BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian metode kualitatif yang didukung analisis data historis, dimana secara sistematis dibantu gambar-gambar dan dideskripsikan/mengurai, merangkai dan menafsirkan,
berdasarkan teori kemudian diambil kesimpulan dalam Samsudi, (Sutopo HB, 1988).
3.2Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Pengumpulan data dengan dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto untuk mendokumentasikan gambar
peta bukittinggi lama dan baru dan kawasan pusakanya. (Sugiono, 2008 : 329).
Observasi
Observasi dilakukan dapat menghubungkan dengan upaya dapat merumuskan masalah yang ada, serta membandingkan masalah yang telah ada dengan
kenyataannya dilapangan. Serta akan ada dituangkan beberapa daftar pertanyaan kepada responden.
Wawancara
Interview kepada responden dengan beberapa pertanyaan yang telah disediakan
Pengumpulan data dengan studi literatur menjadi acuan utama.Buku-buku/jurnal yang
berhubungan dengan penelitian untuk mendapat informasi yang akan digunakan sebagai pegangan pokok secara umum dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
mendukung pemecahan masalah dalam penelitian. Selain itu dapat juga digunakan bahan-bahan perbandingan yang lain sebagai tolak ukur terhadap obyek penelitian Studi ini dilakukan dengan mencari data-data yang mendukung penelitian, sebagai pegangan pokok
dari buku/jurnal yang memuat dasar-dasar secara pasti sebagai patokan/acuan, dan dapat juga melalui media internet. (Nazir, 1988: 123)
3.3MetodeAnalisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip interview, catatan dilapangan dan bahan-bahan lain yang ditemukan di lapangan. Kesemua itu
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman (terhadap suatu fenomena) dan membantu untuk mempresentasikan hasil temuan penelitian ( Bodgan dan Biklen dalam Mukhtar dan
Erna Widodo 2000, 123).
Setelah data yang dibutuhkan sudah di kumpulkan, kemudian tahap selanjutnya data diolah serta di analisis. Analisis data disini adalah proses dari pengkajian hasil
interview/wawancara , hasil pengamatan dan dokumen atau data yang telah terkumpul. Pada penelitian ini akan dilakukan dua analisis data, yaitu:
a. Metode Analisis Diakronik
Metode Analisis Diakronik adalah proses menganalisis evolusi dari waktu sehingga lebih menekankan perubahan dari masa-masa lampau yang memiliki
sifat perbandingan. Dengan menggunakan metode ini akan mampu memperlihatkan perkembangan evolusi kota dari awal terbentuk dan struktur
ada dari setiap periode. Analisis secara diakronik pada penelitian ini akan dibagi
atas periode pra kolonial (sebelum tahun 1820), priode kolonial (1820-1942) dan periode pasca kolonial (1942-sekarang)
b. Metode analisis sinkronik
Metode analisis sinkronik adalah menganalisis masa tertentu dari sebuah kota yang berfokus pada komponen dominan pembentuk ruang kota hingga saat ini dan
BAB 4
EVOLUSI BUKITTINGGI MENJADI SEBUAH KOTA
4.1Kondisi Alam Bukittinggi
Secara geografis Bukittinggi terletak di tengah-tengah dataran tinggi yang ada di
sumatera. Dataran tinggi tersebut merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera. Luas Kota Bukittinggi mencapai sekitar ±25.0239 km2
dan berada pada ketinggian 900 m.
Wilayah Bukittinggi dikelilingi oleh Kabupaten Agam dengan batas-batas wilayahnya adalah :
- Utara : Kec. Tilatang Kamang - Selatan : Kec. Banuhampu Sungai Pua
- Barat : Kec. IV Koto Dan Kec. Matur - Timur : Kec. IV Angkek Canduang
Gambar 2.peta wilayah Kota Bukittinggi
Sumber : google earth
Gambar 4 dan gambar 5 dapat kita lihat posisi Bukittinggi terhadap Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Gunung Marapi terletak di Kabupaten Agam, dan Kabupaten Tanah
Datar. Gunung marapi memiliki tinggi 2891 m. Gunung Singgalang juga merupakan salah satu gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar yang memiliki
Gambar 3. Penampakan Gunu
Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sangat mendominasi keberadaannya sebagai
setting pemandangan kota. Dari beberapa sudut pandang kota kita akan mendapati
gunung sebagai bagian pesona alamnya.
Gambar 4. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Marapi
. Penampakan Gunung Marapi Dari kawasan Jam Gadang dan Ngarai Sianok
Sumber : instagram
Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sangat mendominasi keberadaannya sebagai
pemandangan kota. Dari beberapa sudut pandang kota kita akan mendapati pesona alamnya.
Gambar 4. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Marapi
Sumber : Olah data pribadi
ng Marapi Dari kawasan Jam Gadang dan Ngarai Sianok
Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sangat mendominasi keberadaannya sebagai
.
