• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Manajemen Privasi dengan Iklim (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Manajemen Privasi dengan Iklim (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Manajemen Privasi dengan Iklim Komunikasi Organisasi

Ririn Frina1, Purwanti Hadisiwi2, Agus Setiaman3

Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Corresponding Author:[email protected]

Abstrak

Privasi merupakan hal-hal yang sangat pribadi bagi seseorang. Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen privasi dengan iklim komunikasi organisasi. Penelitian dilakukan di Hotel Ciputra Semarang, dengan responden berjumlah 65 orang yang merupakan karyawan pada di perusahaan tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik korelasional. Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang berisi sejumlah pernyataan tentang variabel manajemen privasi dan variabel iklim komunikasi organisasi. Setelah data dikumpulkan maka dilakukan pembahasan data dengan menggunakan statistik parametris dan kemudian dilakukan analisis pada data tersebut. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen privasi dengan iklim komunikasi organisasi di Hotel Ciputra Semarang. Hubungan yang terdapat diantara kedua variabel tersebut tergolong ke dalam kategori sedang. Artinya, masih banyak variabel-variabel lain yang berhubungan dengan iklim komunikasi organisasi di dalam sebuah perusahaan.

Kata kunci: manajemen privasi, iklim komunikasi organisasi

Latar Belakang

Manusia merupakan individu yang utuh sehingga manusia memiliki hak

atas segala sesuatu tentang dirinya atau segala hal yang berkaitan dengan dirinya

sendiri. Bahkan, seorang individu berhak mengatur sejauh mana ia harus memberikan

informasi kepada orang lain tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, sering

terdengar istilah ‘privasi’ dalam kehidupan sosial sekarang ini. Altman (1975)

1

Penulis

(2)

mendefinisikan privasi sebagai proses pengontrolan yang selektif terhadap akses

kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.

Dari definisi privasi di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa privasi

merupakan tingkatan untuk mengontrol keterbukaan yang diinginkan seseorang dalam

sebuah interaksi. Secara sadar atau tidak, ternyata setiap orang melakukan

kontrol atas privasinya. Keterbukaan atas informasi-informasi yang bersifat pribadi

membutuhkan pengelolaan yang baik, harus jelas batasan-batasannya, mana yang dapat

dibagikan kepada publik, dan mana yang bersifat privat. Pengelolaan privasi yang baik

akan membantu seorang individu dalam melakukan interaksi yang baik pula dalam

lingkungan sosialnya.

Seorang profesor bidang komunikasi, Sandra Petronio, melalui teori yang

dipeloporinya yaitu Communication Privacy Management Theory atau Teori

Manajemen Privasi Komunikasi menegaskan bahwa terdapat batasan-batasan yang

digunakan oleh individu dalam membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi

terhadap individu atau kelompok sosial lain, antara lain berdasarkan penilaian

terhadap resiko yang akan diterima (cost dan reward yang akan diperoleh ketika

mengungkapkan hal-hal yang bersifat privat atau pribadi), aspek budaya, perbedaan

jender, motivasi personal dan tuntutan situasional.

Pada satu sisi, manusia memang merupakan seorang individu yang utuh,

namun pada sisi lain, manusia juga merupakan makhluk sosial dimana manusia itu

membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pernyataan bahwa

manusia merupakan makhluk sosial juga ditegaskan melalui sebuah teori hubungan

antarmanusia (human relation theory) yang dipelopori oleh Elton Mayo. Dalam

(3)

keinginan untuk aktualisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehidupan

manusia tidak akan lepas bisa lepas dari kodratnya sebagai makhluk sosial. Oleh

karena kodrat manusia adalah makhluk sosial, maka manusia akan masuk ke dalam

sebuah organisasi. Di dalam sebuah organisasi, manusia akan bertemu dan

berinteraksi dengan banyak orang sehingga ia akan menjalin hubungan sosial

untuk memenuhi kebutuhannya. Dapat dilihat bahwa di dalam sebuah organisasi

terdiri dari beberapa bahkan banyak orang yang berkumpul untuk mencapai sebuah

tujuan bersama. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa di dalam organisasi pastilah

terdapat suatu proses komunikasi, dimana satu orang bertukar pesan dengan orang

lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Dengan adanya

komunikasi, setiap orang di dalam organisasi membangun hubungan sosial antara yang

satu dengan yang lainnya.

