• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI , DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Sawi (Brassica juncea) berasal dari wilayah tengah Asia, dekat kaki pegunungan Himalaya. Migrasi terjadi ke pusat domestikasi sekunder di India, wilayah tengah dan barat Cina, dan wilayah pegunungan Kaukasus. Catatan dalam bahasa Sansekerta menunjukkan bahwa tanaman ini ditanam sejak tahun 3000 SM (Rubatzky,1998).

Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang termasuk family Cruciferae, dikenal ada tiga varietas yaitu sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau, sawi huma (Tim Penulis PS, 1993).

Sawi (Brassica juncea) berbeda dengan petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam di dataran rendah. Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun dikenal juga putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang banyak di tanam di Indonesia sebenarnya dengan nama caisim (Nazaruddin, 2000).

Menurut Novary (1999), adapun varietas atau jenis-jenis sawi yaitu: 1. Sawi putih atau sawi jabung

(2)

varietas rugosa dan varietas prain. Varietas yang terakhir merupakan varietas pendatang dari luar negeri.

2. Sawi hijau

Sawi hijau mempunyai rasa agak pahit sehingga jarang dikomsumsi segar. Cara menghilangkan rasa pahit tersebut sawi ini sering diasinkan. Sawi asin dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Ukuran sawi hijau lebih kecil daripada sawi putih. Daunnya lebar mirip sawi putih, tapi warna hijaunya lebih tua. Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih serta sedikit berliku, tetapi kuat.

3. Sawi huma

Disebut sawi huma karena jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering seperti tegalan atau huma. Jenis sawi ini memiliki daun yang sempit dengan warna hijau keputih-putihan. Batangnnya kecil dan panjang dengan tangkai yang bersayap. Jenis sawi ini cukup digemari konsumennya.

4. Sawi bakso atau caisim

Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina tapi umumnya digunakan untuk masakan-masakan cina. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Sawi ini bertangkai panjang, langsing, dan berwarna hijau keputihan. Rasanya pun cukup enak, renyah,segar, dan tidak terlalu pahit.

5. Sawi keriting

(3)

6. Sawi monumen

Sawi monumen tumbuh tegak dan berdaun kompak sehingga menyerupai tugu atau monumen. Daunnya berwarna hijau segar dengan tangkai lebar dan tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling besar dan paling berat.

Tanaman ini sebenarnya bukan khas dataran tinggi karena dapat ditanam baik di dataran rendah maupun tinggi. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Tanah yang gembur, banyak mengandung humus, dan drainase baik sangat cocok untuk sawi. Derajat keasaman yang sesuai untuk tanaman ini berkisar antara 6 – 7 (Iwan, 1995).

Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 15º - 20º C. Pada suhu di bawah 15º C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 20º C tidak akan berbunga (Fuad, 2010).

(4)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pendapatan

Menurut Teori Milton Friedman, pendapatan masyrakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dan upah gaji.

2. Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (Sujarno, 2008).

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 2011).

(5)

Beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:

a. Pendapatan kerja petani (operator labor income); diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris, setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.

b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai. c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan hasil balas

jasa dari petani dan anggota keluarga.

d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.

Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan pendapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani, sedangkan dari luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan.

Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilahan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani (Pangemanan, 2011).

Dimana:

I = Pendapatan (Income)

TR = Total Revenue (Penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya)

(6)

2.2.1.1. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan 1. Luas Lahan

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani dilakukan sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan petani (Moehar Daniel, 2004).

2. Umur

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Maka, pendapatan yang akan diterima akan menurun pula. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

3.Tingkat Pendidikan Formal

(7)

menghasilkan pendapatan. Tingkat pendidikan formal dimiliki akan memajukan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk menerapkan apa yang diperoleh untuk peningkatan usahanya. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Amnesi, 2013).

4. Lamanya berusahatani

Pengalaman berusahatani akan membantu para petani dalam mengambil keputusan berusahatani. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cenderung memiliki tingkat ketrampilan yang tinggi. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam usahatani (Sumantri dkk, 2004).

5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh. Keadaan ini mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran petani karena semakin besar jumlah tanggungan keluarga akan semakin banyak keperluan hidup, terlebih lagi jika sebagian besar dari jumlah tanggungan keluarga tersebut tidak produktif. Sebaliknya, semakin kecil jumlah tanggungan keluarga akan memberikan gambaran hidup yang lebih sejahtera bagi petani (Soekartawi, 2011).

6. Biaya Produksi

(8)

baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terjadi menjadi dua,yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang modal (Prasetyo, 2008).

Biaya yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahtaninya. Seberapa besar tingkat penggunaan biaya produksi maka akan menurunkan pendapatan usaha taninya (Suratiyah, 2009).

