal dan tempat bergiliran.
Akulturasi antara agama hindu dan agam islam masih terjaga di wilayah Prambanan.. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan kenduri dalam hajatan yang merupakan salah satu bentuk akulturasi kedua agama tersebut. Kenduri pada zaman dahulu merupakan tradisi agama Hindu yang digunakan untuk bersembahyang. Namun pada perjalanannya kenduri digunakan untuk mempermudah penyebaran agama Islam, agama Islam tidak menghilangkan tradisi seperti kenduri. Tradisi Kenduri masih dilaksanakan masyarakat Prambanan baik hajatan untuk menikahkan anak ataupun peringatan orang meninggal. Bentuk akulturasi lain seperti penentuan hari baik untuk
menikahkan anak, dan juga masih adanya kepercayaan peringatan orang meninggal seperti 7 hari, 100 hari.
Budaya asli tidak terpengaruh dengan budaya luar yang masuk. Masyarakat sekitar Prambanan mampu memfilter budaya yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat memiliki rasa cinta dan peduli terhadap kebudayaan sendiri, tidak langsung menerima masuknya budaya-budaya yang sekiranya tak pantas untuk diterima. Dengan cara tersebut kebudayaan asli tidak tercemar dan rusak akibat adanya budaya luar yang masuk. Namun bagaimanapun juga semua masyarakat tetap memilki rasa untuk saling menghargai terhadap semua kebudayaan yang datang dan dirasa baru/belum dikenal.
Kaitannya dengan hal tersebut, masyarakat yang hidup dan berada di sekitar lokasi pariwisata itu mengalami sebuah perubahan-perubahan sosial budaya yang negatif yang bisa saja disebabkan masuknya pengaruh–pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya asli.. Adapun guna mengantisipasi adanya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif maka perlu dilakukan tindakan preventif dengan cara memberikan sosialisasi terhadap komponen ataupun sub-sub dalam masyarakat agar memiliki kesadaran dan semangat yang kuat untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan yang dianggap pantang untuk ditinggalkan.
2) Sikap dan perilaku negatif masyarakat
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern dan ekstern. Sebab intern adalah sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat, seperti pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Sebab ekstern adalah sebab yang berasal dari luar masyarakat, contohnya adanya pengaruh bencana alam dan adanya pengaruh budaya lain. Diketahui bahwa wilayah Prambanan kaya akan potensi wisata yang menarik perhatian wisatawan mancanegara. Hal tersebut tanda disadari memiliki pengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat disekitar daerah wisata. Meskipun budaya lokal masih tetap terjaga, namun pengaruh budaya asing tetap masih ada. Hal ini terbukti dengan golongan pemuda yang sudah terkena dampak modernisasi dan mulai meninggalkan budaya daerah.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, sikap dan perilaku manusia yang berbeda-beda. Dalam memanfaatkan alam, manusia terkadang tidak memperhatikan dampak yang ditimbulkan. Perbuatan manusia yang dapat merusak lingkungan salah satunya adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air dan pencemaran suara. Pencemaran udara dapat berupa sisa pembakaran, asap kendaraan bermotor. Pencemaran tanah biasanya karena sampah plastik atau sampak anorganik yang tidak dapat diuraikan didalam tanah, penggunaan pupuk atau obat-obatan kimia. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya zat-zat yang tidak dapat diuraikan dalam air seperti detergen, pestisida dan minyak. Pencemaran suara dapat ditimbulkan dari suara kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, dll. Selain pencemaran lingkungan, degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan lingkungan. Manusia sebagai penguasa lingkungan
hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
4. Kondisi Geografis dan Penduduk
Kecamatan Prambanan berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 149 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Prambanan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Prambanan adalah 33ºC dengan suhu terendah 22ºC. Bentangan wilayah di Kecamatan Prambanan berupa tanah yang datar, berombak dan sebagian berupa perbukitan.