Gambar 5. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Singgalang dan
Gambar 5. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok
Sumber : Olah data pribadi
(a)
(b)
(c) (d)
Gambar 6. Penampakan Gunung Singgalang Dari Bukittinggi (a) Komplek KODIM, (b) Kawasan Jam Gadang, (c) Jembatan Penghubung Kawasan Fort De Kock dan Kebun Binatang, (d) dari arah Aur Kuning
Sumber : Olah data pribadi dan instagram
Selain di kelilingi oleh Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, pada sisi Barat Bukittinggi membentang sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok. Lembah ini memiliki
kedalaman yang bervariasi antara 900 m – 950 m di atas permukaan laut yang pada bagian bawah ngarai mengalir sungai yang bernama Batang Masang.
Gambar 7.Lokasi Ngarai Sianok terhadap Bukittinggi
Sumber : google earth
Gambar 7 dapat kita lihat posisi Ngarai Sianok pada daerah Bukittinggi. Ngarai Sianok, daerah yang yang diblok warna merah ,terbentang sepanjang sisi barat wilayah kota yang
Gambar 8. Ngarai Sianok
Sumber : Olah data pribadi
4.2Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Kota Bukittinggi
Berdasarkan sejarah yang ada, Bukittinggi merupakan salah satu kota yang penting di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pernahnya Bukittinggi menjadi ibukota darurat Indonesia pada saat PDRI, kemudian pernah pula menjadi ibukota sumatera tengah kala itu.
Sejak zaman Belanda hingga berganti kekuasaan kepada Jepang, kota Bukittinggi menjadi kawasan pertahanan bagi kedua pemerintahan yang pernah berkuasa di sini. Sejak tahun 1918 Kota Bukittinggi telah berstatus Gemeente Fort De Kock dan kemudian menjadi
Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358 tahun 1938 yang
luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi sekarang dan juga berfungsi sebagai
ibukota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.(ANRI: Binnenlandsch Bestuur No. 1523).
Jonny wongso dalam : From “Koto Jolong” to Tourism City As an Approach for Urban
Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau membagi sejarah pembentukan
ruang kota Bukittinggi menjadi 3 periode, yaitu Masa Pra-Kolonial, Masa Kolonial, Dan Masa Post-Kolonial. Pembagian 3 periode bertujuan agar dapat mempermudah kita dalam
mensegmentasi kawasan pusaka berdasarkan sejarah pembentukannya. 4.2.1 Masa Pra-Kolonial
Agam) yang hanya memiliki tanah untuk bertani dan bermukim. Sama halnya dengan
nagari-nagari yang ada di Minangkabau, Bukittinggi (Nagari Kurai V Jorong) juga diawal dengan daerah perladangan dan permukiman untuk tempat tinggal, daerah ini disebut dengan taratak.
Perluasan daerah taratak disebut dengan dusun, kumpulan-kumpulan dusun akan membentuk sebuah daerah yang disebut koto. Kemudian koto semakin berkembang dengan ditandai dengan adanya kelompok-kelompok keluarga atau kekerabatan yang berasal dari berbagai
suku sehingga disebutlah ia menjadi nagari. (Jonny Wongso, 2001)
Menurut sejarahnya perkembangan Bukittinggi bermula dari Jorong Tigo Baleh yang
kemudian lama kelamaan mengalami kemajuan dari segi kebutuhan, gaya hidup dan aktifitas sosial lainnya. Perkembangan jorong tigo baleh sebagai nagari merupakan hasil mufakat dari para ninik mamak yang ingin membuka daerah permukiman baru karena disebabkan oleh
semakin berkembanganya masyarakatnya.
Setiap jorong maupun nagari memiliki batas wilayah antar mereka, pada masa
pra-kolonial batas wilayah tersebut ditumbuhi oleh “aua”. Aua merupakan sejenis tumbuhan bambu yang digunakan warga sebagai benteng pertahanan apabila terjadi perperangan antar nagari. Oleh sebab itu aua menjadi ciri khas Nagari Kurai, sehingga tersebutlah Nagari Kurai
Gambar 9. Proses Pembentukan Nagari Kurai V Jorong
Sumber : Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau oleh Jonny wongso danSyed Zainol Abidin Idid
Bukittinggi terdiri dari 5 jorong, yaitu jorong tigo baleh, jorong koto selayan, jorong aur birugo, jorong guguk panjang, jorong mandiangin. Setiap jorong memiliki pemimpin atau
yang dipanggil penghulu sebagai orang yang dihormati dan didengarkan pendapatnya.Seorang penghulu bukanlah seorang raja tertinggi namun merupakan wakil dari
kaum sebuah suku yang ditunjuk bersama oleh kaum, dalam memimpin sebuah jorong seorang ninik mamak atau penghulu memakai sistem otonomi daerah.Sehingga masing-masing nagari memiliki perbedaan serta tidak dapat dicampurtangan dari pihak luar kaum
tersebut.
Tahapan Elemen-elemen Ruang Tatanan Spasial Struktur Sosial Masyarakat
Taratak Daerah perladangan dan
persawahan
Dusun Daerah perladangan dan
Surau pemukiman
penduduk sasuku Dipimpin oleh Tuo Dusun
Table 2. Tahapan pembentukan Kota Bukittinggi dan elemen pembentuk ruang
Sumber: RAKP Bukittinggi 2015
Berdasarkan gambar 9 dapat kita lihat proses pembentukan sebuah nagari kurai (cikal bakal Kota Bukittinggi) yang dimulai dari sebuah taratak, dusun, koto memiliki
elemen-elemen pembentuk masing-masing kawasan seperti permukiman penduduk, mesjid, balai adat, dan pasar. Setiap jorong memiliki masjid jami’ yang merupakan basis pemerintahan
nagari, kemudian terdapat kerapatan adat nagari yang juga menjadi salah satu elemen pada pembentukan nagari.
