• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011).

Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu –ibu di Negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak.

Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika

(2)

dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02% menjadi 95,24%.

Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis). (Sulystyawati, 2009)

Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005)

Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini

(3)

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh informasi (Notoatmodjo, 2007).

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007). Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai

(4)

pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil kurang mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57% dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002).

Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI

Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang

(5)

yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul tentang “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”

(6)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

b. Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

c. Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Bagi ibu menyusui

Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.

3. Bagi lembaga pendidikan

Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

(7)

1. Salmani (2011) dengan judul Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Tentang Teknik Menyusui Yang Benar di Wilayah Kerja Puskesmas Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Variabel yang diteliti oleh Salmani adalah pengetahuan dan sikap.

2. Nurhikmati (2011) dengan judul Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang. Variabel yang diteliti oleh Nurhikmati adalah pendidikan, dukungan keluarga, dan informasi.

3. Indana Zulfa Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Variable yang diteliti oleh Indana Zulfa Zakiah adalah inisiasi menyusu dini dan kelancaran produksi ASI.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui

Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2003). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara (Nur Khasanah, 2011).

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan hisapan.

(9)

tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2 -3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran.

B. Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

1. Persiapan menyusui

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam (Sulystyawati, 2009).

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

(10)

a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.

b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009).

Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan payudara adalah menyiapkan kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter ahli anak yang sangat setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi dukungang dan menjawab pertanyaan anda (Bonny Danuatmadja, 2003).

Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan keluarga karena merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi larir (kehadiran mereka bisa menguatkan atau melemahkan keputusan anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi yang cukup.

Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum menyusui. Puting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan.

Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan puting dengan minyak, alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan membuat puting kering sehingga lebih mudah pecah. Menggosok puting dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau puting saat

(11)

kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau kelenjar yang kurang berkembang dengan baik (Bonny Danuatmadja, 2003).

2. Teknik Dasar Menyusui

a. Sebelum menyusui, keluargan ASI sedikit, oleskan pada puting dan areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban puting.

b. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pagang belakang bahu bayi dengan satu lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

c. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari atas jari yang lain menopang di bawahnya. Jangan menekan puting susu atau areola-nya saja.

d. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut bayi. Jangan menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.

(12)

e. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekananan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting saja yang diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet.

f. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar pernapasannya tidak terganggu.

g. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang masuk

h. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.

i. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Bonny Danuatmadja, 2003).

3. Posisi dan perlekatan menyusui

Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu hal yang penting diingat, Sebaiknya, ibu mencuci tangan dulu hingga bersih sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara menyusui:

a. Posisi sambil duduk.

1) Ambil posis duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya

(13)

mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada puting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan langsung mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI di sekitar puting. 3) Tempelkan mulut bayi pada puting ibu.

4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhla ia sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang pencaindra dan organ-organ tubuhnya.

5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan dulu berganti ke sisi payudara yang sedang diisap benar-benar terasa kosong.

b. Posisi Sambil Berbaring.

Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hamper sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan metode Caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi berbaring miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas menyusui di rumah pun, posisi berbaring dapat dijadikan alternative bagi ibu. 1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga

dimiringkan menghadap ibu. Sejajarkan dan tempelkan mulutnya dengan puting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh ibu.

(14)

Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya dengan tangan ibu;. Ketika ia mulai mengisap, lakukan komunikasi dan sentuhan-sentuhan lembut padanya.

2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-gerakan tubuhnya, bias any bayi akan mengekplorasi variada-variasi menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.

c. Posisi sambil berdiri

Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemulam menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas dari pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan enegrgi ibu yang cukup besar untuk mengendongnya cukup lama.

Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu pun mampu mengombinasikan posisi-posisi menyusui. Nanti pun, ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil duduk. Lalu, sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan melakukan aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon, menutup pintu, menyapu lantau, dan sebagainya.

Harus diingat, menyusui sambal beraktivitas lain, secara tidak langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi mengenal lingkungannya. Sebab, ketika ibu menyusui sambil mengangkat telpon, bayi pun belajar tentang adanya objek (benda) yang dapat

(15)

bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui.

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring (Sulytiawati, 2009).

(16)

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

(17)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Sulystyawati, 2009).

(18)

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

(19)

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

4. Langkah-langkah menyusui yang benar

Menurut Soetjiningsih, (2006) menyatakab bahwa langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut.

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini menmpunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,

kepalabayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak menengadah, dan bokng bayi ditahan dengan telapak).

3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)

(20)

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja.

d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rootingreflex) dengan cara:

1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau, 2) Menyentuh sisi mulut bayi.

