• Tidak ada hasil yang ditemukan

78492 ID adopsi ifrs dan relevansi nilai informas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "78492 ID adopsi ifrs dan relevansi nilai informas"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

105

Nur Cahyonowati & Dwi Ratmono Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Email: pemuda54@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kualitas informasi akuntansi pada periode sebelum dan setelah adopsi IFRS pada standar akuntansi keuangan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan relevansi nilai sebagai proksi dari kualitas informasi akuntansi. Informasi akuntansi yang berkualitas dapat dilihat dari relevansi informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investor sebagaimana tercemin pada harga saham. Adopsi standar berbasis IFRS diprediksi tidak meningkatkan kualitas informasi akuntansi karena faktor lingkungan yang spefisik ada di Indonesia. Populasi penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2008–2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi standar berbasis IFRS di Indonesia belum dapat meningkat-kan kualitas informasi akuntansi. Relevansi laba akuntansi dengan keputusan investasi sebagaimana tercermin pada harga saham tidak meningkat secara signifikan pada periode setelah adopsi IFRS.

Kata kunci: Relevansi nilai, adopsi IFRS, price model.

ABSTRACT

This objective of this research is to explore the quality of accounting information before and after the adoption of IFRS on Indonesian Accounting Standards. This research explored the value relevance of earnings as one dimension of the quality of accounting information. High quality of accounting information refers to high relevancy. The adoption of new stan-dards is predicted not to increase the quality of accounting information regarding the environmental factor in Indonesia. The population of this research is public company listed on the Jakarta Stock Exchange from 2008–2011. The results suggested that the application of IFRS-based standards has not incrased the quality of accounting information in Indonesia. The relevance of accunting earnings has not increased significantly after the adoption of IFRS-based standards.

Keywords:Value relevance, IFRS adoption, price model.

PENDAHULUAN

Tujuan dibentuknya International Accounting Standards Committee (IASC) dan International Accounting Standards Board (IASB) adalah me-nyusun standar pelaporan keuangan internasional yang berkualitas tinggi.1 Hal ini sejalan dengan mandat pertemuan negara-negara G-20 di London

1

IASC dibentuk pada tahun 1973 dengan menerbitkan IAS pertama kali pada tahun 1975. Proses penyusunan IAS mengalami perubahan subtansial dengan direstrukturisasinya IASC menjadi IASB pada tahun 2001. Standar yang diterbitkan oleh IASB disebut sebagai IFRS. Sejak tahun 2005, hampir semua perusahaan publik di negara-negara Eropa dan beberapa negara lain diwajibkan menyusun laporan keuangan berdasar IFRS.

pada 2 April 2009 untuk mempunyai a single set of high-quality global accounting standards dalam rangka menyediakan informasi keuangan yang berkualitas di pasar modal internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, IASC dan IASB telah menerbitkan principles-based standards yang di-sebut sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS) dan sebelumnya International Accounting Standards (IAS).

(2)

komparabilitas laporan keuangan, meningkatkan transparansi perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan sehingga menguntungkan investor.

Meskipun demikian, masih terjadi perdebat-an apakah IFRS dapat meningkatkperdebat-an kualitas informasi akuntansi (Barth dkk., 2008; Daske dkk., 2008; Karampinis dan Hevas, 2011; Alali dan Foote, 2012). Terdapat argumentasi bahwa IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi karena penggunaan fair value lebih dapat me-refleksikan kondisi ekonomik perusahaan. Selain itu, penerapan IFRS juga dihipotesiskan dapat membatasi tindakan opportunistik manajemen (Barth dkk., 2008). Namun, pembatasan terhadap diskresi manajerial dalam memilih metode peng-ukuran justru dapat mengurangi kemampuan manajemen untuk dapat menyediakan informasi akuntansi yang lebih dapat menggambarkan kon-disi ekonomik perusahaan (Barth dkk., 2008). Selain itu, fleksibilitas dalam principles-based standards dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi perusahaan untuk melakukan tindakan manajemen laba.

Selain masih terjadi perdebatan konseptual, hasil penelitian juga menunjukkan bukti empiris yang bertentangan tentang manfaat IFRS/IAS dalam meningkatkan kualitas informasi akun-tansi. Sebagai contoh, hasil penelitian Bartov dkk. (2005), Liu dan Liu (2007), Barth dkk. (2008), dan Alali dan Foote (2012) menunjukkan informasi akuntansi yang telah disusun berdasar IFRS/IAS lebih berkualitas dibandingkan informasi akun-tansi yang disusun berdasar standar akunakun-tansi sebelumnya. Sebaliknya, hasil penelitian Van der Meulen (2007), Hung dan Subramayam (2007), serta Karampinis dan Hevas (2011) menunjukkan bukti empiris yang bertentangan. Mereka me-nunjukkan tidak ada peningkatan signifikan dalam kualitas informasi akuntansi setelah adopsi IFRS.

Indonesia telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Namun penerapan IFRS telah dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK baru yang telah mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010.2 Konvergensi IFRS ini merupakan salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-20. Seperti di negara-negara lain, masih menjadi perdebatan dan pertanyaan pene-litian penting apakah penerapan IFRS di Indo-nesia dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi.

2 Terdapat penerapan 3 PSAK baru efektif mulai tahun 2010 dan 16 PSAK dan 7 ISAK baru efektif mulai tahun 2011. Pada tahun 2012 direncanakan terdapat 11 PSAK dan 5 ISAK baru yang telah mengadopsi IFRS.

