26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan penulis adalah pengurus manajemen dari
suppliers yaitu wholesaler, retail dan service center telepon seluler dengan merek
Nokia, Samsung dan BlackBerry yang ada di Jakarta Barat.
3.1.1 Nokia
Nokia Corporation adalah produsen peralatan telekomunikasi terbesar di
dunia serta merupakan perusahaan terbesar di Finlandia. Kantor pusatnya berada
di kota Espoo, Finlandia, dan perusahaan ini paling dikenal lewat
produk-produk telepon genggamnya. Nokia memproduk-produksi telepon genggam untuk seluruh
pasar dan protokol utama, termasuk GSM, CDMA, and W-CDMA (UMTS).
a.
Sejarah Nokia
Kata Nokia berasal dari nama sebuah komunitas yang tinggal di
sungai Emakoski di negara Finlandia Selatan. Nokia didirikan sebagai perusahaan
penggilingan pulp oleh Fredrik Idestam pada tahun 1865. Perusahaan Karet
Finlandia kemudian mendirikan pabriknya di kawasan sekitarnya pada
awal keduapuluh dan mulai menggunakan merek Nokia.
Tak lama setelah usainya Perang Dunia I, Perusahaan Karet Finlandia
mengakuisisi Perusahaan Penggilingan Kayu Nokia dan Perusahaan Kabel
Finlandia (sebuah produsen kabel telepon dan telegraf). Ketiga perusahaan
27
tersebut digabung menjadi Nokia Corporation pada tahun 1967. Kemudian
dikembangkan menjadi mesin bubur kayu dan pembuat kertas pada tahun 1920
dan merupakan pabrik pembuat kertas terkemuka di Eropa.
Pada tahun 1950-an
Chief Executive Officer (CEO) Björn Westerlund
meramalkan, bahwa masa depan pertumbuhan beberapa sektor bubur kayu dan
kertas akan terbatas dan sebagai gantinya dibangun sebuah divisi elektronik di
pabrik kabel Helsinki, dari sinilah cikal bakal mulai menjurus ke sektor seluluer.
Selama 15 tahun Nokia elektronik mengalami masa percobaan dari beragam
kesalahan. Akan tetapi, dari semua kesalahan dan percobaan itu, secara bertahap
justru terbangun keterampilan substansial dari sekumpulan ahli yang berbakat.
Tahun 1970-an Nokia dan pabrik pembuat televisi Salora bergabung untuk
mengembangkan telepon genggam (telepon seluler).
Pada tahun 1980-an seluruh Salora terintegrasi menjadi Nokia. Pada saat
yang sama Nokia memperoleh operasi jaringan telepon dari Perusahaan
Telekomunikasi Pemerintah Televa. Namun, tidak semua usaha yang dilakukan
Nokia menjadi produsen telepon seluler terkemuka di dunia berjalan sukses.
Tahun 1980-an perusahaan ini membeli pabrik televisi Jerman, SEL, tetapi
terpaksa meninggalkannya karena tidak berjalan mulus.
Pada awal 1981, Nokia berhasil meluncurkan produk bernama
Nordic
Mobile Telephony (NMT)
. NMT merupakan jaringan selular multinasional
pertama di dunia. Karena itu, sepanjang dekade 1980-an NMT diperkenalkan ke
sejumlah negara dan mendapat sambutan yang luar biasa.
28
Kemudian pada awal tahun 1990-an, Nokia sempat mengalami krisis,
tetapi CEO yang baru, Jorma Ollila, memutuskan untuk memfokuskan pada
telepon seluler dan jaringan telepon. Hasilnya, telepon GSM pertama kali di dunia
muncul di Finlandia tahun 1991. Kemudian pasar telepon seluler global mulai
berkembang sangat cepat pada pertengahan 1990-an dan produk Nokia menjadi
yang nomor satu.
Kini sebanyak 2.100 seri ponsel Nokia mendulang sukses.Target penjualan
sebanyak 500 ribu unit berhasil diraih pada 1994. Dengan tenaga kerja sebanyak
54 ribu orang, produk Nokia terjual di 130 negara. Sekarang mungkin setiap orang
tau telepon seluler yang mudah dalam pengoperasiannya adalah Nokia, karena
itulah moto Nokia.
b.