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:

1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-lagit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

Sedangkan menurut Sulystyawati, (2009) sebagai berikut:

a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.

(21)

Gambar 9. Cara meletakkan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara

b. Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

(22)

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi membuka lebar.

(23)

Gambar 13. Perlekatan salah

5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Langkah-langkah menyusui yang benar adalah : (a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disanggah lagi (Perinasia, 2003)

(24)

Menurut Sulystyawati (2009) menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Bayi tampak tenang

b. Badan bayi menempel pada perut ibu c. Mulut bayi terbuka lebar

d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk

f. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan g. Puting susu tidak terasa nyeri.

h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus i. Kepala bayi agak menengadah.

(25)

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,

2) Dagu bayi ditekan ke bawah.

k. Setelah selesai menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya.

l. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh – Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggunnya ditepuk perlahan-lahan,

2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya ditepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 2006).

6. Lama dan frekuensi menyusui

Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu, biasanya bila bayi merasa lapar, ia akan menangis minta disusui. Bayi sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat.

(26)

Selanjutnya gendong dan usap-usaplah punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti, 2007).

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian, (Hanyow, 2008).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009).

Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu

(27)

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui.

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb). atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2006).

Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga

(28)

dapat mendukungh keberhasilan menunda kehamilan. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Soetjiningsih, 2006).

C. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi ASI

ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005).

Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Pudjiadi, 2000). ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI

(29)

2. Komposisi ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu kolostrum, ASI transisi/ peralihan, dan ASI matur. Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih dibanding ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah, volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2000). ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi ASI matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi dan volume makin meningkat. ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14 sampai seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan (Roesli, 2000).

3. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan kelenjar-kelenjar pembuat air susu mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan

(30)

produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada hari 10 –14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700 -800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran ASI mulai menurun (Prasetyono, 2009).

4. Struktur Payudara

Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada setiap payudara terdapat 20 lobus dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct sistem). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat penyimpanan susu, yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel-sel otot mengelilingi alveoli (Prasetyono, 2009).

5. Produksi ASI

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 2001).

Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek. Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi

(31)

bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin (oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2009).

Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari, 2009).

Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex). Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju

(32)

mulut bayi. Pengisapan puting menunjukan gerakan yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2009).

6. Manfaat ASI

Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children’s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009).

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut : a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan

kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.

c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan.

d. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.

f. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

(33)

penyakit lainnya.

d. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula b. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan

kesehatan.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari menyusui.(Novianti, 2009).

D. Kelancaran Produksi ASI

Pada Hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah :

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur : a. 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)

(34)

b. 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan) c. 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan) d. 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan)

4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam.

5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.

Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0-5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit sebelum operasi. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh bayi dan tangisan bayi (Ranjo-Arvidson et.al,2001).

(35)

diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap variabel (Notoatmodjo,2005).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa

Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Kelancaran ASI Teknik Menyusui

- Pelekatan - Posisi penyusui - Jadwal menyusui

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar berjumlah 159 orang

1. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013. Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan b. Ibu yang bersedia menjadi responden. c. Ibu yang menyusui

(37)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013.

D. Cara Pengukuran Data

1. Teknik pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui.

2. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI.

(38)

E. Definisi Operasional

Variabel Defenisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Skala

Ukur Hasil ukur 1 2 4 3 6 5 Variabel dependen Kelancaran ASI Banyaknya ASI yang keluar, serta Kelancaran ASI. Dinilai melalui indikator ibu dan bayi. Observasi, check list dengan kriteria: - Kurang lancar, bila tidak menjawab salah satu pertanyaan - Lancar, bila menjawab semua pertanyaan yang ada

Kuesioner Ordinal - Kurang lancar - Lancar Variabel independen Teknik menyusui Cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan, posisi ibu dan jadwal menyusui bayi dengan benar

Observasi, check list dengan kriteria: - Kurang baik, bila x17,5 - Baik, bila 5 . 17  x

Kuesioner Ordinal - Kurang baik - Baik

F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara pengolahan data

Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut : a. Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan untuk memeriksa kelengkapan isian data.

b. Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya.

(39)

berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel.

Pada observasi tentang teknik menyusui penilaian yang diberikan setiap 1 pertanyaan diberi nilai 1 yang berjumlah 21 pertanyaan.