Melalui Human Relation Theory, Elton Mayo menyatakan bahwa individu

dan hubungan sosial merupakan hal penting di dalam sebuah organisasi. Mayo

menegaskan bahwa terdapat pengaruh komunikasi manusia terhadap interaksi atau

tingkah laku anggota organisasi (Arni, 2005:39-43). Dengan demikian, maka dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa terdapat peran penting dari proses komunikasi di

dalam kehidupan sebuah organisasi. Karena di dalam sebuah organisasi terdapat

sebuah proses komunikasi, maka di dalamnya juga akan tercipta suatu iklim yang

terbentuk dari hasil komunikasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi merupakan

gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia,

respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik

antarpersona, dan kesempatan untuk bertumbuh, di dalam sebuah organisasi (Pace &

(4)

Adanya iklim komunikasi di dalam sebuah organisai akan mempengaruhi

interaksi yang terjadi diantara anggota organisasi tersebut. Pace dan Faules (2001)

mengemukakan bahwa iklim organisasi akan mempengaruhi siapa yang disukai, apa

yang ingin dicapai, siapa yang diajak bicara, bagaimana perkembangan diri, perasaan

pribadi, pekerjaan, serta bagaimana cara menyesuaikan diri dengan organisasi. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan suatu

hal yang sangat penting di dalam sebuah organisasi.

Agar sebuah organisasi berjalan dengan baik, sudah selayaknya pula setiap

anggota di dalam organisasi tersebut membangun iklim komunikasi organisasi yang

baik. Terbentuknya iklim komunikasi organisasi yang baik, tidak akan lepas dari

proses komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu di dalam sebuah organisasi.

Namun, apa saja pesan yang harus dipertukarkan di dalam proses komunikasi yang

dilakukan individu dalam organisasi? Apakah segala sesuatu harus dikomunikasikan,

termasuk hal-hal pribadi seorang individu? Seringkali di dalam sebuah organisasi,

didapati bahwa informasi mengenai pribadi seseorang ternyata lebih cepat menyebar

kepada individu lainnya daripada informasi tentang organisasi itu sendiri. Hal ini bisa

terjadi melalui jalur informal atau selentingan di dalam organisasi. Davis dan

O’Connor (dalam Pace dan Faules, 2001:200) menyatakan bahwa salah satu sifat dari

selentingan adalah menyebarkan informasi dengan cepat. Apabila hal tersebut terjadi,

maka individu pemilik informasilah yang akan merasa dirugikan. Kerugiannya bisa

meliputi berbagai hal, bahkan dapat mempengaruhi citra diri individu. Dengan

demikian, didapati sebuah pertanyaan, apakah pengetahuan orang lain tentang citra

diri seseorang akan menentukan komunikasi selanjutnya? Maka dari itu, dapat

(5)

individu berhubungan dengan iklim komunikasi organisasi di dalam sebuah

perusahaan? Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka perlu dicari tahu

terlebih dahulu apakah terdapat hubungan antara cara seseorang bersikap dalam proses

komunikasinya dengan iklim komunikasi yang telah dibangunnya. Untuk itu, peneliti

membuat sebuah penelitian terhadap 189 karyawan Hotel Ciputra Semarang, agar

dapat melihat apakah terdapat hubungan antara manajemen privasi dengan iklim

komunikasi organisasi.

Penjelasan

Di dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang digunakan oleh

peneliti untuk mengemukakan hubungan antara manajemen privasi dengan iklim

komunikasi organisasi, antara lain konsep manajemen privasi dan iklim komunikasi

organisasi. berikut ini penjelasan singkat mengenai kedua konsep tersebut.

