• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintaksis Bahasa Inggris dan Bahasa Arab Pada Menu Program Adobe Photoshop CS5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sintaksis Bahasa Inggris dan Bahasa Arab Pada Menu Program Adobe Photoshop CS5"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Landasan Teori

Konstruksi sintaksis yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan teori transformasi generatif. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Chomsky (1957).

Gramatika transformasi generatif adalah “teori linguistik yang diajarkan oleh Chomsky yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat – kalimat yang gramatikal sekalipun belum didengarnya sebelumnya. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur – unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frasa dan kaidah transformasi. (Kridalaksana, 2008 : 78)

Menurut Crystal (2008:492) :

This type of grammar was first discussed by Noam Chomsky in Syntactic Structures (1957) as an illustration of a generative device more powerful than finite-state grammars or phrase-structure grammars. In this view, very many sentence types can be economically derived by supplementing the constituent analysis rules of phrase-structure grammars with rules for transforming one sentence into another. The rule of passivization above, for instance, is claimed to be a procedure both simpler and intuitively more satisfactory than generating active and passive sentences separately in the same grammar. The arguments were persuasive, and as a result transformational grammars became the most influential type in the development of generative grammatical theory: indeed, the field as a whole for a time came to be variously known as ‘generative grammar’, ‘transformational-generative grammar’ (or simply ‘TG’).

(2)

suatu kalimat ke kelimat lainnya. Berbagai aturan di atas, dikaim sebagai suatu prosedur sederhana dan lebih intuitif daripada kalimat aktif dan kalimat pasif yang dipisahkan dalam tata bahasa yang sama. Argumen ini sangat persuasif, dan intinya tata bahasa transformasi ini menjadi bidang yang paling berpengaruh dalam pengembangan teori tata bahasa generatif : dan dalam aplikasinya secara keseluruhan dikenal sebagai ‘tata bahasa generatif atau tata bahasa transforamasi generatif (TG).

The fundamental aim in the linguistic analysis of a language L is to separate the grammatical sequences which are the sentences of L from the ungrammatical sequences which are not sentences of L and to study the structure of the grammatical sequences. (Chomsky, 2002:13)

Tujuan fundamental analisis linguistik ada dua hal : 1) untuk memisahkan tataran gramatikal suatu kalimat dari tataran – tataram yang tidak gramatikal suatu bahasa, 2) untuk mengetahui struktur urutan – urutan gramatikal.

Robin (1968:241) mengatakan :

Transformation is a method of stating how the structures of many sentences in language can be generated or explained formally as the result of specific transformations applied to certain basic sentences structures. Artinya : Transformasi adalah metode yang menyatakan bagaimana struktur kalimat dalam bahasa dapat digeneralisir atau dijelaskan secara formal sebagai hasil transformasi yang spesifik dapat diterapkan pada struktur kalimat dasar tertentu.

(3)

Tugas pertama teori Chomsky tentang sintaksis adalah untuk menjelaskan pemahaman pembicara dari stuktur internal kalimat, karena kalimat bukanlah rangkaian kata – kata yang tidak terstruktur, bukan kata – kata dan morfem yang dikelompokkan menjadi konstituen fungsioonal seperti subjek kalimat, predikat, objek langsung dan sebagainya. Chomsky dan ahli bahasa lainnya dapat berpendapat lebih lagi, meskipun tidak semua orang berbicara mengetahui tentang struktur internal kalimat dengan aturan yang disebut aturan “struktur frasa”.

Sesuai dengan teori Chomsky tentang universal grammar, yang berpendapat bahwa semua bahasa memiliki kesamaan kaidah-kaidah dan sistem yang bersifat universal meskipun berbeda bahasa, artinya kaidah ini mengandung sistem yang permanen dalam akal manusia, hal ini berkaitan erat dengan masalah logika bahasa dan kemampuan berbahasa. Kaidah – kaidah ini terbentuk dengan kemampuan akal yang tertata tanpa perlu mempelajari kaidah – kaidah bahasa.

BI dan BA adalah dua bahasa yang sangat berbeda dilihat dari rumpun bahasa, keduanya juga memiliki peristilahan yang berbeda dalam mengungkapkan terminologi istilah – istilah linguistik, karena BA memiliki istilah tersendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdellah (2003 : 1) :

“ If Ancient Arab Grammarians and Modern Arabic Academies have their Arabic version of the Linguistic terminology, why should an Arab translator find it difficult to translate the terms in a linguistics text? The answer is that, although Arabs have their own version of the linguistic terms, the Arabic term sometimes does not convey all the meanings and uses of a certain linguistic term according to the modern theories of Linguistics, in which case the old Arabic term will not be the proper equivalent and the translator has to work out whether or not Arab Academies have translated that term in its modern theoretical sense.”

(4)

Arab dalam terminologi linguistik, lalu mengapa penerjemah bahasa Arab merasa sulit untuk menerjemahkan istilah dalam teks liguistik ? Jawabannya adalah bahwa, meskipun orang – orang Arab memiliki versi sendiri tentang istilah linguistik, terminologi linguistik bahasa Arab terkadang tidak dapat menyampaikan semua makna dan penggunaan istilah linguistik tertentu sesuai dengan teori linguistik modern, dalam hal ini istilah Arab tradisional tidak akan dapat setara dan tepat dan penerjemah harus mengetahui apakah ahli bahasa Arab modern telah menerjemahkan istilah dalam arti teori modern atau tidak.

Secara teoritis pendapat Abdellah menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam mengungkapkan terminologi istilah – istilah linguistik BA dengan linguistik modern, karena BA memiliki istilah linguistik tersendiri, hal inilah yang menjadi penyebab adanya tingkat kesulitan para penerjemah BA untuk menerjemahkan istilah – istilah tersebut. Namun seiring dengan munculnya teori tentang Modern Standart Arabic (MSA), tingkat kesulitan tersebut terpecahkan dengan berbagai penyesuaian dan standarisasi istilah berdasarkan fungsi dan peran sebuah kata dalam kalimat dari bahasa Arab tradisional, beberapa pakar BA mulai memperkenalkan teori tentang transformasi generatif seperti Maher Bahloul (2008), Kremers (2003), Farghaly (2010), Schulz, dkk (2004) dan tokoh-tokoh lainnya sepertiRyding (2008), Homeidi (2003) dan Chacra (2007), dengan demikian, peneliti tetap berasumsi sebagaimana teori Chomsky tentang universal grammar, bahwa bahasa seluruh manusia memiliki tata bahasa yang universal.

Leibniz dalam (Simanjuntak, M. 2009 : 48) mengatakan :

(5)

Menurut Keraf ciri – ciri keuniversalan bahasa yang dapat menjadi objek perbandingan (1984:33) adalah :

1. Kesamaan dalam bentuk dan makna. Tiap bahasa memiliki bentuk – bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya yang khas untuk memudahkan referensi.

2. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu fonem itu kecil saja, dan berbeda dari bahasa ke bahasa, terdapat kenyataan yang menarik bahwa tiap bahasa memiliki perangkat yang terkecil ini untuk membedakan makna kata dan bahwa gabungan dari bunyi – bunyi yang sangat terbatas ini mampu menghasilkan pelambang (kata) yang tak terbatas jumlahnya. Fonem pada bahasa – bahasa jumlahnya berkisar antara 15 sampai 50 buah fonem, tetapi jumlah ini sanggup menghasilkan ribuan morfem (kata), yaitu suatu yang terkecil yang mengandung makna.

3. Tiap bahasa di dunia memiliki kelas – kelas kata tertentu, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang dan kata bilang.

Berlandaskan atas teori tentang universal grammar, penelitian ini dapat dilandaskan pada teori tentang universal grammar, sehingga ada hubungan antara BI dan BA dalam menentukan suatu struktur baik berbentuk frasa maupun dalam kalimat.

2.1.1. Sintaksis

Sintaksis adalah 1. Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan – satuan yang lebih besar, atau antara satuan – satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata; 2. Subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatika; bagian lain ialah morfologi), 3. Cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut (Kridalaksana, 2008:223).