Adapun tentang pengolahan data teknik menyusui adalah: a. Kurang baik, bila x < 17,5

b. Baik, bila x ≥ 17,5

Data kelancaran ASI adalah:

a. Kurang lancar, jika responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan

b. Lancar, jika responden menjawab semua pertanyaan yang ada

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara: a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik bila x  x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan persamaan :

(40)

n x x

Dimana : x : Rata-rata ukur

x : Jumlah rata-rata ukur n : Jumlah sampel

Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel digunakan rumus (Machfoedz, 2009) :

n x f p 1 100 Keterangan: P = persentase f1 = frekuensi n = sampel 100% = bilangan tetap b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan denganvariabel dependen. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chi-square dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat kepercayaan  = 0,05.

1) Ha di tolak : Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

2) Ha di terima : Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

(41)

Wilayah kerja puskesmas Blang Bintang terletak di Kecamatan Blang Bintang Kabupate Aceh Besar, terdiri dari 26 Desa dengan luas Wilayah 70,51 Km2, dengan batas wilayah Puskesmas Darul Imarah adalah sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Ingin Jaya 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Baro 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Mesjid Raya

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Montasik

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012 yaitu 11.369 jiwa terdiri dari 2.289 rumah tangga. Jumlah ibu hamil tahun 2012 yaitu 259 orang sedangkan ibu menyusui berjumlah 382 orang. Jumlah bayi yang menyusui yaitu 382 orang. Sedangkan jumlah bidan yang terdapat di Puskesmas Blang Bintang 40 orang, Bidan yang pernah mengikuti pelatihan konseling menyusui berjumlah 27 orang.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang diteliti maka didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini :

(42)

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Umur Frekuensi % 1 2 3 19 – 25 tahun 26 – 35 tahun ≥ 36 tahun 18 24 4 40,0 53,3 6,7 Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 – 35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur ≥ 36 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

b. Pendidikan

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Pendidikan Frekuensi % 1 2 3 Dasar Menengah Tinggi 13 26 6 28,9 57,8 13,3 Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan 6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

(43)

1 2 3 Primipara Multipara Grande Multipara 13 28 4 28,9 62,2 8,9 Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 28 orang (62,2%) yang responden multipara dan 4 orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

d. Pekerjaan

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Pekerjaan Frekuensi % 1 2 3 4 IRT Pedagang Wiraswasta PNS 33 5 2 5 73,3 11,1 4,4 11,1 Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2

(44)

orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Analisa Univariat a. Teknik menyusui

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

No Teknik Menyusui Frekuensi %

1 2 Kurang baik Baik 19 26 42,2 57,8 Jumlah 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

b. Kelancaran ASI

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

No Kelancaran ASI Frekuensi %

1 2 Kurang lancar Lancar 16 29 35,6 64,4 Jumlah 45 100

(45)

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI Tabel 4.7

Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Teknik Menyusui Kelancaran ASI Jumlah p Value Kurang Lancar Lancar f % f % f % 1 2 Kurang Baik Baik 11 5 57,9 19,2 8 21 42,1 80,8 19 26 100 100 0,018 Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Sumber : Data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada  = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

(46)

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada  = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui (Sulytiawati, 2009).

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan

(47)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI, pada hari pertama ada hubungan signifikan (p = 0,036; OR = 12,000), pada hari kedua tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,142; OR = 6,667), pada hari ketiga tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,790; OR = -), dan dilihat dari faktor ibu ada hubungan yang signifikan (p = 0,049; OR = 10,667).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michram (2013) dengan judul hubungan emosi dan frekuensi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara emosi dengan kelancaran ASI (p = 0,019) dan ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI (p = 0,000).

Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran asi, hal ini dikarenakan bahwa posisi dan pelekatan bayi pada saat menyusui sangat menentukan kelancaran ASI, apabila posisis dan pelekatan tidak baik maka proses pengeluaran ASI tidak lancar, sedangkan menyusui yang dijadwal dapat mempengaruhi proses kelancaran ASI.

(48)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

3. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (p value = 0,018).

B. Saran

1. Bagi ibu menyusui

Diharapkan untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.

2. Bagi Petugas Puskesmas

Diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan konseling menyusui kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.

(49)

Barker, 2003. Cultural Studies. Teori & Praktik. Penerjemah: Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Bonny Danuatmadja, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara. Depkes RI, 2003. Penatalaksanaan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum,

Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Djamaludin, dkk, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Wahyu Media. Jakarta

Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics,

Hanyow, 2008. ASI Eksklusif Terjemahan, New Jersey. Khasanah, 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Flash Book

Kristiyanasari, 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika

Machfoedz, 2009. Pendidikan Kesehatan Bagiandari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

Notoatmodjo,2005 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo,2003 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Novianti, 2009. Menuyusui Itu Indah. Yogyakarta : Octopus

Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby, Inc.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

(50)

Perinasia, 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Pudjiadi, 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit FK UI. Hal. 197.

Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatan kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.

Ransjo-Arvidson (2001). Agar ASI Lancar Dimasa Menyusui. 01 Juni 20013 asi.blogsome.com

Riyanti, 2007. Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma

Roesli, 2005. ASI Eksklusif, Tarsito, Bandung

Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya

Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Soetjiningsih, 2006. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC

Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan, Jakarta: EGC

Singarimbun, 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia

Winkjosastro, 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo

(51)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV Kebidanan U‟Budiyah

Banda Aceh

Oleh

MONA LISMAYSARAH NIM: 121010210073

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’ BUDIYAH PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

BANDA ACEH 2013

(52)

Lampiran 1

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Saudara/Saudari Responden Penelitian Di- Tempat Dengan Hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Akademi Kebidanan U‟Budiyah Banda Aceh, saya akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Untuk maksud tersebut diatas saya melakukan pengumpulan data atau informasi yang akurat melalui pengisisan kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini. Saudara berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini namun penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan apa bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju dalam penelitian ini, mohon mendatangani Lembaran Persetujuan Menjadi Responden yang telah disediakan dan mohon menjawab Kuesioner dengan sejujurnya.

Kesediaan dan partisipasi ibu sangat saya harapkan. Atas persetujuan dan bantuan saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Mona Lismaysarah NIM. 121010210073

(53)

Nama : Mona Lismaysarah Nim : 121010210073

Judul : Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat dipergunakan seperlunya

Banda Aceh, Agustus 2013

(54)

OBSERVASI

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BLANG BINTANG ACEH BESAR D. Karakteristi Responden Umur : Pendidikan terakhir : Paritas : Pekerjaan : E. Teknik Menyusui

TANDA MENYUSUI BERJALAN BAIK UMUM IBU

Ibu tampak sehat

Ibu tampak rileks dan nyaman Terlihat tanda bonding ibu-bayi

UMUM BAYI

Bayi tampak sehat

Bayi tampak tenang dan rileks

Bayi mencari payudara (rooting) bila lapar

PAYUDARA

Payudara tampak sehat Puting keluar dan lentur Terasa nyaman, tak nyeri

Payudara ditopang dengan baik oleh jari-jari yang jauh dari puting

POSISI BAYI

Kepala dan badan bayi dalam garis lurus Bayi dipeluk dekat badan ibu

Seluruh badan bayi ditopang

Bayi mendekat ke payudara, hidung dengan berhadapan dengan puting

(55)

MENGHISAP

Hisapan lambat, dalam dengan istirahat Pipi membuat waktu menghisap

Bayi melepaskan payudara waktu selesai

F. Kelancaran ASI

No Pernyataan Ya Tidak

1 ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting

2 Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3 Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam.

(56)

ABSTRAK

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BLANG BINTANG ACEH BESAR

Mona Lismaysarah1, Silvia Wagustina2

ix + 48 halaman + 8 Tabel + 16 Gambar + 8 Lampiran

Latar Belakang: Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Metode Penelitian: bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yaitu 159 orang. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12 -20 Agustus 2013 terhadap 45 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proposif sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat.

Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Kesimpulan dan Saran: Dari 45 responden 35,6% yang kurang lancar ASInya dan 64,4% yang lancar ASInya. Diharapkan bagi ibu menyusui untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui dan bagi petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.

Kata Kunci : Teknik menyusui, kelancaran ASI Daftar Bacaan : 30 buah (2000-2011)

1

Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah

2

Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah

(57)

ix + 48 pages + table + 8 + 16 8 Appendix Figure

Background : Based on the initial survey conducted by researchers at the Work Area Health Center Blang Bintang Besar number of mothers breastfeeding in January to May 2013 totaled 159 people . Based on the results of interviews with 12 respondents in the Work Area Health Center Blang Bintang Besar 8 of them state that is not smooth milk and 4 of which states this is due to the smooth milk they consume drugs or herbs to facilitate breastfeeding .

Objective: to determine the relationship of breastfeeding technique with smooth milk in nursing mothers in the Work Area Health Center Blang Bintang Besar .

Methods: an analytical approach with a cross-sectional population is all breastfeeding mothers with infants aged 0-6 months is 159 people. Research has been conducted on 12 -20 August 2013 to 45 respondents. The samples in this study using sampling techniques proposif. Data was collected using observations were analyzed using univariate and bivariate.

Results : showed that there is a relationship between breast feeding techniques with fluency in working areas of Aceh Besar Blang Bintang Health Center .

