• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Yang Ada Daftar Isi - Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Yang Ada Daftar Isi - Makalah"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AUDIT KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK

OLEH

AEGISIA SUKMAWATI (C1C01010) ADE BAKTI PRATAMA (C1C011024)

AHMAD NOUVAL (C1C011029) DEVA ALVINA (C1C011043)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M,.Si. sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun meteril dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Jambi, 15 Januari 2013

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Metode Penulisan ... 2

II. PERUMUSAN MASALAH ... 3

III. PEMBAHASAN 3.1 Perkembangan Audit Kinerja ... 4

3.2 Definisi Audit Kinerja ... 6

3.3 Pentingnya Audit Kinerja ... 8

3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik ... 9

3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Kinerja ... 10

3.6 Istilah-istilah yang Dipergunakan dalam Audit Kinerja ... 10

3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan ... 12

3.8 Karakteristik Audit Kinerja ... 13

3.9 Manfaat Audit Kinerja ... 15

3.10 Tujuan Audit Kinerja ... 16

3.11 Jenis-jenis Audit Kinerja ... 17

3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja ... 20

(4)

iii

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 35

4.2 Rekomendasi ... 36

V. DAFTAR PUSTAKA ... 37

(5)

1

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less, spend wisely.

Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja (performance audit).

(6)

2

1.2

Tujuan Penulisan

1.

Mengetahui perkembangan audit kinerja 2. Mengetahui definisi audit kinerja

3. Mengetahui pentingnya audit kinerja

4. Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas publik

5. Menganalisis keterkaitan audit kinerja dengan manajemen kinerja 6. Mengetahui istilah-istilah yang dipergunakan dalam audit kinerja 7. Mengidentifikasi perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan 8. Mengidentifikasi karakteristik audit kinerja

9. Menganalisis manfaat audit kinerja 10. Mengidentifikasi tujuan audit kinerja 11. Mengetahui jenis-jenis audit kinerja

12. Menganalisis proses dan tahapan audit kinerja 13. Mengetahui peran audit kinerja

1.3

Metode Penulisan

(7)

3

II.

PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan audit kinerja? 2. Apakah yang dimaksud dengan audit kinerja? 3. Apakah pentingnya audit kinerja?

4. Bagaimanakah relasi antara audit kinerja terhadap akuntabilitas publik? 5. Apakah keterkaitan audit kinerja terhadap manajemen kinerja?

6. Apa sajakah istilah-istilah yang digunakan dalam audit kinerja? 7. Apakah perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan? 8. Apakah karakteristik audit kinerja?

9. Apakah manfaat audit kinerja? 10. Apakah tujuan dari audit kinerja? 11. Apakah jenis-jenis audit kinerja?

(8)

4

3.1

Perkembangan Audit Kinerja

Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management membuat gambaran yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan perkembangan audit yang diperlukan dalam bidang audit, seperti yang terlihat pada figur 3.1.1

Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang Audit

Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc US. 1979. Hal

(9)

5

Bedasarkan figur tersebut, diketahui bahwa audit kinerja mengalami proses, demikian pula dengan pengetahuan dan kompetisi yang dibutuhkan. Sebelum mencapai bentuknya, audit kinerja mengalami evolusi yang cukup lama, dimulai dari financial statement auditing pada tahum 1930, dilanjutkan dengan management auditing pada tahun 1950 dan

program auditing pada tahun 1970.

Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat dari United State Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya memperkenalkan audit kinerja (performance audit) pada kongres INTOSAI (International Organization of Supreme Audit Intitution), di Montreal, Kanada. Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit keuangan mulai diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di seluruh dunia.

Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus mengalami pasang surut. Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit (BPK Belanda), perkembangan audit dimulai dengan pemberian mandat untuk melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada awalnya, audit kinerja berfokus pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan menyempurnakan manual audit kinerja yang ada. Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam audit kinerja (antara lain untuk menganalisis data) serta menggunakan pendekatan strategis dalam menyusun tema audit. Pada BPK Belanda, tema audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari audit keuangan yang berfokus pada penganggaran.

Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai pada tahun 1970-an. Audit kinerja mulai berkembang di Australia karena ketertarikan pemerintah, parlemen, dan masyarakat terhadap efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah. Pada saat itu, departemen pemerintah banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi mereka, dengan sedikit kendali dari pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil dari ANAO. Antara tahun 1980-1983, ANAO hanya membuat tujuh laporan audit kinerja. Saat ini, ANAO membuat hampir 50 laporan audit kinerja setiap tahunnya.

