• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Insentif dan Jaminan Kesehatan TerhadapMotivasi Kerja Karyawan padaPT. Alfa Scorpii Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Insentif dan Jaminan Kesehatan TerhadapMotivasi Kerja Karyawan padaPT. Alfa Scorpii Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Insentif

Insentif merupakan salah satu kebutuhan karyawan sebagai individu yang

dapat berupa material dan non material, dan masalah kebutuhan dapat menjadi

pendorong manusia untuk bekerja atau dapat menyebabkan karyawan lebih

bersemangat dalam melakukan pekerjaan dengan mengharapkan memperoleh

imbalan balas jasa dari perusahaan tempat dimana mereka berkerja untuk

memenuhi kebutuhan mereka tersebut. Insentif diberikan untuk memotivasi para

pekerjanya agar produktivitasnya kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau

sewaktu-waktu. Oleh karena itu insentif sebagian dari keuntungan, terutama sekali

diberikan pada pekerja yang bekerja secara baik atau yang berprestasi. Misalnya

dalam bentuk pemberian bonus.

2.1.1. Pengertian Insentif

Besarnya balas jasa yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga karyawan

secara pasti mengetahui besarnya balas jasa/insentif yang akan diterimanya.

Insentif inilah yang akan dipergunakan karyawan beserta keluarganya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Jika balas jasa yang diterima karyawan

semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi, dan pemenuhan kebutuhan yang

dinikmatinya semakin banyak pula. Disinilah letak pentingnya insentif bagi

(2)

Dengan demikian insentif merupakan suatu sarana motivasi yang

diberikan pemimpin kepada karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat

yang lebih tinggi untuk bekerja demi tercapainya tujuan organisasi/perusahaan.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian insentif, yaitu:

Menurut Mangkunegara (2004:89) Insentif adalah penghargaan atas dasar

prestasi kerja yang tinggi yang merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi

terhadap prestasi kerja karyawan dan kontribusi pada organisasi.

Menurut Panggabean (2004:88) Insentif adalah kompensasi yang

mengkaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam

bentuk uang yang berdasarkan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui

standar yang telah ditentukan.

Menurut Hariandja (2005;265) adalah : “Insentif merupakan bentuk

pembayaran langsung yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing dan

diartikan sebagai pembagian keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan

produktivitas atau penghematan biaya”

Dari ketiga pengertian para ahli di atas terdapat kesamaan, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa insentif merupakan pembayaran dalam bentuk

uang yang diberikan oleh suatu organisasi atau perusahaan kepada karyawan atas

dasar prestasi kerja yang tinggi atau pada karyawan yang bekerja melampaui

standar yang telah ditentukan. Insentif dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

produktivitas karyawan dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk

(3)

2.1.2. Jenis-Jenis Insentif

Pada dasarnya pemberian insentif adalah untuk meningkatkan kinerja pada

individu maupun kelompok antara lain:

a. Insentif Individu

Insentif Individu adalah insentif yang diberikan kepada karyawan sebagai

imbalan atas usaha dan kinerja individual. Rencana atau program individual

bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan gaji pokok bagi individu yang

dapat mencapai standar prestasi tertentu. Rencana insentif individual bisa berupa

rencana upah per potong dan rencana per jam secara langsung. Pada rencana upah

per potong untuk setiap unit barang yang akan dihasilkan terlebih dahulu berapa

yang harus dibayar. oleh karena itu pembayaran insentif individu sering kali sukar

dilakukan, karena untuk menghasilkan sebuah produk diperlukan kerjasama atau

ketergantungan dengan yang lain.

b. Insentif Kelompok

Insentif Kelompok adalah program bagi hasil dimana anggota kelompok

yang memenuhi syarat tertentu saling berbagi hasil yang diukur dari kinerja yang

diharapkan. Pembayaran insentif individu seringkali sulit dilakukan karena untuk

menghasilkan sesuatu produk dibutuhkan kerjasama atau ketergantungan dari

seseorang dengan orang lain. Oleh sebab itu insentif akan diberikan kepada

kelompok kerja apabila kinerja mereka melebihi standar yang telah ditetapkan.