Temuan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bukti yang bertentangan tentang apakah implementasi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi (Karampinis dan Hevas, 2011; Alali dan Foote, 2012). Oleh karena itu, pengaruh penerapan IFRS terhadap pening-katan kualitas informasi akuntansi masih menjadi isu penelitian yang penting. Indonesia direncana-kan melakudirencana-kan adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012 namun penerapannya telah dimulai secara bertahap mulai tahun 2010. Penelitian tentang pengaruh adopsi IFRS pada peningkatan kualitas informasi akuntansi di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji apakah adopsi IFRS yang telah dimulai secara bertahap pada tahun 2010 dapat mening-katkan kualitas informasi akuntansi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Daske dkk. (2008), Barth dkk. (2008) serta Karampinis dan Hevas (2011) menyatakan bahwa ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian IFRS sebelumnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor institusional di mana IFRS diterapkan. Penelitian ini mencoba menganalisis lebih lanjut dampak penerapan IFRS di Indonesia dengan memperhatikan konteks institusional. Sebagai contoh, hasil penelitian La Porta dkk. (1998) serta Leuz dkk. (2003) menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluster negara-negara code-law dengan mekanisme monitoring dan perlindungan investor yang lemah sehingga mempunyai praktek manajemen laba yang lebih intensif dibanding negara-negara common-law misalnya Inggris dan Amerika Serikat.

Penelitian ini bertujuan menguji apakah adopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas infor-masi akuntansi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, pene-litian akan menganalisis perbedaan kualitas informasi akuntansi pada periode sebelum dan sesudah adopsi IFRS (pre-IFRS period vs. post-IFRS period). Mengikuti beberapa penelitian sebelumnya seperti Van der Meulen (2007), Barth dkk. (2008), Karampinis dan Hevas (2011), serta Alali dan Foote (2012), kualitas informasi akun-tansi diukur dengan proksi yaitu relevansi nilai (value-relevance). Informasi akuntansi yang ber-kualitas tinggi adalah informasi dengan tingkat relevansi nilai yang tinggi (Barth dkk., 2008). Konsisten dengan penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini menganalisis pengaruh secara keseluruhan adopsi IFRS dan bukan pengaruh dari setiap standar yang diadopsi.

(3)

Selain itu, adopsi penuh IFRS di Indonesia baru dilakukan pada tahun 2012 meskipun telah di-lakukan secara bertahap mulai tahun 2010 dengan penerapan 19 PSAK baru. Oleh karena itu, penelitian ini masih dalam tahap awal dengan menggunakan data adopsi IFRS sampai tahun 2011. Beberapa penelitian IFRS terkini seperti Van der Meulen (2007), Karampinis dan Hevas (2011) serta Alali dan Foote (2012) juga termasuk dalam kategori eksploratori dengan menggunakan data dalam kisaran periode pendek di sekitar dimulainya adopsi IFRS.

Penelitian eksploratori ini diharapkan ber-kontribusi dalam beberapa hal. Pertama, pene-litian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi regulator akuntansi di Indonesia (khususnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan) tentang sejauh mana manfaat adopsi IFRS dalam pening-katan kualitas informasi akuntansi. Sampai saat ini masih menjadi perdebatan dan topik penelitian penting tentang manfaat IFRS dalam meningkat-kan kualitas informasi akuntansi di negara-negara lain (Alali dan Foote, 2012). Manfaat IFRS bagi negara dengan tradisi code law seperti Indonesia masih menjadi perdebatan karena IFRS cende-rung berorientasi common law (Karampinis dan Hevas, 2011).

Kedua, penelitian ini mencoba mengeksplo-rasi lebih jauh pengaruh konteks lingkungan institusional terhadap manfaat adopsi IFRS untuk menjelaskan ketidakkonsistenan penelitian-pene-litian sebelumnya. Karampinis dan Hevas (2011) menyatakan bahwa kualitas lingkungan insti-tusional penyusun laporan keuangan sangat mempengaruhi keberhasilan adopsi IFRS. Dengan memfokuskan pada isu konteks institusional ter-sebut, penelitian diharapkan berkontribusi pada literatur akuntansi internasional untuk menjelas-kan ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian-penelitian sebelumnya.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMABANGAN HIPOTESIS

Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Konsisten dengan penelitian IFRS sebelum-nya (misalsebelum-nya Liu dan Liu, 2007; Van der Meulen, 2007; Barth dkk., 2008; Karampinis dan Hevas, 2011; Alali dan Foote, 2012), kualitas informasi akuntansi dalam penelitian ini diproksikan dengan relevansi nilai. Barth dkk. (2008) menyata-kan perusahaan dengan kualitas informasi akun-tansi yang tinggi mempunyai relevansi nilai laba bersih dan nilai buku ekuitas yang tinggi.

Francis dan Schipper (1999) mendefinisikan relevansi nilai informasi akuntansi sebagai

kemampuan angka-angka akuntansi untuk me-rangkum informasi yang mendasari harga saham, sehingga relevansi nilai diindikasikan dengan sebuah hubungan statistikal antara informasi keuangan dan harga atau return saham. Kualitas informasi akuntansi yang tinggi diindikasikan dengan adanya hubungan yang kuat antara harga/return saham dan laba serta nilai buku ekuitas karena kedua informasi akuntansi ter-sebut mencerminkan kondisi ekonomik perusaha-an (Barth dkk., 2008). Pada umumnya perusaha-analisis relevansi nilai mengacu pada kekuatan penjelas (explanatory power/R2) dari sebuah regresi antara harga/return saham dan laba bersih serta nilai buku ekuitas.

Lingkungan Institusional Adopsi IFRS di Indonesia

Karampinis dan Hevas (2011) menghipotesis-kan dan memberimenghipotesis-kan bukti empiris bahwa faktor standar akuntansi saja (termasuk IFRS) tidak cukup untuk meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Dengan mengutip hasil penelitian Daske dkk. (2008) dan Ball dkk. (2003), Karam-pinis dan Hevas (2011) beragumen bahwa ling-kungan institusional penyusun laporan keuangan, bukan standar, yang menentukan kualitas infor-masi akuntansi. Hal ini menjadi isu penting karena orientasi IFRS adalah untuk lingkungan institusional dengan tradisi common law (Barth dkk., 2008; Karampinis dan Hevas, 2011). IFRS disusun berdasar kerangka konseptual yang mirip dengan kerangka konseptual standar akuntansi negara-negara common law (Barth dkk., 2008). Oleh karena itu, manfaat IFRS bagi negara-negara dengan tradisi code-law masih menjadi pertanyaan penelitian yang penting.