Kecamatan Prambanan berbatasan dengan : Utara : Kecamatan Kalasan
Timur : Kecamatan Prambanan Klaten Selatan : Kecamatan Piyungan Barat : Kecamatan Berbah
Kecamatan Prambanan dihuni oleh 13.214 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Prambanan adalah 45.244 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 21.723 orang dan penduduk perempuan 23.521 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 1.063 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Prambanan adalah Petani. Dari data monografi kecamatan tercatat 12.960 orang atau 28.65 % penduduk kecamatan Prambanan bekerja di sektor pertanian.
5. Potensi Ekonomi, Wisata, Pertanian
Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Prambanan antara lain pasar 1 buah yang sedang direnovasi untuk diperbesar. Sarana kesehatan di Kecamatan Prambanan terdiri dari Puskesmas Prambanan 1 buah sebagai
puskesmas induk yang terletak di desa Bokoharjo dan terdapat puskesmas pembantu sebanyak 4 buah yang tersebar di desa Madurejo, wukirsari, Gayamharjo dan Sambirejo. Selain itu terdapat 1 buah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prambanan yang dulunya merupakan puskesmas rawat inap yang berada di desa Sumberejo.
Kecamatan Prambanan dikenal dari beberapa tinggalan cagar budaya terutama bangunan candi yang telah mampu mempopulerkan kecamatan ini baik di tingkat nasional maupun internasional. Tinggalan objek wisata Candi Prambanan dengan beberapa tinggalan bangunan candi lainnya terkonsentarsi di Prambanan dan sekitarnya mampu mendatangkan daya tarik wisata di wilayah tersebut. Sumber daya budaya yang ada ternyata juga dapat menggerakkan masyarakat dalam hal ini pemanfaatan situasi kondisi wilayah dengan daya tarik pariwisata candi sebagai sumber mata pencaharian bagi mereka. Kreativitas masyarakat Prambanan dan sekitarnya dalam berpartisipasi di sektor pariwisata tampak dari keuleten dan ketrampilan mereka untuk memanfaatkan peluang pariwisata dengan cara berdagang cinderamata, membuka pusat oleh-oleh , menjadi guide, juru foto dan usaha lainnya yang mendukung sektor pariwisata. Masyarakat sekitar area objek wisata Candi Prambanan juga memanfaatkan peluang pariwisata dengan berlaku sebagai penyedia fasilitas parwisata lain seperti kamar mandi umum, hotel, home stay dan tempat parkir jika terjadi luapan pengunjung.
Dari segi ekonomi sektor yang dianggap paling dominan di Kecamatan Prambanan adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan yang paling diunggulkan yaitu sektor pariwisata dan penyewaan jasa dan bangunan.
B. Potensi Bencana Yang Terjadi di Prambanan Sleman Yogyakarta 1. Erupsi Gunung Merapi
Gunungapi Merapi yang terletak di utara Yogyakarta menjadi pusat perhatian setiap empat – lima tahun sekali. Gunung api ini termasuk
paling sering meletus. Tubuh gunungapi ini terbagi ke dalam empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang di Provinsi Jawa Tengah. Merapi yang menjadi sumber kehidupan ini sekaligus menjadi ancaman bagi penduduk yang tinggal di 9 kecamatan, 42 desa, dan 118 dusun yang terletak di sekitar Merapi. Letusan terakhir terjadi pada akhir Oktober – Desember 2010 lalu, yang dampaknya masih berlangsung hingga awal tahun 2011. Erupsi yang berlangsung dari tanggal 25 Oktober hingga awal Desember 2010 itu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, 353 orang tewas akibat awan panas. Lebih dari 350.000 orang diungsikan dari wilayah yang rawan di radius 20 Km dari puncak Merapi. Seach (2010) mencatat bahwa erupsi tahun 2010 ini adalah yang terbesar dalam 100 tahun terakhir. Sebaran abu vulkanisnya menyebabkan bandara internasional Adisucipto Yogyakarta ditutup. Hujan abu vulkanik menerpa wilayah di sekitar Merapi, termasuk kota Yogyakarta yang berjarak sekitar 25 Km dari Merapi.
2. Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya terletak di jalur subdaksi lempeng Indo – Australia yang menyusup ke lempeng Eurasia. Dengan demikian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya merupakan wilayah yang sangat rawan gempa bumi tektonik maupun vulkanik.Namun, gempa vulkanik getarannya tidak besar dan sebarannya tidak seluas gempa tektonik. Catatan sejarah menyebutkan bahwa gempa besar sering terjadi di masa lalu. Pulau Jawa bagian selatan diguncang gempa bumi yang merusak sebelas wilayah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.53 pagi. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG; saat ini Badan Geologi, Klimatologi dan Geofisika – BMKG) mencatat
kekuatan gempa pada 5,9 Skala Richter. Badan Survei Geologi Amerika Serikat (U.S. Geological Survey) mencatat kekuatan gempa sebesar 6,3 Skala Richter pada kedalaman 10 Km.Gempa itu terjadi karena lempeng Australia bergerak menunjam di bawah lempeng Eurasia dengan pergerakan 5 – 7 cm tiap tahunnya. Pada saat itu Episentrum diperkirakan terdapat di Muara sungai Opak-Oyo yang mereaktivasi sepanjang badan sungai hingga ke Prambanan yang sekarang disebut sesar aktif Kali Opak-Oyo.
Pusat gempa terletak di daratan selatan Yogyakarta (7.962° Lintang Selatan, 110.458° Bujur Timur). Laporan Inter Agency Standing Committee –IASC (2006) menyebutkan bahwa dua wilayah terparah adalah Kabupaten Bantul di D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Klaten di Jawa Tengah. Gempa bumi tersebut mengakibatkan korban tewas seketika sebanyak 5.744 orang dan melukai lebih dari 45.000 orang. Sebanyak 350.000 rumah hancur/rusak berat dan 278.000 rumah rusak sedang/ringan. Dampak gempa ini menyebabkan 1,5 juta orang tidak memiliki rumah karena rusak atau hancur. Total penduduk terdampak gempa adalah 2,7 juta jiwa, tiga kali lebih besar daripada jumlah yang tercatat pada petistiwa gempa-tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Jumlah kerusakan dan kerugian total mencapai 3,1 milyar USD, setara dengan kejadian gempa di Gujarat dan Kashmir.
Potensi ancaman Gempa Bumi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diantaranya:
a. Gempa Bumi Tinggi
Kabupaten Bantul merupakan wilayah yang paling luas berpotensi terkena dampak gempa bumi karena secara fisik berhadapan langsung dengan samudera Indonesia. Area yang beresiko gempa tinggi termasuk 500 meter dari kali Opak dan jaluir patahan perbukitan Baturagung. Wilayah yang termasuk dalam kategori
potensi gempa tinggi adalah sebagian kecamatan kretek, Pundong, Jetis, Piyungan, Pleret, Banguntapan, Imogiri, dan Prambanan. b. Gempa Bumi Sedang
Wilayah yang katergori sedang dan rendah adalah jarak 1000 meter dari sungai besar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seperti sungai Progo, Opak dan Oyo.
3. Angin
Angin ribut/puting beliung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hampir terjadi di semua Kabupaten/kota. Biasanya peristiwa angin ribut dapat dijumpai pada saat musim pancaroba pergantian dari musim kemarau ke musim hujan. Kejadiannya sangat dipengaruhi tekanan udara lokal sehingga sangat sulit untuk diprediksi maupun dipantau melalui citra satelit.