Kemudian para anggotanya dibayar dengan menggunakan tiga cara, yaitu:

1) Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran

(4)

2) Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan

pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah prestasinya.

3) Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata

pembayaran yang diterima oleh kelompoknya.

2.1.3. Sistem Insentif

Pedoman penyusunan rencana insentif oleh Dessler (2005: 67) antara lain:

a. Pastikan bahwa usaha dan imbalan langsung terkait

Insentif dapat memotivasi pegawai jika mereka melihat adanya kaitan antara

upaya yang mereka lakukan dengan pendapatan yang disediakan, oleh karena

itu program insentif hendaklah menyediakan ganjaran kepada pegawai dalam

proporsi yang sesuai dengan peningkatan kinerja mereka. Pegawai harus

berpandangan bahwa mereka dapat melakukan tugas yang diperlukan

sehingga standar yang ditetapkan dapat tercapai.

b. Buatlah rencana yang dapat dipahami dan mudah dikalkulasi oleh pegawai

Para pegawai diharapkan dapat mudah menghitung pendapatan yang bakal

diterima dalam berbagai level upaya dengan melihat kaitan antara upaya

dengan pendapatan. Oleh karena itu program tersebut sebaiknya dapat

dimengerti dan mudah dikalkulasi.

c. Tetapkanlah standar yang efektif

Standar yang mendasari pemberian insentif ini sebaiknya efektif, di mana

standar dipandang sebagai hal yang wajar oleh pegawai. Standar sebaiknya

ditetapkan cukup masuk akal, sehingga dalam upaya mencapainya terdapat

(5)

artinya tujuan secara terperinci dan dapat diukur karena hak ini dipandang

lebih efektif.

d. Jaminlah standar anda

Para pegawai sering curiga bahwa upaya yang melampaui standar akan

mengakibatkan makin tingginya standar untuk melindungi kepentingan

jangka panjang, maka mereka tidak berprestasi di atas standar sehingga

mengakibatkan program insentif gagal. Oleh karena itu penting bagi pihak

manajemen untuk memandang standar sebagai suatu kontrak dengan pegawai

anda begitu rencana itu operasional.

e. Jaminlah suatu tarif pokok per jam

Terutama bagi pegawai pabrik, pihak perusahaan disarankan untuk menjamin

adanya upah pokok bagi pegawai, baik dalam per jam, hari, bulan dan

sebagainya agar mereka tahu bahwa apapun yang terjadi mereka akan

memperoleh suatu upah minimum yang terjamin. Jika suatu insentif yang

diinginkan berjalan dengan efektif maka harus memenuhi kondisi-kondisi

sebagai berikut:

Pekerjaan-pekerjaan individu mestilah tidak begitu tergantung terhadap

pekerjaan lainnya. Basis yang kompetitif dan memadai terhadap gaji dan

tunjangan-tunjangan dasar pada puncak di mana insentif dapat menghasilkan

pendapatan variabel. Dampak signifikan individu atau kelompok atas kinerja

(6)

f. Hasil-hasil yang dapat diukur

Standar produksi terhadap mana program insentif didasarkan haruslah

disusun dan dipelihara secara cermat. Begitu standar produksi selesai disusun,

standar tersebut haruslah dikaitkan terhadap tingkat gaji.

g. Rentang waktu yang masuk akal

Komitmen manajemen terhadap program-program adalah vital bagi

kesuksesannya. Iklim organisasional yang sehat dan positif di mana

perjuangan terhadap keunggulan individu dan kelompok didorong.

Siagian (2007:268), menyatakan bahwa sistem insentif individual adalah:

a. Piecework

Salah satu teknik yang biasa digunakan untuk mendorong para karyawan

meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insentif

finansial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam

unit produkal seperti merakit.

b. Bonus

Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja

melebihi dari target. Melebihi dari target produksi yang dittetapkan itu dapat

dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk dibawah ini :

1) Pertama, berdasarkan jumlah unit produksi dalam satu kurun waktu

tertentu,

2) Kedua, apabila terjadi penghematan waktu, jika karyawan menyelesaikan

(7)

3) Ketiga, jika seorang karyawan makin mampu memproduksi barang dalam

jumlah yang semakin besar, makin besar pula bonus yang diterimanya

untuk setiap kelebihan produk yang dihasilkannya.

c. Komisi

1) Para karyawan memperoleh gaji pokok, tapi penghasilannya dapat

bertambah dengan bonus yang diterimanya karena keberhasilan

melaksanakan tugas.

2) Karyawan memperoleh penghasilan semata-mata berupa komisi.

d. Kurva pematangan

Dalam metode ini, apabila tenaga profesional yang karena masa kerja dan

golongan pangkat serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang

lebih tinggi lagi, maka dibuat suatu kurva prestasi kerja.

e. Insentif bagi para eksekutif

Bentuk insentif ini adalah menjual saham perusahaan kepada para manajer

sehingga para manajer tersebut akan berusaha meningkatkan prestasi kerjanya

karena apabila perusahaan berhasil maka nilai saham yang mereka miliki akan

meningkat dan dividen yang akan mereka terima kelak akan semakin besar

pula.

Menurut Siagian (2007 :272), sistem insentif kelompok adalah :

a. Rencana sistem produksi. Rencana ini biasanya bersifat jangka pendek seperti

dalam hal suatu perusahaan menghadapi persaingan ketat pada suatu kurun

waktu tertentu, para karyawan diimingi bonus jika berhasil melampui produksi

(8)

b. Rencana bagi keuntungan apabila karyawan terdorong bekerja secara produktif

karena apabila produktivitas kerja mereka berakibat pada keuntungan

perusahaan, mereka akan memperoleh penghasilan tambahan

c. Rencana pengurangan biaya. Seperti pembagian hasil penghematan yang dapat

diwujudkan oleh para karyawan. Dalam praktek diusahakan agar para

karyawan untuk mencari dan menemukan cara-cara yang dapat digunakan

untuk menghemat berbagai jenis biaya yang dikeluarkan.

2.1.4. Tujuan Pemberian Insentif

Tujuan pemberian insentif adalah untuk memenuhi kepentingan berbagai

pihak yaitu :

1. Bagi perusahaan :

a. Mempertahankan tenaga kerja yang terampil dan cakap agar

loyalitasnya tinggi terhadap perusahaan

b. Mempertahankan dan meningkatkan moral kerja pegawai yang

ditunjukan akan menurunnya tingkat perputaran tenaga kerja dan

absensi

c. Meningkatkan produktivitas perusahaan yang berarti hasil produksi

bertambah untuk setiap unit per satuan waktu dan penjualan yang

meningkat.

2. Bagi pegawai :

a. Meningkatkan standar kehidupannya dengan diterimanya pembayaran

(9)

b. Meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga mendorong mereka

untuk berprestasi lebih baik.

2.1.5. Indikator-indikator Pemberian Insentif

Menurut Handoko (2002 : 56), beberapa cara perhitungan atau

pertimbangan dasar penyusunan insentif antara lain sebagai berikut:

1. Kinerja

Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya insentif

dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh pegawai yang bersangkutan.

Berarti besarnya insentif tergantung pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai

dalam waktu kerja pegawai. Cara ini dapat diterapkan apabila hasil kerja

diukur secara kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa dengan cara ini

dapat mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif

dalam bekerjanya. Di samping itu juga sangat menguntungkan bagi pegawai

yang dapat bekerja cepat dan berkemampuan tinggi Sumatera Utara

Sebaliknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang bekerja lamban atau

pegawai yang sudah berusia agak lanjut.

2. Lama Kerja

Besarnya insentif ditentukan atas dasar lamanya pegawai melaksanakan atau

menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara perhitungannya dapat menggunakan per

jam, per hari, per minggu ataupun per bulan. Umumnya cara yang diterapkan

apabila ada kesulitan dalam menerapkan cara pemberian insentif berdasarkan

kinerja. Memang ada kelemahan dan kelebihan dengan cara ini, antara lain

(10)

a. Kelemahan

Terlihatnya adanya kelemahan cara ini sebagai berikut:

1) Mengakibatkan mengendornya semangat kerja pegawai yang

sesungguhnya mampu berproduksi lebih dari rata-rata.

2) Tidak membedakan usia, pengalaman dan kemampuan pegawai.