(10)

6

di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004-2007 dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih sangat sedikit.

Grafik Audit Kinerja

Gambar 3.1.2 Rekap pemeriksaan BPK tahun 2004-2007

3.2 Definisi Audit Kinerja

Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”. Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.

Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a

group of organization”.

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal yaitu proses dan hasil yang dicapai.

(11)

7

Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan evaluating evidence regarding the performance of an organization, program, function, or activity.

Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in

achieving of desire results, and compliance with relevan policies, law, and regulations, for the

purposes of ascertaining the degree of correspondence between performance and established

criteria and communicating the results to interest the users. The performance audit function

provides an independent, third-party review of management’s performance and the degree to

which the perfomanced of audited entity meets pre-stated expectation”.

[“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”]

Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.

(12)

8

3.3

Pentingnya Audit Kinerja

a. Pemerintah

Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas 3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.

b. Legislatif & Masyarakat

Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E serta mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.

c. BPK

Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat, meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.

(13)

9

3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik meliputi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality)

2. Akuntabilitas proses (process accountability) 3. Akuntabilitas program (program accountability)

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal

menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam

pelaksanaannya.

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan

bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan

(14)

10

3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan

Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit. Dalam melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem perencanaan, penganggaran dan sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau melekat pada suatu instansi pemerintah, yang mana informasi ini dipegang oleh manajemen keuangan.

Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen yang mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami sejarah serta kondisi operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur organisasi, sistem pengendalian, laporan keuangan, sistem informasi, pegawai dan pelaksanaan adminsistratif .

Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi mengenai hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan penelitian terdahulu, laporan audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh departemen. Auditor harus memperoleh gambaran mengenai informasi dasar yang berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan organisasi, uraian tertulis, serta bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga harus memperoleh informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia, serta mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi.

3.6 Istilah-istilah dalam Audit Kinerja

Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya performance audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau masih mungkinkah melakukan pengeluaran dengan bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di Kanada dan negara persemakmurannya. Secara internasional, performance audit ialah istilah resmi yang digunakaan kalangan INTOSAI.

(15)

11

ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan antara audit manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit kinerja.

Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah

1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari instansi pemerintah

2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.

3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.

4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output. Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya (misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan produktivitas.

(16)

12

3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan

No

Perbedaan

Audit Kinerja

Audit Keuangan

1. Tujuan Menilai apakah audit telah mencapai tujuan atau harapan yang ditetapkan.

Menilai apakah akun-akun

4. Fokus Program dan kegiatan organisasi. Sistem akuntansi dan sistem manajemen.

6. Laporan  Struktur dan isi laporan bervariasi  Dipublikasikan secara tidak tetap

(ad hoc basis )

 Bentuk laporan kurang lebih terstandardisai

 Dipublikasikan secara berkala

Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing : Theory and

Practice

1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi audit.

2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara berkala.

3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified,

qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).

(17)

13

5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan keragaman. Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik

3.8 Karakteristik Audit Kinerja

Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja:

1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?

b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right)? Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus. Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.

2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.

Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja sebagai berikut

a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical check up”, (penelitian

kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem”(pemeriksaan

(18)

14

agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-sebab kematian mayat.

b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak seccara diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya berhasil.

c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya .

d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi yang diperiksa.

e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning system” (sistem

peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya

(19)

15

3.9

Manfaat Audit Kinerja

A. Peningkatan Kinerja

1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya

Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional. Sehubungan dengan itu, auditor dapat melakukan diskusi dengan orang-orang yang bergelut dalam operasional dan menginformasikan hal tersebut kepada manajemen

2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh

Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.

Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk mengatasinya. Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila ia tidak dapat membantu proses rekomendasi tersebut.

3. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan Ketidakefisienan.

Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun, penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan pemotongan. Keputusan mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional. 4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi

Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria itu.

5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal

(20)

16

6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.

7. Melaporkan Ketidakberesan

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi.

B. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.

3.10

Tujuan Audit Kinerja

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas.

(21)

17

3.11

Jenis Audit Kinerja

Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.

a. Audit Ekonomi

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir

input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

b. Audit Efisiensi

Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.

(22)

18

Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2) melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai; (4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya; (5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6) menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.

c.

Audit Efektifitas

Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.

(23)

19

(24)

20

3.12

Proses dan Tahapan Audit Kinerja

PROSES AUDIT

Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika: 1. Struktur audit kinerja

2. Tahapan audit kinerja

3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja.

1. Struktur Audit Kinerja

Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific tasks

pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit. Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas:

a. Tahap-tahap audit

b. Elemen masing-masing tahap audit c. Tujuan umum masing-masing elemen

d. Tugas-tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan

2. Tahapan Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur audit kinerja yang terdiri atas:

A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)

B. Tahap pengauditan (audit phase)

C. Tahap pelaporan (reporting phase)

(25)

21

Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen:

a. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang detail yg dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja

Auditor akan berupaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan:

1. Struktur dan operasi organisasi 2. Lingkungan manajemen

3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja

(26)

22

b. Review Sistem Pengendalian (Control System Review)

Review SPM, bertujuan untuk mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada audit keuangan, audit dimulai dengan review dan evaluasi terhadap SPI terutama yang berkaitan dengan prosedur akuntansinya. Pada audit kinerja, auditor harus menelaah SPM untuk menemukan kelemahan pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian manajemen dan untuk luas, sifat dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya

SPM memberikan gambaran tentang metoda dan prosedur yg digunakan oleh organisasi untuk mengendalikan kinerjanya. Pengendalian manajemen bertujuan utk memastikan bahwa tujuan organisasi dicapai secara ekonomis, efisien, dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada reviewsistem pengendalian: 1. Menganalisis sistem manajemen organisasi

2. Membandingkannya dengan model yang ada.

3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian

Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu: 1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data

a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan reliability data. b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data untuk

memastikan integritas data.

c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.

d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data. 2. Kecukupan pelaporan data

a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten dengan tahun sebelumnya

(27)

23

Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen:

1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material dalam sistem pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan tersebut.

2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit berikutnya.

Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja organisasi yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran kerja organisasi lain.

B. TAHAPAN AUDIT

(Audit Phase)

Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu: 1. Telaah hasil-hasil program (program results review)

2. Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review)

3. Telaah kepatuhan (compliance review)

(28)

24

Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari 1. Identifikasi Lingkungan Manajemen

Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan (a). Persyaratan hukum dan kinerja (b). Gambaran organisasi (c). Sistem informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan harapan.

2. Perencanaan dan Tujuan

Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

3. Struktur Organisasi

Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi.

4. Kebijakan dan Praktik

Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan kesepakatan masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.

5. Sistem dan Prosedur

(29)

25

6. Pengendalian dan Metode

Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan

administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan reabilitas data keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.

7. Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik

Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas, dan kondisi fisik pekerjaan

8. Praktik Pengelolaan Staf

Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, metode dan prosedur yang mengatur administrasi penggajian, metode dan prosedur untuk menilai kinerja karyawan, kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu berbagai rencana yang disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi

affirmative action plans untuk memastikan hal ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan pelaksanaan rencana berjalan secara efektif.

9. Analisis Fiskal

Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan efektivita unit organisasi yang dievaluasi.

10. Area Khusus Investigasi

(30)

26

C. TAHAPAN PELAPORAN

(reporting phase)

Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas publik. Hal terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:

1. Persiapan (preparation)

Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit, menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.

2. Penelaahan (review)

Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak auditor.

3. Pengiriman (transmission)

Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.

Hal yang terpenting dari laporan ialah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang membutuhkan dan menerima sehingga efektif. Oleh sebab itu, auditor harus memutuskan siapa yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa pengguna laporan tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah: 1. Laporan audit kinerja harus ditulis secara objektif

2. Auditor tidak boleh overstate

3. Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten

4. Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun yang buruk

(31)

27

Selain hal-hal di atas, ada keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar menghasilkan laporan yang efektif adalah:

1. Keahlian Teknis

Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi audit menjadi sebuah laporan yang koheren.

2. Keahlian Manajerial

Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas dan tepat waktu.

3. Keahlian interpersonal

Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif sehingga mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.

Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas: I. Pendahuluan

a. Umum

b. Surat pengiriman atau memorandum c. Laporan ringkasan

d. Daftar isi laporan secara keseluruhan e. Daftar tabel dan gambar

II. Teks

a. Pendahuluan

b. Body atau badan, mencakup:

(32)

28

d. Komentar auditee (jika tidak dimasukkan ke dalam teks) e. Bahan referensi

Format di atas menggambarkan susunan laporan akhir audit kinerja. Dalam praktiknya, audotor harus melakukan langkah-langkah berikut untuk mengembangakan sebuah laporan audit

1. Menyiapkan temuan-temuan secara individual

2. Mengumpulkan semua referensi yang diperlukan untuk mendukung teks 3. Menyiapkan teks

4. Menyiapkan laporan inti

5. Menyiapkan memorandum pengiriman laporan

Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa temuan audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang relevan dan material yang ditemukan selama audit, yang mencakup argumen yang logis dan komplit serta didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Relevansi maksudnya adalah temuan yang diperoleh haruslah sesuai dengan masalah pokok dalam lingkung audit dan tujuan audit. Materialis berkaitan dengan sejauh mana kondisi yang ada berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi yang diaudit.