1. Manajemen Privasi

Konsep manajemen privasi ini berasal dari sebuah teori yang

dikemukakan oleh Sandra Petronio, yaitu Communication Privacy Management /

CPM. Teori ini memiliki asumsi bahwa terdapat batasan-batasan yang

digunakan individu dalam membicarakan hal-hal yang bersifat privat terhadap

individu lain atau kelompok sosial lain. Teori ini berbicara tentang pembukaan di

dalam hubungan yang membutuhkan pengelolaan sehingga diperlukan

batasan-batasan ketika berkomunikasi. Pengertian manajemen privasi itu sendiri

adalah bagaimana seseorang melakukan pengelolaan atas informasi- informasi

privat yang akan dikomunikasikannya ketika orang tersebut melakukan

(6)

memiliki lima asumsi dasar yang menjadi sub variabel dalam penelitian ini, yaitu

:

- Informasi privat (private information)

Informasi privat merupakan informasi mengenai hal-hal yang sangat berarti

bagi diri sendiri. Suatu hal menjadi privat bergantung pada pentingnya hal

tersebut bagi konsepsi diri sendiri dan bagi hubungan dengan orang lain

(Schoeman dalam West dan Turner, 2008 : 256). Informasi privat meliputi

pembukaan pribadi kepada orang lain dan keintiman dengan orang lain.

- Batasan privat (private boundaries)

Batasan privat merupakan garis atau batasan antara bersikap publik dan

bersikap privat. Bersikap privat berarti orang menyimpan informasi privat

untuk diri mereka

sendiri (disebut batasan personal). Sedangkan bersikap publik berarti orang

membuka informasi privat kepada orang lain dalam relasi sosial (disebut

batasan kolektif).

- Kontrol dan kepemilikan

Kontrol dan kepemilikan berasumsi bahwa orang merasa merekalah yang

memiliki informasi dan merekalah yang berhak mengontrol informasi tersebut.

- Sistem manajemen berdasarkan aturan

Sistem manajemen berdasarkan aturan yaitu kerangka untuk memahami

keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat yang meliputi tiga

proses yaitu : karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi

batasan.

(7)

Dialektika manajemen merupakan ketegangan-ketegangan antara keinginan

untuk mengungkapkan informasi privat dengan keinginan untuk menutupinya.

2. Iklim Komunikasi Organisasi

Pace dan Faules mengemukakan iklim komunikasi organisasi merupakan

gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku

manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan,

konflik-konflik antarpersona, dan kesempata bagi pertumbuhan dalam sebuah organisasi

(Pace dan Faules, 2001 : 147). Terdapat enam faktor yang mempengaruhi iklim

komunikasi, yaitu :

- Kepercayaan

Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan

mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan,

keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

- Pembuatan keputusan bersama

Pegawai di semua tingkat harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi

mengenai masalah dalam kebijakan organisasi, yang relevan dengan

kedudukan mereka.

- Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu

mengatakan “apa yang ada dalam pikiran merekatanpa mengindahkam

apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

- Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

(8)

kepada bawahannya. Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota

organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan

langsung dengan tugas mereka pada saat itu.

- Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas

Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan

kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Atasan harus bersedia mendengarkan

saran maupun laporan masalah dari bawahannya dengan pikiran terbuka.

- Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Anggota di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu

komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, dan menunjukkan

perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian korelasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara manajemen

privasi dengan iklim komunikasi organisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan Hotel Ciputra Semarang (K=1) dengan total 189 orang (N=189).

Rumus pengambilan sampel yang akan digunakan untuk populasi dalam penelitian ini

adalah rumus Slovin dengan kelonggaran keditaktelitian pengambilan sampel sebesar

10%. Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh sampel sebanyak 65 orang.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling random

strata karena populasinya tidak homogen (heterogen). Populasi dibagi ke dalam

strata-strata, selanjutnya akan diibuat kerangka sampling. Selanjutnya dilakukan penentuan

ukuran sampel untuk strata proporsional dari setiap strata dilakukan berdasarkan

(9)

setiap strata atau lapisan ditentukan, maka selanjutnya adalah penentuan anggota

sampel dengan teknik acak sederhana, dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan

undian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

beberapa teknik, yaitu teknik kuesioner dan studi pustaka. Sedangkan analisis

datanya dilakukan dengan teknik adalisis deskriptif dan analisis inferensial.

