• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-Bulan: Dari Karet Rakyat Ke Pertanian (1980-2000)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-Bulan: Dari Karet Rakyat Ke Pertanian (1980-2000)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

21

Desa Sibulan-bulan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum

pemekaran, desa ini merupakan bagiandari Kecamatan Pahae Jae, jarak

Kecamatan Pahae Jae sekitar 5 Kilometer menuju Kecamatan Purbatua, Akan

tetapi sekarang desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Purbatua. Desa

Sibulan-bulan merupakan desa yang paling jauh jaraknya dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Apabila menuju Desa Sibulan-bulan dari jalan lintas Sumatera Kota Tarutung

harus menempuh waktu sekitar 2 jam ke arah perbatasan Kabupaten Tapanuli

Selatan dan melewati berbagai kecamatan dan desa. Salah satu desa yang dilalui

untuk menuju ke Desa Sibulan-bulan ialah Kecamatan Simangumban Desa

Sipetang kemudian berbelok sebelah kanan untuk memasuki area Sungai Sipetang

dan menuju ke Desa Sibulan-bulan serta menjadi jalan alternatif satu-satunya

menuju ke Desa Sibulan-bulan.

Letak Desa Sibulan-bulan antara lain:

~ Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sipetang,

~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah,

~ Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidua Bahal dan,

~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Jarak Desa Sibulan-bulan dengan Ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara

Tarutung sekitar 52 kilometer dan ± 12 kilometer dari ibu kota Kecamatan

Purbatua. Desa Sibulan-bulan memiliki luas keseluruhan sekitar 825 hektar.

Penggunaan tanah di Desa Sibulan-bulan berdasarkan pemanfaatannya ialah 85

(2)

22

lainnya. Terletak pada ketinggian 400 sampai 1000 meter diatas permukaan laut4.

Berdasarkan ketinggian tersebut, Desa Sibulan-bulan memiliki iklim tropis serta

memiliki suhu yang hangat dan lembab.

Desa Sibulan-bulan memiliki dua musin yaitu musim kemarau yang berada pada

bulan Januari sampai dengan Agustus dan musim hujan berada pada bulan

September sampai dengan Desember.

Sruktur tanah di desa ini mempunyai berbagai jenis bentuk, ada yang berbetuk

landai dan sebagiannya datar kemudian ke arah sebelah Barat berbentuk

perbukitan yang didalamnya terdapat sungai-sungai kecil atau masyarakat Desa

Sibulan-bulan sering menyebutnya dengan istilah “aek bondar” dari sumber mata

air pegunungan tersebut.

Untuk mencapai Desa Sibulan-bulan, dapat dilakukan dengan

menggunakan perahu dari Desa Sipetang sekitar 3 menit untuk melewati sungai

Sipetang kemudian berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 30 menit untuk

mencapai ke Desa Sibulan-bulan dengan jalan setapak yang berbatuan dan

berbelok-belok, sebelah kanan keadaan jalannya sedikit terjal dan sebelah kiri

terdapat perbukitan.

Dari keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Desa

Sibulan-bulan merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari kantor Kecamatan Purbatua,

letak Desa Sibulan-bulan berada pada ujung Kecamatan Purbatua sebelah Selatan.

Desa ini merupakan desa terpencil karena tidak memiliki jalur akses yang

memadai. Adapun sungai Sipetang sukar untuk dilewati, apalagi untuk masyarakat

pendatang yang belum terbiasa dengan alat transportasi air yaitu berupa perahu

4

(3)

23

yang sederhana. Prasarana di desa ini pada saat itu belum memadai karena posisi

Desa yang jauh dari pusat Ibu kota Tapanuli Utara Tarutung, dan desa ini berada

di perbatasan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Akibat letak ini jangkauan serta perhatian dari Pemerintah Daerah sangat

berkurang terhadap desa ini.

Pola perkampungan Desa Sibulan-bulan umumnya mengelompok, artinya

rumah-rumah penduduk berdekatan satu sama lain. Adapun rumah tersebut

terbuat dari bahan seperti papan, kayu dan juga batu serta berlantaikan papan

karena masih berbentuk rumah panggung. Atap rumah yang masih terbuat dari

ijuk dan rumbia. Di desa ini belum ditemukan rumah yang semi permanen dan

kebanyakan berada mengikuti alur jalan utama desa tersebut. Disekitar

pekarangan rumah penduduk ditanami jenis tanaman seperti sayur-sayuran, cabai,

pinang, dan jenis buah-buahan lainnya.

