• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komposisi Dan Teknik Bernyanyi Seriosa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komposisi Dan Teknik Bernyanyi Seriosa Indonesia"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan musik barat di Indonesia pada saat ini dapat diterima oleh khalayak umum melalui musik klasik, musik populer, musik eksperimental, dan kurikulum pendidikan formal. Situasi ini menunjukkan bahwa musik barat memiliki tempat dalam musik Indonesia. Awal masuknya musik diatonis barat di Indonesia dapat dilihat dari kedatangan orang-orang barat dengan tujuan utama untuk perdagangan dan politik. Tahun 1511 merupakan titik awal pengaruh barat di Indonesia, ditandai dengan datangnya sebuah kapal Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d'Albuquerque ke pulau Maluku. Cakupan daerah perdagangan terus meluas hingga Ternate pada tahun 1522. Kedatangan Portugis ini diikuti oleh pedagang barat lainnya seperti Belanda pada tahun 1596, bangsa Spanyol pada tahun 1906, dan Inggris pada 1619. Selain Maluku, pulau lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau kecil lainnya jelas tidak luput dari ekspansi perdagangan barat di nusantara.1

Musik barat pertama sekali dimainkan di antara para penjajah dan ketika mereka menyebar ke daerah lain di Indonesia, musik mereka senantiasa dimainkan. Para penjajah barat kemudian secara lambat laun mengangkat dan mempekerjakan orang-orang pribumi sebagai penghibur. Inilah cikal bakal proses

1 Bernard H. M. Vlekke, 1943. Nusantara: A History of he East Indian Archipelago.

(2)

awal musik barat dipelajari oleh penduduk pribumi. Pada tahun 1574 komunis Portugis melakukan konser musik kamar untuk sultan di Ternate dan Tidore, konser musik kamar ini kemudian diikuti oleh orang barat lainnya sebagai bagian dari "diplomasi diplomatik ".2

The Dutch Indies company in 1957 had made a plan to build theatres to establish arts organizations to allow for the stage activities and music performances. In the statute of the project as mentioned by Van den Berg in his book of Het Tooneel te Batavia in Vroegeretijd, there was mention that their music to be vocal or instrumental music repertories. In the same book, the author mentioned that a German, Von Wurmb wrote a letter to his family in Europe telling that music activities in Batavia (now Jakarta) were almost the same as those in Europe in 1794. The music they played was the same by the music student in Prague.

Smith dalam Pasaribu (2005:83) menulis bahwa Sir Francis Drake ketika mengunjungi Hindia tahun 1580, ia telah membuat kelompok musisi di kapalnya yang bertujuan untuk menghibur raja lokal. Haan menulis bahwa seorang pejabat Belanda yang bernama Cornelis de Bevere tahun 1689 sudah mengambil tiga budak asli (orang pribumi) sebagai musisi yang ditugaskan untuk memainkan instrumen seperti kontra bas, biola, dan kecapi.

Sejak abad ke-17 perkembangan awal musik barat di Jawa telah berada di bawah administrasi Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC), Belanda di Indonesia. Raden (1989:10) menulis:

3

Menurut Raden bahwa Perusahaan Hindia Belanda pada tahun 1957 telah membuat rencana untuk membangun bioskop dan mendirikan organisasi seni yang memungkinkan dilakukannya kegiatan pertunjukan musik. Berg dalam bukunya Het Tooneel te Batavia di Vroegeretijd menyebutkan bahwa repertoar

2

J.S. Furnivall. 1939. Netherlands Indie: A Study of Plural Economy. Cambridge: Cambridge Univ. Press.

3 Franki Raden. 1989. “Perkembangan Musik Abad 20 di Indonesia Pada 1910-1920”.

(3)

musik mereka adalah musik vokal atau instrumental. Dalam buku yang sama, penulis menyebutkan Von Wurmb menuliskan surat kepada keluarganya di Eropa yang mengatakan bahwa kegiatan musik di Batavia (sekarang Jakarta) hampir sama dengan yang di Eropa pada 1794. Musik yang mereka mainkan itu sama dengan apa yang dipelajari oleh pelajar di Praha.

Masuknya musik Barat di Indonesia dapat dilihat dari penginjilan oleh lembaga zending RMG (Rheinischen Missions- Gesellschaft) tahun 1861 ke Sumatera Utara. Daerah penginjilan ini diberi nama “Battamission” yang kemudian disebut “Batak mission” atau “Mission–Batak 4

Melalui penginjilan, missionaris mengenalkan sekaligus mengajarkan himne-himne gereja yang berasal dari Eropa dengan terlebih dahulu menterjemahkan lagu himne ke dalam bahasa Batak Toba. Bersamaan dengan itu, para misionaris memperkenalkan alat-alat musik seperti: terompet, saksofon alto, saksofon tenor, trombone, dan saksofon bariton. Instrumen tersebut dipakai untuk mengiringi nyanyian-nyanyian gereja. Para misionaris juga mengajarkan bagaimana cara memainkan alat musik tersebut kepada sekelompok warga jemaat yang dianggap sungguh-sungguh mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal . Seiring dengan

penyebaran agama Kristen Protestan, para misionaris turut membangun sarana-sarana seperti pendidikan dengan membuka sekolah, kesehatan dengan membuka rumah sakit, dan balai pengobatan maupun membangun sarana transportasi.

4 Dr. J.R Hutauruk. 2011. Lahir, berakar dan Bertuhbuh di dalam Kristus. Sejarah 150

(4)

notasi musik yang ada. Melalui proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat mahir memainkan ensambel musik tiup tersebut.

Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang bertangga nada diatonik. Instrumen musik brass yang pertama hanya terdiri dari sebuah terompet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang dimainkan oleh Berausgegeben Van D. Johansen Ruhlo, putra Nommensen sendiri, mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat memainkannya (DR. J.R. Hutauruk dalam Pardede).

Dari gambaran perjalanan masuknya musik barat di Indonesia maka dapat diketahui bahwa musik barat di Indonesia telah mengalami proses perjalanan yang panjang. Kondisi ini sering disebut juga sebagai proses akulturasi budaya, yaitu adanya percampuran budaya barat dengan budaya Indonesia. Hasil dari proses akulturasi ini dapat dilihat dengan lahirnya musik dengan genre baru seperti musik keroncong dan musik klasik Indonesia yaitu seriosa.