4.2.2 Masa Kolonial
Sebelum abad ke 19 pemerintahan belanda tidak pernah berani memasuki wilayah daerah minangkabau yang terletak di pergunungan sumatera barat.Namun, belanda dengan
perselisihan hanya terjadi antara kaum adat dan kaum agama menjadi perlawanan kaum
paderi terhadap Belanda.
Dalam tulisannya berjudul Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an
Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau, Jonny
Wongso memaparkan bahwa pada tahun 1820 Belanda memasuki wilayah nagari Kurai V Jorong dengan menyetujui sebuah perjanjian dengan ninik mamak, orang yang dituakan dan
dijadikan sebagai pemimpin kaum atau warga saat itu. Belanda diizinkan mendirikan beberapa bangunan seperti benteng, rumah pemerintahan Belanda, rumah residen Belanda,
dan tanah pekuburan dengan kesepakatan Belanda berjanji akan membantu kaum adat untuk melawan kaum paderi saat itu.
Saat perlawanan tersebut berlangsung, kaum paderi memiliki benteng-benteng
pertahanan yang mengelilingi Nagari Kurai.Sehingga Belanda dengan perjanjian dan persetujuan ninik mamak kaum adat pada saat itu mendirikan benteng pertahanan yang
Gambar 10. Kawasan Belanda di Nagari Kurai V jorong Berdasarkan perjanjian dengan Ninik Mamak
Sumber : Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau oleh Jonny wongso danSyed Zainol Abidin Idid
Dari peta di atas dapat kita lihat kawasan yang didominasi oleh pemerintahan Kolonial di Nagari Kurai V Jorong. Semasa Belanda berkuasa, nagari ini juga dikenal dengan
sebutan Fort De Kock. Fort de kock merupakan sebuah benteng yang menjadi pusat pertahanan Pemerintahan Kolonial pada masa itu. Selain benteng Belanda membangun pusat militer di pintu masuk Nagari bagian selatan yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat militer
tetapi sebagai tempat monitoring sirkulasi aktifitas komersial yang masuk, dan penjara.
Setelah pembangunan pusat militer selesai, Belanda membangun sekolah-sekolah
seperti sekolah raja untuk memenuhi kualitas kerja bagi pribumi yang bekerja untuk Belanda. Di samping itu untuk meningkatkan fasilitas, Belanda juga mengembangkan kawasan komersial yang awalnya hanya memiliki satu pasar, Pakan Kurai, dengan membangun dua
itu Belanda juga membangun pasar Ternak yang diberi nama Pasar Banto. Mengikuti
perkembangan pembangunan berbagai infrastruktur itu, maka kota Bukittinggi juga semakin berkembang dan maju sehingga pada tahun 1888 Pemerintah menetapkan Bukittinggi sebagai
Kota.
Gambar 11. Jam Gadang pada masa Pemerintahan Belanda
(Sumber: http://media-kitlv.)
Pada tahun 1926 Ratu Juliana memberikan hadiah kepada ControleurOud Agam, H.R.
Rookmaker sebuah mesin jam yang kemudian dibuatlah sebuah bangunan, lalu jam tersebut dipasangkan di puncak bangunan tersebut. Masyarakat menyebutnya sebagai jam gadang
yang kemudian dikenal sebagai landmark kota ini. 4.2.3 Masa Post-Kolonial
Setelah Kekalahan di Perang Dunia I Belanda harus meninggalkan dan menyerahkan
bawah kekuasaan pemerintahan Jepang. Bukittinggi selama pemerintahan Jepang tidak
mengalami perubahan besar. Posisi Bukittinggi yang strategis di tengah-tengah Pulau Sumatera menjadikan ia sebagai pusat pertahanan dan militer sumatera oleh jepang,
sebagaimana halnya dengan saat masa pemerintahan Kolonial dulu. Demi mempertahankan kedudukan saat masa-masa perang dengan sekutu, Jepang memerintahkan untuk menggali lobang rahasia yang berlokasi di tebing Ngarai Sianok, sekarang dikenal sebagai Lobang
Jepang. Selain itu, Jepang juga mengganti nama Fort de Kock dengan sebutan Bukittinggi Baru.
Setelah perginya jepang, bukittinggi mengalami masa-masa transisi dari pemerintahan jajahan menuju maasyarakat pribumi.Pada masa ini terjadi perkembangan besar-besaran terutama pada aktifitas ekonomi masyarakatnya. Terjadinya modernisasi pasar yang
menandakan perkembangan kota bukittinggi sendiri.