Selanjutnya, Crystal (2008:471) menyatakan:

(6)

opposed to morphology, the study of word structure. An alternative definition (avoiding the concept of ‘word’) is the study of the interrelationships between elements of sentence structure, and of the rules governing the arrangement of sentences in sequences.

Artinya : Sintaksis adalah sebuah istilah tradisional untuk studi tentang aturan yang mengatur cara kata dikombinasikan untuk membentuk suatu kalimat dalam suatu bahasa. Sintaksis berlawanan dengan morfologi yang mempelajari studi tentang struktur kata. Definisi alternatif (menghindari konsep ‘kata’) adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara unsur – unsur dari struktur kalimat, dan aturan yang mengatur susunan kalimat dalam beberapa aturan.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pengaturan kata-kata, atau yang lebih besar dari kata untuk membentuk sebuah kalimat pada suatu bahasa, yang mencakup gramatika.

Berdasarkan pendapat para pakar teori generatif, sintaksis merupakan salah satu bagian dari tiga kelompok utama dari komponen gramatikal, yang memiliki aturan tentang struktur sintaksis seperti struktur frasa dan struktur transformasi (Crystal, 2008:471).

Sedangkan Al Khuli (1982:280) mengatakan bahwa :

١

/syntax:1) ilmu an nahwi. 2) nahwu. Nizamu al kalam, bina`u al jumlati : tartibu al mufradati dakhila al jumlati al wahidati/

Senada dengan pendapat sebelumnya, Al Khuli juga menyatakan bahwa

(7)

Dengan berpedoman pada teori tentang universal grammar, Sintaksis dapat diartikan sebagai bidang linguistik yang mempelajari tata susun kata, frasa sampai kalimat. Dengan demikian ada tiga tataran gramatikal yang menjadi garapan sintaksis yaitu: kata, frasa, dan kalimat.

Dalam kajian sintaksis, hal yang sangat umum dibicarakan adalah berhubungan dengan struktur, kategori, fungsi dan makna, karena keempat saling berkaitan satu sama lain untuk menentukan kedudukan sintaksis dalam analisis bahasa.

Analisis struktur mengidentifikasi unsur – unsur yang membentuk satuan bahasa. Misalnya sebuah kata secara struktur dibentuk dengan satu morfem atau dibentuk dengan beberapa morfem (Parera, 2009 : 6).

Sedangkan Analisis Kategori menurut Parera (2009 : 6) :

bertujuan untuk mengelompokkan unsur – unsur bahasa berdasarkan kesamaan struktur, kesamaan distribusi, atau kesamaan rupa atau bentuk, satuan frasa dibedakan ke dalam frasa endosentris dan eksosentris, frasa nomen, frasa verbuun, dan ajektif.

Analisis fungsi mempersoalkan kedudukan satuan – satuan bahasa itu pada tataran yang lebih tinggi. Misalnya sebuah fonem berfungsi membedakan makna, atau sebuah kata berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan pada satuan klausa dalam kalimat (Parera, 2009 : 6).

2.1.2. Kata sebagai Satuan Sintaksis

(8)

Al Khuli (1982:310) mengatakan :

/word:kalimatun, mufradatun. Asgaru wahdatin lughawiyatin zata ma’na. wa qad tatakawwanu min sautin wahidin au aksaw, mislu “a” wa “book”. Kama tatakawwanu min morfim wahidin au aksar, mislu “book” wa “books”, kama tatakawwanu min jizri bizawa`idin au aksar min gairi zawa`idin. Mislu “work” wa “worker”. /

Artinya : Kata : kosakata, unit terkcel dari bahasa yang berhubungan dengan makna, yang terdiri atas satu suara atau lebih, seperti a dan

book, atau terdiri atas satu morfem atau lebih, seperti book dan

books, atau terdiri atas kata dengan penambahan morfem terikat atau tidak tanpa penambahan seperti work dan worker.

Menurut Chaer (2007:219) Kata dibedakan menjadi dua macam :

Dalam pembicaraan kata sebagai satuan sintaksis, pertama – tama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword), dan kata tugas (functionalword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan dalam pertuturan tidak dapat bersendiri.

Selanjutnya Crystal (2008 : 522) menyatakan :

A word, then, is a grammatical unit, of the same theoretical kind as morpheme and sentence. In a hierarchical model of analysis, sentences (clauses, etc.) consist of words, and words consist of morphemes (minimally, one free morpheme). Word-orderrefers to the sequential arrangement of words in a language.

(9)

Berdasarkan pernyataan berbagai para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kata, ada unit gramatikal terkecil dalam tataran sintaksis, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, atau frasa. dan berdasarkan Chaer dapat disimpulkan bahwa kata penuh (fullword) terdiri atas nomina, verba, adverba, ajektiva, dan numeralia sedangkan kata tugas (functionalword) terdiri dari kata – kata yang berposisi sebagai preposisi dan konjugasi.

Meskipun BI dan BA berbeda dalam terminologi kategori kelas kata, pada dasarnya kedua bahasa tersebut mewakili unsur – unsur yang lengkap dalam menentukan kelas kata jika ditinjau dari sudut pandang konstruksi secara sintaksis.

Dalam BI terdapat banyak teori yang mengemukakan tentang kelas kata, namun dalam aliran tradisional, kelas kata dalam BI terdiri atas, noun, verb, pronoun, preposition, adverb, conjunction, participle, article dan interjection. (Jurafsky dan James:2005)

Sementara dalam kelas kata dalam BA menurut (Ahmed : 2008)

A meaningful word in Arabic is called Kalimah (ﺔﻤﻠﻛ). It has only three parts. In other words there are only three parts of speech in Arabic. These are;1. ﻢﺳﻹا(Noun, literally ‘name’),It is that word which does not need the help of another word to explain its meaning. It is the name of a person, a place or a thing, and the term Ism includes the adjective nouns(ﺔﻔﺼﻟا)2. ﻞﻌﻓ (verb), It is that word by which we understand some work or action being done 3. فﺮﺣ (Harf), The particle, preposition and conjunction are called harf. It is that word which is used with noun or verb to complete the meaning of the sentence.

Artinya : Kata yang memiliki arti dalam bahasa Arab disebut dengan

kalimah. Terdiri atas 3 bagian, dengan kata lain part of speech bahasa Arab antara lain : 1. Isim (secara harfiah disebut dengan nomina), yaitu kata yang tidak membutuhkan kata lainnya untuk menerangkan arti dari

isim tersebut, antara lain nama seseorang, tempat atau sesuatu, dan istilah

isim termasuk juga nomina ajektiva (as sifah). 2. Fi’il (verba), adalah kata yang kita fahami sebagai penanda tindakan atau kerja. 3. Harf, adalah partikel, preposisi dan konjugasi yang disebut dengan harf. Harf

(10)

Beberapa contoh yang penulis temukan dari hasil analisis berdasarkan kelas kata pada APCS5 adalah : file=

ﻒﻠﻣ

/malaf/ ‘file, open=

ﺢﺘﻓ

/fathun/‘buka’,

save=

ﻔﺣ

/hifzun/ ‘simpan’, new=

ﺪﻳﺪﺟ

/jadidun/ ‘baru’, close =

قﻼﻏإ

/iglaqun/

‘tutup’, dan lain – lain.

2.1.3. Konstruksi Kalimat

Chomsky (1957) mengemukakan pendapat yang secara teoretis memiliki pandangan tentang konstruksi gramatikal yang berhubungan dengan analisis konstituen, adapun konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:

Chomsky (1957:26-27)

(i) Sentence  NP + VP (ii) NP  T + N

(iii) VP  V + NP (iv) T  the

(v) N  man, ball, etc (vi) Verb  hit, took, etc

Penjabaran konsep di atas diturunkan ke dalam skema pembentukan kalimat sebagai berikut :

(i) Sentence (ii) NP + VP (iii) T + N + VP

(iv) the + N + Verb + NP (v) the + man + Verb + NP (vi) the + man + hit + NP (vii) the + man + hit + T + N (viii) the + man + hit + the + N (ix) the + man + hit + the + ball

(11)

Sentence

NP/FN VP/FV

T N V/Verba NP/FN

T N

The man hit the ball

Diagram 2.1. Sumber Chomsky (1957:27)

2.1.3.1. Konstituen

Menurut Crystal (2008 : 104) :

Constituent(n.) (1) A basic term in grammatical analysis for a linguistic unit which is a functional component of a larger construction. In an alternative formulation, a constituent is a set of nodes exhaustively dominated by a single node. Based on a combination of intuitive and formal (e.g. distributional) criteria, a sentence can be analysed into a series of constituents, such as subject + predicate, or NP+VP, etc.