(5)

Dermott mengatakan bahwa jika sebuah karya komposisi dengan konsep Barat digunakan oleh komponis Indonesia kemudian mengadopsi dan membuatnya menjadi sebuah komposisi baru disertai dengan perubahan unsur komposisi yang menggunakan teks Indonesia, maka musik tersebut dikatakan sebagai musik Indonesia.5

Lieder [liːdər] merupakan komposisi musik yang disusun untuk solo piano dan vokal dari sebuah puisi romantis.

Selanjutnya Dermott mengatakan, bahwa konsep komposisi seriosa yang dikenal seperti saat ini merupakan musik vokal Indonesia meskipun jika dilihat dari segi konsep komposisi mempunyai kesamaan dengan lagu lied di Jerman. Jika ditinjau lebih jauh lagi tentang latar belakang para komponis pencipta musik vokal seriosa, maka dapat dipastikan bahwa mereka dahulunya pernah belajar musik barat, baik di luar belajar negeri ataupun belajar di Indonesia.

6

Lieder juga sering disebut dengan lied, sebuah komposisi untuk vokal dan piano, dalam tradisi Jerman abad ke-19 lied adalah sebuah komposisi musik pendek dengan menggunakan syair, dan sebuah lied yang standar setidaknya harus memiliki tiga movement/gerakan.7

Komposisi lieder dan seriosa sama-sama berkembang pada abad ke-19. Menurut sejarah musik barat, dikatakan bahwa komponis cenderung berkarya dengan gaya musik romantik, yang artinya bahwa kebebasan berekspresi dalam

5

Wawancara dengan Prof. Vincent McDermott, pada hari kamis, 3 Maret 2014, Medan, Vincent McDermott adalah Profesor Emiritus Musik di Lewis & Clark College, Oregon Amerika Serikat (untuk komposisi musik dan musik dunia). Vincent McDermott telah menghasilkan banyak karya untuk ensambel musik Barat, gamelan Jawa dan perpaduan musik dari kebudayaan yang berbeda-beda.

6

2003.

(6)

menciptakan karya komposisi sangat dimungkinkan sehingga ‘egoisme dalam berkarya’ menjadi hal yang menonjol pada era tersebut.

Pada abad kesembilan belas juga muncul suatu kebangkitan dan kesadaran akan identitas musik nasionalisme. Para komponis dalam berkarya tidak lagi terpusat hanya dari musik barat itu sendiri, para komponis pada masa ini mulai mencari dan memasukkan unsur-unsur musik rakyat tradisional dalam karya-karya mereka. Karya komposisi yang demikian lebih dapat diterima masyarakat pendukungnya, baik dari segi melodi, teks, irama dan intonasi yang saling mendukung. (Neill, 2003:215)

Jika dikaitkan dengan sejarah Indonesia, dapat dilihat bahwa pada abad kesembilan belas bangsa Indonesia masih dalam tirani penjajahan. Oleh sebab itu, perlawanan kolonialisme di tanah air ditandai dengan perlawanan-perlawanan oleh pejuang kemerdekaan walaupun sifatnya masih kedaerahan. Munculnya organisasi pemuda seperti organisasi Budi Utomo, serikat Islam dalam organisasi lainnya sebagai organisasi yang mempersatukan para pemuda Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan.

(7)

Indonesia disebut sebagai musik nasionalisme yaitu musik yang diciptakan untuk tujuan nasional yang mempersatukan bangsa dan didalamnya tidak terdapat unsur etnis kedaerahan.

Lagu perjuangan merupakan musik nasional Indonesia yang bertemakan semangat perjuangan dan persatuan. Disebut sebagai musik nasional karena lagu perjuangan diciptakan dengan menggunakan aturan-aturan musik barat seperti penggunaan tangga nada diatonis, harmoni, ritme dan tidak berciri etnis. Secara umum pengertian lagu perjuangan Indonesia adalah kemampuan daya upaya yang timbul melalui peranan kesenian di dalam gerakan peristiwa sejarah kemerdekaan Indonesia yang membangkitkan gelora semangat perjuangan dalam usaha melepaskan diri dari penindasan dan penjajahan di seluruh Indonesia. (Martono, 1953:668).

Salah satu jenis lagu perjuangan yang diciptakan komponis pada waktu itu adalah musik seriosa. Musik seriosa mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1930-an yang dipelopori oleh Cornel Simanjuntak. Lagu seriosa merupakan bentuk musik yang merupakan kesatuan dari lirik, melodi dan iringan piano. Lirik lagu seriosa diambil dari berbagai puisi, seperti yang dituliskan oleh W.S. Rendra, Chairil Anwar, Sanusi Pane, dan lain sebagainya.8

Lagu seriosa masuk ke dalam kelompok musik serius disebabkan lagu seriosa dianggap sebagai jenis musik yang memiliki mutu artistik tinggi. Lagu seriosa diciptakan dengan teknik musikal yang menggunakan teknik-teknik musik barat seperti dalam penggunaan tangga nada; pengucapan artikulasi yang harus

8 Ayu Tresno Yunita, 2012. Nasionalisme Eropa dan Pengaruhnya pada lagu Seriosa., hal

(8)

tepat; dan ketepatan intonasi menyanyikan nada-nada yang tertulis. Seorang penyanyi seriosa harus menguasai teknik bernyanyi klasik barat, sehingga seriosa dapat dinyanyikan sesuai dengan teknik barat tersebut dengan pembawaan yang tidak boleh terlalu kaku. (Harmunah dalam Yunita, 2012:163)

Bagi pendengar dan penikmat lagu seriosa dituntut adanya semacam ‘persyaratan’ seperti: konsentrasi, pengalaman mendengar dan pengetahuan tentang dasar-dasar musik barat. Penyajian lagu seriosa dilakukan sama dengan pertunjukan jenis musik klasik, khususnya lieder dan lazimnya tampil dalam bentuk lagu dan iringannya. (Muhammad Syafiq, 2003:272).