(4)

akun-tansi diserahkan kepada lembaga profesional swasta yang menerima praktek berterima umum sebagai dasar utama dalam proses pengembangan standar. Pasar modal memiliki peran utama dalam pendanaan perusahaan sehingga pengung-kapan publik merupakan prasyarat wajib bagi pelaporan keuangan.

Dalam literatur bisnis internasional, Indo-nesia diklasifikasikan dalam kluster negara-negara code law (La Porta dkk. 1998). Hasil pene-litian La Porta dkk (1998) serta Djankov (2008) negara-negara dalam kluster code law pada umumnya mempunyai tingkat perlindungan investor yang lemah dan sistem hukum yang kurang berjalan dengan baik. Lemahnya perlindungan investor menyebabkan kepemilikan yang terkonsentrasi (concentrated ownership). Hal ini sesuai dengan temuan Siregar dan Utama (2008) yang menunjukkan besarnya persentase kepemilikan pemegang saham mayoritas.

Negara-negara dalam kluster code law umumnya mempunyai fungsi perbankan yang lebih dominan daripada pasar modal dalam memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan (La Porta dkk., 1998). Berbagai karakteristik ling-kungan institusional tersebut menyebabkan ke-butuhan pengungkapan publik (public disclosure) menjadi kurang penting di negara-negara code law dibandingkan common law (Karampinis dan Hevas, 2011). Hal ini dapat menghambat tujuan adopsi IFRS untuk meningkatkan kualitas infor-masi akuntansi. Temuan Karampinis dan Hevas (2011) menunjukkan bahwa adopsi IFRS di lingkungan institusional yang kurang sesuai me-nyebabkan tidak signifikannya peningkatan kuali-tas informasi akuntansi setelah adopsi dilakukan. Hal ini mendukung argumen Bradshaw dan Miller (2007) serta Alali dan Foote (2012) bahwa pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi tergantung pada faktor-faktor spesifik setiap negara (country-specific factors)

Pengembangan Hipotesis

Barth dkk. (2008) berargumen bahwa IFRS sebagai principles-based standards lebih dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Hal ini karena pengukuran dengan fair value lebih dapat menggambarkan posisi dan kinerja ekono-mik perusahaan. Hal ini lebih dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi. Selain itu model ekspektasi rasional Ewert dan Wagenhofer (2005) menunjukkan bahwa laba IFRS lebih dapat merefleksikan kinerja ekonono-mik perusahaaan. Meskipun deekonono-mikian, Barth dkk. (2008) juga menyatakan competing hypothesis bahwa IFRS justru dapat menurunkan relevansi nilai informasi akuntansi. Hal ini disebabkan

pembatasan diskresi manajerial dalam pilihan-pilihan pengukuran dapat mengurangi kemampu-an mkemampu-anajemen untuk menggambarkkemampu-an posisi ekonomik perusahaan. Selain itu, pengaruh dari komponen-komponen sistem pelaporan keuangan selain standarnya sendiri dapat mengurangi kualitas informasi akuntansi IFRS. Hal ini dapat terjadi jika enforcement dan litigation dari penerapan IFRS kurang kuat (Barth dkk., 2008).

Argumentasi bahwa IFRS belum tentu dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi juga dinyatakan oleh Van der Meulen dkk. (2007). Mereka menyatakan masih menjadi perdebatan bahwa proses penyusunan standar oleh IASB belum melalui due process yang baik. Selain itu, enforcement IFRS belum seketat US GAAP. Van der Meulen dkk. (2007) juga menyatakan standar akuntansi yang disusun IASB tersebut bersifat umum dan kurang detail berbeda dengan rule-based standards yang lebih detail dalam aturan-aturan pengungkapan. Van der Meulen dkk. (2007) menyatakan masih menjadi perdebatan apakah aturan yang lebih ketat tersebut dapat menghasilkan informasi akuntansi yang lebih relevan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa masih belum jelas apakah IFRS dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Selain itu, seperti diuraikan sebelumnya, hasil penelitian masih menunjukkan bukti yang bertentangan. Hasil penelitian Barth dkk. (2008) serta Alali dan Foote (2012) menunjukkan bahwa adopsi IFRS dapat meningkatkan relevansi nilai. Sebaliknya, temuan Van der Meulen dkk. (2007) serta Karam-pinis dan Hevas (2011) menunjukkan adopsi IFRS tidak meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Hal ini sesuai dengan argumentasi Barth dkk. (2008) bahwa relevansi nilai informasi akuntansi merupakan fungsi dari country-specific factors. Dengan karakteristik institusional Indo-nesia seperti diuraikan di atas, maka adopsi IFRS belum tentu dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Sesuai temuan Karampinis dan Hevas (2011) bahwa negara code law,seperti Indonesia, dengan perlindungan investor yang lemah, kurangnya penegakan hukum, kepemilik-an terkonsentrasi, dkepemilik-an pendkepemilik-anakepemilik-an ykepemilik-ang berorien-tasi pada perbankan maka adopsi IFRS belum dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Oleh karena masih menjadi perdebatan konseptual tentang manfaat IFRS dalam mening-katkan relevansi nilai, temuan penelitian sebelum-nya yang bertentangan, dan konsteks institusional Indonesia, maka diajukan hipotesis berikut: H1: Tidak terdapat perbedaaan relevansi nilai

(5)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh perusaha-an yperusaha-ang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2011. Perusahaan publik yang terdaftar di BEI dipilih karena merupakan entitas dengan akuntanbilitas signifikan yang diwajiban-kan menggunadiwajiban-kan PSAK-IFRS dalam penyusun-an laporpenyusun-an keupenyusun-angpenyusun-an mulai tahun 2010. Sampel akhir dipilih dengan teknik purposive sampling dengan kriteria:

a. Perusahaan tersebut mempublikasikan data laporan keuangan secara konsisten selama tahun 2008-2011;

b. Perusahaan tersebut melakukan initial public offering (IPO) sebelum tahun 2008; dan

c. Tersedia data-data lain yang diperlukan seperti data harga saham, jumlah lembar saham biasa.

