“
TAPE PISANG (MUSA PARADISIASA L.) SEBAGAI INOVASI
BARU PRODUK OLAHAN BUAH PISANG”
PENDIDIKAN KIMIA A
KELOMPOK 1 (A2)
M. Yasyfi Haikal Gh
NIM. 16303244004
Qonitah
NIM. 16303244005
Nikki Faj Rahmawati
NIM. 16303244007
Amanina Zafira
NIM. 16303244009
Anisa Tri Agustina
NIM. 16303244022
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Biologi merupakan suatu ilmu yang berdekatan dengan kehidupan kita sehari- hari dan biologi merupakan suatu penghubung dari semua ilmu alam serta juga sebagai ilmu yang mempertemukan ilmu alam dengan ilmu sosial.
Salah satu pokok pembahasan dalam ilmu biologi adalah pengantar bioteknologi. Dimana bioteknologi disini dibagi ke dalam bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional. Salah satu contoh bioteknologi konvensional adalah pembuatan tapai.
Tapai merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Umumnya, tapai dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tapai melibatkan banyak mikroorganisme. Adapun beberapa mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tapai adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp, Rhizopus sp.; khamir Pichia burtonii, Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Saccharomyces cerevisiae serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tapai.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tapai. Semakin lama tapai tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya.
buah lainnya, buah pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat ketika dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan.
Berdasarkan hal- hal diatas, maka kami menggunakan buah pisang yang selama ini hanya dijadikan buah, selai, gorengan, kolak dan bahan adonan tambahan dalam pembuatan roti sebagai bahan utama pembuatan tapai pisang karena tidak memerlukan biaya yang cukup banyak dan juga menambah variasi hasil pangan dari olahan pisang. Sehingga kami dapat merumuskan penelitian ini dengan judul “Tapai Pisang (Musa paradisiaca) sebagai Inovasi Baru Produk Olahan Pisang”.
B.IDENTIFIKASI MASALAH
Dari uraian diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Harus ada penanganan pengolahan untuk mengatasi pesatnya pertumbuhan dan pembuahan tanaman pisang.
2. Belum adanya inovasi baru dari olahan buah pisang sebagaimana umumnya yang diketahui oleh masyarakat.
C.BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan pisang raja (Musa sapientum) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) sebagai objek penelitian.
D.RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah buah pisang (Musa paradisiaca) dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan tapai pisang?
2. Apakah ada perbedaan kualitas inderawi tapai pisang yang berbeda (pisang raja dan pisang kepok) ditinjau dari tingkat aroma, rasa, tekstur dan warna?
3. Manakah kualitas yang terbaik dari tapai pisang yang berbeda (pisang raja dan pisang kepok) ditinjau dari aspek aroma, rasa, tekstur dan warna?
E.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah:
2. Untuk mengetahui perbedaan kualitas inderawi tapai pisang yang berbeda ditinjau aspek aroma, rasa, tekstur dan warna.
3. Untuk mengetahui perbedaan kualitas yang terbaik dari tapai pisang raja dan pisang kepok.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya dibidang ilmu kimia dan biologi. b. Mengetahui adanya manfaat lain dari buah pisang untuk pembuatan tapai pisang. 2. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat dapat menjadikan referensi sebagai masukan kepada petani pisang untuk mengenal adanya variasi produk pangan yang berasal dari pisang.
b. Masyarakat dapat mengembangkan produk tapai pisang ini dengan jenis pisang- pisang yang lain.
3. Bagi Pemerintah
BAB II DASAR TEORI
A.TINJAUAN PISANG
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta Sub Devisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.
Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana.
Tabel 1. Kandungan gizi buah pisang / 100 g
Riboflavin (Vit B2) 0.073 mg
Niasin (Vit B3) 0.665 mg
Asam Fantothanik (Vit B5) 0.334 mg
Vitamin (B6) 0.367 mg
Sumber: Suyanti dan Ahmad Supriyadi (2010)
B.TINJAUAN TAPAI
berubah menjadi asam organik, sehingga tapai berasa asam alkohol (dijumpai pada tapai yang disimpan terlalu lama). Hal ini menyebabkan kontaminasi jenis bakteri karena proses pembuatan tapai yang kurang teliti.
