RANCANG BANGUN SOFTWARE PERSEDIAAN STOCK BARANG DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )
( STUDI KASUS CV.NUGRAHA JAYA ) Nama : Risza Febri Yuhananto
NPM :06.2006.1.03999
Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl.Arief Rahman Hakim 100 – Surabaya 60117 E-mai : riszafebri@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan penekanan cost pengeluaran terhadap kebutuhan akan pemesanan didalam sebuah perusahaan sangatlah kompleks dimana perusahaan menuntut akan sebuah pencapaian yang sangat optimal yang berujung akan sebuah keuntungan yang besar bagi perusaahaan.Maka program perangkat lunak ini dibuat dengan melihat kondisi permasalahan internal perusahaan dibidang masalah pemesanan agar balance / seimbang antara pemesanan dan pemakaian yang bermanfaat untuk keuntungan perusahaan.Metode yang kami gunakan untuk menentukan keseimbangan antara pemesanan dan pemakaian adalah menggunakan penggabungan antara Visual Basic (IT) dan konsep ekonomi menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Kata kunci : Software persediaan barang,economic order quantity,single moving average
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan dalam dunia usaha dewasa ini, baik itu di bidang industri maupun di bidang perdagangan saling bersaing untuk merebut pasaran. Begitu juga dengan CV.Nugraha Jaya yang beralamat di Jl.Semolowaru Utara I/45 Surabaya. CV.Nugraha Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang mechanical electrical dan Supplier yang mana selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi permintaan pelanggannya.
perubahan yang tidak diharapkan dalam bentuk permintaan yang lebih banyak.
Berdasarkan uraian di atas, bagian pembelian pada CV. Nugraha Jaya merasa kesulitan dalam menentukan stok minimum yang harus dipenuhi. Kapan barang harus dipesan dan berapa jumlah pesanan maksimalnya. Sehingga biaya persediaan dapat ditekan pada tingkat yang minimal tanpa mengganggu kegiatan usahanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan sistem persediaan barang yang dapat membantu manager dalam penentuan kebijakan dan peningkatkan kinerja perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rancang bangun sistem persediaan barang yang dapat menentukan jumlah pesanan yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Bagaimana rancang bangun sistem persediaan barang yang dapat menentukan titik pemesanan kembali. 3. Bagaimana rancang bangun sistem
persediaan barang yang dapat membantu
pihak manajamen dalam
perencanaannya, dengan melihat variabel jumlah barang yang tersedia dan jumlah permintaan.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Rancang bangun sistem persediaan barang yang dapat menentukan titik pemesanan kembali.
2. Rancang bangun sistem persediaan barang untuk menentukan stok minimum dan jumlah pesanan yang maksimal. 3. Rancang bangun sistem persediaan
barang yang dapat membantu pihak manajemen dalam perencanaan
berikutnya, dengan melihat variabel sebagai berikut:
a. Jumlah barang yang tersedia. b. Jumlah permintaan barang.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan serta titik pemesanan kembali adalah model EOQ (Economic Order Quantity).
2. Penentuan peramalan permintaan barang menggunakan metode single moving averages.
3. Perhitungan single moving averages menggunakan periode empat bulanan. 4. Data yang dipergunakan adalah data
penjualan pada periode 2009.
5. Sistem ini tidak membahas masalah retur barang dan barang yang kedaluarsa. 6. Sistem persediaan ini meliputi transaksi
pembelian, penjualan, stock barang dan peramalan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Admin
Memberikan kemudahan bagi admin dalam melakukan kegiatan pengolahan data barang, supplier, pembelian, penjualan dan persediaan.
2. Bagi Manager Pembelian
Memberikan kemudahan dan menghemat waktu dalam membuat laporan data barang, transaksi penjualan, pembelian dan persediaan. Dimana pembuatan laporan sebelumnya membutuhkan waktu yang lama.
Interview juga sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).Dalam kaitan dengan system kami melakukan sesi tanya jawab dengan petugas gudang mengenai alur keluar masuk barang.
1.6.2 Observasi
Observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas,terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuandan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
Sistemmatika penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dari karya tulis tugas akhir yang membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang
digunakan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. Landasan teori pada bab ini membahas tentang teori – teori yang mendukung rancang bangun sistem persediaan barang pada CV. Nugraha Jaya.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi tentang proses bisnis sistem persediaan barang, analisa sistem dan perancangan sistem untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini.