Artinya : Konstituen (n.) Sebuah istilah dasar dalam analisis gramatikan untuk unit linguistik yang merupakan komponen fungsional dari konstruksi yang lebih besar. Dalam formulasi alternatif, konstituen adalah satu set node mendalam yang didominasi oleh node tunggal. Berdasarkan kriteria kombinasi intuitif dan formal (misalnya distribusi), Kalimat dapat dianalisis menjadi serangkaian konstituen, seperti subjek + prediket, atau NP + VP, dll.

(12)

Kesimpulan dari pendapat Brinton (2000) bahwa konstituen adalah sub bagian dari kalimat, yang dibedakan berdasarkan kategori, fungsi dan struktur internal, masing – masing terdiri dari unsur – unsur yang diatur dengan cara tertentu.

Konstituen adalah unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar; bagian dari sebuah konstruksi; mis. Pena saya, lebih tajam dan

daripada senjata Anda adalah konstituen-konstituen dari Pena saya lebih tajam daripada senjata Anda. (Kridalaksana, 2008:132)

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konstituen adalah bagian dari kalimat sebagai unsur dari satuan konstruksi yang lebih besar, sekilas konstituen adalah frasa, namun fungsi daripada konstituen lebih dari hanya sekedar fungsi frasa apakah itu sebagai subjek atau objek atau predikat, karena setiap frasa dapat dijadikan sebagai konstituen dalam kalimat, namun belum tentu frasa adalah konstituen, untuk menjawab ini Burton-Robert (1989:19) PHRASE is a sequence of words that can function as a CONSTITUENT in the structure of sentences, yang berarti frasa adalah urutan kata – kata yang dapat berfungsi sebagai konstituen dalam struktur kalimat.

Contoh : Though he was old sam did regular press-ups.

Contoh di atas menunjukkan bahwa oldsam bukan merupakan sebuah konstituen dilihat dari struktur kalimat. Akan tetapi oldsam dapat menjadi frasa yang berfungsi sebagai konstituen pada konstruksi kalimat berbeda seperti : Contoh : The old sam sunbathed beside that

(13)

2.1.3.2. Fungsi Subjek dan Predikat

Burton-Robert (1989:28-29) Subjek dan Predikat adalah terminologi tradisional dalam menyatakan fungsi kata dalam kalimat, namun dalam konstruksi transformasi generatif, Burton-Robert (1989:29) dan Brinton (2000:169) subjek dan prediket dalam konstruksi kalimat dapat mengikuti pola :

SNP+VP contoh : SThe ducks (NP) are paddling away (VP) Dimana NP adalah konstituen sebagai subjek dan VP adalah konstituen sebagai predikat.

2.1.3.3. Fungsi Frasa

2.1.3.3.1. Konstituen Inti (Head) dan Modifier

Menurut Crystal (2008:225) :

Head : A term used in the grammatical description of some types of phrase (endocentric phrases) to refer to the central element which is distributionally equivalent to the phrase as a whole; sometimes abbreviated as H. Such constructions are sometimes referred to as headed (as opposed to non-headed) or as head phrases (HP) Headedness also determines any relationships of concord or government in other parts of the phrase or sentence. For example, the head of the noun phrase a big man is man.

Artinya : Head : Sebuah istilah yang digunakan dalam deskripsi gramatikal dari beberapa jenis frase (frase endosentris) untuk merujuk pada elemen sentral yang berdistibusi setara dengan frase secara keseluruhan; disingkat dengan H. Konstruksi tersebut kadang – kadang disebut sebagai headed (sebagai lawan dari non headed) atau sebagai inti frasa. Inti frasa juga menentukan hubungan dengan bagian lain dari frase atau kalimat dalam konstruksi. Contoh, inti dari frasa nomina a big man

adalah man

Burton-Robert (1989:37) mengatakan :

In the phrase containing a modifier, the element that is modified form the essential centre of the phrase and is said to be the HEAD of the phrase.

(14)

Selanjutnya Robin (1968:236) mengatakan bahwa :

The word or group sharing the syntactic functions of the whole of a subordinative construction is called head.

Artinya : Kata atau kelompok yang membagi fungsi sintaksis dari seluruh konstruksi subordinatif disebut dengan head.

Schulz dkk (2004:68) juga mengatakan :

The relation of both nouns to each other is that of governing noun (nomen regens) to an attributive adjunct (nomen rectum) in the function of the 1st term (فﺎﻀﻤﻟا) and the 2nd term (ﮫﯿﻟإ فﺎﻀﻤﻟا) of an idhafa (genitive construction)

Artinya : Hubungan antara dua nomina (kata benda) adalah bahwa noina yang mengatur (nomen regens) terhadapa keterangan atributif (nomen rektum) fungsi istilah pertama adalah mudaf dan istilah kedua adalah

mudhaf ilaih (konstruksi gentitif)

Berdasarkan keempat teori di atas dapat disimpulkan bahwa head adalah elemen yang menduduki posisi sentral dan inti dalam konstruksi frasa, sedangkan

modifier merupakan elemen attributif yang menerangkan inti dan sentral dari sebuah konstruksi frasa, sebagaimana yang disampaikan Kridalaksana (2008:156) bahwa modifier adalah konstituen yang membatasi, memperluas, atau menyifatkan suatu induk dalam frasa.

Lebih lanjut lanjut Crystal (2008:309) menyatakan :

Modifier : A term used in syntax to refer to the structural dependence of one grammatical unit upon another – but with different restrictions in the scope of the term being introduced by different approaches. Some reserve the term for structural dependence within any endocentric phrase; e.g. in the big man in the garden, both the big and in the garden modify man – premodification and post-modification respectively.

(15)

Sementara itu Al-Khuli (1982:171) mengatakan :

ﻒﺻاو

:

modifier

ﺎﲰإ مأ ﻼﻌﻓ مأ ﺎﻓﺮﻇ فﻮﺼﳌا نﺎﻛأ ءاﻮﺳ يﺮﺧأ ﺔﻤﻠﻛ ﻒﺼﻳ ﺐﻴﻛﺮﺗ وا ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻳا

/ modifier : wasif, ayyatu kalimatin au tarkibin yasifu kalimatan ukhra sawa`un a kana al mausufu dharfan, am fi’lan, am isman/

Artinya :Modifier : menerangkan kata atau susunan yang menerangkan kata lainnya baik itu yang diterangkan adalah zarf, fi’il dan isim.

The meaning af the Arabic term “idafah” is ‘addition’, annexation’, or attachment. This kind of annexation occurs when to noun (or an adjective and a noun) are linked together and immediately follow each other. It is comparable to a genitive or attributive construction, where the first noun (or adjective) is the head constituent and the second noun is the attribute. (Chacra, 2001:61)

Chacra di atas mengatakan bahwa ’idafah’ adalah suatu tambahan atau anneksasi atau pelekatan. Anneksasi ini terjadi ketika suatu nomina atau ajektiva dilekatkan secara bersama – sama dan saling mengikuti, yang dapat dikomparasikan dalam bentuk gentifi atau konstruksi atributif, dimana nomina atau ajektiva pertama adalah konstituen inti dan nomina kedua adalah atributif.

Berdasarkan pendapat di atas, terdapat kesesuaian pendapat antara Crystal, Al Khuli dan Chacra bahwa modifier merupakan gramatikal unit dalam konstruksi frasa sebagai atribut dari head, yang menerangkan sentral inti dari sebuah frasa.