Bukittinggi memegang peranan sangat penting dalam pemerintahan Indonesia pasca
kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan pernahnya kota ini menjadi ibukota PDRI. Setelah kemerdekaan Indonesia Bukittinggi juga ditunjuk sebagai ibukota propinsi Sumatera dengan Gubernurnya Teuku Muhammad Hasan. Berdasarkan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera
No. 391 tanggal 19 Juni 1947 Bukittinggi ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota. Kemudian dengan adanya UU No. 9 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota
Gambar 12.Lobang Jepang setelah Kemerdekaan Indonesia
(Sumber: google)
Setelah Sumatera Tengah pecah menjadi beberapa propinsi, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Barat. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Provinsi Sumatera Barat ke Padang, maka
Bukittinggi berstatus sebagai kota madya Daerah Tingkat II sesuai dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan
Gambar 13. Peta Perkembangan elemen-elemen ruang kota Bukittinggi
(Sumber: RAKP Bukittinggi 2015)
Dari gambar 13 dapat kita lihat perkembangan elemen-elemen pembentukan kota
kedatangan belanda, belum ada perkembangan yang berarti. Pertumbuhan kota Bukittinggi
berawal dari sebuah pasar yang terletak di bukit yang disebut bukik kubangan kabau lokasinya terletak dekat janjang 40. Setelah Belanda datang pertumbuhan kota meluas ke arah
utara dan selatan dengan pola linear yang dipengaruhi oleh topografi alamnya.
4.3Kawasan Pusaka Bukittinggi
4.3.1 Persebaran Benda Cagar Budaya Di Bukittinggi
Gambar 14 . Peta Kota Bukittinggi tahun 1945
Sumber : olah data
Berdasarkan Peraturan Menbudpar Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 terdapat 24 bangunan cagar budaya yang telah terdaftar di Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI),
meliputi :
1. Gedung Sekolah Rajo (SMU 2) 2. Gedung Kantor Dinas Pendidikan
3. kompleks kantor polres Agam
4. Kompleks kantor kodim Agam 5. Tugu manggopoh
7. Gereja Katholik
8. Gereja Protestan
9. Rumah Bekas Kepala stasiun kereta
Api
10.Villa Oepang-Oepang
11.Hotel Centrum (Pos dan Giro)
12.Istana Bung Hatta 13.Jam Gadang
14.Rumah Kelahiran Bung Hatta 15.Wisma Anggrek
16.Villa Merdeka
17.Makam Tuanku Syech Imam Jirek
18.Benteng Fort de Kock 19.Eks BNI 46
20.Cerobong Asap no 101 b 21.Rumah Gadang Engku palo
22.Rumah Tinggal di jalan DR A
RIVAI No 38 23.Pasar Los Saudagar
Kemudian walikota menambah beberapa Bangunan Cagar Budaya menjadi sebanyak 43
bangunan. Hal ini diterangkan pada Peraturan Walikota Bukittinggi no. 02/2012, yang sebagaimana tertera pada buku Rencana Aksi Kota Pusaka Bukittinggi tahun 2015 yaitu:
1. Gedung Sekolah Rajo (SMU 2)
Gedung yang sekarang dikenal dengan sebutan “Kweekschool” ini berdiri pada 1 maret 1873.Belanda mendirikan sekolah ini bertujuan untuk menghasilkan
guru-guru yang memiliki kualitas yang baik. Awalnya sekolah ini sempat ditutuppada tahun 1935 dan kemudian dihidupkan kembali setelah kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1946 dengan nama Sekolah Menengah Tinggi. Pada tahun 1950 diubah menjadi SMA 1 B dan SMA II C. lalu pada tahun 1960 SMA II AC dijadikan 2 sekolah yaitu SMA II C dan SMA A. Hingga saat ini bangunan ini masih berfungsi sebagai sekolah.
2. Gedung Kantor Dinas Pendidikan
Bangunan ini dulunya merupakan rumah Kepala Sekolah Raja (Kweekschool)
pada saat itu. Namun setelah kemerdekaan fungsinya banyak berubah, seperti dijadikan sebagai kantor DPRD, kantor Pajak , IKIP hingga sekarang menjadi kantor Dinas Pendidikan dan Budaya Kota Bukittnggi.
3. Kompleks Kantor Polres Agam
Bangunan yang dibangun Belanda sebagai asrama para siswa Kweekschool
berdiri pada tahun 1872.Selain berfungsi sebagai asrama siswa bangunan ini juga dijadikan sebagai asrama para guru-guru yang mengajar di sekolah raja tersebut.Namun setelah kemerdekaan bangunan ini dialihfungsikan menjadi Kantor
Polres Agam dan kemudian menjadi Kantor Polres Bukittinggi setelah Polres Agam memiliki kantor sendiri .
Dahulunya kompleks kantor kodim ini merupakan barak militer dan kantor
KNIL yang dibangun oleh belanda pada tahun 1862-1889. Pada saat tahun 1945-1947 bangunan ini difungsikan sebagai sekolah opsir / kadet divisi IX banteng. Hingga
akhirnya kompleks ini dijadikan kantor kodim 0304/Agam 5. Tugu manggopoh
Tugu manggopoh merupakan tugu yang dibangun dengan tujuan sebagai peringatan atas terjadi perang kamang pada 15 juni 1908. Pada bagian bawahnya terdapat kalimat berbahasa belanda yang berbunyi :"GEDENKNAALD TER
HERDENGKING AAN GESNENVELDEN TE KAMANG EN MANGGOPOH
OPSTAND15 JUNI 1908 ", artinya : "Mengenang peristiwa perang Kamang dan Manggopoh yang terjadi pada 15 Juni 1908 ".
