• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Asas dan Landasan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Asas dan Landasan Pendidikan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Landasan dan Asas Pendidikan”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs Sambira Mambela, M.pd selaku dosen pembimbing Pengantar Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khusunya

Surabaya, Juni 2012

(2)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

1. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah...1

1.3. Tujuan Penulisan...2

2. KAJIAN TEORI... 3

2.1. Pengertian Pendidikan...3

2.2. Pengertian Landasan Pendidikan...4

Fungsi Landasan Pendidikan...5

2.3. Pengertian Asas Pendidikan...5

3. PEMBAHASAN... 6

3.1. Landasan Pendidikan di Indonesia...6

3.1.1. Landasan Filosofi Pendidikan...6

3.1.2. Landasan Sosiologis...8

3.1.3. Landasan Kultural...9

3.1.4. Landasan Psikologis...10

3.1.5. Landasan Ilmiah...10

3.1.6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia...12

3.1.7. Landasan Religius...13

3.2. Asas-Asas Pendidikan Indonesia...13

3.2.1. Asas Tut Wuri Handayani...14

3.2.2. Asas Kemandirian dalam Belajar...15

3.2.3. Asas Belajar sepanjang Hayat...16

4. PENUTUP... 17

3.1. Kesimpulan... 17

(3)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

Dalam Bab III, akan dipusatkan pada paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandirian dalam belajar.

(4)

3. Bagaimana Penerapan Asas-asas Pendidikan?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Landasan Pendidikan 2. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan

(5)

2. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia. Berikut ini akan dikemukakam beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli :

1. Menurut Rusli Lutan (1994) mengemukakan bahwa “pendidikan pada hakekatnya tetap sebagai proses membangkitkan kekuatan dan harga diri dari rasa ketidakmampuan, ketidakberdayaan, keserbakekurangan”.

2. Djuju Sudjana (1996:31) tentang modal itu dalam dirinya sendiri yang tersirat dalam “human capital theory”, bahwa manusia merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subyek baik dalam upaya meningkatkan tarap hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori-teori ini konsep pendidikan harus dirasakan atas anggapan bahwa modal yang dimiliki manusia itu sendiri meliputi : sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi. Dengan perkataan, “modal utama bagi kemajuan manusia tidak berada di luar dirinya melainkan ada dalam dirinya, dan modal itu sendiri adalah pendidikan.

3. Menurut George F. Knelled Ledi dalam bukunya yang berjudul Of Education

(6)

4. Selanjutnya menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk emmiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Jadi dapat disimpulkan, pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Dalam pendidikan, secara implicit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik yang di dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu salling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.

2. Pengertian Landasan Pendidikan

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.

Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.

(7)

(bimbingan, pengajaran dan atau latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan

adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

Fungsi Landasan Pendidikan

Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya, dst. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.

3. Pengertian Asas Pendidikan

(8)

2. PEMBAHASAN

1. Landasan Pendidikan di Indonesia

Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti daapt dipertanggungjawabkan.

Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat dipertanggungjawabkan.

1. Landasan Filosofi Pendidikan

(9)

melalui interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan.

Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.

Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.

(10)

internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan beraspek multi.

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.

2. Landasan Sosiologis

Pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.

Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan sosiologis dalam pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar sesama, adanya saling tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi bersama, menempati suatu wilayah dan saling bersosialisasi. Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup memiliki ciri utama, yaitu:

1. Ada interaksi antar bangsa

2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang khas.

3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya.

(11)

pendidikan sekolah atau formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti pendidikan moral pancasila atau PPKN dan sebagainya.

3. Landasan Kultural

Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia selalu terkait dengan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya tertentu. Kebudayaan sebagai gagsan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan pendidikan utamanya belajar.

Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud:

 Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya

 Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat

 Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975)

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan maupun teknologi (hasil karya).

Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya umum yang dapat diidentifikasikan dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi mendatang, yaitu melalui pendidikan informal (biasanya terjadi di dalam keluarga), non formal (dalam masyarakat secara trprogram dan berkelanjutan serta berlengsung dalam kehidupan masyarakat), dan formal (melibatkan lembaga khusus sekolah) yang dirancang untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Transmisi kebudayaan oleh masyarakat tidak akan memperoleh kemajuan, sehingga perlu dirancang usaha yang sistematis dalam mengembangkan kebudayaan, dalam hal ini yang paling efektif ialah lembaga sekolah.

(12)

4. Landasan Psikologis

Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia pada umumnya. Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya.

Individu yang satu dengan yang lainnya, perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu itu sendiri, baik yang berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan. Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang harusa dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan mereka menerimanya.

Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan psikologis

Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam menentukan pola kepribadian, yaitu:

1. Bakat/hereditas individu 2. Pengalaman awal di keluarga

3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga.

5. Landasan Ilmiah

Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola pendekatan diantaranya sebagai berikut :

(13)

2. Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut.

3. Sistemik: Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.

Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini.

1. A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu:

a. ilmu fisika

b. rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik

c. teknologi komunikasi & telekomunikasi

d. ilmu perilaku

e. ilmu komunikasi

f. ilmu ekonomi

2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan

a. ilmu perilaku

b. ilmu komunikasi

c. ilmu manajemen

3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah :

(14)

b. related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan.

4. Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:

a. psikologi

b. rekayasa

c. komunikasi

d. ilmu computer

e. bisnis

f. pendidikan

Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang.

6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.

(15)

1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru

8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

10.Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.

11.Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.

12.Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

7. Landasan Religius

(16)

menuntuk dan memancing potensi intelektual seseorang, juga menghidupkan dan mempertahankan unsur manusiawi dalam dirinya dengan landasan iman dan takwa.

Oleh karena itu, A. Tafsir (2008: 11-12), menjelaskan bahwa pendidikan agama itu tidak akan berhasil bila hanya diserahkan kepada guru agama. Dia mengatakan pendidikan keimanan dan ketakwaan, inti dari pendidikan agama, itu adalah tugas bersama antara guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam arti bahwa perlu adanya keterpaduan, baik keterpaduan tujuan, materi, proses, dan lembaga.

Dengan adanya undang-undang dan fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan, menjadikan agama sebagai suatu yang wajib untuk dijadikan landasan dalam proses pendidikan, baik di tingkat dasr maupun menengah, dan bahkan pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas ‘Kemandirian dalam Belajar.’

3.1.1. Asas Tut Wuri Handayani

Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan.”

(17)

mengubah sistem pendidikan model lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman – dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan Taman Siswa. Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta didik yang “diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa” (Tirtarahardja, 1994: 120).

Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher oriented” kepada “student oriented.”

Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”

3.1.2. Asas Kemandirian dalam Belajar

Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan” (Tirtarahardja, 1994: 123).

(18)

sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator (Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.

Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk

membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009).

Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik, maka para peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan

dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.”

3.1.3. Asas Belajar sepanjang Hayat

Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus :

(19)

 mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan

penyempurnaan secara sistematis

 tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu

 mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.

(20)

4. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/14/landasan-pendidikan-di-indonesia/ http://mahmuddin.wordpress.com/2009/10/19/landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/

http://khotneeda.blogspot.com/2012/03/landasan-psikologis-sosiologis-kultural.html

http://himcyoo.wordpress.com/2011/12/01/landasan-yuridis-pendidikan/ http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_3.htm

http://www.mukminun.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html http://adisastrajaya.blogspot.com/2012/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah

Mengacu kepada urian di atas dapat kita simpulkan, bahwa landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para pendidik (guru) dalam rangka praktik

sosiologi sistem pendidikan nasional, dan aliran dalam landasan

Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Landasan Filosofis Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam

 Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan

Hakikat landasan yuridis TOPIK 1 Landasan Yuridis dan Landasan Filosofis Pendidikan Sumber: Membumikanpendidikan.com... Landasan yuridis

KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa landasan dan pendekatan pendidikan Islam multikultural Indonesia dengan India juga memiliki kesamaan pada proses