• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

WORKSHOP INCREASED PERFORMANCE OF THE HYPOTHALAMUS

IN PRODUCING NEUROTRANSMITTER IN INSOMNIA THROUGH

A COMBINATION OF COGNITIVE THERAPY AND MUSCLE

RELAXATION

Mifathul Zannah1*, Riska Trawaty Saragih2, Ruth Reh Ulina Aritonang3 1,2,3 Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara – Indonesia

*email korespondensi author: Abstrak

Insomnia salah satu permasalahan pada tidur yang merupakan kelainan dari hiperaurosal. Yang merupakan permasalahan tidur yang paling sering terjadi diikuti dengan permasalahan tidak relaksnya otot-otot sekitar kepala hingga leher. Hal ini karena hantaran rangsang neuron yang sampai di otot tidak tersampaikan dengan baik karena alat transportasi neuron yaitu neurotransmitter tidak diproduksi dengan

baik di hipotalamus. Hipotalamus yang berlokasi di suprachiasmatic nuclei telah punya

hubungan yang luas, beberapa hubungan tersebut diantaranya sistem limbic, pineal

gland dan batang otak yang melibatkan kontrol aferen serta tahapan tidur. Penanganan fisioterapi yang dapat diberikan untuk menangani insomnia adalah

dengan intervensi dari kombinasi Cognitive Therapy dan Muscle Relaxation. Kombinasi

kedua intervensi tersebut efektif dalam meningkatkan kinerja hipotalamus patway untuk memproduksi neurotransmitter pada dewasa muda penderita insomnia. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa Kombinasi Cognitive Therapy dan Muscle Relaxation sehingga efektif untuk meningkatkan kinerja hipotalamus patway dalam memproduksi neurotransmitter pada penderita insomnia. Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan fisioterapis sehingga membantu meningkatkan meningkatkan kinerja hipotalamus patway dalam memproduksi neurotransmitter pada penderita insomnia.

.

Kata kunci: Cognitive therapy; muscle relaxation; hipothalamus pathway; insomnia

Abstract

Insomnia was one of the problems in sleep which is a disorder of hyperurosal. Which is a sleep problem that most often occured followed by the problem of not relaxing the muscles around the head to the neck. This is because the stimulation of neurons that reach the muscles was not well

conveyed because the means of transporting neurons, namely

neurotransmitters, were not produced properly in the hypothalamus. The hypothalamus, which is located in the suprachiasmatic nuclei, had extensive relationships, some of which include the limbic system, pineal gland and brain stem which involves control of afferents and sleep stages. Physiotherapy treatment that can be given to treat insomnia was the intervention of a combination of Cognitive Therapy and Muscle Relaxation. The combination of these two interventions were effective in increasing the performance of the hypothalamus pathway to produce neurotransmitters in young adults with insomnia. The Previous Research showed that the combination of cognitive therapy and muscle relaxation is effective in increasing the performance of the hypothalamus pathway in producing neurotransmitters in insomniacs. The implementation of this activity is

(2)

expected to increase the knowledge of the physiotherapist so that it helps improve the performance of the hypothalamus pathway in producing neurotransmitters in insomniacs.

Keywords: Cognitive therapy; muscle relaxation; hipothalamus pathway; insomnia

1.Pendahuluan

Insomnia merupakan salah satu gangguan pola tidur. Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Baik itu bersifat sementara maupun dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan seseorang tersebut baik dari segi psikis dan biologis.

Berkisar antara 20%-40% orang dewasa mengalami sukar tidur dan sebanyak 17% mengalami masalah serius terhadap sulit tidur. Prevalensi gangguan tidur cenderung meningkat tiap tahunnya, menyesuaikan dengan pertambahan usia dan faktor lainnya (Judarwanto, 2009).

Artikel Riset internasional OLEH

US Census Bureau tahun 2004 terhadap penduduk Indonesia menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk

Indonesia, sebanyak 28,035 juta

jiwa(11,7%) terjangkit insomnia.

Sebuah penelitian yang

dilakukan di Amerika oleh National Sleep Foundation menyatakan bahwa, lebih 36% dewasa muda usia 18-29 mengalami kesulitan bangun pagi berbanding 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% di atas usia 65 tahun. Hampir 22% dewasa muda sering terlambat masuk kelas atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada pekerja usia 30-64 tahun dan 5% di atas usia 65 tahun). Dewasa muda (4%) mengalami kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih (dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% di atas usia 65 tahun).

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur dapat dengan mudah mengingat beberapa hal tetapi kemudian sulit untuk menggunakan informasi tersebut dengan kreatif dan konstruktif. Insomnia adalah suatu kondisi klinis dari sekian permasalahan

yang menarik baik dari segi psikis maupun psikologis, yaitu kesulitan memulai dan mempertahankan tidur dari segi non organis dan dari segi non restoratif yaitu ada gangguan tidur setidaknya dalam waktu satu bulan disertai dengan gangguan tidur disiang hari. gangguan tidur non organis disebut juga insomnia primer dan non restoratif disebut insomnia sekunder. hal yang membedakan antara keduanya adalah dari kondisi medis atau asupan zat yang masuk kedalam tubuh (Dauvilliers dan Morrin, 2013).