Contoh : 1. default action (BI) 2. ﺔﻣﺋﺎﻘﻟا رﯾرﺣﺗ /tahriru al qa`imati/ (BA)

Nomina action dan ﺮﯾﺮﺤﺗ /tahrir/ pada frasa di atas adalah head, sedangkan

(16)

2.1.3.3.2. Governor dan Komplemen

Fungsi governor dan komplemen menurut Burton-Robert (1989:40-41) yang menggambarkan konstruksi governor dan komplemen sebagai fungsi dua arah, berlainan dengan headdan modifier yang berfungsi satu arah. Hal ini menunjukkan adanya saling keterikatan dan ketergantungan antara fungsi

governor dan komplemen dalam struktur frasa. Contoh : Old sam sunbathed beside a stream

NP VP Subj. Pred.

Sementara konstruksi beside a stream adalah sebuah konstituen berupa frasa yang terdiri dari beside sebagai Governor dan a stream sebagai komplemen. Adapun uraiannya adalah :

G Comp Beside

Mod Head

a stream

Gambar 2.1. Hubungan Governor dan Komplemen serta Modifier dan Head

(Burton-Robert, 1989:41)

2.1.3.4.Konstruksi Frasa

(17)

Sementara itu Al-Khuli (1982 : 215) menyatakan bahwa :

“phrase = syntactic group

ةرﺎﺒﻋ

.

ﺔﻠﲨ ﻪﺒﺷ

:

و فﺮﻈﻟا ﻞﺜﻣ ،ﻩﱪﺧ و أﺪﺘﺒﻣ نود وأ ﻪﻠﻋﺎﻓ و ﻞﻌﻓ نود تﺎﻤﻠﻛ ﺔﻋﻮﻤﳎ

روﺮ ا و رﺎﳉا وأ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﰱ ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﳌا

.

//“Phrase = syntactic group : ‘ibaratun. Syibhu jumlatin”./

/majmu’atu kalimatin duna fi’lin wa fa’ilihi au mubtada`in wa khabarihi, mislu al-zarf wa al-mudaf `ilaih fi al-’arabiyyati au al-jar wa al-majrur//”

Artinya : Frasa = satuan sintaksis ; ‘ungkapan’ seperti kalimat.

Kumpulan beberapa kata yang tidak memiliki verba /fi’il/ seirig dengan subjek /fa’il/ serta konstituen /mubtada’/ dengan prediket /khabar/. Seperti dharf, mudhaf ilaih dalam bahasa Arab atau jar – majrur”.

Contoh :

ﻒﻠﳌا تﺎﻣﻮﻠﻌﻣ

/ma’lumatul malaf

/ “file info” artinya : informasi file

2.1.3.4.1.Endosentris dan Eksosentris

Frasa endosentris (endosentric phrase) frasa yang kekeseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya. Frasa endosentris ini terbagi atas frasa berinduk banyak dan frasa berinduk satu. (Kridalaksana, 2008:66)

Crystal (2008:169) mengatakan bahwa :

Endocentric : A term used in grammatical analysis as part of a two-wayclassification of syntactic constructions using distributional criteria: it refers to a group of syntactically related words where one of the words is functionally equivalent to the group as a whole (i.e. there is a definable ‘centre’ or head inside the group, which has the same distribution as the whole);

(18)

Contoh : 1. The big house (BI) 2.

ﲑﺒﻜﻟا ﺖﻴﺑ

/baytu l-kabiri/ (BA)

3. save and close (BI)

4.

ﻆﻔﺣ و قﻼﻏإ

/iglaqun wa hifzun/ (BA) Sedangkan frasa eksosentris adalah :

Menurut Kridalaksana (2008:66) frasa eksosentris (exocentric phrase) : frasa yang keseluruhannya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya.

Selanjutnya Crystal (2008:178) mengatakan bahwa :

exocentric : A term used in grammatical analysis as part of a two-way classification of syntactic constructions using distributional criteria: it refers to a group of syntactically related words where none of the words is functionally equivalent to the group as a whole (i.e. there is no definable ‘centre’ or head inside the group); it is opposed to endocentric.

Artinya : Eksosentris : istilah yang digunakan dalam analisis gramatikal sebagai bagian dari klasifikasi dua arah konstruksi sintaksis yang menggunakan kriteria distribusi: mengacu pada yang terkait dengan kata secara sintaksis, di mana tidak ada kata – kata secara fungsional setara dengan kelompok secara keseluruhan (yaitu tidak terdapat ‘inti’ atau head

di dalam kelompok tersebut); kebalikan dari endosentris. Sementara itu Al khuli (1982:90) mengatakan :

ﺰﻛﺮﳌا ﻲﺟرﺎﺧ ﺐﻴﻛﺮﺗ

(19)

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa frasa eksosentris adalah frasa yang unsur di dalamnya tidak memiliki fungsi dan perilaku sintaksis yang sama.

Contoh : in the room (BI)

ةﺮﺠﳊا ﰱ

/fi al hujrati/ (BA)

2.1.3.4.2. Kategori Frasa

Kaidah struktur frasa merupakan hubungan antar unsur yang dapat membentuk frasa. Pembagian frasa berdasarkan unsur yang menyangkut kelas kata menunjukkan adanya frasa nomina (FN), frasa verba (FV), frasa adjektiva (FAdj), dan frasa adverbia (FAdv) serta frasa preposisi (FP) yang memarkahinya.

Kategori frasa dalam BI dan BA, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

2.1.3.4.2.1. Frasa Nomina

Noun phrases consist of minimally a noun and a determiner, though the derterminer can be the zero article. Noun phrase may also contain a large number of optional element which can be either pre- or post modifiers or predeterminers. (Borjars, 2001 : 209)

Frasa nomina menurut Borjars (2001) di atas seminimalnya terdiri atas nomina dan penentu, meskipun determiner tersebut dalam status zero. Selain itu Frasa nomina dalam BI dapat terdiri dari unsur – unsur yang luas seperti diawali dengan pre-modifier, diikuti unsur lain sebagai post-modifier.

(20)

Menurut Crystal (2008 : 333-334) :

The constructions into which nouns most commonly enter, and of which they are the head word, are generally called noun phrases (NP) or nominal groups. The structure of a noun phrase consists minimally of the noun (or noun substitute, such as a pronoun); the constructions preceding and following the noun are often described under the headings of premodification and postmodification respectively.

Artinya : Konstruksi di mana kata benda yang paling sering digunakan, dan nomina tersebut menjadi head, umumnya disebut frase nomina (NP) atau kelompok nominal. Struktur frasa nomina minimalnya terdiri atas nomina (atau noun substitute / pengganti/, seperti pronomina), konstruksi sebelum dan sesudah nomina masing – masing digambarkan sebagai premodifikasi dan postmodifikasi.

Berdasarkan pendapat para ahli bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina adalah konstruksi atau kumpulan kata – kata yang menempatkan nomina dan pronomina sebagai head (konstituen inti), dan ajektiva, determiner,

numeral, quantifier sebagai modifier,

Dilihat dari konstruksinya frasa nomina dalam struktur kalimat dapat berfungsi sebagai subjek, objek, predikatif dan komplemen dari frasa preposisi.

Contoh :

the profile and rendering intent used to converts color to the color space

FN FN FN

Subjek Objek Komplemen FP

Selanjutnya Kremers (2003:57) mengatakan :

Noun phrases do not only contain (possesive) complements. They can course also contain a number of modifier, such as adjectives, numerals, quantifiers and relative clauses, most of these modifiers (with the exception of relative cluses) can occur both before the head noun and after it in Arabic.