Istilah seriosa pada awalnya merupakan cara untuk mengelompokkan gaya musik yang dibuat oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Istilah tersebut muncul pada saat diadakan lomba Bintang Radio. Istilah tersebut hanya untuk memudahkan dalam pengelompokan jenis lagu yang dilombakan. Jenis musik yang dilombakan adalah musik keroncong dan hiburan. Untuk membedakan jenis hiburan antara lagu pop dan lagu yang serius, maka muncullah istilah lagu seriosa sebagai nama untuk lagu serius yaitu lagu serius dalam konteks jenis lagu yang dibuat dengan teknik musikal dari barat. (Tedy Suthady dalam Yunita, 2012:164)

(9)

akan tetapi ada juga dalam bahasa daerah, yaitu bahasa Batak Toba. Pada situasi ini, seorang penyanyi seriosa harus hati-hati dalam melakukan pemenggalan frase, artikulasi dan intonasi yang jelas agar pesar yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengarnya.9

9 Wawancara dengan Christine Theodosia Lubis, tanggal 27 Maret 2013 di Medan. Christine

lahir di Tanjung Balai tanggal 1 Desember 1981. Mengenal musik vokal sejak usia lima (5) tahun. Ia memperdalam ilmunya di Institut Kesenian Jakarta di bawah bimbingan Ibu Catharina W. Leimena. Christine mempunyai banyak pengalaman sebagai penyanyi solo soprano. Ia juga beberapa kali membawakan lagu seriosa di berbagai pertunjukan musik dan juga memenangkan berbagai kejuaraan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh RRI.

(10)

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas bagaimana teknik bernyanyi musik vokal seriosa Indonesia yang mempunyai kesamaan dengan teknik bernyanyi lieder. Disamping itu penulis juga akan membahas kajian komposisi musik vokal seriosa dengan pendekatan teori Christ and De Lone. Bagian pembahasan selanjutnya adalah melakukan analisis dalam menemukan persamaan dan perbedaan konsep komposisi musik seriosa Indonesia dengan konsep komposisi lagu lieder.

Sebagai bahan kajian komposisi musik seriosa, penulis akan mengkaji tujuh lagu seriosa yang menurut hasil wawancara dengan narasumber layak untuk dibawa dalam pertunjukan resital atau konser. Ketujuh lagu tersebut adalah; “Kisah Mawar di Malam Hari” ciptaan Iskandar; “Bukit Kemenangan” ciptaan Djuhari; “Embun” ciptaan G.R.W Sinsoe; “Cintaku Jauh di Pulau” ciptaan F.X. Soetopo; “O Ale Alogo” ciptaan Cornel Simanjuntak; “Srikandi” dan “Gadis Bernyanyi di Cerah Hari” ciptaan Mochtar Embut.

(11)

Komposisi lagu “Bukit Kemenangan” ciptaan Djuhari mempunyai kerumitan dalam hal tempo dan iringan piano. Bagaian awal lagu dimulai dalam 6 kres dengan iringan piano broken chord berubah drastis pada bagian B dalam 3 kres dengan iringan piano harmony chord. Lagu “Embun” ciptaan G.R.W Sinsoe mempunyai kerumitan dalam mood dan juga perubahan tempo. Lagu “Cintaku Jauh di Pulau” ciptaan F.X. Soetopo mempunyai kerumitan dalam hal ritem iringan piano up-beat dalam keseluruhan lagu. Lagu “O Ale Alogo” ciptaan Cornel Simanjuntak mempunyai kerumitan bernyanyi dalam hal menahan nada-nada yang panjang dalam keseluruhan karya. Komposisi “Srikandi” mempunyai kesulitan dalam interpretasi lagu karena menggunakan nuansa melodi idiom nusantara. Lagu “Gadis Bernyanyi di Cerah Hari” ciptaan Mochtar Embut mempunyai kerumitan dalam pola iringan piano dalam oktaf.

(12)

Ditelusuri dari biografi komponis seperti; Cornel Simanjuntak, Iskandar, Binsar Sitompul dan Mochtar Embut dapat ditemukan bahwa mereka mengerti dan memahami konsep teori musik barat dengan baik, hal ini dapat dilihat dari perjalanan pendidikan musik yang mereka terima. Hal ini semakin menguatkan pendapat Dermott yang mengatakan bahwa tidak mungkin komponis Indonesia dapat menciptakan lagu seriosa tanpa pernah belajar musik barat.

Berikut adalah perjalanan singkat tentang pendidikan musik barat dari beberapa komponis musik seriosa seperti: Cornel Simanjuntak, Iskandar, Binsar Sitompul, Djuhari, G.R.W. Sinsoe dan Mochtar Embut. Untuk pembahasan riwayat hidup komponis, penulis akan membahasnya pada bagian Bab II. (1) Cornel Simanjuntak lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara 1921. Pendidikan musiknya (teori dan praktek) diperoleh dari pater Yesuit J. Schouten semasa ia bersekolah guru HIK Xaverius College di Muntilan, Jawa Tengah. Beberapa karya musik seriosanya adalah “O Ale Alogo” dan Mari Berdendang10

10

; (2) Binsar Sitompul lahir di Pahae Tarutung tanggal 5 Maret 1923. Beliau menamatkan Sekolah Dasar (Hollands-Inlandsche Schooll) pada tahun 1939, kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru (Hollands-Indische Kweekschool Katolik). Sekolah di Muntilan memberikan kesempatan pertama baginya untuk berkenalan secara serius dengan musik klasik dalam berbagai bentuk penampilan, antara lain dalam bentuk orkes. Selama pendudukan Jepang, ia berkonsentrasi dalam permainan biola dan memahami teori musik. Beberapa karya komposisi seriosanya adalah “Trima Salamku”, “Tembang Ria”, “Doa”, Renungan di

(13)