Beberapa kejadian yang dusebabkan angin juga pernah terjadi di kecamatan Prambanan seperti hujan disertai angin di daerah prambanan hari selasa tanggal 03 Maret 2015 mengakibatkan banyak pohon yang tumbang, diantara nya di daerah Klumprit II Rt 02 Wukirharjo Prambanan Sleman pohon tumbang menimpa rumah beberapa warga. Di dusun Klumprit I wukirharjo Prambanan akibat angin di serati hujan kemarin ada beberapa tiang listrik yang patah namun tidak menimbulkan korban, namun kalau tidak segera di perbaiki akan membahayakan pengguna jalan. Selain itu di dusun Umbulsari ada beberapa titik pohon yang tumbang mengenai rumah dan mengakibatkan kerusakan ringan.
Ancaman tanah longsor di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi di empat Kabupaten yaitu Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman salah satunya di Kecamatan Prambanan juga rentan terjadi tanah longsor karena sebagian daerah terdiri dari perbukitan / lereng.
Akibat hujan deras 3 desa atas di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman terjadi tanah longsor. Selasa 9 Pebruari 2015 sejak siang di Wilayah Kecamatan Prambanan mengalami hujan cukup deras hingga malam hari, akibatnya 3 Desa yaitu Desa Gayamharjo, Wukirharjo dan Sambirejo terjadi tanah longsor dan runtuhan batu disejumlah titik. Longsor kerugiaan ditafsir sekitar 18 juta dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa. Namun jika tidak segera di tangani dan diperbaiki dikhawatirkan akan menjadi ancaman untuk warga karena terjadinya longsor susulan.
5. Bencana Kekeringan
Ancaman bencana kekeringan dapat dilihat dari ketersediaan air untuk kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya termasuk binatang ternak dan tanaman. Jika kekeringan berlangsung dalam waktu yang panjang maka akan menimbulkan kerugian harta benda oleh karena itu harus diwaspadai dan dilakukan tindakanan penanganan . Beberapa tempat di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman juga sering terjadi bencana kekeringan dikarenakan beberapa tempat berada didataran tinggi yang tanahnya tidak mampu menyerap atau menahan cadangan air.
Musim kemarau kebutuhan air bersih sangat penting sekali, dampak ini dirasakan oleh semua masyarakat khususnya daerah pegunungan di prambanan, sehingga banyak organisasi atau lembaga yang peduli terhadap kekeringan yang sedang melanda desa.Musim hujan tak kunjung datang, dampak dari musim kemarau ini sangat berpengaruh bagi warga masyarakat khusus nya mereka yang tinggal di daerah pegunungan di wilayah Prambanan seperti desa Wukirharjo, Gayamharjo, Sambirejo serta sebagian wilayah Desa Sumberharjo. Banyak lahan pertanian yang mengering sehingga tidak bisa ditanami tanaman pertanian dan struktur tanah menjadi mengering. Sementara itu sumber air yang ada di berbagai daerah pegunungan tersebut sudah sangat menipis sekali bahkan ada beberapa mata air yang sudah tidak berfungsi karena mengering akibat musim kemarau tahun ini.
Musim kemarau sangat dirasakan sekali dampaknya bagi warga masyarakat khususnya padukuhan klumprit I dan Klumprit II, wukirharjo, prambanan, sleman, ini dikarenakan semakin menipis nya sumber air yang ada di dusun tersebut. Sumber air yang terdapat diklumprit II merupakan satu-satunya sumber air yang dipergunakan oleh dua padukuhan yaitu Klumprit I khususnya Rt 03, 04 dan Klumprit II Rt 01,02,03. Selain dipergunakan untuk minum dan mandi air juga di pergunakan untuk minum ternak sehingga kebutuhan air semakin banyak. Warga rela berjalan kaki sekitar 500 meter sampai 1 km dari klumprit I demi mendapatkan air. Ada sebagian warga yang sudah mendapatkan air dengan membeli dengan harga per tangki dengan kapasitas 4000an liter seharga Rp.110.000. Selain itu musim kemarau juga berdampak pada tanaman petani di daerah tersebut karena selama musim kemarau tanaman tidak mendapat kan pengairan sehingga banyak yang mulai kering, mayaritas petani di daerah tersebut merupakan petani tadah hujan. Dengan kondisi
tersebut harapan dari warga supaya pemerintah bisa mencari solusi untuk mengatasi kekurangan air selain dengan cara droping air.