(21)

Senada dengan kremers, Catford dkk (1974:115) merumuskan bahwa frasa nomina dalam bahasa Arab dapat terdiri atas :

a. Artikel لا /al/ + Nomina

b. Demonstrative + nomina definitif c. Nomina + Ajektiva Atributif d. Nomina + Nomina definitif

e. Nomina definitif + ajektiva definitif + ajektiva definitif f. ﺲﯿﻟ + pronomina

Sedangkan Muskar (2002) menyimpulkan bahwa frasa nomina dalam Bahasa Arab terdiri atas :

- N + N - N + Adj - N tr + Adj tr

- N ttr + Adj ttr - N + Num - N tr + Num Ord - N tr + Num Ord + Ket - Interogatif + N - Pronomina + N - N + Klausa Relatif - N + FN - Adj + N

Sedangkan Brinton (2000:170) mengatakan bahwa frasa nomina bahasa Inggris dapat terdiri atas :

Det →{Dem, Art, Wh-, Poss, Q} Dem →{this, that, these, those} Art →{a, an, the}

Wh- →{which, what, whose}

Poss →{my, our, their, John’s, the man’s… } Q →{some, any, every, each, neither, more … }

Sedangkan perluasannya frasa nomina (Brinton : 2000:170) adalah :

NP → N dogs

Det N the dogs

Det A N the large dogs

Det AP N the loudly barking dogs

Det N PP the dog in the yard

Det A N PP the ferocious dog behind the fence

Det AP N PP the wildly yapping dog on the sofa

Pro He

(22)

2.1.3.4.2.2. Frasa Verba

/‘ibāratu fi‘liyyatun: 1) ‘iddatu kalimatin takawwana al fi’lu, mislu will

have done 2) ‘’ibaratu tatakawwanu mina l-fi’li wa ba‘di muta‘alliqātihi mislu al mafa’ili wa z-zuruf/

Artinya : Frasa verba : 1) kumpulan kata yang terdiri atas verba seperti will have done. 2) frasa yang terdiri atas verba yang diikuti oleh mafa’il

dan zarf

Selanjutnya Crystal (2008:510) mengatakan :

The term verb phrase is used in two senses. Traditionally, it refers to a group of verbs which together have the same syntactic function as a single verb, e.g. is coming, may be coming, get up to. In such phrases (verbal groups, verbal clusters), one verb is the main verb (a lexical verb) and the others are subordinate to it (auxiliary verbs, catenative verbs). A verb followed by a non-verbal particle (similar in form to a preposition or adverb) is generally referred to as aphrasal verb. In generative grammar, the verb phrase (VP) has a much broader definition, being equivalent to the whole of the predicate of a sentence.

Artinya : Istilah frasa verba digunakan dalam dua pengertian, Secara tradisional, mengacu pada sekelompok verba yag bersama – sama memiliki fungsi sintaksi yang setara dengan verba tunggal, misalnya

coming, may be coming, get up to. Dalam frasa tersebut satu verba adalah verba utama (verba leksikal) dan yang lainnya adalah subordinat (auxilary, catenative verb). Sebuah verba diikuti oleh partikel non-verbal (mirip dalam bentuk preposisi atau adverba) umumnya disebut sebagai phrasal verb. Dalam tata bahasa generatif, frase verba (VP) memiliki definisi yang lebih luas, yang setara dengan seluruh predikat kalimat.

Contoh : documents must be saved before they can be corrected

(23)

a. Komplemen Frasa Verba

Brinton (2000:181) menggambarkan keadaan tentang kategori komplemen yang mengikuti frasa verba, yaitu :

____ NP ____ AP ____ PP

Verbs are SUB-CATEGORISED according to what other elements must appear with them in the VP. In other word, they are sub-categorised in terms of their complementation types. (Burton-Robert, 1989:73)

Contoh : Max sunbathed beside a stream NP VP PP

Konstruksi PP beside a stream di atas menurut Burton-Robert bukan merupakan bagian dari komplemen dari VP sunbathed, karena kostruksi PP tidak dibutuhkan untuk melengkapi makna dari Vgp, fungsi PP hanya memberikan informasi extra, sebagai modifier, alasan Burton-Robert adalah PP merupakan pilihan bagi VP untuk memasukkannya sebagai modifikator. (Burton-Robert, 1989:73), seperti pada contoh :

Max spotted those wildcats in the spring.

NP VP PP

Selanjutnya Burton-Robert (1989:83) menyatakan bahwa komplemen VP terdiri dari beberapa sub-kategori : antara lain :

MONOTRANSITIVE – [trans] Subject-verb-direct object (S) (V) (dO) INTRANSITIVE– [intrans] Subject-verb

(S) (V)

DITRANSITIVE – [ditrans]

(24)

Or :

Subject-verb-direct object – to/for indirect object (S) (V) (dO) (iO)

INTENSIVE– [intens]

Subject-verb-subject-predicative (S) (V) (sP)

COMPLEX TRANSITIVE – [complex] Subject-verb-direct object – object-predicative (S) (V) (dO) (oP) PREPOSITIONAL – [prep]

Subject-verb-prepositional complemen (S) (V) (PC)

Sementara Brinton (2000:185) melengkapi sub-kategori VP dengan penambahan DIPREPOSITIONAL

Subject-Verb-PP-PP

Contoh : She Argued with him about money

Adapun rumus perluasan sub-kategori frasa verba menurut (Brinton : 2000:186) adalah :

VP → VNP open a package

VNP NP write a friend a letter

VNP PP give an excuse to the teacher

V AP feel lonely

VNP AP make the dog angry

V PP jump into the pool

V PP PP talk about the problem with a friend

b. Modifier Frasa Verba

Brinton (2000:191) dan Burton-Robert (1989:93-106) merumuskan bahwa modifier frasa verba antara lain :

(25)

2.1.3.4.2.3. Frasa Ajektiva

Adjective Phrase (AP) is centred on Adjective (A). And, again like NPs, an AP can consist of an unmodified head, a simpe adjective. (Burton-Robert,

/‘ibāratu al- na‘tiyyati : ‘ibāratun ta‘malu ‘amala al-na‘ti fi jumlati mā,

wa al-‘ibāratu al-na‘tiyyatu takhtalifu ‘an al-jumlati al-na‘tiyyati `iz

takhallū al-ūlā min al-fi‘li fī hīna anna al-saniyyata tahtawī ‘alā fi‘lin/

Artinya : “Frasa sifat adalah frasa yang berperan sebagai sifat dalam satu kalimat tertentu dan frasa sifat tersebut berbeda dari kalimat sifat dimana frasa sifat itu tidak terdapat kata kerja sedangkan kalimat sifat itu membutuhkan kata kerja’

Crystal (2008:12) menambahkan Adjectives may also be the heads of phrases (adjective or adjectival phrases (abbreviated AP or AdjP), such as that’s very important) yang berarti frasa ajektiva adalah ajektiva yang menjadi head dari sebuah frasa (ajektiva atau frasa ajektiva (disingkat dengan AP atau AdjP), seperti

that’s very important.

Selanjutnya perluasan frasa verba (Brinton : 2000:172) adalah :

AP → A fierce

Deg A very fierce

Adv A fiercely barking

Deg Adv A very fiercely barking

A PP dear to me, tired of him, glad about that

(26)

2.1.3.4.2.4. Frasa Preposisi

Al-Khuli (1982:51) mengatakan :

ةرﺎﺒﻋ

ﺮﳉا

:

رﺎﳉا

و

روﺮ ا

ﻪﻌﺑاﻮﺗو

/‘ibāratu al-jarri: al-jarru wa al-majrūru wa tawābi‘uhu/

Artinya: “Frasa preposisi adalah kata depan dan semua yang mengikutinya’

Menurut (Nordquist, 2014. http://grammar.about.com/od/ basicsentencegrammar/a/%20prepphrases.htm) : Prepositional phrase : A group of words made up of a preposition, its object, and any of the object's modifiers.

Selanjutnya ia menambahkan : prepositional phrasesadd meaning to the nouns and verbs in our sentences. There are two prepositional phrases in the following sentence: The steamy air in the kitchen reeked of stale food. The first prepositional phrase--in the kitchen--modifies the noun air; the second--of stale food--modifies the verb reeked.

Sementara itu Brinton (2000:176) menyatakan bahwa :

we observe that the P is the head of the PP, but unlike the other categories we have examined, the P cannot stand alone in the PP. It must be followed by an NP, what is traditionally known as an object of the preposition (OP). It also appears that P’s can have specifiers as well as objects. Like determiners or degree adverbs, these forms specify or limit the prepositional phrase.

Artinya : Kamu mengamati bahwa P adalah head dari PP, tapi tidak seperti kategori lain yang telah diteliti, P tidak bisa berdiri sendiri dalam PP tersebut, karena P harus diikuti oleh NP, yang secara tradisional dikenal sebagai objek preposisi (OP). Hal ini juga terlihat bahwa P dapat memiliki

specifier sebagaimana objek. Seperti determiner atau degree adverb, bentuk–bentuk ini menentukan frasa preposisional.

(27)

modifier frasa nomina dan verba sebelum preposisi tersebut, sedangkan dalam BA adalah harf jar yang fungsinya sebagai modifier terhadap nomina atau frasa nomina dan merubahnya kasus nomina tersebut menjadi genitif.

Selanjutnya, perluasan frasa preposisi (Brinton : 2000:176) adalah : PP → P NP on the beach

P P NP from behind the door

P P P NP out from under the table

Contoh :ﺔﯿﻛذ تﺎﺤﺷﺮﻣ ﻰﻟإ ﻞﯾﻮﺤﺘﻟا /at-tahwilu ila murassyahatin zakiyyatin/

2.1.3.4.2.5. Frasa Adverba

Al-Khuli (1982:7) mengatakan

ةرﺎﺒﻋ

ﺔﻴﻓﺮﻈﻟا

:

ةرﺎﺒﻋ

ﻞﻤﻌﺗ

ﻞﻤﻋ

فﺮﻈﻟا

/’ibāratu al-zarfiyyati: ‘ibāratun ta’malu ‘amala al-zarfi/

Artinya: “Frasa keterangan adalah frasa yang berfungsi sebagai keterangan’ Perluasan frasa adverb (Brinton : 2000:176) adalah :

AdvP→ Adv quickly

Deg Adv very quickly

Frasa Adverbial adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya adverbial dan modifikatornya adverbial lain atau partikel, seperti, amat, sangat, dsb (Kridalaksana, 2008:66)

2.1.4. Jenis – Jenis Kalimat

2.1.4.1. Kalimat Berdasarkan Mayor - Minor

Setiap kalimat sebenarnya terdiri dari dua unsur saja, yaitu intonasi dan yang

kedua berupa klausa. Namun kadang-kadang dijumpai kalimat yang tidak

(28)

Kridalaksana (2009:103) mengatakan :

“Kalimat (sentence) 1; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa; 2. Klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawab minimal, seruan, salam, dsb.; 3. Konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.”

Ada kesesuaian antara pernyataan Kridalaksana dan Nurhadi tentang

kalimat, karena unsur pembentuk suatu kalimat bukan hanya struktur klausa atau

gabungan beberapa klausa, namun intonasi juga termasuk dalam kategori kalimat

walaupun hanya berupa kata “Yes” atau “No”

Berdasarkan defenisi diatas maka penulis berpendapat bahwa kalimat

berklausa dapat disejajarkan dengan istilah “kalimat mayor”, sedangkan kalimat

tak berklausa sama dengan istilah “kalimat minor” berdasarkan teori Parera.

2.1.4.2. Kalimat Berdasarkan Modus 2.1.4.2.1. Kalimat Deklaratif

Declarative : term used in the grammatical classification of sentence types, and usually seen in contrast to imperative, interrogative, etc. It refers to verb forms or sentence/clause types typically used in the expression of statements, e.g. the man is walking (Crystal, 2008:130).

(29)

pada bentuk kata kerja atau jenis kalimat/klausa yang biasanya digunakan dalam ekspresi pernyataan, misalnya the man is walking.

Sementara al-khuli (1982:65) mengatakan :

/declarative sentence : jumlatu al fi’liyyati/

Jumlatun tuqarritu khabran. Wa hiya takhtalifu ‘an kullin min al jumlati al ‘istifhamiyyati wa al jumlati at ta’ajjubiyyati wa al jumlati at talabiyyati/

Artinya : Kalimat deklaratif adalah kalimat verbal yang menyampaikan berita, dan kebalikan dari semua jenis kalimat interogatif, dan kalimat perintah.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung unsur berita atau menyampaikan ekspresi suatu berita.

Contoh : printer manages color

ناﻮﻟﻷا ةراد ﺔﻌﺑﺎﻄﻟا مﻮﻘﺗ

2.1.4.2.2. Kalimat Imperatif

Menurut Crystal (2008:237)

Imperative :A term used in the grammatical classification of sentence types, and usually seen in contrast to indicative, interrogative, etc. An imperative usage (‘an imperative’) refers to verb forms or sentence/clause types typically used in the expression of commands, e.g. Go away!

Artinya : Imperatif : Sebuah istilah yang digunakan dalam klasifikasi gramatikal tentang jenis – jenis kalimat, yang berbeda dengan kalimat indikatif dan interogatif. Penggunaan imperatif mengacu pada bentuk kata kerja atau jenis kalimat/klausa yang biasanya digunakan dalam ekspresi perintah, misalnya Go Away!

Sementara itu Al-Khuli (1982:65) mengatakan :

(30)

/imperative sentence : jumlatu al amri, jumlatun fi’liha al ra’isiyyu fi sighati al amri/

Artinya : Kalimat perintah adalah kalimat yang verba utamanya mengandung unsur perintah.

Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan

pada umumnya mengandung makna perintah atau larangan; dalam ragam tulis ditandai oleh (.) atau (!). (Kridalaksana, 2008 : 104)

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat

imperatif adalah kalimat yang mengandung unsur perintah atau permohonan untuk melakukan sebuah tindakan.

2.1.4.2.3. Kalimat Interogatif

Menurut Crystal (2008:251) Interrogative :

A term used in the grammatical classification of sentence types, and usually seen in contrast to declarative. It refers to verb forms or sentence/clause types typically used in the expression of questions.

Artinya : Suatu istilah yang digunakan dalam klasifikasi gramatikal tentang jenis – jenis kalimat, dan biasanya terleihat berbeda dengan deklaratif. Kalimat ini mengacu pada bentuk kata kerja atau jenis kalimat/klausa yang bisa digunakan dalam ekspresi pernyataan.

Sementara Al-Khuli (1982:65) mengatakan :

(31)

Artinya : Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengemukakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Dan di dalam bahasa Inggris terdiri dari dua bagian : Kalimat yang dimulai dengan auxiliary dan jawabannya dimulai dengan yes atau no, dan kalimat yang dimulai dengan kata wh- dan jawabannya tanpa yes atau no.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung unsur pertanyaan dan membutuhkan jawab dari suatu pertanyaan.

2.1.4.2.4. Kalimat Bersyarat (Kondisional)

Menurut Crystal (2008:99) :

Conditional :A term used in grammatical description to refer to clauses whose semantic role is the expression of hypotheses or conditions. In English, these are introduced by if, unless, and a few other conjunctions(e.g. if John asks, tell him . . . ).

Artinya : Kondisional (bersyarat) adalah sebuah istilah yang digunakan dalam deskripsi grammatikal untuk menyebut klausa yang peran semantisnya adalah ekspresi dari hipotesis atau kondisi. Dalam bahasa Inggris, ini diperkenalkan dengan if, unless, dan beberapa konjugasi lain (misalnya if John asks, tell him...)

