• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM TATA NEGARA RELATION OF STATE LAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM TATA NEGARA RELATION OF STATE LAW"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM TATA NEGARA

RELATION OF STATE LAW, HUMAN RIGHTS AND

DEMOCRACY

Disusun Oleh :

Lorenza Machia Vellian

16.C1.0109

Fakultas Hukum dan Komunikasi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Hukum adalah Negara yang didalamnya terdapat berbagai aspek peraturan-peraturan yang bersifat abstrak yaitu memaksa, dan mempunyai sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Gagasan Negara hukum masih bersifat samar-samar dan tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih signifikan pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami oleh Immanuel Kant, unsur-unsur Negara hukum adalah: a. Perlindungan hak-hak Asasi Manusia

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu. c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan

d. Peradilan tata usaha Negara

Sampai pada masa modern kini pun, Negara Hukum tetap berusaha ditegakkan, karena Negara hukum sebagai suatu konsep sebenarnya tidak terbatas pada perkembangan negara modern. Sebab dalam setiap masyarakat, baik pada masyarakat yang tingkat perkembangannya masih sangat sederhana sampai pada masyarakat yang perkembangannya sudah sangat tinggi, disitu selalu terdapat hukum. Ungkapan seorang filosof Yunani kuno Cicero, yang mengatakan Ubi Societas ubi ius

(3)

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan paper ini adalah untuk memperkenalkan, memberitahukan lebih jauh lagi kepada masyarakat mengenai apa hubungan dari Negara Hukum, HAM, dan Demokrasi, dan juga seperti apa sistematikanya yang berlaku di Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul paper di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan ini adalah: Mengetahui hubungan antara Negara Hukum, HAM, dan Demokrasi yang ada di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Negara Hukum

Negara Hukum, selalu terkait dengan konsep ‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’ yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’. Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan ‘demos’ dan ‘cratos’ atau

‘kratien’ dalam demokrasi. ‘Nomos’ berarti norma, sedangkan ‘cratos’ adalah kekuasaan. Faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggris yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip “rule of law” yang berkembang di Amerika Serikat dan menjadi ciri khas, yaitu “the Rule of Law, and not of Man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang maupun badan tertentu.

Prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Prinsip-prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin diperlukan dalam setiap negara demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut

“The International Commission of Jurists” itu adalah: 1. Negara harus tunduk pada hukum.

2. Pemerintah menghormati hak-hak individu. 3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

(5)

Undang-Undang dalam hal yang mendesak demi kepentingan warga negara (asas oportunitas) sehingga pemerintahan menjadi lebih luwes dan fleksibel.

Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti peraturan perundang-undangan semata, niscaya pengertian negara hukum yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas. Karena itu, di samping istilah ‘the rule of law’ Friedman juga mengembangkan istilah ‘the rule of just law’ untuk memastikan bahwa dalam ‘the rule of law’ terdapat pengertian keadilan yang lebih jelas daripada sekedar memfungsikan peraturan perundang-undangan dalam arti sempit.

Namun demikian, terlepas dari perkembangan pengertian tersebut di atas, konsepsi tentang Negara Hukum di kalangan kebanyakan ahli hukum masih sering terpaku kepada unsur-unsur pengertian sebagaimana dikembangkan pada abad ke-19 dan abad ke-20. Konsep ini patut untuk dipertimbangkan kembali untuk merumuskan secara baru konsepsi Negara Hukum modern itu sendiri untuk kebutuhan praktek ketatanegaraan pada abad ke-21 sekarang ini.1

B. Negara Hukum di Indonesia

Bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum atau negara berdasarkan hukum. Pernyataan ini memang merujuk pada pernyataan tertulis di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan : ”Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan ”Negara Indonesia berdasar atas hukum

(rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat)”.2

Konsep Negara Hukum, selain bermakna bukan Negara Kekuasaan (Machtstaat) juga mengandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, juga dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam undang-undang dasar, adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam undang-undang dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.

Dalam paham negara hukum yang demikian itu, pada hakikatnya hukum itu sendirilah yang menjadi penentu segalanya sesuai dengan prinsip nomokrasi dan

1 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. , Gagasan Negara Hukum Indonesia.

(6)

doktrin ‘the rule of Law, and not of Man’. Dalam kerangka ‘the rule of law’ itu, diyakini adanya pengakuan bahwa hukum itu mempunyai kedudukan tertinggi (supremacy of law), adanya persamaan dalam hukum dan pemerintah (equality before the law), dan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya pada kenyataan praktek (due process of law).3

Namun negara hukum seperti apakah yang dianut oleh Indonesia, belumlah terjabarkan dalam UUD 1945. Apakah Indonesia menganut negara hukum aktif/ dinamis? Ataukah menganut negara hukum formil dalam artian klasik, yang mengandung konsep bahwa semakin kecil peran pemerintah semakin baik, atau bahkan secara ekstrim hanya menjadi negara penjaga malam (nachtwachterstaat).

Konsep nachtwachterstaat dalam hal ini pada prakteknya hanya memberikan ruang kewenangan bagi negara untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kepentingan umum, sedangkan untuk kesejahteraan atau kepentingan pribadi diserahkan kepada pribadi masing-masing anggota masyarakat tanpa campur tangan negara.

Sejak kemerdekaannya, Indonesia punya mengalami pergantian dan perubahan konstitusi. UUD 1945 sebagai konstitusi negara, di tahun 1949 pernah digantikan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) yang kemudian dilanjutkan dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 hingga 1959. Setelah UUD 1945 kembali diberlakukan, hingga saat ini telah berubah sebanyak empat kali dalam rentang waktu 1999-2002. Pergantian dan Perubahan konstitusi ini pada kenyataannya tidak pernah menghilangkan tujuan bernegaranya yaitu menjadi negara hukum.

Disamping itu, konsep negara hukum Indonesia juga dipengaruhi oleh Pancasila sebagai nilai-nilai dasar yang diakui Indonesia, dan menjadi landasan praktek kedaulatan rakyat, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Negara Hukum dan HAM di Indonesia

3 Zulkarnain Ridlwan, Dosen Bagian Hukum Tata Negara FH Universitas Lampung,

Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum

(7)

Gagasan negara hukum yang demokratis tempat di mana hak asasi manusia (HAM) diakui, dihormati dan dilindungi telah dikemukakan oleh para perintis kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam perkembangannya gagasan negara hukum demokratis tempat di mana HAM dimajukan dan dihormati terus diperjuangkan oleh para perintis kemerdekaan Indonesia. Ketika para pendiri bangsa dan negara Indonesia bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei – 1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Dalam sidang-sidang itu istilah rechsstaat (Negara Hukum) dikemukakakan oleh Mr. Mochammad Yamin, anggota BPUPKI.

Secara umum para pendiri bangsa menghendaki suatu Negara Republik Indonesia yang bersatu, merdeka, berdaulat, demokratis, dan berkonstitusi untuk keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, yang semuanya tertuang dalam kalimat-kalimat Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.4

Realitas sosial, politik, ekonomi, dan kultural yang merintangi jalan menuju Negara Hukum dan HAM, tidak membuat bangsa Indonesia mundur dari cita-cita itu. Karena gagasan Negara Hukum itu ada sumber dukungan sosialnya, yakni, realitas pada bangsa Indonesia, munculnya golongan menengah yang semakin luas dan menguat, serta agama-agama yang menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan yang sejalan dengan cita-cita Negara Hukum.

D. Negara Hukum dan Demokrasi

Menurut Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat, bahwa Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (democracy is government of the people, by the people and for the people). Bagi negara demokrasi dikenal demokrasi lansung dan demokrasi tidak langsung. Dalam demokrasi langsung, berarti rakyat ikut serta langsung dalam menentukan policy pemerintah. Sedangkan dalam demokrasi tidak langsung rakyat tidak ikut dalam urusan pemerintahan, hanya wakil-wakilnya saja.5

Sementara Unsur-unsur yang harus terdapat pada Negara Hukum Demokratis adalah:

1. Adanya pembagian kekuasaan

2. Adanya perlindungan pada Hak Asasi Manusia

4 Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM, MCIArb., Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

(8)

3. Penggunaan kekuasaan didasarkan atas hukum yang berlaku 4. Adanya lembaga perwakilan rakyat

5. Terbukanya ruang partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan 6. Penyelesaian sengketa secara musyawarah, dengan menggunakan lembaga

peradilan sebagai sarana terakhir

7. Adanya peradilan administrasi yang bebas dan berfungsi untuk mengawasi penggunaan kekuasaan negara6

Karena sebagai dasar hidup bernegara, demokrasi memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat merasakan langsung manfaat demokrasi yang dilaksanakan. Rakyat berhak menikmati demokrasi sebab hanya dengan demikianlah arah kehidupan rakyat dapat diarahkan pada kehidupan yang lebih adil dalam semua aspek kehidupan. Maka dari itu, Negara demokrasi adalah Negara yang berlandaskan kehendak dan kemauan rakyat, karena kedaulatan berada di tangan rakyat.7

Namun, Demokrasi juga harus mempunyai “batas kedaulatan” supaya tidak dapat dibiarkan disalah tafsirkan oleh penguasa sehingga menyebabkan terjadinya penindasan dan kediktatoran. Batas kedaulatan dalam demokrasi yang dimaksudkan adalah yakni antara Tuhan dan pemerintah selaku pelaksana amanah Tuhan.8

E. Negara Hukum, HAM dan Demokrasi

Keberadaan Hak Asasi Manusia dalam konsepsi Negara hukum dalam demokrasi di Indonesia suatu hal yang paling mendasar. Namun konsepsi pengaturan hak asasi manusia oleh negara tersebut bukan berarti terjadinya pengekangan hak asasi manusia oleh Negara, namun dalam konsepsinya adalah pengaturan oleh Negara. Dalam suatu Negara yang berdemokrasi, Implementasi Hak Asasi Manusia merupakan suatu keharusan. Tingkatan implementasi demokrasi dan hak asasi manusia juga dipengaruhi oleh peran Negara. Implementasi demokrasi dan Hak asasi manusia yang berkedaulatan rakyat merupakan cita-cita yang hendak dicapai.9

6 Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., Dosen S1,S2,S3 Fakultas Hukum UNS, Negara Hukum dan Demokrasi.