Sebelum kuesioner disebarkan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment untuk uji validitas dan Alpha

Cronbach untuk uji reliabilitas.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan perhitungan terhadap manajemen privasi pada penelitian

diketahui bahwa dari 65 orang responden, 57 responden (87,69%) memberikan

penilaian tentang manajemen privasi pada kategori tinggi dan 8 responden

(12,31%) memberikan nilai pada kategori sedang, dan tidak seorang pun

memberikan nilai pada kategori rendah. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa

hampir seluruh responden menilai bahwa responden melakukan pengelolaan terhadap

proses pengomunikasian hal-hal yang bersifat pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa

privasi adalah hal yang seutuhnya adalah milik individu dan merupakan hal terpenting

di dalam diri seorang individu. Petronio mengemukakan bahwa Privasi merupakan hal

penting bagi seorang individu karena privasi memungkinkan seorang individu berbeda

dari individu lainnya (dalam West dan Turner, 2008:253). Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa responden memberikan perhatian dan pengelolaan pada privasi

sebab risiko dan keuntungan yang diperoleh dari pengomunikasian privasi dirasakan

(10)

merasa bahwa merekalah yang harus mengelola informasi pribadinya sendiri.

Hal ini juga menunjukkan bahwa terdapat batasan-batasan yang dimiliki oleh

responden dalam proses komunikasi hal-hal pribadinya. Dengan demikian, dapat

diketahui bahwa asumsi teori yang dipelopori oleh Petronio, yaitu teori manajemen

privasi komunikasi, benar adanya karena sesuai dengan data uang diperoleh di

lapangan. Hanya sangat sedikit responden yang menilai manajemen privasi pada

kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa responden yaitu karyawan di Hotel

Ciputra Semarang ini tidak selalu mengelola proses komunikasi hal pribadinya.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap total skor variabel manajemen privasi yang

diperoleh melalui pengumpulan data, maka jumlah skor variabel adalah 3.426.

Dengan demikian diperoleh hasil bahwa manajemen privasi yang dilakukan oleh

karyawan pada Hotel Ciputra Semarang ini adalah 81% dari yang diharapkan.

Idealnya, hasil yang diharapkan adalah 100%. Sedangkan yang diperoleh dari

pengumpulan data adalah 81%. Artinya, pengelolaan informasi pribadi yang

dilakukan oleh responden berkisar 81% dari pengelolaan manajemen privasi yang

ideal. Dengan kata lain, 81% hal-hal pribadi dikelola oleh individu atau responden

dalam proses pengomunikasiannya, sedangkan 19% lainnya tidak dikelola.

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan terhadap iklim komunikasi

organisasi, diketahui bahwa dari 65 orang responden, 45 responden (69,23%)

memberikan penilaian tentang iklim komunikasi organisasi pada kategori

tinggi, 20 responden (30,77%) memberikan nilai pada kategori sedang, dan

tidak seorang pun memberikan nilai pada kategori rendah. Dari data tersebut dapat

dipahami bahwa sebagian besar responden menilai bahwa iklim komunikasi

(11)

Semarang sudah mendekati iklim ideal yang diinginkan oleh responden. Hal

ini ditunjukkan dari 69,23% responden menilai bahwa iklim komunikasi organisasi di

perusahaan tersebut berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa

iklim komunikasi yang ada sudah hampir sesuai dengan iklim komunikasi yang

diharapkan oleh para responden. Pace dan Faules mengemukakan bahwa iklim

komunikasi organisasi dapat menjadi salah satu pengaruh paling penting dalam

produktivitas organisasi karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi (Pace

dan Faules, 2001:155). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di Hotel Ciputra