Sementara Al-Khuli (1982:52) mengatakan :

ﺔﻴﻃﺮﺷ ﺔﻠﲨ

:

conditional

ﻞﺜﻣ طﺮﺸﻟا لﺪﺗ ةاد ةءوﺪﺒﻣ ﺔﻌﺑラ ﺔﻠﲨ

if

/conditional : Jumlatun syartiyyatun, jumlatun tabi’atun mabdu`atun biadatin tadullu ‘ala al syarti mislu if/

Artinya : Kondisional : Kalimat bersyarat, kalimat subordinat yang dimulai dengan partikel – partikel yang menunjukkan persyaratan seperti if

(32)

Contoh : If there are no open steps, no files will be opened

ﻳ ﻦﻠﻓ ﺔﺣﻮﺘﻔﻣ تاﻮﻄﺧ كﺎﻨﻫ ﻦﻜﺗ ﱂ نإ و

تﺎﻔﻠﻣ يأ ﺢﺘﻓ ﻢ

/wa in lam takun hunaka kutuwatun maftuhatun falan yatimma fathu ayyi mulaffatin/

2.2.Konsep

2.2.1. Analisis Kontrastif

Linguistik sebagai suatu ilmu bahasa yang mempunyai cakupan (wawasan) untuk menguraikan, menganalisa dan menyajikan hasil analisis struktur dengan cara bekerja sistem suatu bahasa yang dipakai masyarakat bahasa tertentu. Yang dimaksud dengan struktur bahasa adalah tata susun dari unsur – unsur bahasa yang saling berhubungan dalam pola-pola tertentu. Pola – pola inilah yang dalam tiap tingkat dipelajari oleh cabang – cabang linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis. (Pujiati dan Paitoon, 2009:18)

Adapun penelitian ini menggunakan teori linguistik struktural, yang intinya adalah melihat bagaimana suatu bahasa itu tersusun dalam tataran struktur kebahasaan. Analisis kontrastif merupakan salah satu cabang linguistik. Praktisi yang menekuni bidang analisis kontrastif disebut dengan “Contrastivist”. (James, 1980:1)

(33)

Linguistik kontrastif merupakan salah satu aspek yang dibahas oleh linguistik secara umum telah terbukti sebagai suatu lapangan penelitian dalam lapangan deskriptif modern. Linguistik kontrastif disebut juga analisa kontrastif. Pemikiran dasar dalam analisis kontrastif ini ialah bahwa terlalu sulit mempelajari yang amat lain dari dari bahasa yang sudah diketahui oleh pelajar. Perbandingan bahasa secara kontrastif dari sudut pengajaran bahasa dapat dianggap inti dari linguistik terapan.” (Pujiati dan Paitoon : 2009)

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis kontrastif merupakan kegiatan linguistik yang bertujuan untuk menemukan dan menguraikan persamaan dan perbedaaan aspek-aspek kebahasaan antara dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun.

Analisis kontrastif sendiri sangat berbeda dengan linguistik komparatif.Analisis kontrastif berbeda dengan linguistik komparatif, namun keduanya saling mendukung, Analisis kontrastif cakupan perbandingannya antara dua, tiga atau lebih dari rumpun bahasa yang berbeda.(Pujiati dan Paitoon, 2009:39)

Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Analisis kontrastif merupakan bagian dari kajian bahasa antara. Lingkup kajiannya membahas proses yang terjadi dari persinggungan dua atau lebih bahasa, daripada fenomena yang ditimbulkan dari persinggungan itu sendiri.

Secara umum analisis kontrastif merupakan suatu kaedah yang digunakan untuk membandingkan dua bahasa yang tidak serumpun dari segi

(34)

penulisan ini, disamping aspek-aspek lain yang tidak kalah pentingnya bagi melengkapi kajian ini.

Relevansi analisis kontrastif berkaitan dengan perbandingan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, yang harus ditelaah secara ilmiah dalam konteks mengembangkan pembelajaran ilmu bahasa.(Pujiati dan Paitoon, 2009:41)

2.2.2. Pengertian Menu

Menu adalah istilah umum yang digunakan dalam aplikasi komputer, dan biasa digunakan sebagai perintah (command) untuk menyampaikan maksud keinginan pemakai agar direspon oleh komputer dengan bahasa mesin. Perkembangan teknologi komputer membuat menu – menu komputer sekarang digerakkan oleh ”tikus” (mouse) dalam istilah komputer.

Menu A list of commands or options from which you can choose.

Most applications now have a menu-driven component. You can choose an item from the menu by highlighting it and then pressing the Enter or Return key, or by simply pointing to the item with a mouse and clicking one of the mouse buttons.

There are several different types of menus:

1. pop-up menu: A menu that appears temporarily when you click the mouse button on a selection. Once you make a selection from a pop-up menu, the menu usually disappears.

2. cascading menu: A submenu that opens when you select a choice from another menu.

3. pull-down menu : A special type of pop-up menu that appears directly beneath the command you selected.

4. moving-bar menu : A menu in which options are highlighted by a bar that you can move from one item to another. Most menus are moving-bar menus.

5. menu bar : A menu arranged horizontally. Each menu option is generally associated with another pull-down menu that appears when you make a selection.

(35)

Artinya : Menu adalah daftar perintah atau yang dapat dipilih.

Sebagian besar aplikasi sekarang memiliki komponen menu-driven. Item dari menu dapat dipilih dengan menyorotnya dan kemudian menekan tombol Enter atau Return, atau dengan hanya menunjuk ke item tersebut dengan mouse dan mengklik salah satunya dengan tombol pada mouse.

Ada beberapa jenis menu :

1. pop-up menu:Sebuah menu yang muncul ketika mouse diklik pada pilihan. Setelah pilihan dilakukan dari menu pop-up, menu tersebut biasanya tidak terlihat.

2. cascading menu : Sebuah submenu yang terbuka bila memilih pilihan dari menu yang lain

3. menu pull down : Jenis khusus dari menu pop –up yang muncul langsung di bawah perintah yang dipilih.

4. moving bar menu : Sebuah menu di mana opsi yang disorot oleh sebuah bar yang dapat berpindah dari satu item ke item yang lain, Kebanyakan menu adalah moving menu bar.

5. menu bar : Menu yang disusun secara horizontal. Setiap opsi menu

umumnya dikaitkan dengan menu pull-down lain yang muncul ketika pilihan dibuat.

6. tear-off menu : Sebuah menu pop – up yang dapat digerakkan di sekitar layar tampilan seperti windows.

Defenisi menu berdasarkan (menu computing, 2014. http://en.wikipedia .org/wiki/Menu_(computing) diakses pada tanggal 18 Februari 2014) adalah:

“In computing and telecommunications, a menu is a list of options or commands presented to an operator by a computer orcommunications system. A menu is used in contrast to a command-line interface, where instructions to the computer are given in the form of commands (or verbs).

Artinya : Dalam komputasi dan telekomunikasi, menu adalah daftar pilihan atau perintah disampaikan kepada operator dengan komputer atau sistem komunikasi. Menu digunakan berbeda dengan command-line interface,dimana instruksi kepada kompute diberikan dalam bentuk perintah (atau kata kerja)

Sedangkan dalam kamus Oxford Basic American Dictionary (2011:286)

(36)

Sedangkan menurut Aiken dkk (2002:334) menu : A list of options from which a user can make a selection in order to perform a desired action, yang artinya : menu adalah daftar bentuk pilihan yang dapat digunakan oleh pemakai komputer untuk melakukan seleksi dalam rangka melakukan perintah yang diinginkan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, disimpulkan bahwa menu adalah daftar yang berbentuk perintah atau pilihan yang digunakan pemakai komputer dengan menggunakan mouse ataupun keyboard, yang bertujuan untuk memerintahkan untuk merespon dan melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemakai.

2.2.3. Pengertian Konstruksi

Kridalaksana, 2008:133, mengatakan bahwa :

Konstruksi adalah proses dan hasil pengelompokan satuan – satuan bahasa menjadi kesatuan bermakna, sedemikian rupa sehingga kesatuan bermakna itu mempunyai sedikit banyak kebebasan, mis. dalam kalimat Anak muda itu sangat manja, kelompok anak muda itu dan sangat manja adalah konstruksi, sedangkan itu dan sangat bukan konstruksi. Bagian konstruksi itu disebut konstituen.