3) Membutuhkan pengawasan yang ketat agar pegawai sungguh-sungguh

bekerja.

4) Kurang mengakui adanya kinerja pegawai.

b. Kelebihan

Di samping kelemahan tersebut di atas, dapat dikemukakan

kelebihan-kelebihan cara ini sebagai berikut:

1) Dapat mencegah hal-hal yang tidak atau kurang diinginkan

seperti:pilih kasih, diskiminasi maupun kompetisi yang kurang sehat.

2) Menjamin kepastian penerimaan insentif secara periodik

3) Tidak memandang rendah pegawai yang cukup lanjut usia.

3. Senioritas

Sistem insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas pegawai yang

bersangkutan dalam suatu organisasi. Dasar pemikirannya adalah pegawai

senior, menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi dari pegawai yang

bersangkutan pada organisasi di mana mereka bekerja. Semakin senior

seorang pegawai semakin tinggi loyalitasnya pada organisasi, dan semakin

mantap dan tenangnya dalam organisasi. Kelemahan yang menonjol dari cara

(11)

tinggi atau menonjol, sehingga mungkin sekali pegawai muda (junior) yang

menonjol kemampuannya akan dipimpin oleh pegawai senior, tetapi tidak

menonjol kemampuannya. Mereka menjadi pimpinan bukan karena

kemampuannya tetapi karena masa kerjanya. Dalam situasi demikian dapat

timbul di mana para pegawai junior yang energik dan mampu tersebut keluar

dari perusahaan/instansi.

4. Kebutuhan

Cara ini menunjukkan bahwa insentif pada pegawai didasarkan pada tingkat

urgensi kebutuhan hidup yang layak dari pegawai. Ini berarti insentif yang

diberikan adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian

kebutuhan pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan. Hal seperti ini

memungkinkan pegawai untuk dapat bertahan dalam perusahaan/instansi.

5. Keadilan dan Kelayakan

a. Keadilan

Dalam sistem insentif keadilan bukanlah harus sama rata tanpa pandang

bulu, tetapi harus terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan

(input) dengan (output), makin tinggi pengorbanan semakin tinggi insentif

yang diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah

pengorbanannya yang diperlukan oleh suatu jabatan. Input dari suatu

jabatan ditunjukkan oleh spesifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang

memangku jabatan tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi pula output

yang diharapkan. Output ini ditunjukkan oleh insentif yang diterima para

(12)

keadilan yang sangat diperhatikan sekali oleh setiap pegawai penerima

insentif tersebut.

b. Kelayakan

Disamping masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula

diperhatikan masalah kelayakan. Layak pengertiannya membandingkan

besarnya insentif dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang

usaha sejenis. Apabila insentif didalam perusahaan yang bersangkutan

lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka

perusahaan/instansi akan mendapat kendala yakni berupa menurunnya

kinerja pegawai yang dapat diketahui dari berbagai bentuk akibat

ketidakpuasan pegawai mengenai insentif tersebut.

6. Evaluasi Jabatan

Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan

nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan lain dalam suatu

organisasi. Ini berarti pula penentuan nilai relatif atau harga dari suatu jabatan

guna menyusun rangking dalam penentuan insentif.

2.2. Jaminan Kesehatan

2.2.1. Pengertian Jaminan kesehatan

Jaminan kesehatan tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga

kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari

(13)

peristiwaatau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja, sakit, hamil, bersalin, hari

tua dan meninggal.

Menurut Internasional Labour Organization (ILO) dalam majalah ASTEK

(1985:11) social security pada prinsipnya adalah perlindungan yang diberikan

oleh masyarakat untuk para warganya, melalui berbagi usaha dalam menghadapi

resiko-resiko ekonomi atau berkurangnya penghasilan.

Dari pengertian diatas jelas bahwa jaminan kesehatan tenaga kerja

adalahmerupakan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa

uang (aminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua), dan pelayanan

kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.

2.2.2. Tujuan Pemberian Jaminan Kesehatan

Pada umumnya perusahaan yang mengadakan atau memberikan jaminan

sosial mempunyai tujuan tertentu. Tujuan dari pemberian jaminan sosial adalah:

a. Perusahaan menginginkan karyawan dapat bekerja lebih baik

b. Untuk memenuhi kebutuhan karyawan agar dapat tercapai tingkat

produktivitas yang tinggi

c. Untuk menambah kegairahan kerja dan semangat yang tinggi dari karyawan

d. Karyawan betah bekerja turn over karyawan menjadi lebih rendah

2.2.3. Karakteristik Jaminan Kesehatan

Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip

asuransi sosial dan prinsip ekuitas (UU No. 410 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 1)yaitu:

a. Prinsip asuransi sosial meliputi (UU No. 410 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 19

(14)

1) Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,

yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah

2) Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif

3) Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima

upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak

menerima upah

4) Dikelola dengan prinsip nir-laba, artinya pengelolaan dana digunakan

sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan

disimpan sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan

kualitas layanan.

b. Prinsip ekuitas (UU No. 410 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 19 ayat 1) yaitu

kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang

tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip ini

diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar prosentase tertentu dari upah

bagi yang memiliki penghasilan (UU No. 410 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 1)

dan pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu UU No.

410 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 4)).

Tujuan penyelenggaraan adalah untuk memberikan manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No.

410 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2).

Manfaat diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan yang

komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif),

(15)

(rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis dengan menggunakan teknik

layanan terkendali mutu dan biaya (managed care) (UU No. 410 Tahun 2004

Pasal 22 ayat 1, 2, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25 dan Pasal 26.)

2.3.Motivasi Kerja

2.3.1. Pengertian Motivasi

Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil - hasil

melalui orang lain, yaitu para bawahan. Berhubungan dengan hal itu, menjadi

kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi

bawahan terutama disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu : kemampuan dan daya

dorong. Kemampuan seseorang ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya

antara lain oleh pendidikan, pengalaman dan sifat-sifat pribadi sedangkan daya

dorong dipengaruhi oleh sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain

diluar dirinya.

Daya dorong yang ada didalam dan diluar diri seseorang sering disebut

motif. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi

karyawan agar mau bekerja sama secara produktif dan berhasil dalam

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Wayne F. Cascio seperti dikutip oleh Hasibuan (2007:96),

mendefinisikan motivasi sebagai berikut :

“Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang

untuk memuaskan kebutuhannya”. Kemudian Hasibuan (2007;95) memberikan

(16)

yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,

bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan”.

Menurut Berelson Steiner yang dikutip oleh Kartono (2008:107) dalam

bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan”, menyatakan bahwa:

“Motif adalah satu keadaan batiniah yang memberikan energi kepada aktivitas -

aktivitas atau menggerakannya, karena itu menjadi motivasi mengarahkan atau

menyalurkan tingkah laku pada satu tujuan”. Sedangkan pengertian Motivasi

menurut Rivai (2008:455) : “Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai -nilai

yang mempengaruhi untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan tujuan

individu”.

Dari definisi - definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan atau proses mempengaruhi

karyawan untuk kemudian diarahkan pada perilaku kerja yang diinginkan

perusahaan sehingga baik tujuan karyawan maupun tujuan perusahaan dapat

tercapai secara maksimal.

2.3.2. Tujuan Motivasi

Adapun tujuan motivasi menurut Hasibuan (2007:146) antara lain sebagai

berikut:

a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

b. Meningkatkan motivasi kerja karyawan

c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan

(17)

e. Mengefektifkan pengadaan karyawan

f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan

h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

i. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

j. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Dengan demikian adanya tujuan dari pemberi motivasi ini, diharapkan

agar para karyawan dapat lebih giat lagi bekerja dan dapat bekerja sama dalam

mencapai tujuan yang telah ditargetkan secara bersama-sama, demi tercapainya

tujuan.