Makam Pahlawan” dan “Bagai Kekasih”11; (3) F.X. Soetopo lahir di Jombang, 26 April 1937. Ia memperoleh pendidikan formal dalam bidang musik di Sekolah Menengah Musik Indonesia Yogyakarta pada tahun 1957. Kemudian ia melanjutkan studinya di Akademi Musik Indonesia dan ISI Yogyakarta. Beberapa karya F.X. Soetopo dalam musik seriosa adalah “Cintaku Jauh Di Pulau”, “Bukit Hitam”, “Puisi Rumah Bambu” dan “Gersang”12; (4) Mochtar Embut, lahir di Makasar 5 Januari 1934. Ia mendapatkan pendidikan musik sejak usia lima (5) tahun dari ayahnya yang bernama Embut. Beberapa karya komposisi seriosa yang diciptakannya adalah “Srikandi”, “Gadis Bernyanyi di Cerah Hari”, Senyuman Dalam Derita” dan “Senja di Pelabuhan Perahu”13; dan (5) Iskandar lahir tanggal 7 September 1920 di Plaju. Sejak kecil ia sudah menunjukkan kegemarannya pada musik dengan menyanyi dan menari, namun baru dalam usia 23 tahun Iskandar benar-benar terjun secara penuh menjadi pemain musik dengan bergabung pada Orkes Keroncong pimpinan M. Sagi, kemudian pada Orkes Studio Radio Pendudukan Jepang (1943). Beberapa karya komposisi seriosa yang diciptakannya adalah “Dahaga” dan “Dewi Anggraini”14

Dari pengalaman pendidikan musik dan konsep penciptaan yang dimiliki oleh komponis seriosa Indonesia di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mereka mumpuni atau ahli dibidang komposisi musik seriosa. Oleh karena itu, repertoar musik seriosa seolah “identik” dengan tokoh-tokoh komponis musik seriosa tersebut di atas.

.

11 Aning Katamsi, 2008. Klasik Indonesia-Komposisi Untuk Vokal dan Piano. PT Grasindo.

hal. 69

12 Ibid., hal 70 13 Ibid., hal 70-71

(14)

Perjalanan musik klasik barat di Indonesia dan musik seriosa tidak berhenti hanya pada masa Cornel Simanjuntak maupun Iskandar, akan tetapi melalui proses yang panjang dan alot di dalam membentuk sebuah lembaga pendidikan musik. Pada tanggal 7 Agustus 1951 panitia pembukaan Sekolah Musik Indonesia (SMIND) di Yogyakarta dibentuk, selanjutnya pada bulan Januari 1952, sekolah musik pertama di Indonesia didirikan, direkturnya adalah Ir. S. Prawironegoro. Satu tahun berselang, direktur SMIND kemudian digantikan oleh Soemarjo. Dimasa kepemimpinan Soemarjo, terjadi perpecahan di antara para siswa yang menurut Amir Pasaribu dikarenakan ketidak tersediaan kurikulum dan juga akses menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah menyelesaikan studi. Untuk meredam dan menyelesaikan persoalan tersebut, di akhir tahun 1954 Amir Pasaribu diangkat menjadi direktur SMIND. Amir Pasaribu melakukan perbaikan kurikulum yaitu membuat dasar musik yang dipelajari adalah teori-teori musik barat, komposisi dan konsep musik barat dan juga musik klasik Indonesia (komposisi untuk instrumen dan vokal seriosa). Amir Pasaribu juga melakukan penjajakan dan kerjasama dengan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan agar tamatan SMIND dapat diterima menjadi PNS.15

Dibawah kepemimpinan Amir Pasaribu, SMIND berjalan dengan baik kerjasama dengan berbagai orkes di tanah air dan juga di luar negeri dijalin sehingga pertunjukan musik klasik sering ditampilkan. Amir Pasaribu juga

15 Eritha Rohana Sitorus, 2009. Amir Pasaribu – Komponis & Perintis Musik Klasik

(15)

menjalin kerjasama dalam hal tenaga pengajar yang berasal dari luar negeri untuk mengajar di SMIND.16

16 Ibid., hal 122-123

Sistem pengajaran dan kurikulum musik di SMIND lebih cenderung pada musik barat. Bahan ajar seperti partitur musik menggunakan notasi balok baik untuk instrumen dan vokal barat. Dalam musik vokal klasik Indonesia (baik untuk komposisi instrumen dan musik seriosa) komponis tetap menciptakan karya-karyanya dengan menggunakan notasi balok sebagai media mencurahkan intelektual musikalnya. Ini dapat dilihat dari beberapa manuskrip notasi balok yang dituliskan dengan tulisan tangan. Hal ini terjadi karena pada saat itu di Indonesia belum terdapat percetakan khusus untuk menuliskan notasi balok.

SMIND ini pada perkembangan selanjutnya berubah nama menjadi Sekolah Musik Kejuruan. Keinginan dari siswa-siswa untuk menjadikan SMIND seperti konservatori sepertinya tidak bisa diterima oleh Amir Pasaribu, sebab menurut Amir Pasaribu kemampuan bermain musik di SMIND belum pantas disejajarkan dengan pendidikan konservatori musik. Oleh karena itulah, perkembangan selanjutnya tentang pendidikan musik barat di Indonesia dimulai dengan pendirian Akademi Musik Indonesia (AMI).

Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan dan asumsi di atas dapat menjadi salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis memilih judul : ANALISIS KOMPOSISI DAN TEKNIK BERNYANYI

(16)

1.2 Pokok Permasalahan

Dalam penulisan karya ilmiah ini perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan dalam menyelesaikan masalah.

Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah:

1. Bagaimana konsep komposisi musik seriosa Indonesia? 2. Bagaimana konsep komposisi karya lieder?

3. Bagaimana teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia?

4. Bagaimana hasil adaptasi dalam konsep komposisi musik seriosa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah

1. Menganalisis konsep komposisi musik seriosa Indonesia. 2. Menganalisis konsep komposisi karya lieder.

3. Menganalisis teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia.

4. Menganalisis hasil adaptasi dalam konsep komposisi musik seriosa Indonesia

1.4 Manfaat penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya seniman musik dan vokal untuk dapat menghidupkan kembali musik vokal seriosa Indonesia di tengah-tengah perkembangan musik saat ini.

(17)

1. Memberikan pemahaman akan konsep komposisi musik seriosa Indonesia. 2. Memberikan pemahaman akan konsep komposisi musik lieder.

3. Memberikan pemahaman akan teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia 4. Memberikan masukan tentang proses pengadapatasian sebuah karya

komposisi bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai musik vokal seriosa Indonesia.

Luaran penelitian yang diharapkan dari tesis ini adalah menemukan metode teknik bernyanyi seriosa Indonesia, publikasi ilmiah dan buku ajar.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Tujuan dari studi kepustakaan ini dibagi dalam dua bagian, yaitu; (1) untuk mendapatkan dasar-dasar teori dan menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan musik klasik vokal Indonesia secara khusus; dan (2) untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.

Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai komposisi dan teknik bernyanyi lieder dalam musik vokal seriosa di Indonesia.

(18)

pertama adalah literatur yang berhubungan dengan musik seriosa antara lain: Ayu Tresna Yunita, 2012 dalam artikel yang berjudul Nasionalisme Eropa dan Pengaruhnya pada Lagu Seriosa Indonesia. Beliau memaparkan bagaimana gerakan nasionalisme di Eropa mempengaruhi juga perkembangan nasionalisme di Indonesia terlihat dari komposisi seriosa Indonesia. Seterusnya Muhammad Syafiq, 2003. Ensiklopedia Musik Klasik. Memberikan hal keharusan bagi para pendengar dan penikmat musik seriosa agar konsentrasi, selain pengalaman mendengar dan pengetahuan tentang dasar-dasar musik barat agar dapat mengapresiasi dan memahami musik seriosa. Sri Martono dalam tulisannya yang berjudul “Kehidupan Seni Suara Tahun 1945-1952”. Memberikan informasi tentang konsep komposisi lagu perjuangan sebagai musik nasional diciptakan dengan memakai aturan-aturan musik barat seperti penggunaan tangganada diatonis, harmoni, ritme dan tidak berciri etnis.

Bagian kedua adalah literatur yang berhubungan dengan analisis musik diantaranya adalah; Christy, A. Van, 1975. Expresive Singing, Vol. 1-2. University of California. WM. C. Brown Company Publisher. Memberikan informasi tentang pendekatan yang baik dalam hal teknik dasar dalam olah vokal dan juga menjelaskan dasar-dasar interpretasi dalam vokal.

(19)

(1860-1903). Suzanne K. Langer 1953, 'The Principle of Assimilation', in Feeling and Form New York: Scribner. Artikel ini memberikan pendekatan analisis syair dari

musik vokal. Suzanne memaparkan konsep model dalam pendekatan analisis lagu (‘song’) yaitu: “model asimilasi” (assimilation mode,), berasal dari karya Suzanne Langer, yang berpendapat sebagai berikut: Ketika kata-kata dan musik bersatu dalam lagu, musik ‘menelan’ kata-kata, bukan hanya kata-kata dan kalimat

secara harfiah, tetapi struktur kata dalam sastra. Tidak ada kompromi antara

puisi dan musik dalam lagu, meskipun teks diambil dengan sendirinya menjadi

sebuah puisi yang bagus, lagu adalah musik.

Dalam pembuatan lagu, kata-kata berfungsi dalam kapasitas general untuk melepaskan energi kreatif komposer. Ketika hal ini dicapai maka kata-kata tersebut hilang sebab kata-kata mengasumsikan suatu bentuk musik. Posisi komponis bukanlah untuk mengabaikan karakter puitis, tapi untuk mengubah seluruh materi puisi menjadi elemen-elemen musik.

Suzanne tidak memberikan demonstrasi analisis konkrit dari proses asimilasi. Ia mengemukakan bahwa tugas yang lebih menantang adalah untuk menunjukkan proses elemen non musikal berubah menjadi elemen musik. Analisis lagu, menurut model ini, didasarkan pada dasar musik yang terbentuk di bagian mandiri (yaitu, sebagai bagian dari konsepsi murni musik) dan dalam bagian generatif (yaitu, sebagai bagian dari proses 'musicalizing' non musik elemen).

(20)

Nineteenth-Century 'Lied'. Agawa menjelaskan konsep hubungan antara syair dan

musik dalam lagu. Lagu diartikan sebagai pertemuan antara musik, syair/kata-kata dan lagu yang saling terikat dan berkaitan. Model ini memungkinkan baik lirik maupun musiknya masuk ke dalam lagu; memungkinkan eksistensi keduanya di luar lagu dan memungkinkan bahwa eksistensi independen lagu tidak terbatas pada kontribusi kata atau musik. Selanjutnya M. Soeharto (1992:131) mengemukakan bahwa syair adalah teks, atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisi puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Dalam mengkaji syair musik seriosa, pada prinsipnya merupakan sebuah tahapan yang digunakan penulis hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi hati atau ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga merupakan suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang pencipta lagu setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan sebuah lagu. Atas dasar itu, penulis melakukan analisis struktur dari syair secara detail yang berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.

Bagian ketiga adalah literatur yang berhubungan dengan lieder, diantaranya adalah: Ja Yeon Kang, 2011. Robert Schumann’s Notion of the Cycle In Lieder Und Gesange Aus Goethes Wilhelm Meister, Op. 98.A and Waldszenen,

(21)

bagaimana penggunaan konsep bentuk siklus dalam penggarapan komposisi kedua lieder tersebut.

Selanjutnya Julia Nafisi, 2011. German Lieder in the perception of the modern Australian listener and or singer: a survey at the 30th National

Liederfest. Australian Journal of Music Education. Artikel ini menjelaskan

bagaimana lieder Jerman menjadi inspirasi lagu pada era romantik. Artikel ini membahas tentang bagaimana persepsi dari pendengar dan penyanyi di Australia terhadap komposisi lieder.

1.6 Konsep

Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris.

1.6.1 Konsep Musik Seriosa

(22)

Pengertian lagu serius dalam seriosa lebih didasarkan pada dua bagian, yaitu (1) cara bernyanyi seperti lied, artinya bahwa pertunjukan musik seriosa haruslah sesuai dengan kaidah cara bernyanyi musik dalam hal teknik vokal barat; dan (2) bentuk komposisi seriosa yang sama dengan lied yaitu sebuah komposisi untuk vokal dan piano.

Teknik vokal barat sebenarnya menyangkut cara bernyanyi dengan menggunakan teknik, pengungkapan lagu secara serius dan penuh perasaan. Teknik vokal barat yang dimiliki oleh penyanyi harus diaplikasikan sesuai dengan gaya musiknya. Teknik vokal merupakan sarana untuk menampilkan/mengkomunikasikan musik yang ada dalam pikiran seorang penyanyi. Oleh sebab itu, tugas seorang penyanyi tidak hanya menguasai teknik vokal saja namun harus mampu menempatkan setiap teknik vokal pada lagu sesuai dengan jenis musik yang dibawakan. Contoh, dengan penggunaan teknik vokal barat pada lagu seriosa Indonesia, seperti contoh lagu ”O Ale Alogo” maka akan mengahasilkan sebuah komposisi lagu yang terasa menjadi lebih ”klasik”, hal ini akan berbeda jika lagu tersebut dinyanyikan tanpa teknik vokal barat.

(23)

untuk mempertinggi emosi kata tersebut. Bentuk-bentuk Aria diantaranya adalah aria cantabile merupakan aria yang berkarakter mengalir dan penuh emosi. Aria

di bravura adalah sebuah aria yang mengeksploitasikan teknik vokal dan Aria

perlante adalah aria yang lebih mirip seperti deklamasi dari pada melodi; (3)

Berceuse dikenal sebuah lagu pengantar tidur. Strukturnya sederhana dan

biasanya penyanyi tidak memerlukan improvisasi dalam membawakannya; (4) Canon adalah suatu bentuk komposisi lagu yang sama dinyanyikan berurutan oleh beberapa suara kemudian sebagian dinyanyikan bersama-sama; (5) Cantata merupakan sebuah bentuk oratorio kecil. Biasanya ditulis untuk koor atau solois dan pula untuk orkestra. Teksnya biasanya bersifat religius. Cantata terdiri dari dua jenis yaitu: Cantata da chiesa yang ditulis untuk keperluan gereja dan Cantata da camera yang bersifat keduniawian; (6) Elegy adalah lagu rakyat dari

(24)

komponis Palestina dan Victoria; dan (11) Spiritual adalah lagu-lagu yang bersifat religius. Bentuk ini lahir dari kaum kulit hitam Amerika yang hidup dalam masa perbudakan

1.6.2 Konsep Analisis

Pengertian Analisis menurut William Christ, et al. (1975:121) adalah sebagai berikut:

analysis, can be a useful tool for performers and conductors in providing rational bases for the decision-making and interpretation that are esential parts of musical performance. Furthermore, analysis provides guidelines for stylistic interpretation and comparison, as well as for the exploration of music old and new, by ear or by score study-guidelines that can and should be esenstial tools for informed musician.

Menurut Christ, analisis dapat menjadi alat yang berguna untuk pemain dan konduktor dalam memberikan dasar yang rasional dalam pengambilan keputusan dan interpretasi yang merupakan bagian penting dari pertunjukan musik. Selanjutnya, analisis menyediakan pedoman untuk interpretasi gaya dan perbandingan, serta untuk mengeksplorasi musik lama dan baru, melalui pendengaran atau pedoman studi melalui partitur yang bisa dan seharusnya menjadi perangkat informasi yang esensial bagi musisi.

Menurut Speer, 2005, hal. 2 dalam Tulisannya yang berjudul Computable Theories of Music Analysis mengatakan; Analisa Musik adalah suatu proses

(25)

musik adalah sebuah kegiatan ‘memotong’ dan memperhatikan secara detil sambil melupakan keseluruhan dari karya musik, hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kesenian dalam musik. Konsep analisis ini digunakan penulis sebagai panduan dalam menganalisa struktur musik.

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:37) adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Chaplin dalam Agsety mengatakan analisis sebagai proses mengurangi kekompleksan suatu gejala rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana. Menurut The Norton/Grove Concise Encyclopedia of Music Revised and Enlarged, analisis

adalah bagian dari belajar musik yang diambil dari bagian musik itu sendiri. Ini biasanya meliputi pemecahan dari sebuah susunan musik ke dalam elemen-elemen unsur pokok yang relatif sederhana, dan peranan-peranan penelitian pada elemen-elemen tersebut dalam susunannya terdapat banyak perbedaan tipe-tipe dan metode-metode analisa, termasuk susunan pokok (Schenker), dari tema, dari bentuk (Tovey), dari bagian susunan (Riemann) dan dari informasi teori.

(26)

1.6.3 Konsep Struktur Musik

Kata struktur merupakan rangkaian suatu susunan unsur yang membentuk sebuah karya musik. Secara garis besar beberapa yang terkait dalam unsur-unsur musik terdiri atas melodi, ritme, harmoni, dan dinamik.

a. Melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan rangkaian teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan pikiran dan perasaan (Jamalus, 1998:16). Melodi adalah naik turunnya harga nada yang seyogyanya dilihat sebagai gagasan inti musikal, yang sah menjadi musik bila ditunjang dengan gagasan yang memadukanya dalam suatu kerja sama dengan irama, tempo, bentuk dan lain-lain (Ensiklopedi musik, 1992:28). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada yang terbentuk dari perubahan-perubahan harga nada dalam kaitannya

dengan irama, tempo, bentuk dan sebagainya.

(27)

panjang pendeknya nada atau durasi. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ritme terjalin dalam rangkaian melodi.

c. Harmoni adalah cabang ilmu pengetahuan musik yang membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe, 2003:180). d. Dinamik adalah keras lembutnya dalam cara memainkan musik,

dinyatakan dengan berbagai istilah seperti : p (piano), f (forte), mp (mezzo piano), mf (mezzo forte), cresc (crescendo), dan sebagainya (Banoe,

2003:116).

Dalam musik, selain unsur-unsur musik yang terdiri melodi, ritme, harmoni, dan dinamik, terdapat bentuk musik yang terdiri dari beberapa komponen, antara lain:

1. Motif, adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata atau anak kalimat yang dapat dikembangkan (Banoe,2003 :283). 2. Tema, merupakan ide-ide pokok yang mempunyai unsur-unsur musikal

utama pada sebuah komposisi yang masih harus dikembangkan lagi, sehingga terbentuknya sebuah komposisi secara utuh. Dalam sebuah karya bisa mempunyai lebih dari satu tema pokok yaitu masing-masing akan mengalami pengembangan.

(28)

frase jawab atau frase belakang dalam suatu kalimat dalam lagu dan pada umumnya jatuh pada akord tonika.

4. Periode atau Frasering, adalah gabungan dua frase atau lebih dalam sebuah wujud yang bersambung sehingga bersama-sama membentuk sebuah unit seksional (Miller dalam Agsety). Kalimat musik merupakan suatu kesatuan yang nampak, antara lain pada akhir kalimat: disitu timbul kesan ‘selesailah sesuatu’, karena disini melodi masuk dalam salah satu nada akor tonika, namun lagunya dapat juga bermodulasi ke akor lain misalnya ke dominan dan berhenti disitu (Prier, 2004: 19)

5. Kadens, merupakan sejenis fungtuasi dan untuk mencapai efeknya menggunakan rangkaian akord-akord tertentu pada tempat tertentu dalam struktur musik. Terdapat beberapa macam kadens antara lain : Authentic Cadens (V-I), Plagal Cadens (IV-I), Deceptif Cadens (V-VI) dan Half

Cadens (I-V-I-IV).

1.6.4 Konsep Teks/Syair Lagu

Di dalam kamus musik17 M. Soeharto mengemukakan syair adalah teks, atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Menurut Badudu-Zain18

17 M. Soeharto, 1992. Kamus Musik. Gramadia Widia Sarana Indonesia, halaman 131 18 Badudu Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, (Jakarta:1996) hal

1455

(29)

syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut, serta diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi musik melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu. Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.

Dalam pengkajian syair, pada prinsipnya merupakan kajian teks lagu yang digunakan penulis hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi hati atau ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga merupakan suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang pencipta lagu setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan menjadi sebuah lagu.

1.7 Teori

(30)

1.7.1 Teori Analisis Musik

Untuk menganalisa struktur musik komposisi lagu seriosa Indonesia dan lagu lied, penulis menggunakan teori analisis yang dikemukakan oleh Christ dan DeLone (1975:323-324) bahwa salah satu fungsi utama analisis adalah harus memberikan informasi tentang interpretasi karya dalam sebuah pertunjukan. Analisis harus menghasilkan pemahaman tentang materi dan proses pembentukan sebab karya itu adalah merupakan potongan-potongan materi yang saling terkait disusun secara koheren. Tujuan singkat dari analisis ini adalah untuk membangun hubungan keterkaitan antara analisis dan pertunjukan.

(31)

perubahan tonalitas, perubahan dinamik) dan pertimbangan musik lainnya meliputi musik pada teks, lukisan, mitos, kiasan untuk yang berhubungan dengan emosional.

1.7.2 Teori Teknik Bernyanyi

Christy dalam bukunya Expressive Singing Vol.1, menyebutkan bahwa teknik vokal adalah suatu cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring. Beberapa unsur teknik vokal yaitu; (1) Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas; (2) Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan. Teknik Pernafasan dibagi atas tiga jenis, yakni:

1. Pernafasan Dada: cocok untuk nada-nada rendah, namun penyanyi mudah lelah.

2. Pernafasan Perut: udara cepat habis, kurang tepat digunakan dalam bernyanyi, karena akan cepat lelah.

3. Pernafasan Diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk bernyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vokal yang baik.

(32)

Badan, adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu; (c) Resonansi, adalah usaha untuk memperindah suara dengan memfungsikan rongga-rongga udara yang turut bervibrasi/bergetar di sekitar mulut dan tenggorokan; (d) Vibrato, adalah usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberi gelombang/suara yang bergetar teratur, biasanya diterapkan di setiap akhir sebuah kalimat lagu; (e) Improvisasi, adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya; dan (f) Intonasi, adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat. Syarat-syarat terbentuknya intonasi yang baik adalah dengan pendengaran yang baik dan kontrol pernafasan.

Teori ini akan penulis gunakan dalam membahas pertanyaan penelitian bagian ketiga tentang bagaimana teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia. Apakah seluruh pembagian teknik di atas digunakan ketika bernyanyi dalam keseluruhan karya seriosa, atau yang dipakai hanya sebagian saja.

1.7.3 Teori Adaptasi

Sejarah munculnya istilah adaptasi tidak telepas dari bahwa setiap mahluk hidup dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan tertentu. Menurut Wallace dan Srb (1963) menyatakan bahwa adaptasi yang prosesnya sampai pada tingkatan dimana kemampuan menyesuaikan diri sudah berlangsung turun-temurun pada prinsipnya adalah evolusi.

(33)

1. Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang dimiliki oleh organisme yang berguna bagi kelanjutan hidupnya pada keadaan sekeliling habitatnya. 2. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri mahluk hidup dengan

keadaan lingkungan sekitarnya.

3. Adaptasi sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam dengan baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung (niche) yang ditempati.

a. Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalami proses metabolisme tubuh (adaptasi fisiologi) dan adapula yang mengalami perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku).

b. Adaptasi akan dilakukan mahluk hidup bila keadaan lingkungan sekitarnya membahayakan atau tidak menguntungkan bagi dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau mempertahankan kehidupannya.

c. Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme mampu menggunakan lebih baik unsur-unsur yang tersedia.

(34)

Teori ini akan digunakan penulis sebagai dasar dalam membahas persamaan konsep komposisi antara musik seriosa dengan komposisi lieder. Dengan melakukan kajian ini maka akan diketahui unsur-unsur musik apa yang diadaptasi di dalam musik seriosa, dan unsur-unsur musik apa yang tidak diadaptasi dalam karya musik seriosa.

1.8 Metodologi Penelitian

Metode adalah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat:1985). Metode dalam hal ini berkaitan dengan sisi teknis, bagaimana peneliti melakukan penelitian. Metode penelitian adalah langkah-langkah pengumpulan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal dan dapat dipercaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:581), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan.

(35)

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, deskriptif berarti memaparkan dan menggambarkan dengan data yang jelas terperinci, sedangkan analisis yaitu penguraian pokok dari satu masalah antar bagian sehingga memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan.19

19 Anton M Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka (Jakarta, 1990)

(36)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. (1) Metode observasi atau pengamatan sebagai suatu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu kepada Harsja W. Bachtiar dalam Koentjaraningrat (1991:108) mengatakan bahwa usaha pengamatan atau observasi yang cermat, dapat dianggap merupakan salah satu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai bagi para ilmuwan dalam bidang ilmu-ilmu sosial di negara-negara yang belum dapat mengembangkan prasarana penelitian yang memerlukan banyak biaya. Pengumpulan bahan keterangan mengenai kenyataan yang hendak dipelajari dengan menggunakan cara pengamatan, dapat diselenggarakan oleh seorang peneliti atau kelompok peneliti.

Melalui observasi, peneliti melihat bagaimana eksitensi musik seriosa di tengah-tengah masyarakat terutama di kota Medan semakin memudar. Pertunjukan musik vokal seriosa sudah sulit ditemukan/dipertunjukkan dalam berbagai event kesenian, dilain hal dapat dilihat bahwa masyarakat sudah lebih suka mempelajari musik populer saat ini.

(37)

Salah satu peserta yang mengikuti acara tersebut adalah Putri Ayu. Putri Ayu mendapatkan juara dua (2) dalam ajang bakat tersebut berkat adaptasi gaya bernyanyi seriosa yang dilakukannya.

(2) Metode Wawancara. Menurut Koentjaraningrat (1991:162) mengatakan bahwa wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia serta pendiriannya dalam suatu masyarakat, dan sekaligus merupakan bagian penting ketika melakukan observasi. Wawancara merupakan proses tanya jawab antara peneliti dengan informan tentang satu masalah yang diteliti. Selain itu, wawancara juga sangat mendukung guna melengkapi data yang diperoleh dari pengamatan, maupun dari data pustaka yang ada.

Berkaitan dengan tema penelitian ini adalah tentang adaptasi dan analisis gaya bernyanyi lieder dalam musik vokal seriosa Indonesia penulis menentukan informan dari beberapa solois Indonesia.

(3) Metode Dokumentasi. Pertama akan ditelusuri data sekunder yang terkait dengan masalah gaya bernyanyi lieder Jerman dan bagaimana pengaruhnya pada abad ke-19. Kemudian penulis melakukan kajian literatur tentang tulisan seputar musik seriosa Indonesia dan lieder.

(38)

terlibat di berbagai pertunjukan musik vokal baik komposisi seriosa, musik vokal barat dan juga musik vokal karya komponis muda di Kota Medan. Untuk komposisi seriosa penulis ikut mengambil bagian dalam pembukaan Pesparawi Nasional di Kota Medan tahun 2008 di Gedung Suara Nafiri, dan juga pertunjukan musik resital/konser; untuk musik vokal Barat penulis tampil dalam berbagai kegiatan pertunjukan konser dan saat ini penulis aktif sebagai pengajar vokal barat di Prodi Seni Musik univ. HKBP Nommensen Medan; untuk karya komposisi vokal dari komponis muda di Kota Medan, penulis juga aktif dalam beberapa pagelaran musik seperti Opera Buteria dan Ladifa karya Junita batubara di Ballroom Hotel Tiara dan juga berbagai resital komposisi dari mahasiswa Prodi Seni Musik.

Dari berbagai kegiatan tersebut di atas, penulis secara langsung mengambil bagian dalam perkembangan musik vokal di Kota Medan. Penulis mendapatkan informasi tentang berbagai hal seputar musik vokal baik musik seriosa atau musik Barat.

Setelah pengumpulan data selesai, selanjutnya dilakukan analisis data. Data-data yang sudah terkumpul, disusun dan dianalisa secara sistematis, diperoleh arah yang jelas sesuai dengan tujuan penulisan. Analisis dan evaluasi dilakukan untuk mempermudah dalam pengklasifikasian obyek penelitian sesuai dengan permasalahannya, sehingga penulisan laporan dapat dengan mudah dikerjakan, terarah, sistematis, dan ilmiah.

(39)

dalam melakukan interpretasi dan mengambil keputusan yang dibatasi oleh kualitas kemampuan berpikir secara perseorangan, jangkauan hasil penelitian akan sangat bervariasi kedalaman dan kekuatannya. Data yang sama mungkin ditafsirkan secara berbeda karena sudut pandang dalam proses berpikir berbeda. Dengan kata lain hasil penelitian menjadi subjektif. Atas dasar hal tersebut di atas maka untuk memperoleh seluruh data informasi (observasi, wawancara dan dokumentasi) senantiasa dilakukan berdasarkan konsep-konsep kerangka pikir dan teori yang telah ditetapkan sebelumnya. Data-data yang telah diorganisasikan selanjutnya dianalisis”.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya bagi orang lain. Data yang berhasil dikumpulkan akan dikategorikan berdasarkan pokok dan sub pokok masalahnya. Setiap sumber data akan diseleksi dan dibandingkan antara satu dengan lainnya agar diperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena data tersebutlah nantinya digunakan sebagai laporan akhir penelitian ini. Seluruh data yang telah diseleksi dan dikategorisasi tersebut akhirnya dinterpretasikan berdasarkan paradigma bentuk, fungsi dan makna sesuai dengan teori-teori yang terkait.

1.9 Sistematika Penulisan

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Teknik Bernyanyi Seriosa Pada Lagu Time To Say Goodbye Karya Francesco Sartori (Studi Kasus: Harmony Musical Medan), Jurusan Sendratasik, Program Studi

Keragaman budaya daerah dapat dikenali melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, upacara adat,

Dari Berdasarkan hasil penelitian mengenai sintesis suara bernyanyi dengan teknologi text-to-speech untuk notasi musik angka dan lirik bahasa indonesia yang telah

Semua lagu-lagu itu diajarkan dengan sistem nada ‘solmisasi’ yang diambil dari bahan-bahan elementer sistem sakala nada mayor-minor musik Barat yang paling sederhana..

Mengomunikasikan teknik dan gaya bernyanyi lagu daerah secara unisono dalam musik tradisi baik dengan lisan maupun tulisan.. Setelah mempelajari Bab 3 , siswa

Acara penutupan KKN ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2021 bertepat di Oasse Sidowayah, berisi launching lagu dan musik video edukasi PHBS, pertunjukan seni dari tim

• Setelah mengamati gambar coba kamu tulis alat musik apa yang digunakan pada pertunjukan tersebut.. • Alat musik apa saja yang dimainkan dengan cara di

Hasil wawancara dengan Ustad Ahmad 09 September 2019 menyatakan bahwa teknik permainan atau cara memainkan alat musik marawis pondok Al-Muawwanah dusun Johar Baru Desa Penujak pada lagu