Sistem Logistik Nokia
Nokia sebagai perusahaan yang pelanggannya ada di seluruh dunia,
membangun banyak pabrik di beberapa wilayah China. Dibutuhkan sistem yang
terintegrasi untuk mengatur logistik dan supply chain dengan tepat sasaran.
Nokia menerapkan konsep
Logistic Information System
yang memiliki
fungsi sebagai berikut:
Simplify Management Processes, meningkatkan efisiensi
pertukaran informasi internal dan antar perusahaan:
1.
Meningkatkan kecepatan operasi dalam perusahaan sehingga barang atau
layanan sampai ke pelanggan dengan tepat waktu.
2.
Pengaturan resources utilization lebih optimal
3.
Sangat berguna untuk proses analisis informasi
suppliers,
customers
dan
partners dalam proses pengambilan keputusan.
29
Berikut flow diagram bagaimana pendistribusian barang yang diterapkan
Nokia berikut pertukaran dokumen / informasi untuk operasi dalam negeri, tujuan
ekspor, dan kepabeanan.
Sumber: Wikipedia Indonesia
Gambar 3.1: Pendistribusian barang Nokia
Kini, keberadaan iPhone dan dominasi Android di segmen smartphone
terbukti mampu membuat Nokia cukup kelimpungan, bahkan setahun terakhir
vendor asal Finlandia ini harus rela kehilangan market share mereka direbut oleh
para pesaing.
Namun mereka masih sangat kuat di pasar menengah ke bawah melalui
dukungan ponsel model Nokia Asha. Lebih beruntung lagi, flagship baru andalan
mereka yang mengusung sistem operasi Windows Phone 8 mulai mendapatkan
angin segar di pasar smartphone saat ini.
Pada kuartal pertama 2013, Nokia memperoleh penjualan sejumlah 63,2
juta unit ponsel. Dengan perolehan market share sebesar 14,8%.
30
Sumber: International Data Corporation
Gambar 3.2: Grafik Tingkat Keuntungan dan Penjualan Nokia pada
2010-2013
3.1.2 Samsung
Samsung Group (merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar
dunia) didirikan oleh Lee Byung-chull pada 1 Maret 1938 di Daegu, Korea,
perusahaan ini beroperasi di 58 negara dan memiliki lebih dari 208.000 pekerja.
Pada 2003 pendapatannya adalah US$101.7 miliar.
Pada dekade 1990an, Samsung
Group mengeluarkan
Mobile Phone.
Berawal mengikuti perkembangan jaman, Samsung Group mengeluarkan produk
mobile phone (handphone) yang ternyata lumayan menarik pasar dunia.
31
Hingga pada tahun 1993 Samsung mengembangkan ponsel ringan
SCH-800 GSM, serta tersedia Jaringan CDMA. Ditahun-tahun berikutnya, Samsung
Group mengembangkan kembali Ponsel Pintar dan Gabungan Mp3 Player yaitu
menjelang abad ke- 20.Dan pada sekarang ini, Samsung dapat dikatakan sebagai
pioneer android.
a.
Penjualan Samsung
Posisi Samsung di puncak memang masih sulit digoyahkan. Meski telah
menguasai jagat smartphone Android lewat flagship Galaxy S yang membesarkan
namanya, Samsung masih giat meluncurkan ponsel berjenis feature phone. Hal ini
semakin memperkokoh posisi puncak raihan penjualan yang diperolehnya.
Samsung mencatatkan penjualan yang cukup fantastis, pada kuartal
pertama 2013 mereka berhasil mengapalkan sejumlah 100,6 juta unit ponsel.
Membuat vendor asal Korea Selatan ini meraih pangsa pasar cukup besar 23,6%.
Sumber: International Data Corporation
32
3.1.3 BlackBerry
Sebelum dikenal dengan nama Blackberry, perusahaan asal Kanada ini
dikenal dengan nama
Research in Motion. Pada tahun 1984, Mike Lazaridis
mendirikan Research in Motion yang mana perusahaan ini bekerja dalam bidang
mengubah jaringfan data nirkabel Mobitex milik Ericsson menjadi jaringan Pager
dua arah dan surel nirkabel yang bekerja sama dengan RAM
Mobile Data dan
Ericsson. Namun pada akhir Januari 2013, RIM membuat keputusan besar untuk
merubah nama perusahaannya menjadi BlackBerry.