Sebelum masyarakat desa Sibulan-bulan bermata pencaharian petani padi,

jenis tanaman yang tumbuh dilahan desa itu adalah berupa tanaman karet yang

diperkirakan sudah berusia sekitar 100 tahun. Adapun tanaman-tanaman lain yang

tumbuh di lahan tersebut berupa tanaman keras seperti rotan, coklat, kopi,

kemenyan, durian, pinang dan tanaman liar lainya tetapi yang paling dominan

adalah tanaman karet. Tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan termasuk jenis

tanah yang subur karena berbagai jenis tanaman dapat tumbuh di lahan ini dengan

sendirinya. Jenis tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan memiliki banyak

kandungan unsur hara dan struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir

(4)

24

berguna untuk melarutkan unsur hara yang mempunyai garam-garaman dalam

jumlah banyak sehingga tanah di desa ini cukup bagus.

2.2Keadaan Penduduk

Sebelum tahun 1980, penduduk yang mendiami desa Sibulan-bulan tidak

banyak, hanya beberapa orang saja. Perekonomian di desa ini juga sangat

berkurang, sehingga tidak menarik masyarakat pendatang untuk bermigrasi ke

daerah Sibulan-bulan. Akan tetapi pada masa pemerintahan Kolonial Belanda,

penduduk Tapanuli yang tidak ingin dijajah oleh Belanda sehingga mereka

mengasingkan diri dan salah satu tempat pengasingan itu adalah Desa

Sibulan-bulan. Di desa inilah mereka belajar untuk bertahan hidup dan memanfaatkan apa

yang ada di sekitarnya. Salah seorang tokoh masyarakatyang bernama Agussalim

Sitompul Desa Sibulan-bulan mendirikan sekolah (1930-an) yang dinamakan

Sekolah Dasar Madrasahsebagai tempat belajar mengajar penduduk desa

Sibulan-bulan.

Jumlah penduduk pada tahun 1979 dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 2.2

(5)

25

No Jenis Kelamin

Jumlah

1 Laki-laki 155 Jiwa

2 Perempuan 161 Jiwa

Jumlah 316 Jiwa

Sumber: Arsip Kepala Desa Sibulan-bulan.

Sebelum dibukanya lahan pertanian padi,jumlah penduduk di Desa

Sibulan-bulanmasih tergolong sedikit. Akan tetapiberdasarkan hasil sensus

penduduk 1979, penduduk Desa Sibulan-bulan berjumlah 316 Jiwa, yang terdiri

atas 155 jiwa laki-laki dan 161 jiwa perempuandengan jumlah35 kepala keluarga,

dari jumlah penduduk ini, jumlah perempuan lebih banyak.

Penduduk yang tinggal di desa ini adalah sukuBatak Toba. Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sibulan-bulan, suatu interaksi sosial yang

dilakukan dalam berkomunikasi antara sesama masyarakat desa tersebut dengan

menggunakan logat Angkola Tapanuli Selatan, karena Desa Sibulan-bulan

berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan yang menggunakan logat Angkola

Tapanuli Selatan. Hubungan kerjasama sesama masyarakat Desa Sibulan-bulan

saling menjaga dan saling menghormati satu sama lain serta mempunyai tujuan

yang sama dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Mayoritas penduduk Desa

Sibulan-bulan Beragama Islam, sebanyak 80%, dan yang beragama Kristen

Protestan sebanyak 20%.5 Hal ini disebabkan karena Desa Sibulan-bulan

berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan, wilayah yang mayoritas beragama

5

(6)

26

Islam, sehingga kepercayaan tersebut semakin gampang menyebar luas ke

berbagai pedesaan termasuk ke Desa Sibulan-bulan.

Dalam suatu tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki masyarakat

Sibulan-bulan sangat menghormati leluhur atau nenek moyang yang lebih dahulu

meninggalkan mereka, mereka selalu mengajarkan ataupun menurunkan budaya

tersebut kepada anak dan cucu mereka hingga pada saat ini, sehingga tradisi

adat-istiadat di desa ini masih sangat kental. Adapun adat-adat-istiadat di desa ini berupa

adat Toba, dimana adat Toba yang selalu ditanamkan dengan “Dalihan Natolu”

artinya Tungku yang berkaki tiga, tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan

keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari kaki ketiga tersebut rusak, maka tungku

tidak dapat digunakan, dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu

konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama,

diantaranya:

~ Pertama, Somba Marhula-hula (hormat kepada keluarga pihak Istri).

~ Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk atau mengayomi wanita).

~ Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati terhadap teman

semarga).

Ketiga istilah dalam Dalihan Natolu diatas melekat pada diri setiap orang

Batak. Setiap orang Batak pada suatu waktu akan berposisi sebagai salah satu

diantara hula-hula, atau berposisi sebagai boru dan berposisi sebagai dongan tubu.

Hal itu tergantung sebagai apa posisinya dalam adat pada waktu sebuah pesta adat

dilaksanakan ataupun pesta pernikahan.

Lokasi pemukiman penduduk Desa Sibulan-bulan, beradaditepi jalan lintas

(7)

27

tersebut dan terdapat perbukitan di sekitar rumah penduduk serta dikelilingi oleh

sungai Sipetang yang menjadi batas wilayah dengan desa lainnya. Adapun

sebagian rumah penduduk yang dibangun didaerah desa ini tidak jauh dari lahan

perkebunan mereka. Mereka bergotong-royong untuk membangun pemukiman

rumah mereka dengan cara tanahnya diratakan dan didirikan rumah dalam bentuk

yang sederhana. Tujuannya agarlahan yang mereka milikitidak jauh dari lahan

perkebunankaret apabila hendak melakukan proses pengolahan tanaman karet.

Sebelum masuknya pertanian padi di Desa ini, wilayah tersebut masih

terisolasi dikarenakan akses serta transportasi ke Desa Sibulan-bulan belum

memadai dan sangat jarang sekali masyarakat desa sekitarnya berkunjung ke

daerah ini. Seiring dengan perkembangan tersebut, serta dibukanya lahan

pertanian maka perlahan-lahan desa ini semakin maju dan semakin berkembang,

akan tetapi jalur transportasi masih menggunakan sarana air berupa perahu.

Dalam usaha untuk memahami perkembangan lingkungan, diharapkan

masyarakat dapat mengenali unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh terhadap

kehidupannya, baik unsur fisik atau alam maupun unsur sosial.Unsur lingkungan

fisik disebut sebagai kondisi bentuk geografis, sedangkan unsur lingkungan

sosial lebih mengarah kepada kondisi penduduk yang dipengaruhi kondisi pada

geografisnya. Oleh karena itu keterkaitan antara kondisi geografis dengan kondisi

penduduknya sangat erat. Kondisi dari geografis dan penduduk tiap wilayah

berbeda-beda, hal ini tergantung kepada kuantitas dan kualitas unsur pendukung

lingkungan yang ada pada suatu wilayah terkhususnya pada wilayah Desa

Sibulan-bulan.

(8)

28

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari corak

kehidupan penduduk setempat berdasarkan ciri yang dimiliki pada wilayah

masing-masing. Salah satu pilihan hidup masyarakat Desa Sibulan-bulan dalam

mata pencahariannya adalah berkebun karet karena pada saat itu hanya inilah

alternatif yang dapat mereka lakukan, mereka dapat memanfaatkan hutan karet

peninggalan nenek moyang mereka yang akan di olah sebagai sumber penghasilan

utama bagi masyarakat. Pada saat itu pola pikir mereka masih sederhana dan

terbatas, adapun sebagian kecil pekerjaan sampingan masyarakat Desa

Sibulan-bulan ialah menanam sayur-sayuran, beternak ayam, berburu hewan liar serta

memanfaatkan Sungai Sipetang sebagai sumber tangkapan ikan untuk dikonsumsi

mereka setiap harinya, akan tetapi itu semua tidak berpengaruh besar terhadap

penghasilan sehari-hari. Masyarakat memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari

seperti beras, pakaian dan kebutuhan lainnya dari hasil penjualan getah karet yang

akan dijual ke toke atau pemborong tersebut dan hasilnya untuk membeli

kebutuhan hidup dari pasar.