2.3.3. Asas – asas Motivasi Kerja

Asas-asas Motivasi Menurut Hasibuan (2007:98) :

a. Asas mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan ide -

ide, rekomendasidalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini,

bawahan merasa ikut bertanggungjawab atas tercapainya tujuan perusahaan

sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.

b. Asas komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan

(18)

asas komunikasi, motivasi kerja bawahan akan meningkat. Sebab semakin

banyak seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan

perhatiannya terhadap hal tersebut. Jika seorang pemimpin secara nyata

berjanji untuk senantiasa memberikan informasi kepada bawahannya, ia akan

berkata, “Saya rasa saudara orang penting. Saya hendak memastikan bahwa

saudara mengetahui apa yang sedang terjadi”. Dengan cara ini, bawahan akan

merasa dihargai dan akan lebih giat bekerja.

c. Asas pengakuan

Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang

tepat serta wajar kepada bawahannya atas prestasi kerja yang dicapainya.

Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin, jika mereka terus-menerus

mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya. Dalam memberikan

pengakuan seperti pujian kepada bawahan hendaknya dijelaskan bahwa dia

patut menerima penghargaan itu, karena prestasi kerja atau jasa-jasa yang

telah diberikan. Pengakuan dan pujian harus diberikan dengan ikhlas

dihadapan umum supaya nilai pengakuan itu semakin besar.

d. Asas wewenang yang didelegasikan

Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan

sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan

dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer. Dalam

pendelegasian ini, manajer harus menyakinkan bawahan bahwa karyawan

mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

(19)

mengambil keputusan sendiri bagaimana harus melakukannya.” Dengan

tindakan ini manajer menyatakan secara jelas bahwa bawahan itu cakap dan

penting. Asas ini akan memotivasi moral/gairah bekerja bawahan sehingga

semakin tinggi dan antusias.

e. Asas adil dan layak

Alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan

kelayakan” terhadap semua karyawan. Misalnya pemberian hadiah atau

hukuman terhadap semua karyawan harus adil dan layak apabila dengan

masalah yang sama.

f. Asas perhatian timbal balik

Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan

mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari perusahaan.

Misalnya, manajer minta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya

sehingga perusahaan memperoleh laba yang lebih banyak. Apabila laba

semakin banyak, balas jasa mereka akan dinaikkan. Jadi ada perhatian timbal

balik untuk memenuhi keinginan semua pihak. Dengan asas motivasi ini

diharapkan prestasi kerja karyawan akan meningkat.

2.3.4. Metode Pemberian MotivasiKerja

(20)

bawah ini adalah metode motivasi kerja menurut Hasibuan (2007;100). Terdapat

dua metode motivasi, yaitu :

a. Motivasi Langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan non-materiil) yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan

serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,

tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain sebagainya.

b. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran

tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan

pekerjaannya. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan

kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, penempatan

yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak langsung ini besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga

produktifitas perusahaan meningkat.

Berdasarkan metode tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam

memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang dibutuhkan oleh

para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung di dalam

pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.

(21)

Di dalam memotivasi kerja karyawan, pemimpin haruslah mengetahui

tentang sebab dan akibat dari adanya proses memotivasi kerja karyawan. Dibawah

ini adalah jenis motivasi menurut Hasibuan (2007;99), yaitu :

a. Motivasi Positif (Insentif Positive)

Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas standar. Dengan

motivasi positif ini semangat bekerja karyawan akan meningkat karena pada

umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

b. Motivasi Negatif (Insentif Negative)

Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar,

apabila bawahan tidak dapat memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan

oleh manajer maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi

negatif ini, semangat kerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan

meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang

akan berakibat kurang baik.

Dalam praktek kedua motivasi di atas sering digunakan oleh suatu

perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat

meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah adalah kapan

motivasi positif atau motivasi negatif itu efektif merangsang gairah kerja

karyawan. Motivasi positif efektif untuk jangka panjang, sedangkan motivasi

negatif efektif untuk jangka pendek. Tetapi manajer harus konsisten dan adil

dalam menerapkannya.