Semarang ini, responden merasa iklim komunikasi organisasi sudah baik dan sesuai

dengan kebutuhan responden, maka dari itu produktivitas di perusahaan tersebut juga

akan tercapai dengan baik. Dari data penelitian juga diketahui bahwa hanya sebagian

kecil responden yang merasa bahwa iklim komunikasi yang ada masih kurang sesuai

dengan yang dibutuhkan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa orang

yang masih merasa kurang nyaman dengan iklim komunikasi organisasi yang ada di

dalam peerusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap total skor variabel iklim komunikasi

organisasi yang diperoleh melalui pengumpulan data, maka diperoleh hasil bahwa

iklim komunikasi organisasi yang terdapat pada Hotel Ciputra Semarang ini

adalah 77,4% dari yang diharapkan. Idealnya, hasil yang diharapkan adalah 100%.

Sedangkan yang diperoleh dari pengumpulan data adalah 77,4%. Artinya, iklim

komunikasi organisasi yang terdapat pada organisasi Hotel Ciputra Semarang telah

mencapai 77,4% dari iklim komunikasi organsiasi yang ideal. Sisanya 22,6% lagi

harus diperbaiki dan menjadi perhatian pihak manajemen perusahaan agar iklim

(12)

komunikasi organisasi yang berjalan sudah cukup baik. Hal ini mengindikasikan

bahwa komunikasi organisasi yang terdapat di dalam perusahaan telah berjalan

dnegan cukup efektif.

Hasil ini dapat dikaitkan dengan masa kerja karyawan. Hal ini dapat

diindikasikan sebagai satu alasan mengapa para karyawan bertahan untuk menjadi

bagian dalam organisasi ini. Dari hasil tersebut pula dapat diketahui bahwa hampir

sebagian besar tujuan komunikasi organisasi telah tercapai dengan efektif.

Untuk pengujian terhadap hubungan antara manajemen privasi dengan iklim

komunikasi organisasi, maka diperoleh nilai r adalah 0,413 sedangkan nilai r tabel

untuk penelitian ini dengan taraf signifikansi sebesar 5% adalah 0,244. Dengan

demikian maka diperoleh kesimpulan bahwa :

rhitung> rtabelatau 0,413 > 0,244, maka Hoditolak dan Hi

diterima

Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan nilai r ini, diperoleh kesimpulan

bahwa terdapat hubungan antara manajemen privasi dengan iklim komunikasi

organisasi. Dan hasil koefisien korelasi sebesar 0,413 tersebut adalah signifikan, yang

artinya koefisien korelasi dapat berlaku pada populasi penelitian. Dari tabel tersebut

juga dapat dilihat bahwa nilai t adalah 3,597. Sedangkan nilai t tabel untuk responden

yang berjumlah 65 orang dengan taraf signifikasi 5% adalah 2,000. Oleh karena itu,

diperoleh kesimpulan bahwa :

thitung> ttabel atau 3,597 > 2,000 ; berarti Hoditolak artinya

signifikan

Dengan demikian, perhitungan menunjukkan Hi diterima berarti terdapat hubungan

antara manajemen privasi dengan iklim komunikasi organisasi dan hasilnya

(13)

17%. Dengan demikian dapat dibuat simpulan bahwa varian yang terjadi pada iklim

komunikasi organisasi 17% ditentukan oleh varian yang terdapat pada varian

manajemen privasi. Artinya, pengaruh manajemen privasi terhadap iklim komunikasi

organisasi adalah sebesar 17% dan sisanya bisa saja ditentukan oleh faktor-faktor

lainnya. Hal ini mendukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hubungan

antara kedua hal tersebut tergolong sedang.

Berdasarkan data penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara

manajemen privasi dengan iklim komunikasi organisasi di Hotel Ciputra Semarang

yaitu sebesar 0,413. Sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi pada

koefisien korelasi, maka untuk koefisien korelasi sebesar 0,413 termasuk pada

kategori sedang. Koefisien korelasi yang terdapat diantara kedua variabel bernilai

positif, hal ini menyatakan bahwa semakin baik manajemen privasi orang-orang di

dalam perusahaan tersebut, maka akan semakin baik pula iklim komunikasi organisasi

yang terdapat di dalam perusahaan tersebut.