C.TINJAUAN TAPAI PISANG
Tapai adalah kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi, biasanya tapai terbuat dari umbi singkong atau beras ketan. Dalam penelitian ini tapai yang dibuat yaiu tapai dari buah pisang, karena buah pisang mengandung karbohidrat dan glukosa yang cukup sehingga dapat dijadikan bahan pembuatan tapai.
1. BAHAN PEMBUATAN TAPAI PISANG
Bahan pembuatan tapai pisang yaitu pisang dan ragi. Ada 2 macam buah pisang yang digunakan sebagai bahan membuat tapai, menurut Debbie Miranda Napitupulu (2010: 8) karakteristik buah pisang secara keseluruhan dari pisang raja dan pisang kepok adalah sebagai berikut:
a. Pisang raja
Pisang raja memiliki tangkai buah yang terdiri atas 6 sisir, masing masing 6 sisir tersebut terdiri atas 15 buah. Berat 1 buah pisang sekitar 92 gram dengan panjang 12- 18 cm dan diameter 3.2 cm. Bentuk buahnya melengkung dengan bagian pangkal bulat. Warna daging buahnya kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya nyata dengan tekstur kasar. Rasanya manis. Lama tanaman berbunga sejak anakan adalah 14 buah. Sedangkan buah masak 164 hari sesudah muncul.
Banyaknya buah pisang raja yang diteliti (Food Weight) = 100 gram. Bagian buah pisang raja yang dapat dikonsumsi (Bdd/ Food Edible) = 70%
Tabel 2. Kandungan gizi pisang raja
Kandungan gizi Jumlah dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Bentuk buahnya agak pipih sehingga kadang disebut pisang gepeng. Berat pertandan dapat mencapai 14.22 kg dengan jumlah sisir 10- 16, setiap sisir terdiri dari 12- 20 buah. Bila matang warna kulit buahnya kuning penuh.
Pisang kepok ini terbagi menjadi dua jenis, yakni pisang kepok kuning dan pisang kepok putih. Pisang kepok kuning warna dagingnya kuning, sedangkan pisang kepok putih warna dagingnya putih. Pisang kepok kuning memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan pisang kepok putih sehingga pisang kepok kuning umumnya lebih disenangi masyarakat.
Tabel 3. Kandungan gizi pisang kepok
2. PERBANDINGAN KOMPOSISI KANDUNGAN GIZI PADA SINGKONG, KETAN PUTIH, KETAN HITAM DAN PISANG
3. KOMPOSISI GIZI TAPAI SINGKONG, TAPAI KETAN PUTIH DAN TAPAI KETAN HITAM MENURUT Prof. DR. Ir. Made Astawan, MS (2009: 241)
Tabel 5. Kandungan gizi tapai singkong, tapai ketan dan tapai ketan hitam
Jenis Mikroba Tapai Singkong Tapai Ketan Tapai Ketan Hitam
Energi (kkal) 173 172 166
Sumber: Direktorat gizi, Depkes RI (1992)
D.TINJAUAN RAGI
Ragi tapai merupakan inokulum yang digunakan dalam pembuatan tapai terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 2.3 cm (Prof. DR. Ir. Made Astawan, 2009: 236).
Ragi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tapai, roti, dan bir.
E.TINJAUAN FERMENTASI
Fermentasi sudah dikenal sejak jaman dahulu, dengan kecenderungan keberlangsungan lingkungan hidup, dan pengembangan sumber daya yang dapat diperbarui, menyebabkan peningkatan upaya dan ketertarikan dalam upaya mengambil kembali produk fermentasi. Fermentasi mulai menjadi ilmu pada tahun 1987 ketika Louis Pasteur menemukan bahwa fermentasi merupakan sebuah hasil dari sebuah aksi mekroorganisme yang spesifik. Fermentasi sebagai industri dimulai pada tahun 1900, dengan produksi dari ensim mikroba, asam organik, yeast. Fermentasi secara kontinyu dilakukan oleh industri farmasi yang didirikan pada tahun 1950. Saat ini fermentasi memiliki arti berbeda bagi seorang ahli biokimia dan bagi seorang “Industrial
Mikrobiologist”. Yakni sebagai berikut:
1) Dari sisi arti biokimia: fermentasi berhubungan pembangkitan energi dengan proses katabolisme senyawa-senyawa organik, yang berfungsi sebagai donor electron dan terminal electron acceptor.