Peningkatan status sosial masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak terlihat dari

segi kemajuan ataupun perkembangan. Hal ini disebabkan karena mereka hanya

memikirkan ketahanan hidup dalam keberlangsungan hidup keluarga

masing-masing, pekerjaan yang dilakukan mereka hanya menghantarkan untuk

mendapatkan kebutuhan hidup dalam sehari dan untuk hari-hari berikutnya

mereka akan bekerja kembali. Masyarakat Desa Sibulan-bulan rutin dalam

(9)

29

mereka selesai dalam menyadap pohon karet, maka mereka mengambil kayu

bakar yang berada didalam hutan karet tersebut yang digunakan untuk memasak.

Sebelum tahun 1980, aktivitas yang rutin dilakukan oleh masyarakat Desa

Sibulan-bulan ialah berkebun karet, karena dari berkebun inilah mereka bisa

mempertahankan kehidupan mereka untuk mencukupi kebutuhan dalam rumah

tangga. Dalam pekerjaan yang dilakukan masyarakat Sibulan-bulan dengan

mengolah tanaman karet sebagai sumber penghasilan utama dalam kebutuhan

sehari-hari serta menjadi salah satu yang mendasari ketahanan dalam

keberlangsungan hidup tentu membutuhkan peralatan dalam memproduksi getah

karet tersebut.

Adapun alat-alat sederhana yang disediakan dalam proses pengolahan

pohon karet antara lain:

~ Babat, fungsinya untuk membersihkan keseluruhan lahan dari rumput-rumput

yang ada pada perkebunuan. Biasanya dilakukan ketika penyadapan telah selesai.

~ Parang, fungsinya untuk membersihkan alang-alang yang berada disekitar

batang pohon karet tersebut.

~ Pisau sadap, fungsinya untuk menyayat atau menyadap kulit batang pohon karet

dengan cara tertentu untuk menghasilkan getah karet.

~ Talang, biasanya terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya 8

sampai 10 cm. Pemasangan talang getah karet dengan cara ditancapkan dari titik

ujung terendah irisan sadapan. fungsinya untuk mengalirkan getah karet yang di

(10)

30

yang telah disediakan dan biasanya mereka membuat talang dengan menggunakan

daun.

~ Mangkuk atau tempurung kelapa, fungsinya untuk menampung getah karet yang

mengalir dari batang irisan melalui talang. Masyarakat Sibulan-bulan

menggunakan tempurung kelapa dengan alasan mudah didapat.

~ Ember, fungsinya sebagai alat penyimpanan getah yang di kumpulkan dari

mangkuk hasil dari keseluruhan getah karet yang telah di sadap tersebut.

~ Cincin mangkuk, fungsinya sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap. Bahan

yang sering digunakan adalah kawat

Kendala yang sering dihadapi masyarakat Sibulan-bulan dalam

pengolahan karet apabila terjadi musim hujan, maka masyarakat Desa

Sibulan-bulan tidak bisa bekerja untuk mengolah karet tersebut. Apabila batang pohon

karet terkena air ataupun basah, maka getah karet itu sendiri tidak akan mengalir

dari talang sadap ataupun pancuran yang telah dibuat, melainkan getah karet

tersebut akan terbuang ke bawah batang pohon karet bersamaan dengan air hujan

yang mengaliri batang pohon tersebut dan getahnya tidak akan terkumpul pada

mangkok yang telah disediakan sesuai dengan yang di inginkan. Adapun

penghasilan dari getah karet tersebut tidak maksimal disebabkan dari kondisi

tanaman karet yang sudah tua serta tidak ada pemupukan ataupun parawatan

terhadap tanaman itu sendiri sehingga produksi dari tanaman karet tidak maksimal

dan mata pencaharian setiap harinya hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari

dalam keluarga.

Dalam penghasilan tanaman karet sebelum tahun 1980,yang diperoleh

(11)

31

karet per kepala keluarga danpada umumnya rata-rata masyarakat memiliki

perkebunan karet rakyat satu hektar per kepala keluarga serta dijual kepada toke

(pemborong) dengan harga Rp 80 /kilogram.6

Toke karet berperan memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat

Sibulan-bulan, baik sebagai kekeluargaan maupun pemberi pinjaman kepada

masyarakat yang kurang mampu, sehingga keterkaitan hubungan mereka sangat

erat. Masyarakat tidak pernah terlibat langsung dalam penjualan hasil kebun

karetnya ke berbagai pabrik, mereka harus melalui toke karet tersebut karena

sudah ada keterkaitan hubungan kerjasama mereka.