D. TAHAP PENINDAKLANJUTAN (follow up)

Tahap penindaklanjutan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang berkompeten. Tindak lanjut didisain untuk memastikan atau memberikan pendapat apakah rekomendasi auditor sudah diimplementasikan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara lain:

1. Dasar Pelaksanaan Follow Up

(33)

29

oleh auditor. Jika rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang dihadapi oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi.

2. Pelaksanaan Review Follow Up

Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi dan tingkat kesulitan implementasi.

3. Batasan Review Follow Up

Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up yang overload. Kegiatan follow up

diharapkan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit dilaksanakan pada organisasi tertentu.

4. Implementasi rekomendasi a. Implementasi oleh unit kerja

Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf auditor ini dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari temuan dan rekomendasi audit.

b. Implementasi oleh eksekutif

Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan legislatif. Diskusi antara auitor dan manejemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang didesain untuk mengoreksi permasalahan.

c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit

(34)

30

d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit

Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan lain-lain. Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memastikan implementasi rekomendasi audit. 1. Tindakan legislatif secara formal. Pendekatan ini untuk mengimplementasikan

rekomendasi tersebut ke dalam kebijakan formal.

2. Tindakan legislatif secara informal. Pengimplementasian rekomendasi dilakukan secara tidak formal, misalnya melalui public sharing terhadap temuan audit, kontak langsung antara anggota legislatif dengan masing-masing eksekutif.

3. Tindakan legislatif melalui anggaran. Lembaga legislatif memiliki otoritas atas lokasi dana melalui pengendalian terhadap anggaran. Implementasi rekomendasi dapat dilakukan melalui penetapan tujuan dalam anggaran yang akan dibiayai dengan sejumlah dana.

5. Pemeriksaan kembali secara periodik

Audit kinerja merupakan suatu usaha yang meliputi lebih dari satu periode waktu karena sebagaiman variabel lain yang terus berubah, kinerja organisasi juga dapat mengalami fluktuasi. Setiap organisasi dapat menjadi objek pemeriksaan kembali. Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar memulai pekerjaan audit sehingga dapat menghemat waktu untuk perencanaan audit, dan isu-isu spesifik dapat diidentifikasi lebih awal dari proses perencanaan.

Penentuan Kriteria Audit

Menurut DR. J. B. Sumarlin dalam bukunya ”Pemeriksa” mengemukakan bahwa : ”Dalam perencanaan audit, seorang auditor harus dapat menyatakan kriteria yang akan dipergunakan dalam audit diantaranya:

A. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit

(35)

31

Pengertian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam melakukan perencanaan perlu diambil perencanaan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Melihat hal tersebut maka, kriteria audit dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit

Kriteria audit dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai pengendalian, menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan. Supaya

kriteria audit dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian, maka kriteria tersebut:

1. Harus berasal dari sumber yan berwenang sehingga hasil penilaiannya dapat dipertahankan 2. Harus tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak berprasangka (objective);

3. Harus dapat dinyatakan secara tepat sebagai alat ukur dalam satuan jumlah tertentu

(spesifik);

4. Harus dapat disajikan sebagai standar pelaksanaan dan standar hasil serta dapat dicapai

(realistic dan attainable)

Kriteria harus memenuhi syarat dan untuk mendpatkan kriteria yang memenuhi

syarat seperti penilaian kriteria audit yang ada, kriteria audit perlu dikembangkan. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kriteria audit adalah:

1. Menetapkan tujuan atau sasaran audit secara jelas;

2. Menunjuk sumber informasi dari mana kriteria audit akan diangkat; 3. Mengadakan penilaian terhadap kriteria audit.

(36)

32

atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin umum kriteria yang dipergunakan oleh auditor maka semakin kualitatif hasil penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur

pendapat dan demikian sebaliknya. Pengembangan kriteria dengan cara ini mempunyai manfaat yang besar karena ada jaminan dan kepastian bahwa semua kriteria yang dipakai dalam

pekerjaan audit akan berkaitan dengan tujuan auditnya.

b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit

Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk

norma-norma yang dpat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti norma-norma-norma-norma pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-unangan yang berlaku termasuk sasaran, kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

pekerjaan audit yang meluas sampai kepada penilaian kehematan, efesiensi dan efektifitas, kriteria audit seperti hal tersebut kemungkinan tidak tersedia dan terodifikasi pada auditan

sehingga auditor akan menghadapi kesulitan dalam menentukan kriteria audit.