6. Gedung SMP 1
Bangunan ini diperkirakan telah ada sejak awal abad 20.Dari awal
pembangunan sampai sekarang fungsinya masih tetap sebagai gedung sekolah. Dulunya merupakan sekolah yang disebut Europe School, dan sekarang menjadi SMP N 1 Bukittinggi.
7. Gereja Katholik
Tidak diketahui secara pasti kapan pembangunan gereja ini pada masa
pemerintahan Belanda.Awalnya dibangun semi permanen dengan atap ijuk, namun bangunan ini sempat terbakar dan kemudian dibangun kembali.Pada tahun 1926 terjadi gempa tektonik di Bukittinggi yang mengakibatkan banyak bangunan yang
rubuh, salahsatunya adalah gereja khatolik ini. Kemudian pada tahun 1928 dibangunlah kembali gereja ini dan diresmikan pada 4 April 1929.hingga kini gereja
8. Gereja Protestan
Gereja yang dibagun oleh belanda pada tahun 1901 sebagai rumah ibadah merka pada saat itu.Dari dulu hingga sekarang gereja ini tetap dipertahankan oleh
Pemerintah sebagai rumah protestan di Bukittinggi dan tidak ada perubahan fisik yang begitu berarti.
9. Rumah Bekas Kepala stasiun kereta Api
Tidak banyak yang diketahui mengenai bangunan yang awalnya berupa hotel yang kemudian dijadikan rumah kepala stasiun ini. Sempat berganti-ganti fungsi
mulai dari menjadi rumah pribadi kemudian menjadi mess bagi pegawai sebuah perusahaan. Kini bangunan ini sudah tidak terawat dan difungsikan lagi,
10.Villa Oepang-Oepang
Rumah ini dulunya merupakan salahsatu rumah peristirahatan Belanda yang pembangunannya tidak diketahui kapan. Rumah ini dulunya juga pernah dijadikan
sebagai kantor veteran. Sekarang keadaan villa ini tetap terawatt namun tidak dignakan sama sekali.
11.Hotel Centrum (Pos dan Giro)
Bangunan ini berdiri pada tahun 1900-an, pernah digunakan sebagai hotel bernama Hotel Centrum.Kemudian digunakan sebagai Kantor Pos Dan Giro Kota
Bukittinggi.Sekarang bangunan ini tidak digunakan lagi. 12.Istana Bung Hatta
Istana Bung Hatta atau juga dikenal dengan namaIstana Tri Arga dulunya
merupakan Kantor Asisten Residen Afdeeling Padangsche Bovenlanden.Tidak diketahui kapan berdirinya dengan pasti , namun bangunan ini sempat hangus terbakar
Saat masa perjuangan gedung ini merupakan pusat pertahanan PDRI, setelah
kemerdekaan Indonesia di proklamirkan gedung ini dialihfungsikan sebagai istana wakil presiden yang pada waktu itu adalah Bung Hatta, sehingga gedung ini dikenal
dengan Istana Bung Hatta.Sampai sekarang gedung ini tetap dipertahankan keberadaan dan fungsinya sebagai Istana Negara sebagaI tempat peristirahatan bagi Presiden jika berkunjung ke Bukittinggi.
13.Jam Gadang
Jam Gadang yang dibangun pada tahun 1926 merupakan hadiah pemberian
Ratu Belanda kepada ControleurOud Agam, H.R. Rookmaker (1923-1927) yang sekaligus menjabat sebagai "walikota" Bukittinggi. Arsitek jam gadang merupakan orang minang yang bernama Yazid St. Gigi Ameh. Dari awal pembangunan Jam
Gadang tidak ada perubahan secara fisik permanennya kecuali bentuk atap yang berganti setiap ganti kepemerintahan.Pada saat Pemerintahan Belanda bentuk atapnya
seperti kubah masjid dan terdapat patung ayam.Kemudian saat Jepang menguasai Fort De Kock atap berganti bentuk menjadi seperti pagoda. Setelah kemerdekaan hingga sekarang atap jam diganti bentuknya seperti atap rumah adat minangkabau, yaitu atap
bagonjong. Keberadaan dan bentuk fisik asli jam gadang tetap dijaga dan dirawat oleh pemerintah hingga sekarang karena Jam Gadang merupakan landmark Bukittinggi
yang dikenal banyak orang. 14.Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah kelahiran Bung Hatta sudah dibangun sejak sebelum Belanda datang
ke Bukittinggi.Bangunan ini sempat hancur dan roboh, kemudian dibangun lagi sesuai dengan bentuk aslinya yang dulu pada tahun 1990.Kini gedung ini dijadikan museum
15.Villa Merdeka
Villa yang berada tepat bersebelahan dengan Fort De Kock ini berdiri pada tahun 1922 dengan nama Villa Wilhelmina. Sebelum kemerdekaan Villa ini
merupakan rumah tinggal seorang belanda yang kemudian setelah Indonesia Merdeka menjadi sebuah penginapan hingga sekarang.