Penelitian ini menganalisis kualitas informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Adopsi penuh IFRS di Indonesia baru dilakukan pada tahun 2012. Meskipun demikian, adopsi telah dilakukan secara bertahap mulai tahun 2010. Oleh karena itu, dengan mempertimbang-kan ketersediaan data, maka periode setelah adopsi (post IFRS period) dipilih tahun 2010 dan 2011. Untuk memperoleh observasi waktu yang seimbang, maka periode sebelum adopsi dipilih tahun 2008-2009.

Variabel dan Pengujian Statistik

Pengujian Relevansi Nilai

Konsisten dengan penelitian-penelitian IFRS sebelumnya seperti Barth dkk., (2008), Karam-pinis dan Hevas (2011), dan Alali dan Foote (2012), pengujian relevansi nilai menggunakan model harga (price model) yang dikembangkan oleh Ohlson (1995) berikut ini:

Pit+1 = a0 + b1 NIit + b2BVit + b3DNIit + b4DNI*NIit + b5DNI*BVit + b6Indit + b7Sizeit eit di mana:

Pit+1 = harga saham tanggal 31 Maret dalam t+1 NIit = laba bersih per lembar saham (earnings

per share)

BVit = nilai buku ekuitas per lembar saham DNIit = variabel dummy untuk mengontrol

pe-ngaruh nonlinearitas kondisi rugi usahaan, diberikan nilai 1=jika per-usahaan rugi, dan 0=jika sebaliknya. Ind = variabel kontrol jenis industri

Size = variabel kontrol ukuran perusahaan yang diproksikan dengan aset total

Model diatas diestimasi dengan regresi OLS untuk data periode dan sebelum dan sesudah adopsi IFRS secara terpisah.3 Pengujian relevansi nilai menggunakan nilai Adjusted R2 yang

diperoleh dari hasil estimasi tersebut. Jika nilai Adjusted R2 lebih besar secara signifikan untuk

data periode setelah adopsi IFRS maka menunjuk-kan peningkatmenunjuk-kan relevansi nilai informasi akun-tansi. Sebaliknya jika tidak ada perbedaan signifi-kan atau justru penurunan dalam Adjusted R2

maka hal ini menunjukkan dukungan terhadap hipotesis 1 yaitu tidak ada perbedaaan relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS.

Selain analisis utama, penelitian ini juga melakukan analisis tambahan (additional analysis) untuk menguji sensitivitas hasil pengujian statis-tis. Analisis tambahan yang dilakukan terdiri atas: (1) pengujian menurut kelompok industri (keuang-an vs. non keu(keuang-ang(keuang-an), (2) penguji(keuang-an runtun waktu (menurut tahun), dan (3) pengujian dengan chow test untuk menganalisis perubahan struktural hubungan antara variabel dependen dan beberapa variabel independen selama kurun waktu tertentu

Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari berbagai sumber yang saling melengkapi seperti laporan keuangan perusahaan, IDX Fact Book, ICMD, dan harga saham bulanan dari website BEI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menguraikan hasil pengujian per-bedaan relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Pada bagian pertama diuraikan prosedur pemilihan sampel dan jumlah sampel akhir untuk pengujian rele-vansi nilai. Bagian selanjutnya adalah statistik deskriptif dan matriks korelasi antarvariabel. Bagian selanjutnya adalah hasil pengujian hipo-tesis dan analisis tambahan (additional analysis)

Sampel

Tabel 1 menyajikan prosedur pemilihan sampel untuk pengujian relevansi nilai dengan teknik purposive sampling. Berdasar kriteria-kriteria yang telah diuraikan sebelumnya, sampel akhir terdiri atas 378 perusahaan dari berbagai industri. Dengan periode amatan selama empat tahun maka diperoleh sampel sebanyak 1.512

(6)

perusahaan-tahun (firms-years). Jumlah amatan periode sebelum (tahun 2008-2009) dan setelah adopsi adopsi IFRS (tahun 2010-2011) masing-masing sebanyak sebanyak 756 perusahaan-tahun (firms-years). Pengujian terhadap perbedaan rele-vansi nilai informasi akuntansi menggunakan sampel perusahaan yang sama (konsisten selama 4 tahun) dalam rangka mengontrol faktor-faktor karakteristik perusahaan yang mungkin mem-pengaruhi validitas internal hasil penelitian ini.