Pada kehidupan masyarakat Sibulan-bulan dari tahun ke tahun semakin

lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil dari perkebunan

tersebut, karena anak-anak mereka semakin bertambah dan semakin banyak

kebutuhan yang diperlukan termasuk bahan pangan, pendidikan dan lain

sebagainya.Kehidupan mereka menghantar kepada kemiskinan dan mengalami

kesulitan. Keadaan yang rendah dan tingkat perekonomian akan mengancam

kelangsungan hidup masyarakat apabila tidak menambah solusi yang tepat dan

menambah mata pencaharaian lain yang mampu meningkatkan kehidupan

ekonomi masyarakat. Akibat dari masyarakat yang hanya mampu memenuhi

kebutuhan kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak kepada anak-anak mereka

yang tidak bisa memperoleh pendidikan, bahkan untuk tingkat Sekolah Dasar saja

sangat kesulitan dalam membiayai anak-anak mereka serta anak yang dibawah

umur saja sudah di bawa untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup

mereka.

6

(12)

32

Keterbatasan ekonomi dan kemajuan di Desa Sibulan-bulan ini sangat

jelas dan terlihat pada tingkat pendidikan yang rendah, sebelum tahun 1980

pendidikan di Desa Sibulan-bulan ini masih sangat rendah, masyarakat Desa

Sibulan-bulan menyekolahkan anak-anaknya hanya sebatas tingkat Sekolah

Dasar, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA belum ada. Untuk tingkat

kesehatan juga tidak memadai, apabila Masyarakat mengalami berbagai macam

penyakit, maka mereka lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional

karena lebih murah dan semampu mereka.7

Penduduk Sibulan-bulan yang bermata pencaharian dalam bidang

perkebunan karet rakyat dapat menjadi salah satu contoh akan pentingnya suatu

perubahan dan mencari alternatif lain untuk merubah kehidupan yang lebih

sejahtera. Setelah adanya pergeseran alih fungsi lahan perkebunan ke pertanian di

Desa Sibulan-bulan sebagai penopang kegiatan perekonomian penduduk yang

sebagian besar bergantung kepada pertanian padi tersebut, maka kehidupan

mereka semakin terarah kepada masa depan desa yang lebik baik. Akan tetapi

masyarakat sangat banyak melewati berbagai rintangan dan masalah selama

keberlangsungan pertanian padi termasuk dalam hal permodalan, karakter

masyarakat yang harus dituntut untuk bekerja keras, kerajinan dalam perawatan

pertanian dan juga infrastruktur yang belum memadai.

Mata pencaharian penduduk Desa Sibulan-bulan merupakan bagiandari

kegiatan ekonomi yang berlangsung di Desa Sibulan-bulan sebagai akibat dari

perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.Dinamika

kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah atau desa

7

(13)

33

tertentu, dimana pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat

kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk suatu desa adalah peningkatan

atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.Pertumbuhan

penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah

mengalami penurunan yang bisa disebabkan olehbanyak hal termasuk kematian

dan perpindahan penduduk kesuatu daerah tertentu.

BAB III

PERALIHAN SISTEM KARET RAKYAT KE PERTANIAN DI DESA

SIBULAN-BULANTAHUN 1980-2000

3.1 Latar belakang peralihan sistem karet rakyat ke pertanian di Desa

Referensi

Dokumen terkait

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder antara lain : (1) pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ± 15 menit pada bahu yang sakit

Tesis yang berjudul “Analisis Feedstock Fe-2%Ni dan Studi Kemungkinan Penggunaan Perangkat Lunak Simulasi Plastic Injection Molding untuk Simulasi Metal Injection Molding” ini

Penelitian Mandariska dalam Nugraheny (2009), banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, sehingga jika ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi

Sehingga, tindak kekerasan dalam rumah tangga ini dapat menimbulkan akibat penderitaan fisik maupun psikis dapat dijadikan dasar atau alasan perceraian sebagaimana diatur

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B1, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

3.8 Mengenal ungkapan penyampaian terima kasih, permintaan maaf, tolong, dan pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk kepada

"Penganlh Tipe Kotnitmen Pada Organisasi Terhadap Tingkat Disiplin Karyawan Pada Universitas Katolik Widya

Penggunaan gaya bahasa yang paling dominan digunakan dalam cerpen pada majalah Story adalah gaya bahasa personifikasi, karena gaya bahasa personifikasi ini merupakan semacam