16.Makam Tuanku Syech Imam Jirek
Makam yang merupakan makan dari tokoh masyarakat pada saat itu, yaitu khadi atau disebut juga sebagai pejabat agama.Hingga saat ini makam tersebut masih
tetap terjaga dan terawatt. 17.Benteng Fort de Kock
Benteng Fort De Kock merupakan wilayah pertama yang dikuasai Belanda
saat itu.Berdiri pada tahun 1930, Belanda berhasil mendapatkan kesepakatan dengan kaum adat setelah membantu mereka dalam perang melawan kaum paderi atau kaum
agama.Hasil kesepakatan itu adalah belanda diperbolehkan dan diberi tanah yang boleh dibangun sesuai kebutuhan belanda sendiri.
Fort De Kock dibangun oleh Belanda bertujuan sebagai pusat pertahanan
mereka.Hingga saat ini Fort De Kock masih ada dan terjaga keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat sebagai salah satu tujuan wisata yang paling ramai
dikunjungi oleh wisatawan. 18.Eks BNI 46
Bangunan ini terletak dikawasan pecinan Bukittinggi dan berfungsi sebagai
kantor bank bni dahulunya. Namun sekarang bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Kepala Bank BNI 46 Bukittinggi.
Cerobong dibangun pada tahun 1928 dan berfungsi sebagai tempat
pembakaran sampah.Pada zaman pemerintahan jepang digunakan sebagai tempat pembakaran bata.Namun keadaan cerobong sekarang tidak terawatt dan tidak
difungsikan sebagaimana mestinya. 20.Rumah Gadang Engku palo
Rumah gadang ini merupakan rumah yang daulunya ditempati oleh Engku
Palo.Di masa Penjajahan Belanda Engku Palo dapat disejajar dengan jabatan seorang Demang.Bangunan yang berdiri dari tahun 1929 hingga kini tetap terjaga kondisinya
dengan baik.
21.Rumah Tinggal Jl. Mandiangin No.38
Rumah yang telah menjadi tempat tinggal ini berdiri pada tahun 1926.Saat
tahun 1990 banguan mengalami beberapa perubahan. 22.Lembaga Pemasyarakatan Bukiitinggi.
Bangunan lama ini merupakan penjara yang tidak diketahui riwayat pembangunannya kapan.Dari awal berdiri hingga sekarang bangunan ini tidak mengalami perubahan secara fisik, namun kini tidak berfungsi sebagaimana mestinya
dan mengalami kerusakan dimana-mana. 23.Denzibang 5/I Bukit Barisan
Bangunan yang diperkirakan ada sejak 1882 merupakan Asrama Perwira Tentara Kolonial Belanda.Hingga saat ini bangunan ini tetap terjaga dan tetap berfungsi sebagai bagian komplek Tentara Kodim 0304/Agam.
24.Studio Foto Agam
Bangunan ini terletak di seberang gereja khatolik. Dibangun sejak awal abad
25.Toko Sulaman Silungkang
Bangunan yang memiliki arsitektur khas Kolonial ini tidak diketahui dengan baik riwayatnya.Namun originalitas dari bangunannya tetap terjaga walau fungsinya
sudah berubah dari sebelumnya. 26.SDN 07 Bukik Cangang
Bangunan ini kemungkinan berdiri pada tahun 1930an. Gedung yang hingga
sekarang masih digunakan sebagai gedung sekolah dasar memiliki arsitektur bangunan khas Kolonial.
27.Wisma Puri Kartika
Bangunan ini dulunya merupakan asrama militer para Opsir Militer IX Banteng.awalnya sempat menjadi bangunan Rumah Sakit Tentara dan sekarang
menjadi rumah inap Kodim 0304/ Agam. 28.Wisma Cipta Sari
Bangunan ini juga merupakan salah satubagian dari Asrama Militer Sekolah Opsir Militer Divisi IXBanteng. Sama dengan Wisma Puri Kartika, Wisma Cipta Sari juga digunakan sebagai rumah inap Kodim 0304/Agam.
29.Lobang Jepang
Lobang Jepang merupakan terowongan yang digali pada zaman Pemerintahan
Jepang tahun 1943 yang berfungsi sebagai pertahanan tentara Jepang.Sekrang lobang jepang ini menjadi salahsatu tujuan wisata yang terkenal di bukittinggi.Setiap tahunnya lobang jepang ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang tidak hanya
berasal dari masyarakat lokal tetapi juga dari luar daerah serta luar negeri. 30.Rumah Kelahiran Amiroeddin
rumah tinggal seorang warga yang merupakan keluarga dari salah satu pensiunan
Perumka (PT. KA). 31.Rumah Dinas Peternakan
Bangunan ini terletak dekat dengan Villa Merdeka dan tepat diatasnya merupakan benteng Fort De Kock.Hingga kini bangunan tetap terjaga dengan baik meskipun tidak ada sejarah yang menjelaskan tentang riwayat bangunan ini.
32.Eks. Akademik Perawat
Awal dibangun merupakan gedung Sekolah Akademik Keperawatan
Bukittnggi.Setelah itu mengalami pergeseran fungsi sebagai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dan akirnya menjadi Kantor Dinas Pelayanan Terpadu Kabupaten Agam hingga kini.