Selanjutnya Kridalaksana (2008: 134) menyatakan bahwa ”konstruksi sintaksis adalah pengelompokan satuan – satuan yang sesuai dengan kaidah – kaidah sintaksis suatu bahasa; mis. rumah makan (dan ’bukan makan rumah),

sepeda ini (dan bukan ”ini sepeda)

Sedangkan Crystal (2008 : 107) mengatakan :

(37)

Artinya : Konstruksi : Jenis tertentu dari konstruksi (tipe konstruksi atau pola) yang didefenisikan sebagai urutan unit yang memiliki identitas fungsional dalam tata bahasa, seperti subjek + verba + objek (dengan mengacu pada klausa), atau determiner + nomina (dengan mengacu pada frasa). Kebanyakan mengacu pada tanda dari jenis konstruksi, misalnya the man + is + walking. Konstruksi dari jenis terakhir ini adalah yang dianalisis ke beberapa konstituen, seperti dalam analisis immediate constituen. Konstituen pembentuk hubungan sintaksis disebut dalam konstruksi satu sama lain.

Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, dapat dijadikan acuan dasar untuk melihat konstruksi sintaksis BI dan BA pada menu program APCS5.

2.2.4. Tree Diagram

Diagram pohon (tree diagram) adalah gambaran visual dari penjabaran suatu satuan atasa konstituen –konstituen secara hierarkis. (Kridalaksana, 2008 :48).

Sedangkan Crystal (2008:494-495) mengatakan :

Tree : A two-dimensional diagram used in generative grammar as a convenient means of displaying the internal hierarchical structure of sentences as generated by a set of rules. The ‘root’ of the tree diagram is at the top of the diagram, consisting of the initial symbol S. From this topmost point, or node, branches descend corresponding to the categories specified by the rules (e.g. NP, VP).

Artinya : Tree : Sebuah diagram dua-dimensi yang digunakan dalam tata bahasa generatif agar mudah menampilkan struktur hirarkis internal kalimat yang dihasilkan oleh seperangkat aturan. Akar dari diagram pohon adalah pada bagian atas diagram, yang terdiri atas simbol awal S. Dari paling atas titik ini, atau node, cabangnya diturunkan sesuai dengan kategori yang ditentukan oleh aturan (misalnya NP, VP)

S

NP VP

D N V NP

D N

The Cat Saw The Dog

(38)

2.2.5. Pergeseran

Penelitian ini juga membahas tentang pergeseran, karena dianggap lebih logis dari pada penggunaan istilah perbedaan atau perubahan bahasa sumber ke bahasa target, walaupun bidang penelitiannya adalah konstruksi sintaksis, karena hubungan antara bagian – bagian ilmu linguistik sangat berpengaruh dalam penelitian ini.

Pergeseran bentuk atau transposisi disebut juga dengan shift. “shift” pergeseran bentuk adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BS ke BT. (Catford, 1965)

Pergeseran tataran adalah proses atau hasil pemindahan suatu satuan dari satu tataran ke tataran lain; mis. Sebuah frase menjadi bagian dari sebuah klausa. (Kridalaksana, 2008:189)

Shift adalah metamessage (subtitution) pendangan, menambah (addition,) penghilangan (deletion) dan penyusunan kembali (recovering) informasi pada teks target. (Zelllermeyer, 1987:76)

2.2.6 Penggabungan Penulisan Latin dan Arab/Adaptasi

Penggabungan penulisan dapat juga dikatakan sebagai “adaptation” sebagaimana yang dikatakan oleh Jean-Paul Vinay dan Jean Darbelnet dalam Venutti (2000:90)

(39)

Artinya : Penolakan untuk membuat adaptasi selalu terdeteksi dalam terjemahan karena tidak hanya mempengaruhi struktur sintaksis, tetapi juga mempengaruhi pengembangan ide dan bagaimana direpresentasikan dalam paragraf. Meskipun penerjemah dapat menghasilkan teks yang benar sempurna tanpa adaptasi, tidak adalnya adaptasi mungkin masih terlihat oleh nada yang tak dapat dijelaskan, sesuatu yang tidak terdengar benar.

Berdasarkan pernyataan Jean di atas, adaptation selain mempengaruhi struktur sintaksis juga sangat berpengaruh bagaimana cara merepresentasikan suatu kata dari hasil adaptasi dalam paragraf, sebagai contoh LAB "ﺔﯿﻌﺟﺮﻣ ناﻮﻟأ /alwanu marji’iyyah LAB/ berasal dari “Lab Color”, akibatnya struktur menjadi tidak sesuai dengan tata bahasa arab dan dalam intonasi yang didengar menjadi tidak baku dan tidak lazim.

2.2.7. Interferensi

Inteferensi yang lebih banyak digunakan dalam teori transfer unsur - unsur bahasa pertama terdapa bahasa kedua yang dapat dilihat dari faktor bilingual dan konteks belajar bahasa, atau disebut juga dengan kontak bahasa, yaitu tindakan yang cenderung menyamakan unsur – unsur bahasa sumber ke dalam bahasa target.

(40)

Sedangkan menurut Weinrich (dalam Chaer dan Agustina 1995:159)

kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang

sama secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau pemindahan

unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang mencakup semua tataran.

Sebagai konsekuensinya, proses pinjam meminjam dan saling mempengaruhi

terhadap unsur bahasa yang lain tidak dapat dihindari.

2.3. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah diteliti yang relevan tentang kontrastifitas, sintaksis dan komputer adalah :

Analisis Tentang “Kesalahan Sintaksis Pada Tulisan Berbahasa Prancis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis FBS Universitas Negeri Yogyakarta” pernah ditulis oleh Roswita Lumban Tobing, yang mendeskripsikan jenis – jenis kesalahan sintaksis Pada tulisan berbahasa Prancis, terutama pada frasa nomina dan frasa preposisi serta kelebihan dalam penggunaan preposisi dalam tulisan mahasiswa, selain itu dalam tulisan ini juga mengupas faktor – faktor penyebab timbulnya kesalahan sintaksis dalam tulisan bahasa perancis mahasiswa.

(41)

dalam kata ganti yang bertitik tolak kepada perbedaan dan persamaan secara gender baik dari segi bentuk, tata letak susunan dalam kalimat, aspek posisi, bentuk klitik atau tidak.

Al – Jarf (tt) juga pernah menulis tentang “A Contrastive analysis of English and Arabic Mophology for Translation Student” ia mengemukakan berbagai hal yang berhubungan dengan perbandingan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab terutama masalah Infleksi, Derivasi, Kata Majemuk, Proses Pembentukan kata, serta apa – apa saja implikasinya bagi proses penerjemahan.

Selanjutnya adalah analisis tentang “Logical Meanings in Internet Help Menu Text” tesis yang ditulis oleh Yolferi (2001), penulis mengemukan Makna Wacana yang logis yang terdapat pada tampilan bahasa pada menuhelp” pada program internet explorer yang sangat erat kaitannya dengan bahasa – bahasa tampilan yang ada di komputer, ia mengkategorikan secara deskriptif makna apa saja yang terdapat pada menuhelp internet explorer, kemudian mengungkapkan jenis makna yang sangat dominan yang digunakan oleh tampilan menu help pada

internet explorer.

Gambar

Gambar 2.1. Hubungan Governor dan Komplemen serta Modifier dan Head

Referensi

Dokumen terkait

Selain unsur-unsur tersebut, terdapat beberapa unsur yang turut memicu makna muishihyougen dalam kalimat bahasa Jepang yaitu unsur fukushi yang bermakna secara mendadak,

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal ( simple sentence) adalah sebuah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas ( main clause) yang

Peserta didik dapat mengidentifikasi kalimat-kalimat yang memuat bagian-bagian legenda yang ditanyakan, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan fungsi sosial, struktur teks dan

Menurut Chaer (2007), kalimat sederhana adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa yang unsur-unsurnya berupa kata atau frase sederhana. Jika melihat pada I’rab Al-Qur’an

Chaer (2003:222) berpendapat “Frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat”.. Dari

tersebut juga didukung oleh Chaer (2010, hal. 44) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi

Kalimat dari segi susunan unsur subjek dan predikat dibedakan atas (1) kalimat biasa, (2) kalimat inversi.. Subjek pada penelitian ini adalah pola sintasis, sedangkan

menganalisis pola sintkasis berdasarkan jenis-jenis kalimat, diantaranya: jenis kalimat berdasarkan kelengkapan unsur (kalimat tidak lengkap), jenis kalimat berdasarkan