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini membahas
implementasi sistem, dilanjutkan dengan evaluasi kinerja sistem dengan membandingkan tujuan yang hendak dicapai dengan sistem yang telah diterapkan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan sistem persediaan barang dan
saran–saran untuk
pengembangan sistem persediaan barang dalam tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen – elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem tersebut dan mengolah input tersebut sampai menghasilkan keluaran atau output yang diinginkan. Adapun penjelasan tentang elemen – elemen dari sistem adalah :
a. Tujuan, sistem dapat berupa tujuan usaha, kebutuhan pemecahan masalah, dan lain sebagainya.
c. Penghubung, penghubung bagian yang bertugas untuk menerima data masukan, dimana data dapat berupa asal masukan, frekuensi pemasukan data dan jenis pemasukan data.
e. Proses, merupakan bagian yang memproses masukan data menjadi informasi yang sesuai dengan keinginan penerima.
f. Output (keluaran) merupakan keluaran atau tujuan akhir dari sistem yang dapat berupa laporan, tabel atau grafik. Sedangkan informasi adalah kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi pengguna informasi tersebut.
2.2 Analisa Sistem
Menurut Kristanto (2003:5), Analisa sistem adalah seseorang yang memnunyai kemampuan untuk menganalisa sebuah sistem yang meliputi mempelajari masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan pemakai sistem. Untuk mencapai tujuan dari suatu sistem yang dibuat, dibutuhkan 3 perangkat atau alat yang dapat meningkatkan kenirja dari sebuah sistem sehingga tujuan dari sistem tersebut dapat dicapai. Tiga perangkat tersebut meliputi : perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat manusia. Perangkat keras daat berupa komputer, sedangkan perangkat lunak adalah program. Sedangkan perangkat manusia dapat berupa manajer, analisis sistem, programer dan sebagainya. Dimana ketiga unsur tersebut bersama–sama membangun sistem yang efisien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pemakai sistem.
2.3 Konsep Dasar Persediaan
Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Sedangkan pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material
dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
2.3.1 Peranan Persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah jalannya operasi perusahaan yang dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang. Menurut Sujadi Prawirosentono (2000:69), persediaan diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk:
1. Mengurangi resiko keterlambatan datangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi perusahaan. 2. Mengurangi resiko penerimaan bahan baku
yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan pesanan sehingga harus dikembalikan. 3. Menyimpan bahan/barang yang dihasilkan
secara musiman sehingga dapat digunakan seandainya bahan/barang itu tidak tersedia dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi produksi perusahaan, yang berarti menjamin kelancaran proses produksi.
5. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi produksi karena ketidakadaan persediaan (Stock Out).
6. Memberikan pelayanana kepada konsumen dengan baik, dimana keinginan konsumen pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersediaanya barang jadi tersebut.
2.3.2 Biaya - Biaya Persediaan
Menurut Softjan Assauri (2004:171), Persediaan pada dasarnya menimbulkan biaya. Biaya yang ditimbulkan tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Besarnya persediaan memperhatikan variable dari biaya – biaya persediaan. Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian dari suatu barang adalah harga beli barang perunit, jika barang tersebut diperoleh dari luar perusahaan / pihak lain.
Biaya pembelian ditentukan oleh: a. Banyaknya barang yang dibeli. b. Harga barang per unit.
Biaya persediaan adalah biaya yang diperlukan dalam penyimpanan persediaan. Yang termasuk dalam biaya penyimpanan adalah biaya gudang, asuransi, pajak kakayaan. Biaya modal, penyusutan dan keusangan. Biaya penggudangan lebih terkait langsung dengan besarnya persediaan dari pada dengan nilai barang yang dibeli. Jenis biaya-biaya penyimpanan yang lain bisa naik turun mengikuti nilai persediaan. Selain itu, barang yang lebih berharga nilainya dapat membutuhkan tambahan perlindungan dan penjagaan. Oleh karena itu, biaya gudang dan biaya-biaya penyimpanan dinyatakan dengan angka persentase terhadap nilai persediaan. 3. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang yang dibeli dari pihak lain. Biaya pemesanan termasuk biaya pengelolaan bagian pembelian, biaya pengiriman pesanan, biaya administrasi yang berkaitan dengan proses pemesanan barang.