Tabel 1. Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI

pada tahun 2011* 451

Perusahaan yang melakukan IPO setelah

tahun 2008 (48)

Perusahaan dengan data yang tidak

lengkap (25)

Jumlah perusahaan sebagai sampel akhir 378 Jumlah amatan (observasi): 378 perusahaan

x 4 tahun 1.512

Jumlah amatan sampel sebelum adopsi

IFRS (378 x 2) 756

Jumlah amatan sampel setelah adopsi IFRS

(378 x 2) 756

Keterangan: * IDX Fact Book 2012

Statistik Deskriptif

Tabel 2 menyajikan statistik deskriptif variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam model pengujian relevansi nilai. Sesuai dengan model harga (price model) yang dikembangkan Ohlson (1995), variabel yang digunakan adalah harga saham, laba bersih per lembar saham dan nilai buku ekuitas per lembar saham. Statistik des-kriptif pada Tabel 2 menunjukkan peningkatan rata-rata harga saham sebelum periode adopsi IFRS sebesar 1.954,96 (dalam rupiah) menjadi 4.105,74 (dalam rupiah). Hal ini sejalan dengan periode bullish market di mana IHSG meningkat dari 2.447,29 pada awal tahun 2008 menjadi 3.821,99 pada akhir 2011 (IDX Fact Book, 2012). Namun harga saham menjadi lebih berfluktuasi (volatile) setelah adopsi IFRS dengan deviasi standar meningkat dari 8.358 menjadi 19.850,72 (dalam rupiah). Peningkatan volatilitas ini mungkin karena lebih banyak informasi spesifik tentang perusaha-an yperusaha-ang terrefleksi dalam harga saham (Karam-pinis dan Hevas, 2011). Peningkatan volatilitas ini mungkin juga karena pengaruh faktor krisis ekonomi global pada awal tahun 2010 yang men-yebabkan keputusan investor berubah relatif cepat.

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Periode adopsi IFRS N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Std.

Sebelum IFRS Harga saham 756 50,00 163000,00 1954,9660 8358,52123 Laba bersih per lembar saham 756 -8330,00 243018,00 545,8639 8960,55896 Nilai buku ekuitas per lembar saham 756 -20893,00 5871590,00 8677,9879 213543,840 Setelah IFRS Harga saham 756 50,00 359000,00 4105.7430 19850,7202 Laba bersih per lembar saham 756 -7061,00 21021,00 260,0065 1331,00642 Nilai buku ekuitas per lembar saham 756 -63050,80 42794,90 1077,3856 4589,14529

Tabel 3. Korelasi Antarvariabel (Pearson)

Periode adopsi IFRS Harga Saham Laba bersih per lembar sahan

Nilai buku ekuitas per lembar saham

Sebelum IFRS Harga saham Pearson Correlation 1 .095** -.002

Sig. (2-tailed) . .009 .964

N 756 756 756

Laba bersih per lembar saham Pearson Correlation .095** 1 .987**

Sig. (2-tailed) .009 . .000

N 756 756 756

Nilai buku ekuitas per lembar saham Pearson Correlation -.002 .987** 1

Sig. (2-tailed) .964 .000 .

N 756 756 756

Setelah IFRS Harga saham Pearson Correlation 1 .516** .320**

Sig. (2-tailed) . .000 .000

N 756 756 756

Laba bersih per lembar saham Pearson Correlation .516** 1 .431**

Sig. (2-tailed) .000 . .000

N 756 756 756

Nilai buku ekuitas per lembar saham Pearson Correlation .320** .431** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .

(7)

Statistik deskriptif pada Tabel 2 menunjuk-kan bahwa rata-rata laba bersih per lembar saham mengalami penurunan setelah adopsi IFRS yaitu dari 545,86 menjadi 260,00. Demikian juga rata-rata nilai buku ekuitas per lembar saham juga mengalami penurunan pada periode setelah adopsi IFRS. Pengaruh krisis ekonomi global khususnya di Eropa mungkin menjadi penyebab penurunan kinerja ekonomi perusahaan seperti terrefleksi ke dalam kedua informasi akuntansi tersebut.

Matriks Korelasi

Tabel 3 menyajikan korelasi antarvariabel penelitian. Pada periode sebelum adopsi IFRS, hubungan antara harga saham dan kedua informasi akuntansi relatif lemah bahkan negatif. Hubungan antara harga saham dan laba bersih relatif lemah dengan koefisien korelasi 0,095. Hubungan antara harga saham dan nilai buku ekuitas negatif dengan koefisien korelasi -0,002 dan tidak signifikan. Hal ini menjadi indikasi awal bahwa nilai buku ekuitas tidak mempunyai relevansi nilai pada periode sebelum adopsi IFRS. Sebaliknya, pada periode setelah adopsi IFRS terdapat hubungan positif dan signifikan antara harga saham dan laba bersih (koefisien=0,516) serta harga saham dan nilai buku ekuitas (koefisien korelasi=0,320). Hal ini mengindikasi-kan kedua informasi akuntansi tersebut mempu-nyai relevansi nilai setelah adopsi IFRS.

Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4 menyajikan hasil pengujian hipotesis relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan setelah adopsi IFRS. Sesuai dengan metoda yang digunakan penelitian terdahulu (misalnya Van der Meulen dkk., 2007; Barth dkk., 2008; Alali dan

Foote, 2012; Karampinis dan Hevas, 2011), price model diestimasi dengan regresi OLS untuk masing-masing periode. Selain itu, juga dikontrol efek dari: (1) kerugian (dengan variabel dummy DNI), (2) jenis industri, dan (3) ukuran perusahaan yang diproksikan dengan aset total. Hasil penguji-an pada Tabel 4 menunjukkpenguji-an model penelitipenguji-an layak dengan nilai F signifikan untuk kedua periode yaitu masing-masing sebesar 76,913 dan 49,561 serta signifikan secara statistis.

Pengujian relevansi memfokuskan pada per-ubahan nilai Adjusted R2 setelah adopsi IFRS. Jika nilai Adjusted R2 meningkat secara signifikan maka dapat disimpulkan bahwa informasi akun-tansi meningkatkan relevansi nilainya karena adopsi IFRS (Barth dkk., 2008; Karampinis dan Hevas, 2011). Hasil pada Tabel 4 menunjukkan nilai Adjusted R2 justru mengalami penurunan yaitu 0,413 pada periode sebelum adopsi IFRS menjadi 0,310 setelah adopsi IFRS. Hasil ini menunjukkan bahwa adopsi IFRS di Indonesia tidak mempunyai pengaruh pada gabungan rele-vansi nilai informasi akuntansi yaitu laba bersih dan nilai buku ekuitas (Karampinis dan Hevas, 2011). Bukti empiris ini mendukung hipotesis bahwa tidak terdapat perbedaan relevansi nilai informasi akuntansi perusahaan-perusaahaan publik di Indonesia sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Temuan ini juga konsisten dengan hasil penelitian terdahulu seperti Van der Meulen dkk. (2007) dan Karampinis dan Hevas (2011).