2) Dari sisi industrial microbiologist: fermentasi berhubungan proses produksi produk dengan menggunakan mikroorganisme sebagai biokatalis.
Proses fermentasi dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan kondisinya, yaitu kondisi aerob, mikroaerophilik maupun anaerob. Kondisi aerob adalah kondisi fermentasi yang dijalankan dengan suplai oksigen yang cukup. Kondisi mikroaerophilik adalah kondisi fermentasi yang dijalankan dengan suplai oksigen yang terbatas, sedangkan kondisi anaerob adalah kondisi fermentasi yang dijalankan tanpa kehadirat oksigen.
Secara biokimia, fermentasi diartikan sebagai pembentukan energi melalui katabolisme senyawa organik, sedangkan dalam industri, fermentasi diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu produk oleh sel mikroba. Fermentasi yang sempurna dan cepat dapat terjadi pada pH antara 5,5 – 6,0. Proses fermentasi akan dihambat pada pH 5 dan terhenti pada pH di bawah 4,5.
F.KERANGKA BERFIKIR
mengandung karbohidrat 22.84 gram sehingga memungkinkan untuk dapat dijadikan tapai.
Mengingat karakteristik yang berbeda beda dari tiap- tiap pisang maka dalam penelitian ini akan diujicobakan dua jenis pisang yang berbeda sebagai bahan dasar pembuatan tapai pisang. Dari hasil eksperimen akan didapatkan hasil adanya perbedaan maupun tidak adanya perbedaan secara nyata dari segi kualitas inderawi dan penerimaan masyarakat sebagai konsumen, sehingga diharapkan pisang dapat digunakan sebagai alternatif bahan dasar pembuatan tapai pisang.
Gambar 3. Skema Kerangka Berfikir
Tapai Pisang Kualitas Tapai Pisang
Pisang raja Pisang kepok
Penilaian Subyektif
A.JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan pisang raja (Musa sapientum) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) sebagai bahan utama inovasi tapai, yaitu tapai pisang.
B.VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan 3 variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan utama pembuatan tapai pisang yang berbeda yaitu pisang raja dan pisang kepok.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas inderawi tapai pisang dilihat dari aspek aroma, rasa, tekstur dan warna.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah proses dan teknik pembuatan tapai pisang, suhu memasak dan lama pemasakan dan kemasan daun pisang dimana semua variabel ini dikondisikan sama.
C.TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat penelitian dilakukan di Kos Annisa Tri Agustina di Klebengan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta blok C 1 A.
2. Waktu penelitian ini berlangsung sejak tanggal 15 Oktober 2016 sampai tanggal 23 Oktober 2016, yang meliputi pencarian bahan dan eksperimen hingga selesai, sedangkan uji coba dilakukan pada tanggal 17 Oktober dan 21 Oktober 2016.
D.OBJEK PENELITIAN
1. Metode Observasi
Menggunakan metode observasi untuk mengamati pemanfaatan pisang raja (Musa sapientum) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) sebagai inovasi baru produk tapai yang bergizi.
2. Metode Eksperimen
Menggunakan metode eksperimen untuk membuktikan bahwa buah pisang raja (Musa sapientum) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan tapai.
3. Metode Dokumentasi
Menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data- data yang berkaitan dengan uji coba.
4. Studi Pustaka (Literatur Research)
Melakukan kajian terhadap berbagai literatur atau pustaka yang sesuai dengan penelitian baik itu bersumber dari buku, jurnal maupun internet sebagai penguat landasan berfikir.
F. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
Kompor gas Dadang panci Alu
Pisau 2. Bahan:
Pisang pisang raja(Musa sapientum) Pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) Ragi tapai
Pisang
Pemeraman dalam keadaan tertutup selama 2- 3 hari
TAPE PISANG
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Tapai Pisang
H.RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap. Yaitu:
1. Penelitian Tahap Pertama
Pada tahap pertama, yaitu proses perencanaan dilakukan untuk menemukan cara memanfaatkan buah pisang raja(Musa sapientum) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana) sebagai bahan utama pembuatan tapai pisang.
2. Penelitian Tahap Kedua
menghilangkan racun (toxic) serta membantu menghaluskan tekstur pisang untuk mendukung berkembangbiaknya ragi.
Proses selanjutnya adalah peragian, yaitu pemberian ragi pada pisang yang sudah dikukus tersebut dengan cara menaburi pisang dengan bubuk ragi yang sudah dihaluskan. Dan terakhir adalah membungkus pisang yang sudah ditaburi ragi dengan daun pisang, hal ini bertujuan sebagai syarat fermentasi dimana ketika dibungkus dengan daun pisang masih ada sirkulasi udara yang terjadi dikarenakan adanya rongga- rongga udara. Kemudian letakkan bungkusan pisang yang sudah ditaburi ragi didalam wadah tertutup yang kedap udara.
3. Penelitian Tahap Ketiga
Pada penelitian tahap ketiga dilakukan uji coba aroma dan rasa tapai pisang hal ini dilakukan dengan menggunakan alat indera, yakin hidung dan lidah untuk menguji aroma dan rasa dari tapai pisang.
I. METODE ANALISIS DATA
BAB IV PEMBAHASAN
Pada penelitian ini kami menggunakan penilaian subyektif terhadap hasil eksperimen kami. Penelitian subyektif merupakan cara penelitian terhadap mutu atau sifat- sifat suatu komoditi dengan menggunakan panelis sebagai instrumen atau alat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualitas dari tapai pisang hasil eksperimen dengan menggunakan uji inderawi dan uji kesukaan (hedonik).
1. UJI INDERAWI
Uji inderawi adalah pengujian terhadap sifat karakteristik bahan pangan dengan menggunakan indera manusia termasuk indera penglihatan, pembau, perasa dan pendengar (Kartika B, 1998: 3).Untuk melakukan uji inderawi diperlukan instrument sebagai alat ukur yaitu panelis agak terlatih dengan mengetahui tentang cara- cara penilaian meliputi penilaian terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa (Soekarno, 1985: 49). Dimana panelis tersebut adalah kami sendiri selaku peneliti dan beberapa anggota keluarga dekat kami.
Dalam penelitian ini uji inderawi dilakukan dengan menggunakan tipe skoring. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kualitas masing- masing sampel dengan menggunakan klasifikasinya, yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur. Teknik skoring digunakan untuk menilai kualitas sampel berdasarkan sifat atau karakteristik yang dimiliki. Berikut akan dijelaskan kisi- kisi pedoman uji inderawi.
VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR DESKRIPTOR
Kualitas Tapai Pisang
Pengertian Tapai Pisang yang Baik
Aroma Aroma khas tapai pisang Warna Warna hitam kecoklatan Rasa Rasa manis dan asam khas
Sifat atau karakteristik sampel terdiri dari 4 tingkatan, yaitu untuk yang paling baik diberi skor 4 dan kurang baik diberi skor 1. Kriteria penilaian dapat dilihat seperti dibawah ini:
a. Aroma tapai pisang
1) Aroma tapai pisang nyata Skor 4 2) Aroma tapai pisang cukup nyata Skor 3 3) Aroma tapai pisang kurang nyata Skor 2 4) Aroma tapai pisang tidak nyata Skor 1
c. Rasa manis tapai pisang
1) Manis ideal Skor 4
2) Cukup manis Skor 3
3) Kurang manis Skor 2
4) Tidak manis Skor 1
d. Rasa asam tapai pisang
1) Asam Skor 4
Pada pengujian ini digunakan panelis yang tidak terlatih (Kartika B, 1988: 56). Panelis diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan dengan sampel standar. Oleh karena itu pengujian dilakukan secara berurutan, tidak disajikan secara bersama- sama.