33.Smp N 4 (Eks Smp 2)
Gedung ini merupakan salah satu gedung seklah yang dibangun belanda yaitu
sekolah MULO.Setelah mulo ditiadakan gedung ini digunakan sebagai tempat percetakan uang.Pada tahun 1949 gedung ini hancur dan setahun kemudian dibangun kembali dan digunakan sebagai gedung sekolah hingga saat ini.
34.Toko Souvenir
Bangunan yang berada dekat dengan kawasan Jam Gadang ini merupakan
salah satu bagunan yang memilki gaya khas arsitektur kolonial. Tidak diketahui riwayat bangunannya, namun sekarang digunakan secara komersil sebagai lokasi penjualan souvenir.
35.Masjid Surau Gadang
Masjid yang berdiri pada tahun 1830 ini merupakan salah satu masjid jami’
masih berfungsi sebagai rumah ibadah meskipun bentuk aslinya sudah tidak
dipertahankan dan berubah total. 36.Rumah Tinggal Jl. Mandiangin No. 22
Rumah ini merupakan bangunan lama yang diperkirakan dibangun pada saat KolonialBelanda meskipun tidak banyak yang menjelaskan riwayat bangunan ini..Hingga saat ini rumah tersebut tetap berfungsi sebagai rumah tinggal.
37.Rumah Tinggal Jl. Veteran No. 97
Rumah ini dibangun pada tahun 1910 oleh burhanuddin st. Iskandar yang
merupakan Pamong Praja di kantor Pemerintah Belanda. Hingga saat ini fungsinya masih tetap sama sebagai rumah tinggal warga.
38.Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai No. 08
Rumah ini merupakan bekas Residen Belanda yang pernah bertuas di Bukittinggi kala itu.Hingga saat ini rumah ini tetap terjaga fisiknya dan fungsinya
sebagai rumah tinggal.
39.Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai No. 40/48
Bangunan ini merupakan rumah tinggal warga yang memiliki gayaArsitektur
Kolonial.Tidak banyak yang diketahui tentang sejarah bangunan ini. Namun rumah ini tetap bertahan sebagai rumah tinggal hingga saat ini.
40.Rumah Salon
Gedung ini tidak diketahui riwayat dari awal dibangun hingga saat ini.Bangunan ini sempat difungsikan sebagai tempat tinggal dan sekarang tidak
dirawat lagi.
Bangunan yang sekarang merupakan rumah sakit islam swasta terletak di
seberang gereja protestan. Bangunan memiliki gaya khas arsitektur colonial yang sudah mendapatkan perbaikan dan perubahan dari segi bentuk.
42.Batu Kurai Limo Jorong
Tempat ini merupakan tempat dimana ninik mamak masing-masing suku melakukan pertemuan untuk bermusyawarah.Keberadaan batu ini sudah sejak
sebelum Belanda datang dan higga kini batu-batu tersebut tetap dijaga dan dilestarikan oleh Pemerintah dan masyarakat sekitar.
43.Pasar Kumango
Pasar Kumango merupakan pasar yang dibangun oleh Pemerintahan Belanda sebagai sarana jual-beli semua keperluan para opsir Belanda. Para pedagangnya tidak
hanya orang Belanda tetapi juga berasal dari masyarakat pribumi, masyarakat keturunan china dan india keling.
No. Nama Bangunan Tahun
Berdiri Fungsi lama Fungsi baru 1 Gedung Sekolah Rajo
(SMU 2) 1873 Sekolah Sekolah
2 Gedung Kantor Dinas
Pendidikan 1870-an Rumah kepala sekolah raja Kantor Dinas Pendidikan 3 Kompleks Kantor
Polres Agam 1872 Asrama siswa kweekschool Kantor Polres Kompleks Agam 4 Kompleks Kantor
Kodim Agam 1862 Barak militer Kantor Kodim Kompleks Agam
5 Tugu manggopoh 1908 Tugu Tugu
6 Gedung SMP 1 1900-an Sekolah Sekolah
7 Gereja Katholik 1860-an Gereja Gereja
9 Rumah Bekas Kepala
Gadang Menara Jam Gadang 14 Rumah Kelahiran Bung
Hatta - Rumah Museum
15 Villa Merdeka 1922 Villa Rumah
Penginapan 16 Makam Tuanku Syech
Imam Jirek - Makam Tuanku Syech Imam
20 Rumah Gadang Engku
palo 1929 Rumah Gadang Engku palo Rumah tinggal 21 Rumah Tinggal Jl.
Mandiangin No.38 1926 Rumah Tinggal Rumah Tinggal 22 Lembaga
Pemasyarakatan Bukiitinggi.
- Lembaga
Pemasyarakatan -
23 Denzibang 5/I Bukit
Barisan 1882 Asrama Perwira Belanda Denzibang 5/I Bukit Barisan 24 Studio Foto Agam 1900-an Studio Foto Studio Foto 25 Toko Sulaman
Silungkang - - Toko
26 SDN 07 Bukik Cangang 1930-an - Sekolah 27 Wisma Puri Kartika - Asrama Militer Rumah Inap
28 Wisma Cipta Sari - Asrama Militer Rumah Inap
Amiroeddin 1900-an Rumah Tinggal Rumah Tinggal 31 Rumah Dinas
Peternakan - Rumah Tinggal Rumah Tinggal 32 Eks. Akademik Perawat - Sekolah Kantor 33 Smp N 4 (Eks Smp 2) - Sekolah Sekolah
34 Toko Souvenir - - Toko
35 Masjid Surau Gadang 1830 Masjid Masjid 36 Rumah Tinggal Jl.
Mandiangin No. 22 - Rumah Tinggal Rumah Tinggal 37 Rumah Tinggal Jl.