Pengambilan kesimpulan dengan mendasar-kan pada Adjusted R2 adalah untuk efek kombi-nasian (combined effect) kedua proksi informasi akuntansi yaitu laba bersih dan nilai buku ekuitas (Karampinis dan Hevas, 2011). Analisis lebih lanjut pada hasil Tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien laba bersih nilainya meningkat dari 3,93 dan 7,68 setelah adopsi IFRS. Koefisien nilai buku

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Sebelum Adopsi IFRS (n=756) Setelah Adopsi IFRS (n=756)

Koefisien Nilai p Koefisien Nilai p

Konstanta 1.232,64 0,000 1.753,40 0,022

NI 3,93 0,000 7,68 0,000

BV -0,16 0,000 0,44 0,003

DNI -680,84 0,243 -1.411,59 0,394

DNI*NI -4,25 0,000 -13,33 0,000

DNI*BV 0,156 0,697 -0,01 0,982

Jenis Industri -1.063,13 0,095 -1.893,21 0,250

Aset Total 1,97 0,010 7,34 0,602

Nilai F 76,913 0,000 49,561 0,000

Adjusted R2 0,413 0,310

(8)

ekuitas bahkan mengalami perubahan nilai dari -0,16 (negatif; tidak mempunyai relevansi nilai) menjadi 0,44 (mempunyai relevansi nilai). Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatkan rele-vansi nilai untuk masing-masing dimensi infor-masi akuntansi. Hasil pengujian lebih lanjut juga menunjukkan laba bersih mempunyai relevansi nilai lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas (standardized coefficient laba bersih=0,515; nilai buku ekuitas = 0,103; keduanya signifikan secara statistis). Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Alali dan Foote (2012) bahwa laba bersih mempunyai relevansi nilai lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas.

Analisis Tambahan (Additional Analysis)

Analisis tambahan dalam bagian ini diguna-kan untuk menguji sensitivitas hasil pengujian hipotesis pada bagian selanjutnya. Analisis tambah-an ytambah-ang dilakuktambah-an terdiri atas: (1) pengujitambah-an menurut industri (keuangan vs. non keuangan), (2) pengujian runtun waktu (menurut tahun), dan (3) pengujian dengan chow test.

Tabel 5 menguji relevansi nilai dengan mengelompokkan sampel ke dalam industri keuangan atau non keuangan. Pengujian ini perlu dilakukan karena perusahaan dari industri

ke-uangan mempunyai karakteristik spesifik yang berbeda dengan industri lain. Sampel terdiri atas 310 perusahaan dari industri non keuangan dan 68 perusahaan dari industri keuangan. Jumlah amatan untuk masing-masing periode terdiri atas 620 untuk perusahaan dari industri non keuangan (310 x 2 tahun) dan 136 perusahaan dari industri keuangan (68 x 2 tahun). Hasil pengujian untuk sampel industri non keuangan pada panel A konsisten dengan hasil pada Tabel 4.

Temuan yang berbeda diperoleh dari sampel industri keuangan yaitu peningkatan nilai Adjusted R2 dari 0,702 menjadi 0,820 (panel B Tabel 5). Relevansi nilai laba bersih meningkat setelah adopsi IFR yaitu dari 5,24 menjadi 5,95. Namun nilai buku ekuitas tidak mempunyai relevansi nilai sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Hasil pengujian juga menunjukkan laba bersih mempunyai relevansi lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas untuk kedua kelompok sampel.

Tabel 6 menyajikan pengujian relevansi nilai secara runtun waktu. Hasil menunjukkan rele-vansi nilai laba bersih mengalami peningkatan secara runtun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Namun relevansi nilai laba bersih mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 3,32. Penurunan ini mungkin karena kondisi pasar modal bearish yaitu pengaruh krisis ekonomi

Tabel 5. Pengujian Relevansi Nilai menurut Kelompok Industri

Panel A: Sampel dari Industri Non Keuangan

Variabel Sebelum Adopsi IFRS (n=620) Setelah Adopsi IFRS (n=620)

Koefisien Nilai p Koefisien Nilai p

Konstanta 749,14 0,034 1.522,08 0,086

NI 3,94 0,000 7,76 0,000

BV -0,16 0,000 0,39 0,022

DNI -577,52 0,391 -1.546,06 0,422

DNI*NI -4,24 0,000 -13,49 0,000

DNI*BV 0,10 0,806 0,03 0,965

Aset Total 1,40 0,000 6,41 0,224

Nilai F 77,57 0,000 46,92 0,000

Adjusted R2 0,426 0,308

Panel B: Sampel dari Industri Keuangan Keuangan

Variabel Sebelum Adopsi IFRS (n=136) Setelah Adopsi IFRS (n=136)