Kriteria penilaian dalam uji kesukaan ini menggunakan teknik skorsing, rentangan skor dalam penilaian adalah 4- 1. Yaitu sebagai berikut:
1) Suka Skor 4
2) Cukup suka Skor 3 3) Kurang suka Skor 2 4) Tidak suka Skor 1
Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa pisang raja dan pisang kepok sudah memiliki aroma, warna, rasa dan tekstur yang sesuai dengan tapai pada umumnya yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sehingga, tapai berbahan utama pisang ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan inovasi baru olahan tape dan layak diperjualbelikan dipasaran dan membuka lapangan kerja baru.
0 1 2 3 4
Tapai pisang raja Tapai pisang kepok
Aroma 3 4
Warna 4 3
Rasa Manis 3 3
Rasa Asam 3 3
Dari hasil penelitian dan pembahasan “Tapai Pisang (Musa paradisiaca L.) sebagai Inovasi
Baru Produk Olahan Pisang”, dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A.KESIMPULAN
Simpulan yang dapat diuraikan dari penelitian ini adalah:
1. Tapai pisang merupakan suatu inovasi produk baru dari olahan tanaman pisang yang belum banyak dimanfaatkan.
2. Buah pisang memiliki prospek sebagai bahan dasar pembuatan tapai pisang karena memiliki kandungan kadar karbohidrat yang tinggi.
3. Ada perbedaan kualitas tapai pisang raja dan tapai pisang kepok dari aspek aroma, warna dan tekstur. Pada aspek warna didapatkan perbedaan skorsing pada tabel data hasil pengamatan, dimana aroma tapai pisang kepok memiliki nilai lebih tinggi daripada tapai pisang raja. Pada aspek warna juga terlihat bahwa nilai warna pisang raja lebih tinggi daripada tapai pisang kepok dan begitu juga dengan teksturnya. Sedangkan untuk aspek rasa manis dan rasa asam pada kedua pisang tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.
4. Kualitas yang terbaik dari tapai pisang raja dan tapai pisang kepok yaitu tapai pisang raja. Karena pada tapai pisang raja jika dilihat dari tabel analisis hasil uji pada aspek aroma, rasa, warna dan tekstur memiliki rata- rata yang lebih tinggi dari pisang kepok.
B.SARAN
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:
1. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk memperoleh hasil tapai pisang yang lebih enak rasanya dan mempunyai tampilan serta tekstur yang menarik, sehingga memiliki nilai harga jual yang tinggi.
kepekaan dan konsisten dapat mempengaruhi hasil uji inderawi.
Amrulloh, Sarinah D. 1987. BIOPROSES DALAM INDUSRI PANGAN. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Effendi, M. Supli. 2012. TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN. Bandung: Alfabeta.
Kartika, B. 1988. PEDOMAN UJI INDERAWI BAHAN PANGAN. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Made Astawan. 2009. PANDUAN KARBOHIDRAT TERLENGKAP. Jakarta: Dian Rakyat. Napitupulu, Debby Miranda. 2010. BUDI DAYA PISANG. Bandung: CV. Rawansah. Rahardi. 1982. MEMBUAT TAPAI. Jakarta: Swadaya.
Riadi, Lieke. 2013. TEKNOLOGI FERMENTASI EDISI 2. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukra, Yuhara. 1983. BUKU SERI TEKNOLOGI PANGAN 2. Bandung: Institut Pertanian Bogor
Suyanti, Ahmad Supriyadi. 2008. PISANG, BUDIDAYA, PENGOLAHAN DAN PROSPEK PASAR. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarwotjo. 1981. DAFTAR KOMPOSISI BAHAN MAKANAN. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Winarno, F.G. 1997. KIMIA PANGAN DAN GIZI. Jakarta: Gramedia.
Pisang Proses Penumbukan Ragi
Proses Pengukusan Pisang Proses Pengupasan Pisang
Proses Peragian Pisang
Proses fermentasi dalam wadah kedap udara