C. Kegiatan Manajemen Bencana
1. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi
Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana terdiri dari program pencegahan dan mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana disusun program peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam mengahadapi risiko bencana serta pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Dalam tanggap darurat bencana disusun program penyelenggaran operasi darurat bencana, sedangkan dalam pemulihan bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS
A. Pra Bencana Erupsi Merapi 1. Pencegahan dan
Mitigasi Bencana Erupsi Merapi
1. Pencegahan dan mitigasi non struktural
1. Penilaian risiko bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana, pembuatan peta resiko dan membuat simulasi
skenario bencana. 2. Penyelenggaraan
pendidikan kesehatan,
penyuluhan dan
pelatihan baik secara konvensional maupun modern.
2. Pencegahan dan mitigasi strukstural 3. Pelaksanaan penataan ruang, pembangunan infrastruktur dan pengaturan pembangunan sehingga mempermudah evakuasi saat terjadi bencana. 2. Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Merapi 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam membangun budaya aman bencana serta kemandirian dalam menghadapi risiko bencana.
1. Menyusun pedoman standara penyelamatan diri terhadap evakuasi. 2. Pembuatan jalur
evakuasi di daerah rawan bencana erupsi merapi menuju titik kumpul. 2. Pembangunan dan pememliharaan sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana. 3. Pembangunan jaringan informasi dan komnukasi kebencanaan terpusat dengan pemanfaatan fasilitas umum sebagai media perantara.
1. Tanggap darurat bencana
1. Penyelenggaraan Operasi Darurat Bencana
1. Kajian cepat bencana erupsi merapi
2. Pencarian
penyelamatan dan evakuasi
3. Pemenuhan kenutuhan dasar pangan sandang hunian sementara, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi 4. Pemulihan darurat
fungsi prasarana dan sarana kritis
2. Pemulihan bencana 2. Penyelenggaraan
rehabilitasi dan konstruksi 5. Pengkajian kerusakan dan kerugian 6. Penyususan rencana aksi rehabilitasi rekonstruksi 7. Pemulihan prasarana, sarana public dan rekonstruksi rumah warga korban bencana 8. Pemulihan kesehatan
dan kondisi psikologis
2. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Gempa Bumi
Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana terdiri dari program pencegahan dan mitigasi structural dan mitigasi non structural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana disusun
program peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam menghadapi risiko bencana serta pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Dalam tanggap darurat bencana, disusun penyelenggaraan operasi darurat bencana, sedangkan dalam pemulihan bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS
A. Pra Bencana Gempa Bumi 1. Pencegahan dan mitigasi bencana gempa bumi 1. Pencegahan dan mitigasi nonstructural 1. Penerapan standar bangunan aman gempa hingga ketingkat desa yang diadopsi dari Building Code provinsi 2. Pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi standar bangunan aman gempa dan aturan tata ruang 2. Pencegahan dan
mitigasi structural
3. Peningkatan fungsi fasilitas public di daerah rawan bencana gempa bumi
2. Kesiapsiagaan bencana gempa bumi
3. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam membangun budaya aman bencana serta kemandirian dalam menghadapi risiko bencana
4. Menyusun pedoman standar penyelamatan diri terhadap gempa bumi
pemeliharaan sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana informasi dan komunikasi kebencanaan terpusat dengan pemanfaatan fasilitas umum sebagai media perantara
B. Penanganan Bencana Gempa Bumi 1. Tanggap darurat
bencana
1. Penyelenggaraan operasi darurat bencana
1. Kajian cepat bencana gempa bumi
2. Pencarian,
penyelamatan, dan evakuasi
3. Pemenuhan kebutuhan dasar, pangan, sandang, hunian sementara, pelayanan kesehatan, air bersih dan sanitasi 4. Pemulihan darurat
fungsi prasarana dan sarana kritis
2. Pemulihan bencana 3. Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi 5. Pengkajian kerusakan dan kerugian 6. Penyusunan rencana aksi rehabilitasi rekonstruksi 7. Pemulihan prasarana sarana public dan rekonstruksi rumah warga korban bencana
kesehatan dan kondisi psikologis
3. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Angin Puting Beliung
Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana angin putting beliung terdiri dari pencegahan dan mitigasi structural dan non struktural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana disusun program peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam menghadapi resiko bencana, pembangunan sarana dan prasarana serta pembangunan kapasitas teknis aparat pemerintah dalam penanggulangan bencana. Dalam tanggap darurat bencana disusun program penyelenggaraan operasi darurat bencana, sedangkan dalam pemulihan bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kebijakan Program Fokus Prioritas
A. Pra Bencana Angin Puting Beliung 1. Pencegahan dan Mitigasi
Bencana Gempa Bumi
1. Pencegahan dan Mitigasi Non Struktural
1. Penerapan aturan standar bangunan yang
memperhitungkan beban angin khususnya di daerah yang rawan
2. Menyusun peta rawan bencana angin putting beliung berdasarkan data historis
3. Penghijauan di bagian atas arah agin untuk meredam gaya angin
3. Pencegahan dan Mitigasi Struktural
4. Peningkatan fungsi fasilitas publik di daerah rawan angin puting beliung
5. Memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang sudah rapuh
3. Kesiapsiagaan Bencana Angin Puting Beliung
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam
membangun budaya aman bencana serta kemandirian dalam menghadapi resiko bencana
6. Melakukan sosialisasi dan pelatihan penanganan angin putting beliung kepada masyarakat
4. Pembangunan Kapasitas Teknis Aparat Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana
5. Pembangunan jaringan informasi dan komunikasi kebencanaan terpusat dengan pemanfaatan media elektronik sebagai media perantara
6. Membangunsistem
peringatan dini angin puting beliung
7. Menyusun rencana evakuasi bencana angin puting beliung
B. Penanganan Bencana dan Pasca Bencana Angin Puting Beliung 1. Tanggap Darurat Bencana 1. Penyelenggaraan Operasi
Darurat Bencana
1. kajian cepat bencana angin putting beliung
2. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi
3. Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan kesehatan, ir bersih dan sanitasi
4. Pemulihan darurat fungsi sarana dan prasarana kritis 2. Pemulihan Bencana 2. Penyelenggaraan
Rehabilitasi dan Rekonstruks
5. Pengkajian kerusakan dan kerugian
6. Penyusunan rencana aksi rehabilitasi rekonstruksi 7. Pemulihan prasarana sarana
public dan rekonstruksi rumah warga korban bencana
8. Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis
4. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
Mitigasi longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak korban dan kerugian fisik dari bencana tersebut. Mitigasi bencana meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana.Program yang bisa dilaksanakan dalam kegiatan penanggulangan bencana tanah longsor yaitu dimulai dari tindaan pencegahan yaitu sebelum bencana terjadi, kesiapsiagaan saat bencana terjadi, dan recovery atau pemulihan setelah bencana terjadi.
KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS
A. Pra Bencana Tanah Longsor 1. Pencegahan dan
Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Pencegahan dan Mitigasi non struktural
1. Melakukan pemetaan yaitu dengan menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan
bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai
masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
2. Melakukan pemeriksaan dan penyelidikan dengan mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah. 3. Melakukan pemantauan
di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. 4. Melakukan sosialisasi dengan memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya dengan cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara
langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah
Pencegahan dan Mitigasi
Struktural 5. Pelaksanaan pembangunan ruang, pembangunan infrastruktur dan pengaturan pembangnan sehingga mempermudah evakuasi saat terjadi bencana
2. Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor
Peningakatan kapasitas masyarakat dalam
membangun budaya aman bencana serta kemandirian dalam menghadapi resiko bencana tanah longsor
6. Membuat jalur evakuasi yang menghubungkan semua area di dalam daerah yang rawan ke daerah yang aman (titik kumpul)
B. Penanganan Bencana dan Pasca Bencana Tanah Longsor 1. Tanggap Darurat Bencana Penyelenggaraan Operasi
Darurat Bencana
1. Kaji cepat bencana tanah longsor
2. Pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban bencana tanah longsor 3. Pemenuhan kebutuhan
dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi 4. Pemulihan darurat fungsi
prasarana dan sarana kritis
2. Pemulihan Bencana Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
5. Pengkajian kerusakan dan kerugian
6. Penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi dengan perbaikan drainase tanah,
modifikasi lereng, vegetasi kembali lereg-lereng, dan membangun beton-beton yang menhaan tembok untuk menstabilkan hunian. Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
7. Pemulihan prasarana sarana publik dan rekonstruksi rumah warga korban bencana 8. Pemulihan kesehatan dan
kondisi psikologis
Mitigasi bencana kekeringan pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak dan kerugian fisik dari bencana tersebut. Mitigasi bencana meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana.Program yang bisa dilaksanakan dalam kegiatan penanggulangan bencana kekeringan yaitu dimulai dari tindakan pencegahan yaitu sebelum bencana terjadi, kesiapsiagaan saat bencana terjadi, dan recovery atau pemulihan setelah bencana terjadi.
KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS A. Pra Bencana Kekeringan
1. Pencegahan dan mitigasi bencana kekeringan 1. Pencegahan dan mitigasi non struktural 2. Pencegahan dan mitigasi struktural
2. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data. 3. Penyusunan PERDA untuk menetapkan
skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.
4. Memberikan sistem reward dan
punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/ lahan.
1. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah. 2. Penyediaan anggaran khusus untuk
pengembangan/perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
3. Pengembangan/perbaikan jaringan
2. Kesiapsiagaan bencana kekeringan 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam membangun budaya aman bencana serta kemandirian rawan kekeringan
1. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
2. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
3. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal.
4. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
5. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
6. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.
7. Perlindungan sumber-sumber air.
B. Penanganan dan Pasca Bencana Kekeringan
1. Tanggap Darurat Bencana 1. Penyelenggaraan Operasi darurat bencana
1. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
2. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
3. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
4. Penyediaan pompa air.
5. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
2. Pasca Bencana 1. Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek 2. Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka panjang
1. Bantuan sarana produksi pertanian. 2. Bantuan modal kerja.
3. Bantuan pangan dan pelayanan medis. 4. Pembangunan prasarana pengairan,
seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
5. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
6. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
7. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
8. Penertiban penggunaan air. 1. Upaya Non Fisik
a. Menyusun neraca air regional secara cermat.
b. Menentukan urutan prioritas alokasi air.
c. Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air. d. Menyiapkan pola operasi sarana
pengairan.
e. Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.
f. Menyiapkan cadangan/stok pangan. g. Menyiapkan lapangan kerja
sementara.
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.