Koefisien Nilai p Koefisien Nilai p

Konstanta 124,40 0,206 219,62 0,034

NI 5,24 0,000 5,95 0,000

BV 0,18 0,230 0,11 0,428

DNI 81,48 0,782 242,56 0,554

DNI*NI -4,55 0,153 -22,09 0,063

DNI*BV -0,06 0,890 -3,85 0,003

Aset Total 7,67 0,000 6,01 0,000

Nilai F 54,02 0,000 103,65 0,000

Adjusted R2 0,702 0,820

(9)

global (Alali dan Foote, 2012). Nilai adjusted R2

juga mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2010 menjadi 80% dari tahun-tahun sebelumnya sebesar sekitar 40%. Namun pada tahun 2011 terjadi penurunan nilai adjusted R2

menjadi 9,5%. Penurunan nilai adjusted R2pada

tahun 2011 menunjukkan bahwa investor tidak banyak menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan untuk pembelian atau penjualan saham. Hal ini mungkin karena pada tahun 2011 keputusan investasi sangat dipenga-ruhi faktor krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat. IDX Fact Book (2012) mencatat per-tumbuhan IHSG sebesar 3,20% selama tahun 2011 pada saat pasar modal negara-negara lain dalam kondisi negatif. Meskipun pertumbauhan IHSG positif, namun selama tahun 2011 nampak-nya informasi akuntansi tidak banampak-nyak digunakan dalam penentuan harga saham. Peningkatan harga saham (tercermin dalam kenaikan IHSG) lebih banyak dipengaruhi faktor lain sehingga relevansi informasi akuntansi justru menurun pada tahun 2011. Penurunan nilai adjusted R2

pada periode setelah adopsi IFRS seperti dilapor-kan pada Tabel 4 mungkin karena faktor turbulensi kondisi ekonomi pada tahun 2011.

Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Alali dan Foote (2012) yang menunjukkan bahwa infor-masi akuntansi yang dihasilkan dalam periode setelah adopsi IFRS tidak mempunyai relevansi nilai dalam kondisi pasar modal menurun (bearish).

Analisis tambahan selanjutnya mengguna-kan chow-test. Teknik statistis ini dipilih karena dapat menguji perubahan struktural (structural change) hubungan antara variabel dependen dan beberapa variabel independen selama kurun waktu tertentu (Gujarati, 2003). Terjadinya per-ubahan struktural menunjukkan bahwa nilai parameter variabel-variabel informasi akuntansi mungkin menjadi tidak sama selama kurun waktu 2008-2011 karena peristiwa adopsi IFRS. Chow test dapat digunakan untuk menguji kesamaan koefisien (equality of coefficient) dalam data runtun waktu dengan mengklasifikasikan kelompok amatan menjadi “sebelum” dan “sesudah”.

Pengujian equality of coefficient dengan chow-test ini menggunakan residuals sum of squares (RSS) dengan formula berikut (Gujarati, 2003):

F=

Tabel 6. Pengujian Relevansi Nilai secara Runtun Waktu

Variabel Periode

Konstanta 963,71*** 1668,83*** 784,68 3422,29** 1.993,87***

NI 2,70*** 4,92*** 11,49*** 3,32*** 5,99***

BV -0,11*** -0,38** -0,19 0,75*** -0,24***

DNI -441,34 -1057,39 -908,27 -2980,93 -1497,08*

DNI*NI -3,01*** -5,27** -19,89*** -9,02** -8,49***

DNI*BV 0,10 0,32 1,32** -0,623 0,72*

Jenis Industri -734,86 -1463,72 -1287,68 -2836,92 -1.840,55**

Aset Total 1,23** 2,66** 1,58 2,38 1,83**

Nilai F 47,59*** 41,36*** 217,94*** 6,66*** 78,42***

Adjusted R2 0,464 0,428 0,801 0,095 0,265

Keterangan: NI=laba bersih per lembar saham, BV=nilai buku ekuitas per lembar saham, DNI= variabel dummy untuk mengontrol pengaruh non linearitas kondisi rugi perusahaan, diberikan nilai 1=jika perusahaan rugi, dan 0=jika sebaliknya, Jenis Industri= variabel dummy untuk mengontrol pengaruh industri, diberikan nilai 1=jika perusahaan dari industri keuangan, dan 0=jika lainnya, Aset total=aset dalam neraca perusahaan (dalam rupiah).

Tabel 7. Hasil Equality of Coefficient dengan Chow-Test

Notasi Keterangan Nilai

RSSR Sum of squares residuals (2008-2011) 57.599.201.349,60

RSSUR1 Sum of squares residuals (2008-2009) 30.671.485.700,43

RSS UR2 Sum of squares residuals (2010-2011) 203.242.851.365,21

(10)

Dengan RSSR diperoleh dari hasil estimasi regresi sejumlah k parameter untuk seluruh amatan. RSSUR merupakan RSS1+RSS2 yang di-peroleh dari dari hasil estimasi regresi untuk periode “sebelum” dan “sesudah” dengan jumlah amatan masing-masing sebesar n1 dan n2. Tabel 7 menyajikan hasil chow test. Hasil pada Tabel 7 mengindikasikan bahwa adopsi IFRS pada tahun 2010 mempengaruhi hubungan antara harga saham dan informasi akuntansi. Hasil pengujian menunjukkan terjadi structural change model relevansi nilai informasi akuntansi. Hal ini terlihat dari nilai hitung (18,93) yang melebihi nilai F-tabel (1,94).

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas informasi akun-tansi. Pengujian dilakukan dengan membanding-kan hanya satu dimensi kualitas informasi akuntansi yaitu relevansi nilai pada periode sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Hasil penguji-an menunjukkpenguji-an bahwa tidak terdapat pening-katan relevansi nilai informasi akuntansi secara keseluruhan setelah periode adopsi IFRS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan rele-vansi nilai hanya terjadi untuk informasi laba bersih.

Temuan penelitian ini mendukung hipotesis bahwa lingkungan institusional yang masih belum mendukung dapat menyebabkan adopsi IFRS tidak mempengaruhi kualitas informasi akun-tansi. Temuan ini penelitian mendukung argu-mentasi Karampinis dan Hevas (2011) bahwa di negara-negara code law (termasuk Indonesia), dengan karakteristik lingkungan institusional seperti perlindungan investor yang lemah, kurang-nya penegakan hukum, kepemilikan terkonsen-trasi, dan pendanaan yang berorientasi pada perbankan maka adopsi IFRS belum tentu dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Temuan penelitian ini juga mendukung argumen-tasi Barth dkk. (2008) bahwa pengaruh adopsi IFRS terhadap relevansi nilai informasi akuntansi merupakan fungsi dari country-specific factors.