Hasil ini semakin menguatkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen

Hawthorne yang dirumuskan menjadi teori hubungan manusia, bahwa individu dan

hubungan sosial di dalam sebuah organisasi merupakan hal yang penting di dalam

sebuah organisasi. Bagaimana cara seseorang berkomunikasi ternyata berhubungan

dengan interaksi atau tingkah laku orang lain. Hal ini disebabkan oleh karena

sebuah organisasi terdiri dari banyak individu yang tergabung di dalamnya sehingga

hal-hal yang berkaitan dengan individu merupakan hal penting dalam keberhasilan

sebuah organisasi.

Komunikasi-komunikasi yang dilakukan oleh individu di dalam

(14)

individu tersebut mengelola pengomunikasian informasi yang bersifat pribadi.

Meskipun organisasi merupakan sebuah sistem yang berstruktur, organisasi tidak

akan lepas dari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh individu yang berada

di dalamnya. Baik dalam bentuk komunikasi formal maupun informal,

faktor-faktor individu selalu ada di dalam konteks komunikasi organisasi. Karena itu

setiap individu harus mampu mengelola komunikasinya sehingga terbentuk iklim

komunikasi yang kondusif.

Hubungan diantara kedua variabel berada pada taraf sedang. Hal ini

mengindikasikan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang berhubungan dengan

iklim komunikasi organisasi. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini

diperoleh pemahaman bahwa manajemen privasi terdapat di dalam diri seorang

individu dan berkaitan dengan hal pribadinya sendiri, sehingga pengomunikasian hal

tersebut akan lebih cenderung terjadi pada bentuk komunikasi informal di dalam

perusahaan. Sementara ruang untuk komunikasi informal di dalam sebuah organisasi

cenderung lebih sedikit dibandingkan ruang untuk komunikasi formal. Maka wajar

bila hubungan antara kedua variabel di Hotel Ciputra Semarang ini tergolong sedang.

Melalui hasil penelitian ini dapat juga dipahami bahwa setiap responden

melakukan hubungan sosial di dalam perusahaan tempat mereka bekerja melalui

proses-proses komunikasi. Informasi-informasi yang dikomunikasikan lebih cenderung

kepada informasi tentang organisasi, hanya sedikit informasi yang berkaitan dengan

pribadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, hubungan antara manajemen privasi dan iklim

(15)

Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji hubungan antara manajemen privasi dengan iklim

komunikasi organisasi, yang dilakukan di Hotel Ciputra Semarang. Variabel

manajemen privasi diukur dengan menggunakan lima sub variabel, yaitu informasi

privat, batasan privat, kontrol dan kepemilikan, sistem manajemen berdasarkan aturan

serta dialektika manajemen. Sedangkan iklim komunikasi organisasi diukur dengan

enam sub variabel yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama,

kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam

komunikasi ke atas, serta perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan uji statistik parametrik diperoleh

hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara informasi privat dengan iklim komunikasi organisasi.

Hubungan tersebut tergolong ke dalam kategori rendah. Berdasarkan

pengujian signifikansi hipotesis diperoleh hasil bahwa koefisien korelasi tersebut

adalah signifikan

yang berarti dapat berlaku pada populasi penelitian yaitu karyawan Hotel Ciputra

Semarang.

2. Terdapat hubungan antara batasan privat dengan iklim komunikasi organisasi.

Hubungan diantara kedua konsep ini tergolong rendah. Pengujian hipotesis pada

konsep ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi adalah signifikan.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol dan kepemilikan

dengan iklim komunikasi organisasi. Interpretasi koefisien korelasi menyatakan

(16)

koefisien determinasi terlihat bahwa pengaruh kontrol dan kepemilikan terhadap

iklim komunikasi organisasi tergolong sangat kecil sehingga pada pengujian

signifikansi diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan.