2. Upaya Fisik Darurat
a. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai waduk/reservoir , sehingga hujan
yang terbentuk airnya dapat ditampung.
b. Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan air.
c. Penyediaan pompa yang movable di areal dekat sungai atau danau, sehingga pompa tersebut dapat dipergunakan secara bergantian untuk memperoleh air.
d. Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada daerah-daerah kering dan kritis. 3. Upaya Fisik Jangka Panjang
a. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
b. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan. c. Penggunaan air secara hemat dan
berefisiensi tinggi.
d. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
SATUAN ACARA PENYULUHAN Hari : Rabu, 8 Oktober 2015
Waktu : Pukul 15.30 – 16.00 WIB Tempat: Balai Dusun Prambanan
Sasaran : Warga Dusun Prambanan
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
1. Topik Kekeringan 2. Pokok Bahasan
Pencegahan Kekeringan Untuk Kesejahteraan Bersama 3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan semua warga dapat memahami tentang pencegahan kekeringan.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, warga dapat: 1) Menjelaskan pengertian kekeringan
2) Menjelaskan penyebab kekeringan 3) Menjelaskan gejala kekeringan 4) Menjelaskan akibat kekeringan
5) Melakukan penanggulangan kekeringan 4. Metode a. Ceramah b. Tanya Jawab 5. Media/ Alat a. Leaflet b. LCD, laptop, Layar
c. Poster d. Power Point e. Video
6. Alokasi dan Analisis Waktu
No. Komunikator Komunikan Waktu
1. Pre interaksi Memberi salam, memperkenalkan diri,
menjelaskan tema dan tujuan penyuluhan
Menjawab salam dan mendengarkan
3 menit
2. Isi
Menyebarkan leaflet,
menjelaskan materi penyuluhan, pemutaran video
mendengarkan 15 menit
3. Memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya tentang materi penyuluhan
Mengajukan pertanyaan
5 menit
4. Penutup
Memberikan pertayaan akhir sebagai evaluasi
Menjawab pertanyaan
5 menit
5. Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Menjawab salam 2 menit
7. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah, membentuk huruf U.
8. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi yang dapat ditunjukkan oleh para peserta selama penyuluhan: 1) Keikutsertaan/ partisipasi masyarakat
2) Perhatian yang diberikan oleh masyarakat 3) Keaktifan peserta untuk bertanya
b. Evaluasi Akhir
Menanyakan kepada sasaran:
1) Apa yang dimaksud dengan kekeringan? 2) Apa yang menjadi penyebab kekeringan? 3) Bagaimana dampak kekeringan?
4) Bagaimana cara menanggulangi kekeringan? 9. Lampiran Uraian Materi
a. Pengertian Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami. Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad.
b. Penyebab Kekeringan 1) Akibat Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b) Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c) Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.
d) Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik
dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan. e) Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan. 2) Akibat Ulah Manusia
Kekeringan tidak taat aturan terjadi karena:
a) Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air. b) Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat
perbuatan manusia. c. Gejala Kekeringan
1) Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
2) Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3) Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering. d. Dampak Kekeringan
1) Fisik
a) Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang. b) Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c) Kerusakan spesies tanaman.
d) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang).
f) Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g) Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.
2) Non fisik a) Ekonomi
Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.
Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b) Sosial Budaya
Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan.
Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan.
Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan. Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup. Kekacauan social, perselisihan sipil.
Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata pencaharian.
Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan, banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.
c) Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
e. Pencegahan Kekeringan 1) Pra Bencana
a) Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif. b) Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai
air baku untuk air bersih.
c) Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
d) Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan. e) Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan
dengan plester semen atau ubin keramik.
f) Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air g) Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h) Panen dan konservasi air 2) Saat Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui:
Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
Penyediaan pompa air.
Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara lain dengan upaya:
Dampak Sosial:
Penyelesaian konflik antar pengguna air.
Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
Dampak Ekonomi:
Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.
Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.
Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui diversifikasi usaha.
Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem pemasaran.
Mengatasi masalah transportasi air a.l dengan menggunakan alternatif moda transportasi lain atau melakukan stok bahan pokok. Dampak Keamanan:
Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam
penggunaan api. Dampak Lingkungan:
Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering). Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban pencemaran dengan cara pemeliharaan debit sungai.
Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.
Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa pembakaran.
3) Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana kekeringan antara lain:
a) Bantuan sarana produksi pertanian. b) Bantuan modal kerja.
c) Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
e) Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan. f) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
g) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air. h) Penertiban penggunaan air.