Penderita insomnia Jangka

panjang dapat menderita gejala

somatic, bahkan dapat membuat

penderita mengalami gangguan mental. Pada periode stres, insomnia menjadi kronis, konstan yang menyebabkan kelelahan, kegelisahan ekstrim dan gangguan kejiwaan.

Makhluk hidup memiliki irama kehidupan seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak

pada bagian ventral anterior

hipotalamus. Individu yang mengalami

insomnia dapat disebabkan oleh

pengaruh sistem hormon. Hormon yang berpengaruh terhadap sistem tidur

adalah adrenocorticotropic hormone

(ACTH), growth hormone (GH), thyroid

stimulating hormone (TSH), dan

luteinizing hormone (LH), (Judarwanto,

2009). Hormon hormon tersebut

disekresi teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur

mekanisme tidur dan bangun.

Permasalahan tidur dan bangun

tersebut merupakan kelainan pada tidur yang mengganggu permasalah kognitif

pada individu (O’Connor, 2000).

Dalam penelitian ini dipilih

intervensi cognitive therapy dan muscle

(3)

insomnia. Karena cognitive therapy

dapat memperbaiki distorsi kognitif

penderita dalam melihat dirinya,

lingkungannya, masa depannya, dan percaya dirinya sehingga penderita insmonia merasa dirinya berharga dan mengubah sikap dan kepercayaan penderita yang salah mengenai tidur (Brust, 2007)

Muscle relaxation diharapkan

mampu merelaksasikan otot – otot

yang mengalami ketegangan sehingga menghambat jalannya neurotransmitter ke hipotalamus sebagai penghasil hormon. Yang dapat membantu mekanisme tidur seseorang hingga

mempengaruhi hipotalamus dalam

menghasilkan hormon pengatur siklus tidur (Mehta et al, 2009).

Penelitian yang telah dilakukan

mendapatkan bahwa Kombinasi

Cognitive Therapy dan Muscle Relaxation sehingga efektif untuk

meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita

insomnia. Pelaksanaan kegiatan ini

diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan fisioterapis sehingga

membantu meningkatkan kinerja

hipotalamus patway dalam

memproduksi neurotransmitter pada penderita insomnia.

2.Metode

Kegiatan pengabdian ini

dilakukan melalui workshop dengan

menggunakan metode ceramah, tanya

jawab dan demonstrasi. Dalam

memberikan materi menggunakan

metode ceramah dan demonstrasi

langsung tentang Kombinasi Cognitive

Therapy dan Muscle Relaxation serta kinerja hipotalamus patway dalam memproduksi neurotransmitter pada penderita insomnia. Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini:

1. Langkah 1

Memproses surat perijinan di RS setempat dengan menunjukkan surat tugas dari Ketua LPPM.

2. Langkah 2

Pengabdi mensosialisasikan

kegiatan pengabdian kepada para fisioterapis

3. Langkah 3

Pengabdi melakukan skrining

pengetahuan dan kemampuan

meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita insomnia.

4. Langkah 4

Pengabdi dan peserta melakukan

simulasi tentang Kombinasi

Cognitive Therapy dan Muscle Relaxation dalam meningkatkan kinerja hipotalamus patway dalam

memproduksi neurotransmitter

pada penderita insomnia.

5. Langkah 5

Pengabdi melakukan evaluasi

kegiatan dan melakukan kegiatan Tanya jawab terhadap peserta.

6. Langkah 6

Pengabdi menyampaikan rencana lanjutan kepada kepala ruangan. 3.Hasil dan Pembahasan

Kegiatan pengabdian ini

dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan fisioterapis dalam

meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita

insomnia dengan Kombinasi Cognitive

Therapy dan Muscle Relaxation.

Hasil pengabdian yang telah

tercapai dalam sebagai berikut:

1. Materi dapat dipahami dan

mendapatkan respon atau feedback yang baik dari peserta yang

diketahui melalui

pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan muncul.

2. Secara umum peserta mampu

menerapkan Kombinasi Cognitive

Therapy dan Muscle Relaxation

dalam meningkatkan kinerja

hipotalamus patway dalam

memproduksi neurotransmitter

pada penderita insomnia.

Kegiatan pengabdian masyarakat di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam mendapatkan respon baik dari para peserta dengan sangat antusias. Secara

umum hasil pengabdian memiliki

beberapak pencapaian:

(4)

Terjadi peningkatan kemampuan

fisioterapis dalam memahami

penggunaan Kombinasi Cognitive

Therapy dan Muscle Relaxation

dalam meningkatkan kinerja

hipotalamus patway dalam

memproduksi neurotransmitter pada penderita insomnia dengan sangat

baik, semua materi yang

direncanakan telah disampaikan

dengan baik dan didukung

pembuktian atau evidence based.

2. Ketercapaian target materi yang

direncanakan

Materi telah disampaikan secara keseluruhan dan dapat diterapkan oleh fisioterapis dengan sangat baik.

3. Kemampuan peserta dalam

menguasai materi

Kemampuan peserta dapat diukur

melalui pemahaman dan

kemampuan peserta melakukan

redemonstrasi penggunaan

Kombinasi Cognitive Therapy dan

Muscle Relaxation dalam meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita

insomnia yang diberikan oleh

narasumber.

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat kegiatan pengabdian pada masyarakat:

1. Faktor pendukung

a. Adanya dukungan baik dari pihak

Rumah sakit serta fisioterapis

dalam pelaksanaan kegiatan

sosilaisasi penggunaan Kombinasi

Cognitive Therapy dan Muscle Relaxation dalam meningkatkan

kinerja hipotalamus patway

dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita insomnia.

b. Tersedianya sarana dan

prasarana yang memadai.

c. Antusiasme peserta untuk

mengikuti semua rangkaian

kegiatan.

2. Faktor penghambat

Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan evaluasi tidak dapat dilakukan untuk pendampingan

fisioterapis secara langsung

kepada pasien sehubungan dengan situasi pandemi covid-19 yang membatasi ruang gerak dalam aplikasi langsung kepada pasien. 4. Kesimpulan

Pelaksanaan pengabdian

masyarakat dalam rangka

meningkatkan pemahaman dan

kemampuan fisioterapis rumah sakit

dalam meningkatkan kinerja

hipotalamus patway dalam

memproduksi neurotransmitter pada

penderita insomnia.dengan mobilisasi

trunk dan neuro development treatment

dapat disimpulkan berhasil sampai

tahap kemampuan untuk

mengaplikasikan. Keberhasilan ini

ditunjukkan antara lain:

a. Adanya kesesuaian materi dalam

mengatasi masalah di Rumah sakit

dimana mobilisasi trunk dan neuro

development treatment dapat menjadi salah satu tindakan untuk meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita insomnia.

b. Adanya respon positif dari peserta

terhadap pertanyaan dan

tanggapan yang diberikan selama kegiatan.

c. Seluruh peserta mengalami

peningkatan nilai post test.

Kelebihan dari kegiatan ini dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit akan

informasi mengenai teknik yang

dibutuhkan fisioterapis dalam

meningkatkan kinerja hipotalamus

patway dalam memproduksi

neurotransmitter pada penderita

insomnia. Sedangkan kekurangan dari kegiatan ini adalah keterbatasan yang disebabkan karena pandemi covid-19 sehingga pendampingan demosntrasi langsung kepada pasien oleh peserta

tidak dapat dilakukan. Untuk

kedepannya diharapkan dapat dilakukan kegiatan secara keseluruhan hingga demonstrasi langsung kepada pasien secara langsung.

5.Ucapan Terima Kasih

Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(5)

a. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

b. Direktur Rumah Sakit Granmed

Lubuk Pakam 6. Daftar Pustaka

Brust, John C.M. 2007. Current

diagnosis and treatment neurology. United States of

America: Medical Publishing

division.

Dauvilliers, Yves and Morin, Charles M.

2013. Heritability and genetic

factors in chronic insomnia. United States of America: Cambridge university press.

Judarwanto, Widodo. 2009. Children

sleep clinic information education network. Jakarta: Yudhasmara foundation.

Mehta, Noshir R, et al. 2009. Head, face

and neck pain science evaluation and management. Canada: Blackwell publishing.

O’connor, et al. 2000. The stress

response and the hypothalamic

pituitary – adrenal axis : from

molecule to melancholia. Q.J Med.

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu caram mekanik, cara fisik, dan cara kimiawi. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang

Mata kuliah Media dan Reagensia membahas tentang konsep dari media dan reagensia, pembuatan reagensia,reagensia yang digunakan untuk pewarnaan pemeriksaan dilaboratorium klinik,

1) Zakat mendidik seseorang untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya. Seorang muslim dikatakan mampu menjaga ketakwaannya apabila dirinya telah memahami dan menyadari bahwa

Dalam pelaksanaan audit dinyatakan selesai apabila ketidaksesuaian yang terjadi telah diperbaiki secara efektif dan efisien oleh auditi serta tepat waktu dan

Mata kuliah ini membahas tentang konsep keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan di laboratorium, penanganan limbah laboratorium, konsep keselamatan dan

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita memanaskan preparat dengan suhu yang

Kata- kata “ reagen” dan “reaktan” dapat digunakan secara bergantian. Reaksi kimia dapat terjadi ketika dua atau lebih reaktan digabungkan bersama. Reaktan harus

Suatu tipe difusi yang melibatkan molekul karier (pembawa). Molekul yang larut air, seperti glukosa dan gula lainnya, beberapa asam amino, vitamin yang larut air,