4. Terdapat hubungan antara sistem manajemen berdasarkan aturan

terhadap iklim komunikasi organisasi. Koefisien korelasi pada hubungan

dinyatakan signifikan sehingga dapat berlaku pada populasi penelitian.

Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, hubungan diantara dua variabel ini

tergolong rendah.

5. Terdapat hubungan antara dialektika manajemen dengan iklim komunikasi organisasi.

Koefisien korelasi dapat diinterpretasikan memiliki hubungan yang rendah.

Hipotesis ini dinyatakan signifikan.

Berdasarkan kelima kesimpulan di atas, maka dibuat sebuah kesimpulan

umum, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen privasi dengan

iklim komunikasi organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh manajemen privasi terhadap iklim komunikasi organisasi. Dan hasil

penelitian ini signifikan, artinya dapat berlaku bagi populasi penelitian, yaitu Hotel

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. I. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.

Arni, M. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Goldberg, A & Calvin E. L. 2006. Komunikasi Kelompok. Jakarta : Universitas Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Koomunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Pace, R. Wayne & Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Panuju, R. 2001. Komunikasi Organisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Prasetyo, Bambang dan Lina M. J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Rakhmat, Jalalludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Singarimbun, M. & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Soegiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung. Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Bandung : Tarsito.

West, R. & Turner, Lynn H. 2007. Introducing Communication Theory :

(18)

2008. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.

Sumber lain :

Ardhayani, Miersa. 2008.

http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/21383/1/Pengaruh-iklim-

komunikasi-organisasi-terhadap-kepuasan-kerja-relawan-pada-organisasi- AFS-Bina-Antarbudaya--Chapter-Malang-%3A-Studi-Eksplanatif-pada- Organisasi-AFS-Bina-Antarbudaya-Chapter-Malang..pdf

Company Profile Hotel Ciputra Semarang.

Hartono, H. Dibyo. 1986. Kajian Tentang Penghunian Rumah Susun Ditinjau Dari

Aspek Perilaku. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung : Fakultas Pasca Sarjana ITB.

Leksana, S. A. 2011. http://eprints.upnjatim.ac.id/2295/

Lestari, Fitri P. 20120. Hubungan Antara Struktur Organisasi dan Iklim Komunikasi Organisasi. Skripsi : Jurusan Ilmu Humas Kampus Bandung Universitas Padjadjaran.

Oktrian, Medi. 2007. Iklim Komunikasi Organisasi Pada Dana Pensiun Telkom Bandung. Skripsi : Jurusan Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Kampus Bandung Universitas Padjadjaran.

Saepulloh. 2004. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/20543

Soesilo. 1988. Perilaku Manusia Pada Penghunian Asrama. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung : Fakultas Pasca Sarjana ITB

Tarigan, M. 2011. http://repository.upnyk.ac.id/2121/1/skripsi.pdf

Universitas Padjadjaran. 2011. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Siswa SMK wajib untuk mengikuti kegiatan praktik kerja industri. Praktik kerja industri merupakan kegiatan yang dimaksudkan agar siswa menerapkan antara

Lebih lanjut, untuk mengetahui sejauh mana peranan word of mouth dalam bentuk referensi atau rekomendasi dari orang lain dapat memengaruhi minat seseorang untuk

Kurang lebih sama dengan tahun 2012, APP tercepat dari seluruh sub- sektor di tahun 2013 yaitu selama 9 hari masih dari sub-sektor logam & mineral lain, yaitu PT SMR Utama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres menyusun skripsi ditinjau dari durasi berolahraga pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian ini

[r]

[r]

Walaupun dalam budaya ini ada kegiatan berciuman yang dianggap kurang baik dan tidak sesuai dengan moral bangsa Indonesia yang sopan dan santun dan beberapa orang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses penyusunan program dalam meningkatkan akreditasi pada Universitas Jabal Ghafur Sigli sudah sesuai dengan visi dan misi; (2)