4. Biaya Persediaan Pengaman
Biaya persediaan pengamanan adalah biaya yang berupa persediaan yang disimpan perusahaan dalam usaha mencegah kemungkinan kehabisan barang-barang untuk dijual. Persediaan pengaman tidak mencukupi, perusahaan menanggung rugi karena kehilangan kesempatan untuk menjual dan hilangnya kepercayaan pelanggan. 2.4 Waktu Tunggu (Lead Time)
Dalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan (order) untuk penggantian / pengisian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam persediaan (stok). Perbedaan waktu inilah yang dinamakan lead time (Gaspersz, 2004).
2.5 Titik Pemesanan Kembali
Reorder point adalah saat titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu adalah tepat pada saat dibutuhkan. Pemesanan kembali ini perlu dilakukan oleh perusahaan pada setiap periode
untuk mencegah terjadinya kekurangan barang. Sehingga aktivitas perusahaan tidak terganggu ( Elwood, 1996 ).
2.6 Metode Economic Order Quantity (EOQ) EOQ adalah jumlah unit (kuantitas) barang yang dapat dibeli dengan biaya minimal. Tujuan model persediaan ini adalah menentukan jumlah pesanan yang dapat meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Dengan menggunakan perhitungan EOQ, maka persediaan yang ada di dalam gudang tidak terlalu banyak, tapi juga tidak akan terlalu sedikit. Sehingga aktivitas perusahaan tidak akan terganggu karenanya. Salah satu masalah dalam menentukan analisis EOQ adalah bahwa sulit bagi kita untuk dapat menentukan titik pemesanan kembali. Ingatlah bahwa titik pemesanan kembali diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan stok (kekurangan) selama waktu antara melakukan pemesanan dan penerimaan pesanan tersebut.
Titik pemesanan kembali adalah suatu tingkat persediaan yang tetap ada dalam stok yang jumlahnya sama dengan permintaan selama masa waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan (disebut lead time). Ketika permintaan bersifat pasti, persediaan ini akan berkurang/dihabiskan pada tingkat yang diketahui, sehingga pesanan akan sampai tepat pada saat tingkat persediaan mencapai titik nol (Taylor, 2001).
Walaupun tenggang waktu dapat bersifat konstan, permintaan bersifat tidak pasti, maka tidak mungkin dapat memprediksi secara tepat permintaan yang terjadi pada waktu yang telah ditentukan. Meskipun memiliki titik pemesanan kembali, kekurangan tetap saja terjadi. Sebagai pencegahan terhadap kekurangan ketika permintaan tidak pasti, perusahaan-perusahaan sering menggunakan suatu penyangga (buffer) atas sejumlah persediaan tambahan yang disebut stok cadangan. Terjadinya kehabisan stok ketika permintaan tidak pasti diilustrasikan dengan grafik dalam Gambar 2.1.
ditentukan sehingga tingkat stok cadangan diperlakukan sama seperti tingkat persediaan nol tanpa stok cadangan.
Menjaga adanya stok cadangan tidak bebas biaya. Biaya pemeliharaan dibebankan pada stok cadangan tersebut seperti halnya persediaan biasa. Umumnya diasumsikan bahwa frekuensi dan jumlah permintaan aktual di atas tingkat stok cadangan sama dengan frekuensi dan jumlah permintaan aktual tersebut di bawah tingkat stok cadangan tersebut. Maka surplus dan defisit terjadi sepanjang tahun, sehingga secara rata-rata stok cadangan tersebut tidak dipakai. Hal ini berarti bahwa untuk menentukan biaya tahunan atas stok cadangan, hanya perlu mengalikan biaya pemeliharaan tahunan per unit dengan tingkat stok cadangan, Ss. Total biaya
pemeliharaan tahunan stok cadangan = CcSs
Walaupun demikian, biaya ini harus dipertimbangkan terhadap biaya pemeliharaan karena kehabisan stok. Tujuan dari bentuk analisis ini adalah untuk menetukan tingkat stok cadangan yang meminimalisasi jumlah biaya pemeliharaan dan biaya kehabisan stok.