(22)

Model-model motivasi menurut Hasibuan (2007:100) yaitu:

a. Model Tradisional

Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah

kerjanya meningkat, perlu diterapkan sistem insentif (uang atau barang)

kepada karyawan yang berprestasi baik. Semakin banyak produksinya

semakin besar pula balas yang berprestasi baik. Semakin banyak produksinya

semakin besar pula balas jasanya.

b. Model Hubungan Manusia

Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah

kerjanya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka

membuat mereka merasa berguna dan penting. Dengan memperhatikan

kebutuhan materiildan non materiil karyawan, motivasi kerjanya akan

meningkat pula.

c. Model Sumber Daya Manusia

Model ini mengatakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor bukan

hanya uang atau barang atau keinginan akan kepuasan tetapi juga kebutuhan

akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini, karyawan

cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi yang baik. Karyawan bukanlah

berprestasi baik karena merasa puas melainkan karena termotivasi oleh rasa

tanggung jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

(23)

Menurut Hasibuan (2007:99), alat - alat motivasi (daya perangsang) yang

diberikan kepada bawahan dapat berupa :

a. Material Incentive

Material Incentive adalah motivasi yang bersifat materil sebagai imbalan

prestasi yang diberikan oleh karyawan. Yang termasuk material incentive

adalah yang berbentuk uang dan barang - barang.

b. Nonmaterial Incentive

Nonmaterial incentive adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak

berbentuk materi. Yang termasuk nonmaterial adalah penempatan yang tepat,

pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang

wajar, dan sejenisnya.

2.3.8. Proses Motivasi Kerja

Hasibuan (2007:101) mengemukakan bahwa proses motivasi kerja terdiri

dari :

a. Tujuan

Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi,

baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan itu.

b. Mengetahui Kepentingan

Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan

karyawan dan tidak hanya melihat dari susut kepentingan pimpinan atau

(24)

c. Komunikasi Efektif

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan

bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang diperolehnya dan syarat apa

saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut dapat diperolehnya.

d. Integrasi Tujuan

Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan

kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk

memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu

karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi

dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya

penyesuaian motivasi.

e. Fasilitas

Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan

individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan,

seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.

f. Team Work

Manajer harus membentuk team workyang terkoordinasi baik yang bisa

mencapai tujuan perusahaan. Team workpenting karena dalam suatu

perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.

2.4. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui

(25)

dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian

yang pernah dilakukan :

Tabel 2.1

Karyawan pada PT. PLN (Persero).

Analisis Regresi Berganda

Hasil dari penelitian ini adalah variable pemberian insentif berpengaruh secara signifikan terhadap variable motivasi kerja.

2

Rakhmat Hidayat (2007),

Pengaruh Jaminan Sosial dan Motivasi Terhadap Motivasi kerja karyawan di PT.

Medan Canning Industri.

Analisis Regresi Berganda

Hasil dari penelitian ini adalah variabel jaminan sosial dan motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel motivasi kerja karyawan

Pengaruh Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) Dan Insentif Terhadap Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo)

Analisis Jalur

Hasil dari penelitian ini adalah variabel keselamatan,

kesehatan kerja (K3) dan insentif berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi dan kinerja karyawan

4

Sanda Mei Mustika (2014)

Pengaruh Insentif Finansial dan Insentif

Non Finansial Terhadap Prestasi Kerja Karyawan : Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Karyawan PT. PLN ( Persero ) Area Kudus.

Analisis Jalur

Hasil dari penelitian ini adalah variabel insentif finansial dan non finansial berpengaruh secara positif signifikan terhadap motivasi kerja dan insentif finansial, insentif non finansial dan motivasi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi kerja. Sedangkan motivasi kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi kerja.

5

(26)

2.5. Kerangka Konseptual

Insentif dan jaminan kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap motivasi kerja karyawan. Dalam setiap komponen masyarakat, baik itu

secara perorangan maupun berkelompok tentu mempunyai keinginan dan

kemauan untuk meningkatkan motivasi kerjanya, tetapi hal ini juga harus

dibarengi dengan adanya pemberian insentif dan jaminan kesehatan. Bila tidak,

maka hal ini akan menghambat motivasi kerja karyawan secara tidak langsung.

Dengan adanya insentif dan jaminan kesehatan, maka hal ini secara tidak

langsung akan dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Insentif dan

jaminan kesehatan antara lain dapat dikatakan sebagai pendorong yang secara

tidak langsung kepada karyawan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh

karyawan demi kepentingan perusahaan akan mendapatkan garansi atau balance

yang sesuai dengan hasil kerjanya.