Beberapa sumber informasi yang dapat dipergunakan sbagai referensi dalam

menentukan kriteria audit yaitu:

a) Tim audit lainnya yang kebetulan mengaudit kegiatan yang sama pada periode sebelumnya. b) Produk-produk kerja yang ditetapkan dlam peraturan dan perundangan yang berlaku.

c) Maksud dan tujuan organissi/program yang di tetapkan undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah pusat.

d) Ucapan dan pendpat para ahli dari perguruan tinggi e) Laporan-laporan yang disusus oleh instansi yang diaudit. f) Pendapat para ahli dan konsultan.

(37)

33

h) Kebijaksanaan, pengarahan dan pedoman kerja yang ditetapkan oleh organisasi yang diaudit.

i) Auditan terutama dalam hal penentuan standar input, proses kerja dan output. j) Kinerja sektor swasta dibidang yang sama.

c. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan

Hubungan antara auditor dengan auditan dalam menentukan dan mengembangkan kriteria audit cukup penting, namun auditor harus menyadari pengaruh negatifnya. Berdiskusi

dengan auditan memberikan peluang bagi auditor untuk menguji objektivitas kriteria yang akan dipakai dan oleh karena itu auditor harus memperhatikan kepentingan auditan sepanjang kepentingan tersebut tidak mengarah pada kepentingan pribadi yang mempengaruhi penilaian

atas hasil audit (vested interst).

Auditor harus dapat meyakinkan auditan tentang objektivitas kriteria yang

dipergunakan dalam penilaian dan untuk itu auditor harus dpat menunjukkna sumber informasi yang jelas dan benar akan kebenarannya dari yang bersangkutan. Banyak terjadi kesalah- pahaman antara auditor dan auditan yang disebabkan penentua dasar penilaian yang kurang

tepat. Kesalahpahaman ini sebetulnya dpat dihindarkan apabila auditor dan auditan telah mendiskusikan kriteria audit yang akn digunakan.

(38)

34

3.13

Peran Auditor dalam Audit Kinerja

Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum, seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas teknikal seorang auditor.

Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, sebab auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.

Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja:

a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.

b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

(39)

35

IV.

PENUTUPAN

4.1 Simpulan

Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan memberikan informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam rangka pencapaian tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

(40)

36

4.2 Rekomendasi

(41)

37

V.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik.Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta 2. Ulum, Ihyaul. 2009. Audit sektor publik: Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta.

3. I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus. Salemba Empat: Jakarta

(42)

38

VI. LAMPIRAN

STUDI KASUS

“Optimalisasi Kinerja Pemerintah Daerah

Melalui

Perfomance Audit

Dengan adanya Otonomi Daerah, maka pengelolaan keuangan daerah berada pada pemerintah daerah sendiri, di mana perlu adanya sistem pemeriksaan yang efektif untuk memastikan bahwa dana desentralisasi yang telah dipercayakan oleh pusat kepada daerah telah dikelola secara transparan. Berhasil tidaknya pembangunan di suatu daerah dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dan tumbuh secara berkelanjutan yang sangat tergantung pada pengelolaan sumber daya yang dimiliki dan kualitas sumber daya manusianya dalam mengelola. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berperan menjalankan aktivitas pembangunan dan pelayanan bagi publik serta pemberdayaan potensi-potensi daerah dalam mencapai tujuannya. Sistem pemeriksaan yang efektif, tidak hanya yang konvensional tetapi juga 3E audit yaitu audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Audit kinerja atau performance audit terhadap sektor pemerintah dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi pemerintah (PEMDA). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Di Indonesia kita mengenal dua badan yang berhak melakukan audit yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Gambar

Grafik Audit Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

“ Audit kinerja adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian secara independen

Definisi Value for Money Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara

Audit Kinerja adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi

Definisi audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevakuasi bukti secara obyektif agar dapat melakukan penilaian secara independent atas ekonomi

“suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dsn efisiensi operasi,

Audit kinerja atau value for money audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan penilaian

Definisi Value for Money Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilalan secara

Definisi Value for Money Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara