BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering kedua yang terjadi pada perempuan di negara berkembang dengan perkiraan 445000 kasus baru tahun 2012 (84% dari kasus baru di seluruh dunia). Pada tahun 2012, diperkirakan tiap tahun 270.000 perempuan meninggal dunia akibat kanker serviks. Angka kejadian kanker serviks 85% dari kematian berada di negara-negara berkembang (WHO, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Sementara itu, data dari WHO Information Centre on HPV and Cervical Cancer menyatakan bahwa 2 dari 10.000 wanita di Indonesia menderita kanker serviks dan diperkirakan 26 wanita meninggal karena kanker serviks setiap harinya (Kemenkes RI, 2014).
Di negara berkembang, termasuk Indonesia tingginya kasus angka kejadian kanker serviks disebabkan oleh terbatasnya akses skrining dan pengobatan sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam stadium lanjut. Perempuan yang terkena kanker serviks tentu kualitas hidupnya akan menurun (Nurwijaya, 2010).
Saat ini penyakit tidak menular, termasuk kanker menjadi masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut data WHO tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Jumlah kematian pasien kanker serviks meningkat dari 7,6
juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes RI, 2014).
Pasien kanker rentan mengalami kejadian DRPs karena pasien kanker membutuhkan polifarmasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Penggunaan polifarmasi dapat menyebabkan DRPs. Hasil penelitian Dewanti (2010) di rumah sakit Bathesda Yogyakarta tahun 2006-2008 pada pasien kanker serviks menunjukkan bahwa 75% pasien kanker serviks mengalami DRPs. Drug Related Problems adalah beberapa peristiwa yang dialami oleh pasien bersangkutan dengan terapi obat yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan terapi yang diinginkan (Cipolle, et al., 2004).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pada pengobatan pasien kanker serviks di instalasi rawat inap obgyn RSUP H. Adam Malik kota Medan terhadap kemungkinan terjadinya DRPs. Penelitian ini bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien. Dari data rekam medis tersebut diidentifikasi kejadian DRPs pada pasien kanker serviks sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat tercapai outcome yang diharapkan.
1.2Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang identifikasi DRPs pada pasien kanker serviks di ruang rawat inap obgyn RSUP H. Adam Malik Medan.Dalam Metode
Cipolle, et al., terdapat 7 kategori DRPs yaitu: obat tanpa indikasi, obat tidak efektif, perlu tambahan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, adverse drug reactions, dan kepatuhan pasien. Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat Hasil
(Cipolle, et al., 2004) Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah terjadi DRPs kategori obat tanpa indikasi, obat tidak efektif, perlu tambahan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, dan adverse drug reactions pada pasien kanker serviks di ruang rawat inap obgyn RSUP H. Adam Malik Medan.
Pengamatan obat pada pasien kanker serviks
Parameter pengamatan: 1. Obat tanpa indikasi 2. Perlu tambahan obat 3. Obat tidak efektif 4. Dosis terlalu rendah 5. Dosis terlalu tinggi 6. Adverse drug reactions
Identifikasi
DRPs
1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terjadi DRPs kategori obat tanpa indikasi, obat tidak efektif, perlu tambahan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, dan adverse drug reactions pada pasien kanker serviks di ruang rawat inap obgyn RSUP H. Adam Malik Medan.
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya angka dan persentase kejadian DRPs kategori obat tanpa indikasi, obat tidak efektif, perlu tambahan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, dan adverse drug reactions pada pasien kanker serviks di ruang rawat inap obgyn RSUP H. Adam Malik Medan.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Menambahkan pengetahuan peneliti tentang DRPs.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit mengenai pelaksanaan pengobatan pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.
c. Meminimalkan kejadian DRPs sehingga memaksimalkan terapi. d. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya.