TINJAUAN PUSTAKA
A. Kulit Buah Markisa
Buah markisa merupakan salah satu jenis buah impor yang kemudian berhasil dikembangkan di Indonesia. Markisa memiliki banyak manfaat kandungan nutrisi yang berkhasiat dan identik dengan rasa masam sehingga jarang dimanfaatkan secara langsung dan hanya dibuat sebagai bahan minuman. Kandungan asam sitrat pada buah markisa berkisar 2,4 – 4,8% (Surest, 2013).
Menurut Astuti (2008) rasio kulit dengan buahnya adalah sekitar 54% dan kulit buah markisa ini mempunyai kandungan protein kasar 7,32%, anti nutrisi tannin 1,85% dan tingginya kandungan lignin 31,79%. Menurut Tangdilintin et al (1994) menyatakan bahwa kulit buah markisa memiliki serat kasar 38,89%.
B. Perekat Isosianat
Dalam penelitian Manik (2013) disebutkan bahwa perekat (adhesive) adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekat merupakan salah satu bahan utama yang sangat penting dalam industri pengolahan kayu, khususnya komposit. Isosianat merupakan perekat yang terdiri dari golongan fungsional atom N, C dan O. Perekat ini merupakan yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada perekat lainnya. Isosianat ini juga merupakan gugus kimia yang sangat aktif. Dapat digunakan pada variasi suhu yang luas, tahan air, panas, cepat kering dengan pH netral dan kedap terhadap pelarut organik (Ruhendi dan Hadi, 1997).
Perekat isosianat ini memiliki kelebihan dan kekurangan menurut Marra (1992). Keuntungan menggunakan perekat isosianat dibandingkan perekat berbahan dasar resin adalah:
1. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama.
2. Menggunakan suhu kempa yang lebih rendah. 3. Memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat. 4. Toleran pada partikel yang berkadar air tinggi. 5. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan. 6. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil. 7. Tidak ada emisi formaldehyde.
Selain itu, perekat isosianat juga memiliki kekurangan dalam pemakaiannya, yakni:
1. Harga yang lebih mahal bila dibanding dengan PF dan UF.
2. Perekat ini merupakan perekat yang baik untuk logam dan kayu, sehingga pada pembuatan papan menyebabkan papan melekat pada plat press.
3. Bahan perekat ini merupakan bahan kimia beracun, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada pernafasan yang menyebabkan asma.
Kadar perekat diperlukan dalam pembuatan papan partikel, sebab kadar perekat akan sangat berpengaruh terhadap kualitas papan partikel. Jika jumlah kadar perekat semakin tinggi maka semakin banyak pula kebutuhan perekat dan hal ini menambah kualitas papan partikel. Namun, semakin banyak kebutuhan perekat maka semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan.
C. Papan Partikel
Papan partikel merupakan produk panel yang dibuat dengan pengempaan partikel-partikel kecil kayu dengan menggunakan perekat sebagai pengikatnya (Haygreen dan Bowyer 1996). Bahan baku papan komposit akan sangat bervariasi di masa mendatang. Negara-negara yang memiliki sumber daya kayu yang cukup tinggi dapat mengandalkan kayu sebagai bahan baku pembuatan papan komposit, tetapi negara-negara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu dapat menggunakan berbagai sumber bahan baku selain kayu yang berlignoselulosa. Penggunaan berbagai macam bahan baku sangat memungkinkan seiring dengan timbulnya berbagai desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumberdaya kayu, tuntunan konsumen akan kualitas produk semakin tinggi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas (Fajarwati, 2009).
Berdasarkan kerapatannya, Maloney (1993) membagi papan partikel kedalam tiga golongan yaitu :
a) Papan partikel berkerapatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3
b) Papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3
c) Papan partikel berkerapatan tinggi (High Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3
Rowell (1996) menyebutkan, bahwa penggunaan papan komposit dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a) Structural Composite (SC)
Structural composite (SC) yaitu bahan yang diperlukan untuk memikul beban dalam penggunaannya. Structural composite dipergunakan untuk dinding, atap, bagian lantai, komponen kerangka, meubel, dan lain-lain. Structural composite yang digunakan dalam ruangan (indoor use) biasanya dibuat dengan menggunakan perekat yang murahdan bersifat tidak stabil terhadap pengaruh uap air.
b)Non Structural Composite (NSC)
Komposit ini tidak dimaksudkan untuk memikul beban didalam penggunaannya. Komposit ini dibuat dengan menggunakan perekat thermoplastic dan penggunaaan akhir produk untuk pintu, jendela, meubel, bahan pengemas, pembatas ubin, bagian interior mobil dan lain-lain.
Kualitas papan partikel merupakan fungsi dari berbagai faktor yang berinteraksi dalam proses pembuatan papan partikel tersebut. Sifat fisis dan mekanis papan partikel seperti kerapatan, modulus patah, dan modulus elastisitas, keteguhan rekat internal serta pengembangan tebal merupakan parameter yang cukup baik untuk menduga kualitas papan partikel yang dihasilkan.
Japanese Industrial Standard (JIS) A 5908 : 2003, menetapkan persyaratan sifat fisis dan mekanis papan partikel yang harus dipenuhi, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Nilai JIS A 5908 : 2003 Particleboard