Veteran No. 97 1910 Rumah Tinggal Rumah Tinggal 38 Rumah Tinggal Jl. Dr.
Tabel 3. Daftar Benda Cagar Budaya Kota Bukittinggi
Sumber : olah data pribadi
Selain 42 bangunan yang terdaftar di atas juga terdapat beberapa cagar budaya yang ada, yaitu :
Janjang 40 bukittinggi dibangun tahun 1898 pada masa Westeenek menjadi
Asisten Agam yang awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas dengan Pasar Bawah.
2. Janjang Gudang
Jenjang ini terletak di depan bangunan lama penjara Belanda yang menghubung kawasan tersebut dengan kawasan jam gadang melalui jalan lereng.
Dulunya berbentuk jalan yang mendaki, namun kemudian dibuat tangga untuk mempermudah pengguna jalan tersebut.
Gambar 17. Janjang 40
Sumber : Google
Janjang 40 bukittinggi dibangun tahun 1898 pada masa Westeenek menjadi
Asisten Agam yang awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas
Jenjang ini terletak di depan bangunan lama penjara Belanda yang kawasan tersebut dengan kawasan jam gadang melalui jalan lereng.
Dulunya berbentuk jalan yang mendaki, namun kemudian dibuat tangga untuk mempermudah pengguna jalan tersebut.
Janjang 40 bukittinggi dibangun tahun 1898 pada masa Westeenek menjadi
Asisten Agam yang awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas
Jenjang ini terletak di depan bangunan lama penjara Belanda yang kawasan tersebut dengan kawasan jam gadang melalui jalan lereng.
Gambar 18. Janjang gudang
Sumber : google
3. Janjang Pasanggrahan
Jenjang yang terletak di Kawasan Pecinan Bukittinggi ini merupakan penghubung antara Kampuang Cino dengan Kebun Binatang yang dulunya
merupakan taman bunga oleh Belanda.
Gambar 19. Janjang Pasanggrahan
Sumber : google
Gambar 20. Janjang Minang
Sumber : google
Janjang ini merupakan jenjang yang menghubungkan kawasan pecinan ( kampuang cino) dengan Jalan Minangkabau yang ada di Pasar Atas.
5. Janjang Gantuang
Jenjang gantuang ini didirikan pada tahun1932 sewaktu Cator Countoleur Agam Tuo yang dimanfaatkan sebagai jembatan penyebarangan dari Pasar lereng ke
Pasar bawah. Janjang ini merupakan jembatan penyebrangan pertama yang ada di Indonesia.
Gambar 21. Janjang Gantuang
Sumber : google
6. Janjang sek
Gambar 22. Janjang Sek
4.3.2 Kawasan Pusaka Bukittinggi Membentuk Identitas Kota
Gambar 23. Pertumbuhan Bukittinggi sepanjang Ngarai Sianok
Sumber : olah data pribadi
Pertumbuhan kota Bukittinggi berawal dari sebuah pasar yang terletak di bukit yang
disebut bukik kubangan kabau lokasinya terletak dekat janjang 40. Setelah Belanda datang pertumbuhan kota meluas ke arah utara dan selatan dengan pola linear yang dipengaruhi oleh topografi alamnya. Bisa dilihat pada gambar di bawah bahwa pertumbuhan bukittinggi lurus
Gambar 24. Pesebaran Bangunan Sejarah di Kawasan Pusaka Bukittinggi
Sumber : olah data
Sumber : olah data
Kawasan Pasar Atas memiliki sejumlah pusaka kota yang tersusun atas unsur alam
(pusaka alam) dan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda ( pusaka budaya). Pusaka alam Bukittinggi terdiri dari Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok,
sedangkan pusaka budaya yang terdapat pada kawasan pasar atas adalah fort de kock, kebun binatang, jam gadang, pasar atas, janjang ampek puluah, janjang gantuang, janjang sek, janjang gudang, janjang pasanggrahan dan janjang minang. Seluruh unsur tersebut secara
BAB V
KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
a. Bukittinggi memiliki bentukan alam yang khas terdiri dari gunung marapi, gunung
singgalang, dan ngarai sianok.
b. Bukittinggi awalnya berkembang dari sebuah tarakan, dusun, koto, kemudian menjadi
nagari. Kumpulan lima nagari membentuk Bukittinggi menjadi sebuah kota.
c. Pertumbuhan Bukittinggi sejajar dengan ngarai sianok dan sungai yang didukung oleh keberadan gunung marapi dan gunung singgalang.
d. Kawasan pusaka Bukittinggi terdiri dari komponen alam dengan topografi yang khas dan bangunan-bangunan lama yang bersejarah yang dibangun pada zaman Belanda.