77 BAB V PENUTUP
I. KESIMPULAN
Pembangunan gedung ibadah merupakan sikap antusias warga gereja yang begitu fenomenal di kalangan GMIT. Dikatakan fenomenal, karena GMIT pada umumnya memberikan perhatian khusus dalam hal pembangunan fisik (gedung ibadah) dibandingkan mengadakan upaya-upaya untuk melakukan pembangunan jemaat atau mengadakan pemberdayaan demi memerangi persoalan kemiskinan yang adalah realitas sosial. Pembangunan gedung ibadah begitu diperhatikan, karena gedung ibadah dimaknai sebagai rumah Tuhan yang memberikan ruang bagi setiap individual yang datang bersekutu dan membangun hubungan serta kedekatan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya.
77
Dengan demikian, hal inilah yang dikatakan rumah Tuhan (gedung ibadah) sebagai ruang alienasi sosial bagi setiap individu yang berjuang membangun gedung ibadah demi mendapatkan ketentraman meskipun di tengah realitas sosial. Warga gereja GMIT Jemaat Zaitun berupaya dan antusias membangun gedung ibadah karena mereka memahami, bahwa gedung ibadah yang megah dan bagus akan memberikan kedamaian bagi mereka. Tidak saja kedamaian yang didapatkan, tetapi dengan gedung ibadah yang bagus akan memotivasi anggota jemaat untuk rajin bergereja, dan dengan begitu pertumbuhan iman akan semakin berjalan dengan baik.
Di samping menjadikan gedung ibadah sebagai tempat sakral yang meningkatkan nilai spiritual, gedung ibadah juga dipandang sebagai icon kebanggaan warga gereja dan juga bagi seluruh masyarakat desa Tuapukan. Kehadiran gedung ibadah yang megah merupakan kebanggaan dan sebuah prestasi yang mengangkat nama baik desa Tuapukan, karena kebanggaan ini paling tidak dapat membuat masyarakat desa Tuapukan “menghilangkan” persoalan kemiskinan yang adalah realitas sosial.
77