7 Awalludin, Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum.

8 Abbas, Yunus Wahid, Hamzah Halim, Konsentrasi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Gagasan Negara Hukum dan Demokrasi Oleh Abdul Qahhar Mudzakkar.

(9)

Demokrasi dan HAM merupakan prasyarat mutlak bagi penyelenggaraan Negara Hukum. Demokrasi adalah persoalan cara penyelenggaraan suatu negara oleh penguasa, untuk mencegah pemerintahan yang otoriter dengan cara pembagian kekuasaan yang memungkinkan adanya check and balance dalam pelaksanaan roda pemerintahan. Ajaran trias politica dari Montequieu yang membagi kekuasaan kedalam kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif akan selalu bertumpu pada kewenangan yang ditentukan oleh hukum. Dengan demikian kewenangan antar lembaga berfungsi mendasari pelaksanaan kekuasaan yang sah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis pada negara yang berdasarkan asas negara hukum, agar HAM dapat ditegakkan.

Oleh karena itu pada Negara yang berasaskan Hukum, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) tidak dapat dipisahkan dalam menyelenggaraankan negaranya. Demokrasi adalah cara pelaksanaan negara sebagai organisasi kekuasaan yang menjamin pengakuan terhadap HAM, sedangkan pelaksanaan demokrasi itu sendiri juga harus dilandasi oleh HAM, oleh sebab itu untuk memahami demokrasi secara komprehensif maka didalamnya harus juga memahami HAM, demikian juga sebaliknya.10

(10)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Negara Hukum sesungguhnya yang memerintah Negara Hukum tersebut adalah hukum itu sendiri, bukan seseorang maupun badan tertentu.

Demokrasi dan HAM merupakan dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam konsep Negara Hukum (Rechsstaat). Apabila Demokrasi menyangkut cara menyelenggarakan negara sebagai organisasi, maka didalam menyelenggarakan negara tersebut HAM merupakan elemen dasarnya, Dengan pelaksanaan demokrasi maka terdapat pengakuan, perlindungan dan penegakan HAM. Pelaksaksanaan HAM itu memerlukan instrumen hukum yang berfungsi sebagai standar, landasan dan sekaligus pengendalian dalam penyelenggaraan negara.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud jika dijamin oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, Demokrasi akan terwujud apabila negara mampu menjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.

HAM dan Demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi Negara Hukum.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Pujiningsih, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan, Konsep Hukum Indonesia Di Masa Sekarang.

2. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. , Gagasan Negara Hukum Indonesia.

3. Zulkarnain Ridlwan, Dosen Bagian Hukum Tata Negara FH Universitas Lampung,

Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No. 2 Mei-Agustus 2012.

4. Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM, MCIArb., Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.

5. Cakim PTUN Jakarta 2009.

6. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., Dosen S1,S2,S3 Fakultas Hukum UNS,

Negara Hukum dan Demokrasi.

7. Awalludin, Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum.

8. Fauzan Khairazi, S.H., M.H., Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

9. Yulia Neta, Staf Pengajar Fakultas Hukum UNILA, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam Konsep Negara Hukum (Qua Vadis Demokrasi dan HAM di Indonesia di Era Globalisasi).

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui interpretasi khalayak tentang pemberitaan kasus kekerasan seksual yang menimpa murid-murid di TK JIS yang

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

menurut Goetsh dan Davis dalam Arief (2007: 177) kualitas merupakan pemenuhan suatu harapan akan sesuatu yang berhubungan dengan produk, jasa, ataupun manusia, dapat

getting such a different sample mean would be very small, so you reject the null hypothesis4.  In other words, getting a sample mean of 20 is so unlikely if the population mean

Konsep dasar yang digunakan dalam pengembangan kawasan ini yaitu perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis ecovillage yang memadukan antara potensi aktivitas

Dalam pembangunan sub-bidang penyelenggaraan negara, akan diprioritaskan upaya-upaya untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih dan bebas KKN; menyempurnakan sistem kelembagaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan ekstraksi natrium alginat dari alga coklat dan untuk menentukan masa simpan buah mangga dan buah jeruk dengan penggunaan

keputusan menghasilkan nilai terbaik dari fungsi obyektif yang sesuai