Conclusions and Recommendations : Of the 45 respondents 35.6 % were substandard her milk and 64.4 % smooth her milk . Expected for nursing mothers to better know how to correct breastfeeding technique with smooth milk in nursing mothers and for clinic staff to further improve the counseling to mothers who give birth on proper breastfeeding techniques to increase lactation .

Keywords: breastfeeding technique, smooth milk Reading List: 30 pieces (2000-2011)

1

Students Prodi D-IV Midwifery STIKes U'Budiyah

2

Lecturer Midwifery Prodi D-IV STIKes U'Budiyah

(58)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan Stikes U‟Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Agustus 2013 Pembimbing

(Silvia Wagustina, SST. M.Kes)

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN STIKES U‟BUDIYAH BANDA ACEH

(CUT ROSMAWAR , SST)

(59)

NAMA MAHASISWA : MONA LISMAYSARAH

NIM : 121010210073

Menyetujui: Pembimbing

SILVIA WAGUSTINA, SST. M.Kes

PENGUJI I PENGUJI II

ARIPIN AHMAD, S. Si.T.M.Kes AGUSSALIM, M.Kes

Menyetujui, Mengetahui,

KETUA STIKES KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN

MARNIATI SE,M.Kes CUT ROSMAWAR , SST

Tanggal lulus 2013

(60)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena dengan berkat dan karunaia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”

Penelitian Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan di Akademi Kebidanan Yayasan U‟Budiyah Banda Aceh

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dari ibu Silvia Wagustina, SST. M.Kes sebagai pembimbing dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Marniati, SE,M.Kes selaku ketua STIKes U‟Budiyah Banda Aceh.

2. Ibu Nurlaila Ramadhan, SST, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah Banda Aceh

3. Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademik pada Akademi Kebidanan STIKes U‟Budiyah Banda Aceh.

4. Keluarga tercinta serta saudara-saudara peneliti yang telah memberi dorongan dan doa demi kesuksesan.

5. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga terselesainya penelitian ini.

v

(61)

Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan ke arah yang lebih baik. Amin ya rabbal a‟lamin...

Banda Aceh, Agustus 2013

Peneliti

(62)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Menyusui ... 8

B. Teknik Menyusui ... 9

C. Air Susu Ibu (ASI) ... 21

D. Kelancaran Produk ASI ... 27

E. Karakteristik Ibu Menyusui ... 28

F. Kerangka Konsep ... 33

G. Hipotesa ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

D. Cara Pengukuran Data ... 37

E. Definisi Operasional ... 37

F. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan ... 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii

(63)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ... 43 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ... 43 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ... 44 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui

Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ... 44 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI

Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ... 45 Tabel 4.7 Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintan Aceh Besar

Tahun 2013 ... 45

(64)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar ... 16

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar ... 16

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar ... 17

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal ... 17

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan ... 18

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah ... 18

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh ... 18

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan ... 19

Gambar 9. Cara meletakkan bayi ... 21

Gambar 10. Cara memegang payudara ... 21

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi ... 22

Gambar 12. Perlekatan benar ... 22

Gambar 13. Perlekatan salah ... 23

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar ... 24

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui. ... 27

Gambar 2.1 Kerangka konsep Penelitian ... 35

(65)

Lampiran 3 : Observasi

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Akademi Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Master Tabel Lampiran 7 : SPSS

Lampiran 8 : Biodata

Gambar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
Gambar  5.  Posisi  menyusui  bayi  baru  lahir  yang  benar  di  ruang  perawatan
Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan  4.  Langkah-langkah menyusui yang benar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penambangan batubara oleh PT. Tambang Bukit Tambi menggunakan sistem penambangan terbuka dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penambangan adalah air yang masuk ke wilayah

Penelitian yang dilakukan oleh Novianingsih Budiman yang berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Internet Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

BMT HARUM didirikan pada Mei 2005 dengan akta pendirian koperasi usaha syari’ah dan disahkan oleh Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah dengan

Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal

Entah apa nantinya cara atau strategi yang terbesit dalam organisasi untuk melakukan pengelolaan dan memperjuangkan eksistensi serta hak waria sebagai manusia dan

DFT dua dimensi dapat diperoleh dengan menggunakan sifat separabilitas ini; untuk menghitung DFT sebuah matriks, dapat dihitung DFT seluruh baris dan kemudian menghitung DFT

model EC dimana individu menggunakan Internet untuk menjual produk atau jasa.. kepada perusahaan atau individu, atau untuk mencari penjual atas produk atau jasa yang

FILM - Menyenangi sesuatu yang berhubungan dengan dunia Perfilman yang tercermin pada pembuatan film, berdiskusi film terbaru, membuat film dokumenter, maupun tergerak