7. Tingkat Kosmopolitan Petani

Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik, media cetak dan berpergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

(9)

Dalam peningkatan pendapatan, maka petani harus berusaha untuk meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan faktor produksi terutama tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam usahatani keluarga (Pangemanan, 2011).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal(Suratiyah, 2015), seperti gambar berikut:

(10)

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari input terhadap pendapatan. Fungsi Keuntungan Regresi Linier Berganda merupakan cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa petani atau pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan Regresi Linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Tavi, 2014):

Dimana :

Y : Pendapatan (Rp/bln) X1 : Pendidikan (tahun) X2 : Pengalaman (tahun) X3 : Umur (tahun) X4 : Luas lahan (Ha) B0 : Konstanta B1,2,3, : Koefisien regresi

(11)

2.2.1.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data digunakan dalam proses regresi (Uji Kesesuaian Model), maka data setiap variabel tersebut dilakukan Uji Asumsi Klasik meliputi Uji Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas (Soekartawi, 1995).

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut:

a. Analisis Grafik

Melihat Grafik Histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau Grafik Histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau Grafik Histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi Asumsi Normalitas.

(12)

Konsep dasar dari Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.

Kriteria uji sebagai berikut:

Jika signifikansi > α : Ho diterima atau H1 ditolak.

Jika signifikansi < α : Ho ditolak atau H1diterima. Dimana:

Ho: data residual berdistribusi normal; H1: data residual tidak berdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian residual dari suatu periode pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varian berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

(13)

(tolerance) > 0,1 dan nilai VIF < 10 menunjukkan bahwa model Regresi Linier Berganda terbebas dari masalah Multikolinieritas.

2.2.1.2. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

1. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel variabel bebas (independent) menjelaskan variabel terikat (dependent).

2. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F)

Uji Serempak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak semua variabel bebas (independent) yang dimasukkan dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent).

(14)

Jika F hitung < F tabel atau jika signifikansi F > α0,05 : Ho diterima atau H1

ditolak.

Jika F hitung > F tabel atau jika signifikansi F < α0,05 : Ho ditolak atau H1

diterima.

3. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas (independent) secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Uji Parsial (Uji t) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial.

Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani sawi, digunakan uji t. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika t hitung < t tabel atau jika signifikansi t > α: Ho diterima atau H1 ditolak.

Jika t hitung > t tabel atau jika signifikansi t < α: Ho ditolak atau H1 diterima

(Soekartawi, 1995).

2.2.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka (Daniel, 2002).

(15)

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis perusahaan perlu pertimbangan faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis SWOT (Rangkuti, 2004).

Dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul dalam perusahaan, maka sangat diperlukan penelitian yang sangat cermat sehingga mampu menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam mengatasi masalah yang timbul dalam perusahaan. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan antara lain:

1. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki keterampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat membuat lebih kuat dari para pesaingnya. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan - keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan terdapat pada sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor - faktor lain.

2. Kelemahan (Weakness)

(16)

daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan. 3. Peluang (Opportunity)

Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber peluang.

4. Ancaman (Treats)

Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan datang (Rangkuti, 2004).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

1.Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan). 2.Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

(17)

4.Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

5.Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke Tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman). 2. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan nilai “rating” terhadap kelemahan bersifat negatif, kebalikannya.

3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring pada kolom 4.

(18)

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya(Situmorang dan Dilham, 2007).

Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing – masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

c. Matriks Posisi

Matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (strategic position and action evaluation - SPACE matrix) adalah suatu alat yang penting dalam mencocokkan strategi. Hasil analisis pada tabel matriks faktor internal dan faktor eksternal dipetakan pada matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis dengan cara sebagai berikut:

1. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan ditentukan sebagai berikut:

a. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai Y > 0, sebaliknya jika peluang lebih kecil daripada ancaman maka nilai Y < 0.

(19)

Y (+)

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

2. Kuadran II

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan masih memiliki kekuatan dari sisi internal walaupun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi (baik produk ataupun pasar).

3. Kuadran III

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan menghadapi peluang besar, namun memiliki kendala dari sisi internal. Perusahaan sebaiknya tetap berada dekat dengan kompetensi dasar perusahaan dan tidak mengambil risiko

(20)

berlebihan. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan sehingga dapat memanfaatkan peluang. 4. Kuadran IV

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada situasi yang sangat sulit karena menghadapi berbagai ancaman dan memiliki banyak kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah memperbaiki kelemahan dan menghindari ancaman (David, 2004).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

(21)

Tabel 2.1. Matriks Analisis SWOT

Rizki T. H (2016) dalam penelitiannya berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Sipirok.Data dianalisis dengan Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regression), selanjutnya menghitung pendapatan usahatani kopi dan analisis nilai tambah (value added) dengan menggunakan Metode Hayami pada penggolahan kopi bubuk. Dengan pendapatan usahatani sebesar Rp.4.718.875 per petani dan pendapatan rata-rata per hektar sebesar Rp.13.040.903,28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas lahan, harga jual kopi, biaya bibit berpengaruh terhadap pendapatan petani, tetapi pengalaman bertani dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani.

Fritz (2014) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhan Batu

(22)

petani karet di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dianalisis dengan Analisis Deskriptif dengan menggunakan matriks SWOT yang bertujuan untuk menghasilkan strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peningkatan pendapatan petani karetrakyat di Kabupaten LabuhanBatu Selatan adalah memanfaatkan kondisi iklim danlahan serta tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan produksi getah karet;menjual getah karet kepada pembeli yang menawarkan harga tinggi; memberikanbantuan bibit karet unggul dan modal kepada petani karet; meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan getah karet; melaksanakan penyuluhan untuk menambah wawasan petani dalam berkebun karet; menemukan solusi yang tepatuntuk mencegah adanya tanaman karet yang terserang penyakit dan mengobati tanaman karet yang terserang penyakit; melaksanakan tindakan pemeliharaan tanaman karet dengan baik untuk mengurangi risiko terserang penyakit tanaman karet; menanam bibit karet unggul dan mengelola kebun karet dengan baik agarkualitas getah karet yang dihasilkan dapat bersaing dengan pesaing penghasilgetah karet.

(23)

dapat diterapkan di daerah penelitian dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan petani adalah Strategi Agresif (Strategi SO) yaitu meningkatkan produksi dengan memanfaatkan akses kredit dan lahan kosong dan melakukan perluasan daerah pemasaran beras organik.

Timoteus J. P. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah. Faktor luas lahan, biaya produksi, dan harga gabah kering panen (GKP) mempengaruhi pendapatan petani padi sawah, program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan usahatani padi sawah, masalah apa saja yang kerap dihadapi petani padi sawah dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah, cara petani menghadapi masalah yang ada dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Berganda, dengan menggunakan SPSS 16. Jumlah sampel petani ialah 10 petani dengan luas lahan lebih dari 1 Ha dan 20 petani dengan luas lahan kurang dari 1 Ha. Hasil dari penelitian ialah faktor dari luas lahan, biaya produksi dan harga berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah. Produksi petani padi sawah di daerah penelitian rata – rata 8 ton per Ha.

(24)

peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kosong, kebutuhan konsumen, musim penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

(25)

upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di daerah penelitian. Secara parsial, variabel harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung, sedangkan variabel biaya pestisida tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di daerah penelitian.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan Merupakan salah satu sentra penghasil sayuran terbesar di Kota Medan. Salah satunya usahatani sawi, hal ini menunjukkan bahwa usahatani sayuran sawi menjadi sektor utama masyarakat setempat sebagai sumber mata pencaharian.

Namun, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil sayuran belum tentu menjamin kesejahteraan petani sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan. Kesejahteraan petani yang dirasakan masih kurang,akhirnya berimbas kepada pengelolaan usahatani yang dilakukan seadanya.

Pendapatan petani merupakan indikator kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan petani maka kehidupan masyarakat juga semakin sejahtera. Pendapatan petani sawi ditentukan oleh beberapa hal seperti harga dan produktivitas.

(26)
(27)

Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran PETANI

Usahatani Sawi

Pendapatan Petani

Eksternal Internal

(S) Kekuatan

(W) Kelemahan

(O) Peluang

(T) Ancaman

Strategi Peningkatan Pendapatan

(28)

2.5. Hipotesis Penelitian

Gambar

gambar berikut:
Gambar 2.2. Matriks Posisi SWOT
Tabel 2.1.  Matriks Analisis SWOT
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Model penelitian pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual materi komitmen dan kontijensi sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu menurut Thiagarajan 4D terdiri empat

Dengan membaca teks tentang “Pengalaman Belajar dari Negara-negara ASEAN” dan mencari informasi dari berbagai sumber, siswa mampu menuliskan laporan tentang posisi dan

Both genes and protein level expression analyses result showed that the LOX-1 mRNA expression in the transfected HeLa cells were higher compared to that in the

Jawaban dari Bapak/Ibu selanjutkan akan diolah untuk menghasilkan hasil penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat

Algoritma yang digunakan adalah alogaritma contrast stretching untuk meningkatkan kualitas citra, serta untuk klasifikasi batu boulder (batu gajah) menggunakan

Disarankan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Medan Area Selatan untuk lebih meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) khususnya

In these cases, the classical monitoring methods may prevent fetal and/or neonatal death, but they may not prevent the sequelae of chronic hypoxia because the serious damage to

Hasil wawancara pasien umum tidak beranggapan jarak antar ruang labolatorium dan radiologi dengan ruang poliklinik berjauhan karena masih dalam area rumah sakit hasil