Penelitian ini mempunyai beberapa keter-batasan yang dapat menjadi isu bagi penelitian mendatang. Pertama, penelitian ini belum meng-gunakan data tahun 2012 setelah adopsi IFRS dilakukan. Kedua, pengujian relevansi informasi akuntansi hanya menggunakan model harga (price model) yang dikembangkan Ohlson (1995). Model harga dipilih dalam penelitian ini karena, jika dibandingkan dengan model return, tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi pasar modal yang tidak efisien (Aboody dkk., 2002). Meskipun demikian,

penelitian mendatang dapat menggunakan model return untuk menguji generalisasi temuan pene-litian ini. Ketiga, penepene-litian ini menggunakan sampel dari berbagai industri. Hasil pengujian menunjukkan bahwa relevansi nilai berbeda antara industri keuangan dan non keuangan. Penelitian mendatang dapat memfokuskan pada pengujian sampel pada satu industri saja untuk lebih dapat mengontrol variabel penganggu. Pene-litian mendatang juga dapat mempertimbangkan variabel-variabel sepeti tata kelola perusahaan dan konsentrasi tingkat kepemilikan sebagai pemoderasi hubungan antara adopsi IFRS dan relevansi nilai informasi akuntansi. Penelitian mendatang juga dapat mempertimbangkan pe-ngujian dimensi-dimensi lain dari kualitas infor-masi akuntansi seperti manajemen laba, konser-vatisme, timely loss recognition, predictability, dan kualitas akrual.

DAFTAR PUSTAKA

Aboody, D., Hughes, J., & Liu, J. (2002). Measuring Value Relevance in a (Possibly) Inefficient Market. Journal of Accounting Research, 40(4), 965-986.

Alali, F.A. & Foote, P.S. (2012). The Value Relevance Of International Financial Reporting Stan-dards: Empirical Evidence in an Emerging Market. The International Journal of Account-ing, 47, 85-108.

Ball, R., Robin, A. & Wu, S. (2003). Incentives Versus Standards: Properties of Accounting Income in Four East Asian Countries. Journal of Accounting & Economics 36, 235– 270.

Barth, M. E., Landsman, W. R. & Lang, M. (2008). International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46, 467–498.

Bartov, E., Goldberg, S. & Kim, M. (2005). Compa-rative Value Relevance Among German, U.S. and International Accounting Standards: A German Stock Market Perspective. Journal of Accounting, Auditing and Finance, 20, 95– 119.

Bradshaw, M.T. & Miller, G.S. (2007). Will nizing Accounting Standards Really Harmo-nize Accounting? Evidence From Non-U.S. Firms Adopting US GAAP. Working paper, Harvard Business School.

(11)

Djankov, S., La Porta, R., Lopez de Silanes, F. & Shleifer, A. (2008). The Law And Economics of Selfdealing. Journal of Financial Economics, 88(3), 430–465.

Ewert, R. & Wagenhofer, A. (2005). Economic Effects of Tightening Accounting Standards to Restrict Earnings Management. The Account-ing Review, 80, 1101–1124.

Francis, J. & Schipper, K. (1999). Have Financial Statements Lost Their Relevance? Journal of Accounting Research, 37, 319–352.

Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics. NY: McGraw Hill.

Hung, M. & Subramanyam, K.R. (2007). Financial Statement Effects of Adopting International Accounting Standards, The Case of Germany. Review of Accounting Standards, 12, 623– 657.

IDX Fact Book (2012). Diunduh dari www.idx.co.id

Karampinis, N. & Hevas, D. (2011). Mandating IFRS in an Unfavorable Environment: The Greek Experience. The International Journal of Accounting, 46, 304-332.

La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A. & Vishny, R. (1998). Law and Finance. Journal of Political Economy, 106(6), 1113–1155. Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P. (2003). Earnings

Management and Investor Protection: An International Comparison. Journal of Finan-cial Economics, 69(3), 505–527.

Liu, J., & Liu, C. (2007). Value Relevance Of Accounting Information In Different Stock Market Segments: The Case of Chinese A-, B- and H-shares. Journal of International Accounting Research, 6, 55–81.

Ohlson, J. (1995). Earnings, Book Values And Divi-dends in Quality Valuations. Contemporary Accounting Research, 11, 661–688.

Siregar, S.V, Sidharta Utama (2008). Type of Earnings Management And The Effect of Ownership Structure, Firm Size, and Corpo-rate Governance Practices: Evidence From Indonesia. The International Journal of Accounting, 43, 1-27.

Gambar

Tabel 1. Pemilihan Sampel
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 5. Pengujian Relevansi Nilai menurut Kelompok Industri
Tabel 6. Pengujian Relevansi Nilai secara Runtun Waktu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari kegiatan observasi, wawancara dan studi kepustakaan adalah tidak tersedianya sarana untuk memantau mahasiswa, kegiatan biasanya dilaksanakan dalam waktu yang

Anak anak di TK tertarik mengikuti kegiatan belajar sesungguhnya tidak terlepas dari peran guru yang mengajar. Yang pertama adalah guru harus menguasai bahan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah pengangguran, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, lama seseorang menempuh pendidikan,

Pada pengujian kali ini dilakukan dengan dua tahap sehingga didapatkan nilai koreksi yang tepat yaitu, perbandingan sistem pakar terhadap bukaan motor servo tanpa

Ho5: β5≤0, artinya semakin baik green capability restoran maka tidak akan meningkatkan economic performance restoran.. Ha5: β5>0, artinya semakin baik green capability

Tujuan dari rancangan output untuk mengubah data menjadi informasi yang berkualitas dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepatB. Laporan penyingkat data

Authors and/or their employers shall have the right to post the accepted version of articles pre-print version of the article, or revised personal version of