TC = RP + RC / Q + QH / 2 ……….. 1) Jumlah pesanan pada setiap pembelian (Q) yang optimal akan memperoleh total biaya persediaan (TC) yang minimal. Secara matematis jumlah pesanan yang optimal (Q*) dapat dihitung sebagai berikut :
dTC
dQ =− CR
Q2+ H
2 =0
atau
CR
Q
2=
H
2
Q
2=
2
CR
H
Q
¿=
√
2
CR
H
Persamaan untuk kuantitas pembelian optimal :
EOQ = Q* = √2 CR / H ……… ……. 2)
H = P f ……… …….. 3)
B = RL / N
……… ……. 4)
Di mana:
Q : jumlah setiap pesanan pada setiap pembelian (unit).
H : biaya penyimpanan perunit (Rp). P : harga pembelian (Rp) perunit.
f : biaya penyimpanan perunit yang dinyatakan dalam persen
R : permintaan perbulan (unit).
C : biaya pemesanan setiap pesanan (Rp). dalam persentase.
B : titik pemesanan kembali (unit). L : waktu tunggu (Lead time).
N : banyaknya periode lead time dalam periode permintaan
2.7 Metode Single Moving Averages
bulanan moving average ramalan bulan ke- 5 baru dapat dihitung setelah bulan keempat berakhir demikian seterusnya.
Ft-1 =
Xt+Xt−1+Xt−2+. . ..+Xt−N+
1
N keterangan:
Ft-1 = Ramalan untuk periode ke t + 1 Xt = Data untuk periode ke t
N = Jangka waktu rata – rata bergerak Perhitungan kesalahan meramal diuraikan dibawah ini:
1. Error = Data rill – Ramalan
ei = Xi – Fi, dimana Xi adalah data periode ke i sedangakan Fi adalah ramalan periode ke t.
2. Mean Absolute Error
Adalah rata – rata absolute dari kesalahan meramal, tanpa mengiraukan tanda positif atau negative. Mean Absolute Error =
∑
i=1 n
|ei|
n
(Spyros, 2002). 3. Mean Squared Error
Adalah rata – rata kesalahan meramal dikuadratkan. Mean Squared Error
∑
i=1 n
|ei| n
2
( Spyros, 2002).
Perhitungan Manual EOQ
Penghitungan Proses Manual Metode Single Moving Average dan Economic Order Quantity
EOQ = Q* = √2 CR / H H = P f B = RL / N
Di mana:
Q : jumlah setiap pesanan pada setiap pembelian (unit).
H : biaya penyimpanan perunit (Rp). P : harga pembelian (Rp) perunit.
f : biaya penyimpanan perunit yang dinyatakan dalam persen (Berdasarkan ketentuan perusahaan)
R : permintaan perbulan (unit).
C : biaya pemesanan setiap pesanan (Rp). (Berdasarkan ketentuan perusahaan)
dalam persentase.
B : titik pemesanan kembali (unit). L : waktu tunggu (Lead time).
N : banyaknya periode lead time dalam periode permintaan
Contoh :
Diketahui :
a) Kode Barang BR0004 (Aluminium Foil)
b) Biaya Simpan = 3.700 c) Biaya Pesan = 200.000
d) Lead Time = 2
e) Permintaan = 4575
Hitung EOQ & Reorder Point ?
EOQ = Q* = √2 CR / H
= √2 * 4575*200.000 / 3700 = √ 1.830.000.000 / 3700 = √494.594,6
= 703 H = P f
= 370.000 * 1 % = 3700
B = RL / N
= 703 * 2 / 3 = 469
Diagram Berjenjang
kedalam sub proses. Diagram berjenjang berikut ini terlihat dengan jelas masing – masing sub level dari Data Flow Diagram (DFD). Adapun penjelasan gambar diagram berjejang dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Diagram Berjenjang Sistem Persediaan Barang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Form Utama
Aplikasi rancang bangun sistem persediaan barang terdiri dari 6 menu sistem seperti pada Gambar 4.1, dimana menu tersebut terbagi sebagai berikut:
a. Menu terdiri dari: login, logout dan exit. b. Master terdiri dari: barang, supplier dan
stock.
c. Transaksi terdiri dari: penjualan, pembelian, peramalan dan persediaan. d. Grafik terdiri dari: grafik penjualan dan
pembelian.
e. Laporan terdiri dari: penjualan, pembelian, peramalan dan persediaan. Sistem terdiri dari: username dan about.