2.5.1. Hubungan Antara Insentif dengan Motivasi Kerja

Sumber daya manusia terdapat pada setiap perusahaan merupakan sumber

daya terpenting dan diperlukan suatu penanganan yang khusus didalam

pengelolaannya, keterlibatan manusia pada suatu perusahaan tidak terlepas dari

adanya motif - motif tertentu yang akan dicapainya. Dengan bekerja manusia

mengharapkan imbalan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dan biasanya manusia akan bekerja lebih giat dan bersemangat jika

imbalan yang diterimanya lebih baik lagi.

Salah satu komponen balas jasa yang sering diberikan oleh pihak

(27)

pemberian insentif. Insentif diberikan hanya kepada karyawan yang telah

menyumbangkan prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang ditetapkan

perusahaan. Pemberian insentif merupakan salah satu cara untuk memotivasi para

karyawan didalam usahanya untuk meningkatkan motivasikerja mereka seperti

yang diungkapkan bahwa pengupahan insentif dimaksudkan untuk memberi upah

atau gaji yang berbeda tetapi bukan didasarkan pada evaluasi jabatan namun,

ditentukan karena perbedaan prestasi kerja”. Martoyo (2002 : 124), bagi mereka

yang berprestasi, perusahaan akan memberikan imbalan yang berbeda

dibandingkan dengan karyawan yang kurang berprestasi. Apabila insentif yang

diberikan kepada karyawan sudah efektif, maka reaksi dari para karyawan adalah

dengan memberikan hasil kerja yang optimal dengan kata lain motivasi kerja

karyawan meningkat.

2.5.2. Hubungan Antara Jaminan Kesehatan dengan Motivasi Kerja

Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan manusia. Kesehatan

merupakan salah satu dari banyaknya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.

Dengan demikian kesehatan menjadi kebutuhan yang sangat penting dari individu

yang ada dalam perusahaan.

Menurut Wahab (2001 : 145), jaminan kesehatan adalah jaminan berupa

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada tenaga kerja atau suami atau istri

yang sah dan anak yang bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan

kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.

(28)

melaksanakan tugas dan tanggung jawab para pekerja dengan sebaik-sebaiknya

sehingga produktivitas dapat meningkat.

Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang telah dituliskan sebelumnya,

maka dapat dilihat kerangka konseptual penelitian yang digunakan sebagai

berikut:

Sumber : Maryoto (2002), Wahab (2001), Diolah (2015) Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis

Menurut Arikunto (2005:19) “hipotesis adalah rumusan jawaban

sementara terhadap suatu masalah yang dimaksudkan sebagai tuntutan sementara

dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang sebenamya”.

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah,

makahipotesis dalam penelitian ini adalah “Insentif dan jaminan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. PT.

Alfa Scorpii Medan”.

BAB III

METODE PENELITIAN Jaminan Kesehatan

(X2)

Motivasi Kerja (Y) Insentif

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Kromatogram minyak Asaron sebelum dilakukan pemurnian menggunakan distilasi pengurangan tekanan menunjukkan terdapat 19 puncak dengan waktu retensi yang berbeda dan

As an automatic rice mapping Interface can optimize time and budgets, an important asset of this research is providing full automatic Interface using ArcEngine that

Bagi Eastman, “pikiran sastra” adalah pikiran amatir tanpa keahlian tertentu (khusus) dan warisan jaman pra- ilmu pengetahuan yang memanfaatkan sarana verbal untuk

Oleh sebabnya, peneliti merasa terpanggil sebagai seorang peserta didik ilmu psikologi, dan menganggap studi ini penting untuk menggali lebih dalam lagi perangkat

Begitu pula dengan sistem infomasi Penerimaan Siswa Baru Pada SMK Negeri 3 Klaten, yang terdiri dari tombol yang dapat menampilkan data atau informasi yang sesuai dengan

Menurut SA Seksi 312, bahwa laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individu atau

b. Untuk mencapai struktur atom yang stabil, maka ada atom yang cenderung melepaskan elektron dan ada yang cenderung menangkap elektron.. 3) Unsur gas mulia tdk dpt

Dragana Aleksića (Institut za noviju istoriju Srbije, Beograd). Autor objašnjava kako je tekla, na koji način se odvijala i koje je razmjere i metode imala nacistička