Perkembangan RIM dibantu oleh sejumlah investor Kanada pada tahun
1995 melalui pembentukan suatu perusahaan swasta. Working Ventures Canadian
Fund Inc. melakukan investasi pertama senilai $5.000.000 untuk menyelesaikan
pengembangan perangkat keras dan lunak pager dua arah RIM.
Pada awalnya RIM mengeluarkan produk berupa sebuah pager yang diberi
nama BlackBerry 850 pada tahun 1999, perangkat ini mampu menerima surel
masuk dari server Microsoft Exchange dengan perangkat lunak servernya,
BlackBerry Enterprise Server (BES). BlackBerry 850 tersebut, menjadi cikal
terbentuknya telepon genggam pintar yang digunakan pada saat ini. BlackBerry
mulai membuat telepon pintar dengan menggunakan Operating System tersendiri
pada tahun 2000, yaitu BlackBerry 957. BlackBerry 957 bukanlah produk yang
diciptakan untuk ditawarkan secara umum kepada konsumen, produk awal dari
RIM yang dipublikasikan sebagai telepon genggam pintar untuk khalayak umum
33
adalah BlackBerry
Pearl 8100, telepon ini sudah dilengkapi dengan fitur
multimedia seperti kamera.
Cara RIM memperkenalkan diri ke seluruh dunia adalah dengan membuka
fasilitas baru di North Sydney, New South Wales, Australia pada Februari 2009.
Kantor baru RIM secara resmi dibuka oleh Thomas A. MacDonald, Konsul
Jenderal Kanada, dalam acara peresmian yang dihadiri pejabat pemerintah New
South Wales dan North Sydney Council, serta mitra dan pelanggan RIM. Kantor
baru ini memiliki fasilitas pelatihan, pusat riset dan pengembangan, pusat
pemasaran mitra strategis dan layanan bantuan teknis.
BlackBerry memiliki jangkauan daya jual yang sangat luas, dengan
menggunakan pemanfaatan berbagai media informasi yang semakin berkembang.
Contoh dari pemanfaatan tersebut adalah, dengan membuatkansecara khusus
aplikasi shortcut suatu media. Semisal seorang pengguna BlackBerry ingin
membuka suatu website ternama tertentu, maka BlackBerry menyediakan suatu
icon shortcut yang dapat membawa pengguna langsung menuju ke website yang
diinginkan, begitu juga dengan konten lainnya yang secara khusus dibuatkan icon
shortcut
oleh BlackBerry.
Website yang sering dikunjungi oleh umum, biasanya
memiliki link download tersendiri untuk aplikasi yang dapat digunakan oleh
ponsel BlackBerry.
Pada awalnya BlackBerry memiliki pelayanan kualitas jaringan yang
sangat baik, hal ini dibuktikan dengan saat serangan terorisme 11 September 2001
di Amerika Serikat (AS), atau lebih dikenal dengan peristiwa 9/11, semua jaringan
34
operator seluler mengalami gangguan, namun jaringan BlackBerry tetap berjalan
baik. Media massa di AS memuji kehebatan BlackBerry. Namun seiring
bertumbuhnya pengguna BlackBerry yang meningkat pesat dan layanan
BlackBerry
Mesenger yang memerlukan daya simpan besar di server serta
transmisi yang tidak sedikit, kualitas jaringan BlackBerry sering terganggu yang
dikarenakan gangghuan server.
BlackBerry memiliki laba penjualan yang terus meningkat sampai
akhirnya ditahun 2011. Berbagai aspek telah mempengaruhi laba penjualan, mulai
dari kekurangan Ponsel BlackBerry sampai dengan kemunculan telepon pintar
berjenis sistem operasi terbaru yang memiliki spesifikasi lebih baik ketimbang
BlackBerry. Alhasil dalam tahun 2013, BlackBerry memangkas 50%
karyawannya diseluruh dunia. Adapun laba yang didapat BlackBerry sampai
dengan tahun 2011 :
Tabel 3.1 Penjualan BlackBerry dan tingkat labanya
Tahun
Penjualan ($ Juta) Laba Operasi ($ Juta) Laba Bersih ($ Juta)
2002
294
(58)
(28)
2003
307
(64)
149
2004
595
78
32
2005
1350
386
206
2006
2066
617
375
2007
3037
807
632
2008
6009
1731
1294
2009
11065
2722
1893
2010
14953
3507
2457
2011
19907
4739
3444
Sumber: Wikipedia Indonesia
35
Tabel 3.2 Penjualan Blackberry pada tahun 2012-2013
Sumber: International Data Corporation
3.2
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode penelitian.
Pertama, metode penelitian deskriptif digunakan penulis untuk menganalisis,
mengidentifikasi dan mendeskripsikan bagaimana sistem
reverse logistics dapat
memberikan ketertarikan yang cukup besar terhadap
suppliers telepon seluler.
Kedua, dengan analisis kausal yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sistem
reverse logistics dapat berpengaruh terhadap kinerja
suppliers telepon
seluler.
3.3
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pembahasan yang harus
diuji secara empiris. Dalam penelitian ini, didapatkan hipotesis sebagai berikut:
36
Ha: Terdapat ketertarikan
suppliers
telepon seluler
terhadap kegiatan
reverse logistics.
1.
Terdapat ketertarikan
wholesaler
telepon seluler
terhadap
kegiatan reverse logistics.
2.
Terdapat ketertarikan
service center/gerai resmi
telepon seluler
terhadap kegiatan reverse logistics.
3.
Terdapat ketertarikan
retailer
telepon seluler
terhadap kegiatan
reverse logistics.
3.4
Variabel dan Skala Pengukuran
Tabel 3.3 Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Pengukuran
Reverse
Logistics
(RL)
Pentingnya
Kegiatan
Reverse
Logistics
Manfaat besar bagi perusahaan
Skala Likert
Pemulihan asset
Peningkatan kualitas
Nilai telepon seluler yang sudah
tidak terpakai
Penanganan Limbah
Kebijakan
Perusahaan
Penerapan Kegiatan RL
Senjata strategis untuk bersaing
Sistem
Perencanaan kegiatan RL
Tersedianya teknologi untuk
melakukan recycle telepon
seluler
Sumber
daya
keuangan
dan
aparatur
Penghematan dalam biaya
operasional
Peningkatan profit
Alokasi personil
37
Tabel 3.3 Variabel dan Skala Pengukuran (lanjutan)
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Pengukuran
Suppliers:
a.Wholesaler
b.Service
Center / Gerai
Resmi
c. Retailer
Tingkat penerimaan
pengembalian telepon seluler
akibat garansi
Skala Likert
Tingkat penerimaan penjualan
telepon seluler bekas
Penanganan terhadap telepon
selular yang diterima dari
konsumen
Telepon seluler yang
dikembalikan masih
mempunyai nilai
Tingkat pembelian telepon
seluler yang sudah direcycle
Harga jual menarik
Penjualan meningkat
Tingkat keuntungan
Ketidakraguan Pembelian
Telepon Seluler Recycle oleh
Konsumen
Sumber: Chan, Felix dan Chan, Hing, Kai (2008); Sutapa (2009)
3.5
Definisi Operasional Variabel
Menurut Rogers dan Tibben-Lembke dalam Chan, Felix dan Chan, Hing,
Kai (2008),
reverse logistics adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian yang efisien, efektif aliran bahan baku, dalam proses persediaan,
barang jadi, dan informasi terkait dari titik konsumsi ke titik asal untuk tujuan
merebut kembali atau menciptakan nilai atau pembuangan yang tepat.
38
Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam
bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi
barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada
konsumen akhir (Baihaqi,2006). Maka dapat disimpulkan bahwa
supply chain
position merupakan kumpulan perusahaan/organisassi yang mengangkat bahan
baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi
bahan setengah jadi atau komponen,
suppliers bahan-bahan pendukung produk,
perusahaan perakitan, distributor, dan
retailer yang menjual barang tersebut ke
konsumen akhir.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian lapangan (field
research) yang datanya diambil langsung sesuai dengan kenyataan yang ada,
yakni dengan menggunakan kuesioner, dimana kuesioner tersebut digunakan
untuk memperoleh data dan mengetahui tingkat ketertarikan
suppliers
telepon
seluler terhadap reverse logistics.
3.7
Jenis Data
Dalam sebuah penelitian, data memegang peranan penting. Penulis harus
bisa mengetahui jenis data apa saja yang diperlukan agar data tersebut dapat
diolah menjadi informasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
diperoleh secara langsung dengan membagi kuesioner atau daftar pertanyaan
kepada responden.
39
3.8
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perwakilan staff dari seluruh
suppliers telepon seluler di Jakarta Barat. Sampel penelitian ini adalah perwakilan
staff dari
suppliers telepon seluer, yaitu sebanyak 30
wholesaler, 60
service
center/gerai resmi dan 150 retailer telepon seluler dengan merek Nokia, Samsung
dan Blackberry.
3.9
Metode Analisis Data
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif, maksudnya digunakan skala penilaian untuk menyatakan bobot antara
hubungan variabel satu dengan variabel yang lainnya. Untuk dapat mengetahui
signifikasi pengaruh antar variabel, maka data diolah dengan menggunakan
metode analisis SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan
software Lisrel 8.7.
3.9.1 Spesifikasi Model
Spesifikasi model ini merupakan pembentukan model awal persamaan
pengukuran dan strukural. Spesiikasi model pengukuran merupakan persamaan
notasi matematik yang membentuk variabel-variabel teramati. Sedangkan
spesifikasi model struktural adalah persamaan notasi matematik berdasarkan
hubungan antara satu variabel laten ke variabel laten lainnya. Kemudian, akan
ditunjukkan output path diagram hybrid model dengan notasi matematik.
40
Adapun penelitian ini dapat digambarkan berdasarkan SEM (Structural
Equation Modeling) sebagai berikut:
Keterangan:
=
Variabel Laten (eksogen dan Endogen)
=
Variabel Teramati (Indikator)
ξ
=
Variabel Eksogen
η
=
Variabel Endogen
x
=
Variabel Bebas (Independent)
y
=
Variabel Terikat (dependent)
Y
=
Gamma (parameter yang menunjukkan regresi variabel
laten endogen psds variabel eksogen) ditandai dengan tanda panah
41
Spesifikasi Model SEM
42
3.9.2 Confirmatory Factor Analysis
Penelitian ini menggunakan pengukuran dengan dua tahap, di sebut
two-step approach. Tingkat pertama, yaitu CFA merupakan model pengukuran yang
menunjukkan suatu variabel laten diukur oleh satu atau lebih variabel-variabel
teramati. Hal ini didasari alasan bahwa variabel-variabel laten atau konstruk
tertentu yang mendasarinya (Wijanto, 2008). Hasil CFA harus diperiksa terlebih
dahulu dari kemungkinan terjadinya
offending estimate, kemudian dilakukan uji
validitas dan realibilitas. Kemudian tingkat kedua dilakukan, yaitu Second Order
CFA (2
ndCFA) menunjukkan hubungan antara variabel-variabel laten pada tingkat
pertama sebagai indikator dari sebuah variabel laten tingkat kedua.
Keuntungan menggunakan CFA adalah model dibentuk terlebih dahulu,
jumlah variabel laten ditentukan oleh peneliti, pengaruh suatu variabel laten
terhadap variabel teramati ditentukan lebih dahulu, beberapa efek langsung
terhadap variabel teramati dapat ditetapkan sama dengan nol atau suatu konstanta,
kesalahan pengukuran boleh berkolerasi, kovarian variabel-variabel laten dapat
diestimasi atau ditetapkan pada nilai tertentu dan identifikasi parameter
diperlukan.
3.9.3 Analisis Offending Estimates
Analisis awal ini harus dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
offending estimates (nilai-nilai yang melebihi batas yang dapat diterima) dari hasil
estimasi di tingkat CFA. Berikut kriteria analisisnya, yaitu:
43
1.
offending estimates, terutama adanya negative error variences (dikenal
dengan heywod cases). Jika ada kesalahan varian negatif, maka varian
kesalahan tersebut perlu ditetapkan menjadi 0.005 atau 0.001.
2.
nilai
standardize loading factor
>0.50, namun peneliti menggunakan
SLF lebih dari atau sama dengan 0.30 (Igbaria et al. dalam Wijayanto
2008). Sehingga variabel-variabel terkait bisa dipertimbangkan untuk
dihapus.
3.
standard errors
yang berhubungan dengan koefisien-koefisien yang
diestimasi mempunyai nilai yang besar.
3.9.4 Uji Validitas dan Reabilitas
Untuk menguji kelayakan kostruk dari peertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada kuisioner penelitian, penulis kemudian melakukan uji validitas dan
reliabilitas. Validitas berhubungan dengan apakah suatu varibel mengukur apa
yang seharusnya diukur (Wijanto, 2008). Validitas dalam penelitian ini
menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi atau arti sebenarnya
yang diukur.
Menurut Ridgon dan Ferguson (1991) dan Toll, Xia, Torkzadeh (1994)
dalam Wijanto (2008) menyatakan suatu variabel latennya, jika:
Nilait-value>1.96 pada tingkat kepercayaan 95%
Muatan faktor standarnya (standardized loading factor)
≥0.70.
Semntara itu, Igbarta et al., (1997) menyatakan bahwa
standardized
loading factor ≥ 0.50 adalah sangat signifikan. Jika terdapat
variabel-44
variabel yang memiliki nilai
t-value < 1,96 dan
standardized loading
factor kurang dari 0.50 atau 0,70 maka harus dihilangkan/dihapuskan
dari model disebut juga model
trimming. Setelah itu, proses
pengukuran dilakukan kembali dengan CFA dan dianalisis sesuai
dengan syarat-syarat di atas.
Realibilitas adalah konsistensi suatu pengukuran (Wijayanto, 2008).
Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai
konsistensi yang tinggi dalam mengukurvariabel latennya.Realibilitas suatu
konstruk dikatakan baik, jika nilai construct reabilitynya adalah ≥ 0.70. Cara lain
untuk menghitung reabilitas adalah dengan menggunakan
variance extracted
(VE), dimana nilai VE
≥ 0.50. Ekstrak varian mencerminkan jumlah varian
keseluruhan dalam indikator yang dijelaskan oleh
construct latent. Berikut ini
adalah rumus perhitungan pengukuran reliabilitas:
Varince Extracted =
std.loading
2std.loading
2+
ej
Keterangan:
= Jumlah keseluruhan
Std.Loading = Sandardized loading factors (muatan factor standar)
ej
= Kesalahan
45
Menurut Hair (1998), nilai CR yang baik adalah
≥ 0.70. Apabila nilai
CR berada di kisaran angka 0.60 dan 0.70, maka realibilitas masih termasuk
dalam kategori baik. Selain itu, untuk pengukuran nilai VE
≥ 0.50 merupakan
ukuran yang baik dalam mengukur reliabilitas, tetapi VE ini biasanya berupa
pilihan (optional) dalam penelitian, sehingga peneliti diperbolehkan hanya
menggunakan CR sebagai ukuran reliabilitas, namun akan lebih baik apabila VE
diikutsertakan.
3.9.5 Second Order (2ndCFA)
Second Order Confirmatory factor analysis
(2ndCFA) adalah model
pengukuran yang terdiri dari dua tingkat (Wijayanto, 2008). 2ndCFA merupakan
pengukuran tingkat kedua yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel
laten pada tingkat pertama sebagai indikator dari sebuah variabel laten tingkat
kedua. CFA tingkat kedua ini akan mengestimasi dan menganalisis kecocokan
model secara keseluruhan sertaterhadap model strukturalnya.
a.
Uji Kecocokan Keseluruhan Model
Struktural Equation Modeling (SEM) merupakan suatu teknik statistik
yang mampu menganalisis variabel laten, variabel teramati, dan kesalahan
pengukuran secara langsung. SEM mampu menganalisis hubungan antara variabel
laten dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel laten yang satu
dengan variabel laten yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran
(Sitinjak dan Sugiarto, 2006). Hal tersebut sejalan dengan pendapat ahli yang
mengatakan SEM tidak seperti analisis multivariate biasa yang tidak bisa menguji
regresi berganda ataupun analisis faktor secara bersama-sama (Bollen, 1989: dala,
46
Ghozali, 2005).Disamping hubungan kausal searah, SEM juga memungkinkan
menganalisis hubungan dua arah.
Setelah model terbentuk, maka diperlukan analisis dalam uji kecocokan
model, indikator-indikator yang dapat digunakan antara lain (Wijanto, 2008) :
1.
Chi square /degrees of freedom (χ2/df)
Chi Square digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik
kovarian sampel dengan matrik kovarian model. Joreskog dan Sorbom dalam
Setyo Hari (2008) mengatakan bahwa
χ2 seharusnya lebih diperlakukan
sebagai ukuran goodness of fit (atau badness of fit) dan bukan sebagai uji
statistik. χ2 dapat disebut juga sebagai badness of fit karena nilai χ2 yang besar
menunjukkan kecocokan yang tidak baik (bad fit) sedangkan nilai
χ2 yang
kecil menunjukkan good fit (kecocokan yang baik).
2.
Non-Centrality Parameter (NCP)
NCP merupakan ukuran perbedaan antara matrik kovarian sampel (Σ) dengan
matrik kovarian model (Σ(θ)). NCP juga merupakan ukuran badness of fit
dimana semakin besar perbedaan antara
Σ dengan
Σ(θ) semakin besar nilai
NCP. Jadi, kita perlu mencari NCP yang nilainya kecil atau rendah.
3. Goodness of Fit Indices (GFI)
GFI dapat diklasifikasikan sebagai uji kecocokan absolut, karena pada
dasarnya GFI membandingkan model yang dihipotesiskan dengan tidak ada
model sama sekali. Nilai GFI harus berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1
47
(perfect fit), dan nilai GFI ≥ 0,90 merupakan good fit (kecocokan yang baik),
sedangkan 0,80 ≤ GFI < 0,90 sering disebut marginal fit.
4. Root Mean Square Residual (RMR)
RMR mewakili nilai rerata residual yang diperoleh dari mencocokkan matrik
kovarian dari model yang dihipotesiskan dengan matrik
varian-kovarian dari data sampel. Standardized RMR mewakili nilai rerata seluruh
standardized residuals, dan mempunyai rentang dari 0 ke 1. Model yang
mempunyai kecocokan yang baik (good fit) akan mempunyai nilai
Standardized RMR < 0,05.
5. Root Mean Square Error of Approximation
RMSEA merupakan salah satu indeks yang informatif dalam SEM. Nilai
RMSEA
≤ 0,05 menandakan close fit, sedangkan 0,05 < RMSEA
≤
0,08
menunjukkan good fit (Brown dan Cudek, 1993). McCallum (1996)
menambahkan bahwa nilai RMSEA antara 0,08 sampai 0,10 menunjukkan
mediocore (marginal fit), serta nilai RMSEA > 0,10 menunjukkan poor fit.
6. Expected Cross-Validation Index (ECVI)
ECVI diusulkan sebagai sarana untuk menilai, dalam sampel tunggal,
likelihood bahwa model divalidasi silang
(cross-validated) dengan
sampel-sampel dengan ukuran yang sama dari populasi yang sama (Browne dan
Cudeck, 1989). ECVI digunakan untuk perbandingan model dan semakin
kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat kecocokannya.
48
7. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)
AGFI adalah perluasan dari GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree
of freedom dari null/independence/baseline model dengan degree of freedom
dari model yang dihipotesiskan atau diestimasi. Seperti halnya GFI, nilai
AGFI berkisar antara 0 sampai 1. Nilai AGFI
≥ 0,90 menunjukkan good fit,
sedangkan 0,80 ≤ AGFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit.
8. Normed Fit Index (NFI)
NFI mempunyai nilai yang berkisar antara 0 sampai 1. Nilai NFI ≥
0,90 menunjukkan
good fit, sedangkan 0,80
≤ NFI < 0,90 sering disebut
sebagai marginal fit.
9. Relative Fit Index (RFI)
Nilai RFI akan berkisar antara 0 sampai 1. Nilai RFI
≥ 0,90 menunjukkan
good fit, sedangkan 0,80 ≤ NFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit.
10. Incremental Fit Index (IFI)
Nilai IFI akan berkisar antara 0 sampai 1. Nilai IFI ≥ 0,90 menunjukkan good
fit, sedangkan 0,80 ≤ IFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit.
11. Comparative Fit Index (CFI)
Nilai CFI berkisar antara 0 sampai 1. Nilai CFI ≥ 0,90 menunjukkan good fit,
sedangkan 0,80 ≤ CFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program
Lisrel 8.8 sebagai
sarana pengolahan data. Program ini mengharuskan peneliti menulis perintah
syntax (perintah persamaan) dan hasilnya adalah path diagram dan printed output
yang dapat memberikan informasi mengenai
loading factor, t-value,
serta error
49