Form Master Barang
Form master barang merupakan form untuk melakukan pencatatan data barang dan melakukan penyimpanan data barang tersebut. Form master barang yang muncul pertama kali adalah list data barang yang dapat dimaintenance.
Form Master Supplier
Form master supplier merupakan form untuk melakukan pencatatan data supplier dan melakukan penyimpanan data supplier tersebut. Form yang muncul pertama kali adalah list data supplier yang dapat dimaintenance.
Form Master Stock
Form master stock merupakan form untuk melakukan pencatatan dan melakukan penyimpanan data stock tersebut Form Transaksi Penjualan
Form transaksi penjualan merupakan form untuk melakukan pencatatan dan
penyimpanan data penjualan. Terdapat detail penjualan dalam form ini, sehingga manager dapat melihat laju penjualan
Form Transaksi Pembelian
Form transaksi pembelian merupakan form untuk melakukan pencatatan data pembelian dan melakukan penyimpanan data yang dibeli dari supplier. Terdapat detail pembelian dalam form ini, yang mana digunakan untuk melihat laju pembelian barang kepada supplier
Form Peramalan
Form peramalan merupakan form untuk melakukan peramalan dan melakukan penyimpanan hasil ramalan tersebut
Form Economic Order Quantity
Form persediaan barang merupakan form untuk melakukan perhitungan permintaan dengan menggunakan metode EOQ (economic order quantity) dan melakukan penyimpanan hasil EOQ
Form Grafik Penjualan
Form grafik penjualan merupakan form untuk melihat perbandingan penjualan sehingga dapat mengetahui tingkat penjualan suatu barang
supplier sehingga dapat mengetahui tingkat pembelian suatu barang
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari rancang bangun sistem persediaan barang adalah sebagai berikut:
1. Rancang bangun sistem persediaan barang dapat memberikan solusi kepada manager untuk meramalkan jumlah item yang terjual pada periode tertentu kedepan dengan menggunakan metode single moving average.
2. Rancang bangun sistem persediaan barang yang dapat menentukan titik pemesanan kembali 3. Rancang bangun sistem
persediaan barang untuk menentukan stok minimum dan jumlah pesanan yang maksimal.
4. Economic order quantity (EOQ) adalah pemodelan kedua setelah mendapatkan nilai peramalan. Pemodelan ini dapat mengoptimalisasi pengadaan persediaan dan mampu meminimalkan biaya persediaan. Nilai EOQ dapat diaplikasikan lagi dengan adanya reorder point. Reorder point ini mampu memonitor persediaan, dimana saat pemesanan kembali dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada waktunya.
5. Bahwasannya dengan
perhitungan perbandingan antara data real dan data ramalan menggunakan peramalan 4 bulanan memunculkan tingkat akurat yang lebih tinggi
6. Selisih data real dan hasil peramalan tingkat akurasi mendekati hasil maksimal selisih sekitar ≈ 331.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem yang sudah dibuat perlu diintegrasikan dengan sistem yang lain misalnya dengan sistem administrasi dan gudang.
2. Sebagai pembanding dapat dicoba dengan metode yang lain seperti metode winter, metode holt dan metode permalan yang lainnya. Sebagai pembanding persediaan dapat digunakan metode lain, selain metode EOQ misalnya economic production quantity (EPQ), material requirement planning (MRP) ataupun just in time (JIT).
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Softjan., 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakulitas Ekonomi Universitas Indonesia
Elwood, Buffa, 1996, Manajemn Operasi/Produksi Modern, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Gaspersz, Vincent., 2004, Production Planning And Inventory Control, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kristatnto, Adri., 2003, Peracangan Sistem dan Aplikasinya, Gava Media Yogyakarta.
Prawirosentono, Sujadi., 2000, Manajemen Produksi dan Operasi, Bumi Aksara, Jakarta. Spyros, Makridaris, Steven C. Wheelwright & Viktor E. Mcgee, 2002, Metode dan Aplikasi Peramalan, Erlangga, Jakarta