• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT. Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia. Disusun oleh Biata Nursianti 134114037. PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA November 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tugas Akhir PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BAJL\.T. Oleh. Biata Nursianti 134114037. Pembimbing. ./~ ~--~ .. .. 11.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. TugasAkhir PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAU~ KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Dipersiapkan dan ditulis oleh Biata Nursianti. NIM: 134114037. Telah dipertahankandi epan panitia penguji. Ketua Sekretaris Anggota. =. QLf~'JJhJ~.ArL~Su;:;.J~}.~~gy~pS..1:;";"';""~"um~~..---. . Yogyakarta, 16 November 2017. 111.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pernyataan Keaslian Karya Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 16 November 2017 Penulis. Biata Nursianti. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Biata Nursianti NIM : 134114037 Demi peengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengulangan Kata Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasinya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebegai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada 16 November 2017 Yang menyatakan. \ Biata Nursianti. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini: 1. Bapak Prof. Dr. I.Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu S.E. Peni Adji, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan. 2013. Program. Studi. Sastra. Indonesia,. Universitas. Sanata. Dharma,Yogyakarta. 5. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Bapak Drs. F.X. Santosa, M.S., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak (+) Drs. A. Herry Antono, M.Hum., Ibu Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., dan Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A.. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Bapak Oktavius Joko, Mama Sri Meilawati, Adik Petrus Leo Narto dan Adriana Petronila, serta Keponakan Julio Andika Pratama yang selalu mendukung penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Yogyakarta, 16 November 2017. Penulis. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahan untuk Tuhan Yesus dan orang-orang tercinta. Bapak Oktavius Joko dan Mama Sri Meilawati. “Berpeganglah pada didikan. Janganlah melepaskannya, peliharalah dia karena dialah hidupmu, (Amzal, 4:13). viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................... iii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. iv. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... v. KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi. HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... viii. DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix. DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii. DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii. ABSTRAK .................................................................................................................... xiv. ABSTRACT .................................................................................................................. xv. BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1. 1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1.2.Perumusan Masalah .................................................................................... 1.3.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1.4.Hasil Penelitian .......................................................................................... 1.5.Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 1.6.Landasan Teori .......................................................................................... 1.7.Metode penelitian …................................................................................... 1.8.Sistematika Penyajian ................................................................................. 1 4 4 5 5 7 10 14. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT................................. 15 2.1. Pengantar …………………........................................................................ 15. 2.2. Sejarah Kabupaten Sintang ........................................................................ 15. 2.3. Keadaan Georafis dan Iklim ....................................................................... 21. 2.4. Penduduk ................................................................................................... 25. 2.5. Mata Pencarian ....................................... .................................................. 27. 2.6. Pendidikan …………………...................................................................... 33. 2.7. Keadaan Budaya dan Tradisi ...................................................................... 35. 2.8. Keadaan Bahasa ………………………………………………………….. 37. BAB III JENIS-JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT........................................................... 39. 3.1. Pengantar .................................................................................................. 39. 3.2. Pengulangan Seluruh ................................................................................. 39. 3.3. Pengulangan Sebagian ............................................................................... 42. 3.4. Pengulangan dengan Variasi Fonem ........................................................ 45. 3.5. Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan ........................... 46. 3.6. Pengulangan Progresif ............................................................................... 49. 3.7. Pengulangan Regresif ................................................................................ 50. BAB IV MAKNA YANG TIMBUL DARI PROSES PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG.................. 55. 4.1. Pengantar ................................................................................................. 55. 4.2. Pengulangan Kata Bermakna „Banyak‟ .................................................... 55. 4.3. Pengulangan Kata Bermakna „Jamak‟ ..................................................... 58. 4.4. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Bermacam-macam‟ ............ 60. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.5. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Perihal yang Disebut pada Bentuk Dasar ....................................................................................................... 61 4.6. Pengulangan Kata Berstatus „Sebagai‟ .................................................. 62. 4.7. Pengulangan Kata Mengandung Arti „Agak‟ ........................................ 63. 4.8. Pengulangan Kata Bermakna „Berulangkali‟ ........................................ 65. 4.9. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Saling atau Resiprokal‟ ... 66. 4.10. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Sangat‟ ……………...…. 67. BAB V PENUTUP .................................................................................................... 70. 5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 70. 5.2. Saran ........................................................................................................ 70. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71. LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 73. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1.. Batas Wilayah Kabupaten Sintang ............................................................... 23. Tabel 2.. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin 2016 ............................................................................................................ 26. Tabel 3.. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Padi (Sawah+Ladang) ......................................................................................... Tabel 4.. Petani, Luas Tanaman, dan Poduksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Sintang 2016 ............................................................................ Tabel 5.. 29. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ Tabel 7.. 28. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang 2016 ............................................................................................................. Tabel 6.. 27. 30. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang 2004-2016………………………………………………..................…....… 31. Tabel 8.. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP di Kabupaten Sintang 2004-20116 ............................................................... Tabel 9.. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang 2012-2016 ....................................................................................................................... Tabel 10.. 33. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sintang 2016 ......................................................................... Tabel 11.. 32. 34. Jumlah Universitas, Mahasiswa, dan Tenaga Edukatif di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ 35. Tabel 12.. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang ............................................ Tabel 13.. Jenis-Jenis Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang. 38. di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat... 53. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 14.. Jenis Makna yang Timbul dari Proses Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ......................................................................................... xiii. 69.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.. Peta Wilayahh Kabupaten Sintang ............................................................... xiv. 25.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Dalam tugas akhir ini dibahas pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ada tiga masalah yang dibahas: (1) bagaimana keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?, (2) apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?, dan (3) apa sajakah makna yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat? Data dalam penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang. Data diperoleh dari kalimat yang mengandung kata ulang oleh masyarakat di Sekubang dalam berkomunikasi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu simak libat cakap dan simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan referensial. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung kemudian dilanjutkan dengan teknik perluas. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan adalah metode formal dan metode informal. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat terdiri atas enam jenis, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan dengan variasi fonem, pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, pengulangan progresif, dan pengulangan regresif. Pengulangan sebagian terdiri dari pengulangan dengan awalan be- te-, dan ti-. Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, yaitu imbuhan –bah(-lah). Pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang menyatakan makna „banyak‟, „jamak‟, „bermacam-macam‟, „perihal yang disebut pada bentuk dasarnya‟, „berstatus sebagai‟, „agak‟, „berulangkali‟, „saling‟, dan „sangat‟.. Kata kunci: pengulangan kata, dayak seberuang. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Thesis. Yogyakarta: Department of Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata Dharma University. This research discussed the word reduplication in the Dayak Seberuang language as spoken by the people in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan. There were three problems to be discussed: (1) how is the state of language in Sekubang, Regency of Sepauk, West Kalimantan?, (2) what types of reduplication found in the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan?, (3) what are the meaning coming up from the process of word reduplication in the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan?. The data in the research were in the form of the scourses which were gathered as sentence by the people in Sekubang in their communication. The data gathering in this research used simak method, with sadap as the basic technique and simak libat cakap technique and simak libat bebas cakap technique. Then, the data gathered was written in the data card and was analyzed by using agih method and padan referensial method A basic technique used in this research were tecnique for a direct element and then further used perluas technique. Presentation of the results of data analysis methods used are formal and informal methods The conclusion of this research showed that the word reduplication in the language of Dayak Seberuang in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan consisted five types. They were a complete reduplication, a partly reduplication, a reduplication with a combination with affixes, a reduplication with same phoneme change, progressive reduplication, and regressive reduplication. A partly reduplication consisted of reduplication with a prefixs –be, -te, and -ti. A reduplication with a combination with affixes is -bah(-lah). The word reduplication in Dayak Seberuang language means of „many‟, „plural‟, „many types‟, „about or of the one mentioned in the basic form‟, „having a status of being‟, „rather‟, „repeatedly‟, „one-another‟, and „intense‟.. Keys words; word reduplication, dayak seberuang.. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Objek penelitian ini adalah pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberung di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pengulangan atau biasa disebut reduplikasi adalah „‟pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi afiks maupun tidak‟‟ (Muslich, 2008 : 48). Bahasa Dayak Seberuang merupakan salah satu bahasa daerah di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat Dayak Seberuang untuk berkomunikasi. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Dayak Seberuang untuk berkomunikasi adalah Desa Sekubang yang terletak di Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Semua penduduk Desa Sekubang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Dayak Seberuang untuk berkomunikasi. Berikut ini contoh pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang: (1) Manuk-manuk yak naitau dipaluk ‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟ (2) Pemakai yak nang dikibut-kibut „Makanan itu jangan digigit-gigit’ Kata manuk-manuk dan dikibut-kibut adalah kata ulang, yaitu kata dari hasil proses pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang. Kata manuk „ayam‟ merupakan bentuk dasar dari pengulangan manuk-manuk. Kata dikibut „digigit‟ merupakan bentuk. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pengulangan dikibut-kibut „digigit-gigit‟. Kata di dikibut-kibut dibentuk dari bentuk dasar kibut „gigit‟ Hal pertama yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah deskripsi keadaan masyarakat di Kabupaten Sintang. Hal ini berkaitan dengan keadaan penduduk, budaya dan adat istiadat, dan keadaan bahasa masyarakat Sintang. Kabupaten Sintang adalah sebuah daerah di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan budaya dan adat istiadat termasuk di dalamnya adalah bahasa. Bahasa yang digunakan masyarakat Kabupaten Sintang untuk percakapan sehari-hari adalah bahasa Dayak seberuang Hal kedua yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah jenis-jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Contoh jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat: (3) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan ‘pakaian-pakaian itu diangkat jika hujan‟ (4) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu „kakek berjalan-jalan setiap hari minggu‟ Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (3), yakni pegawai-pegawai „pakaianpakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk dasarnya pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pegawai-pegawai. Pada kalimat (4) terdapat pengulangan bejalai-jalai „berjalan-jalan‟ dibentuk dari bentuk dasarnya bejalai „berjalan‟ dan berasal dari bentuk asal jalai „jalan‟, kemudian mengalami proses pengulangan sebagian menjadi bejalai-jalai „berjalan-jalan‟. 2.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Hal ketiga yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Contoh makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat: (5) Dik ngegak bahang-bahang bekas „dia mencari barang-barang bekas‟ (6) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu „mukanya kemerah-merahan karena malu‟ Pada kalimat (5) terdapat pengulangan bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahangbahang dibentuk dari bentuk dasar bahang „barang‟. Kata bahang-bahang bermakna „mayuh bahang‟ atau „banyak barang‟. Kata bahang-bahang pada kalimat „Dik ngegak bahang-bahang bekas‟ menyatakan banyak barang bekas yang dia cari. Pada kalimat (6) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakni kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟. Kata kemirahmirahan dibentuk dari bentuk dasar mirah „merah‟. Kata kemirah-mirahan menyatakan warna yang agak merah pada wajah seseorang karena malu. Penggunaan kata ulang dalam bahasa sehari-hari sering kita jumpai. Pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat pun demikian. Banyak sekali penggunaan kata yang mengandung pengulangan digunakan penduduk setempat dalam berkomunikasi. Hal itulah yang menjadi alasan penulis memilih topik ini dalam penelitian. Selain itu, penelitian tentang pengulangan kata belum banyak dilakukan oleh para peneliti, khususnya pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang.. 3.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian adalah sebagai. berikut. 1.2 .1 Bagaimana keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat? 1.2 .2 Apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat? 1.2 .3 Apa sajakah makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengulangan kata dalam bahasa. Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu. 1.3 .1 Mendeskripsikan keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat 1.3 .2 Mendeskripsikan jenis-jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat 1.3 .3 Mendeskripsikan makna yang timbul dari proses pengulangan kata terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. 4.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.4. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk,. Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, (2) deskripsi jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan (3) deskripsi makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Penelitian ini memberi manfaat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat pada bidang morfologi, yaitu mengembangkan teori proses morfologis. Adapun manfaat praktisnya, adalah untuk penyusunan tata bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat sekaligus untuk dokomentasi bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. 5.. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan. Sepauk, Kalimantan Barat sejauh ini belum pernah dilakukan. Adapun jenis penelitian yang pernah dilakukan oleh Ika Yuliana Rahmawati, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2012, dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia dalam novel Perempuan berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Hasil dari penelitiannya ini menunjukkan bahwa kata ulang atau reduplikasi memiliki berbagai jenis kata ulang, yaitu kata ulang seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi, kata ulang sebagian dengan bentuk tunggal adalah pengulangan sebagian bentuk dasar tanpa diulang seluruhnya melainkan kata dasar bentuk tunggal. Kata ulang berimbuhan atau afiksasi adalah 5.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bentuk kata ulang dengan mendapatkan afiksasi, kata ulang dengan perubahan fonem adalah pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada salah satu suku, dan kata ulang semu adalah pengulangan yang tidak memiliki bentuk dasar sebagai bentuk linguistik. Fungsi dan makna kata ulang, yaitu mengubah bentuk kata benda menjadi kata kerja, mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan, mengubah bentuk tunggal menjadi jamak, menyatakan intensitas kualitatif, menyatakan intensitas kuantitatif, dan menyatakan intensitas frekuentatif. Penggunaan kata ulang dapat mengakibatkan terjadinya transposisi. Transposisi tersebut berupa kata benda menjadi kata kerja, kata sifat menjadi kata kerja, kata sifat menjadi kata keterangan, kata benda menjadi kata keterangan, dan kata kerja menjadi kata keterangan. Sementara itu, penelitian lain dilakukan oleh Yohana Yeq, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, tahun 2013. Hasil dari penelitiannya ini menunjukkan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau di Long Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kalimantan Barat, terdiri lima jenis, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pengulangan regresif. Kategori kata yang mengalami proses pengulangan dalam bahasa Dayak Bahau, adalah kata kerja, kata benda, kata keadaan, kata ganti, kata bilangan, kata keterangan, kata tanya, dan kata tunjuk. Pengulangan kata dalam dalam bahasa Dayak Bahau menyatakan makna „banyak,‟ „ banyak dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya‟, „jamak,‟ „bermacam-macam,‟ „berstatus sebagai,‟ „berulangkali,‟ saling atau berbalasan,‟ „prihal atau tentang yang disebut pada bentuk dasarnya,‟ „agak,‟ „paling,‟ terdiri dari,‟ „intensitas,‟ „penegasan.‟. 6.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Berdasarkan paparan data tinjauan pustaka, terbukti bahwa belum ada penelitian tentang kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama yang meneliti bahasa Dayak Seberuang khususnya di Kalimantan Barat. 6.. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah pengertian. pengulangan kata, jenis pengulangan, dan makna pengulangan kata.. 6.1. Pengertian Pengulangan Kata Pengulangan adalah proses pembentukan kata jadian dengan cara mengulang bentuk. dasar. Kata jadian yang dihasilkan dari pengulangan adalah kata ulang (Baryadi, 2011: 47). Menurut Soedjito (1995: 109) pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Ramlan (1990: 57) proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dalam Muslich (2014: 48) proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Menurut Baryadi (2011:47-48) yang dapat menjadi bentuk dasar pengulangan adalah morfem asal-bebas dan kata jadian. Morfem-asal bebas adalah morfem bebas yang dapat menjadi dasar kata jadian. Misalnya pengulangan morfem-asal bebas „anak’ menghasilkan kata ulang „anak-anak’. Sedangkan kata jadian adalah kata yang merupakan penggabungan dua morfem 7.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. atau lebih. Misalnya pengulangan kata jadian melihat menghasilkan kata ulang melihat-lihat karena terjadi penggabungan dua morfem, yaitu morfem asal melihat dan morfem lihat. 6.2. Jenis Pengulangan Berdasarkan cara pembentukan kata ulang, Baryadi (2011 : 48) menggolongkan. pengulangan menjadi enam jenis, yakni (1) pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, ( 4) pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6) pegulangan regresif.. 6.2.1 Pengulangan Seluruh Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Contoh (7) pengulangan seluruh pada kata duduk menjadi duduk-duduk.. 6.2.2 Pengulangan Sebagian Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasar. Contoh (8) pengulangan sebagian pada kata tertawa menjadi tertawa-tawa.. 6.2.3 Pengulangan dengan Variasi Fonem Pengulangan dengan variasi fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan mengubah fonem. Contoh (9) pengulangan dengan variasi fonem pada kata serba dan ramah menjadi serbaserbi dan ramah-tamah.. 8.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6.2.4 Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan adalah pengulangan yang bersamaan dengan pengimbuhan. Contoh (10) Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan pada kata rumah menjadi rumah-rumahan.. 6.2.5 Pengulangan Progresif Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kanan. Contoh (11) pengulangan progresif pada kata berjalan menjadi berjalan-jalan.. 6.2.6 Pengulangan Regresif Pengulangan regresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kiri. Contoh (12) pengulangan regresif pada kata menolong menjadi kata ulang tolong menolong.. 6.3. Makna Pengulangan Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk dasar menjadi kata jadian (Baryadi,. 2011: 25). Setiap proses morfologis tersebut akan menimbulkan makna gramatikal, yaitu makna yang timbul akibat pertemuan satuan gramatikal yang satu dengan satuan gramatikal yang lain (Baryadi, 2011: 29). Proses morfologis dengan cara pengulangan menimbulkan makna gramatikal yang berbeda dari bentuk dasarnya. Baryadi (2011: 49-50) mengemukakan pengulangan dapat menimbulkan 9 macam makna, yaitu (1) „banyak,‟ (2) „jamak‟ bagi nomina yang mengisi subjek, (3) „bermacam-macam,‟ (4) „menyerupai yang tersebut bentuk dasar,‟ (5) „perihal yang tersebut pada bentuk dasar,‟ (6)‟ berstatus sebagai,‟ (7)‟ agak,‟ (8)‟ perbuatan yang 9.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dilakukan berulang-ulang‟ atau „frekuentatif,‟ (9) ‟saling‟ atau „resiprokal‟. Chaer (1988 : 334335) menyebutkan proses pengulangan menimbulkan 20 macam makna, yaitu (I) „jamak,‟ (2) „banyak dan bermacam-macam,‟ (3) „banyak dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya,‟ (4) „banyak yang disebut bentuk dasarnya,‟ (5) „agak atau sedikit bersifat,‟ (6) „menyerupai atau seperti,‟ (7) „sungguh-sungguh yang disebut bentuk dasarnya,‟ (8) „pertentangan,‟ (9) „berulangkali,‟ (10) „berbalasan,‟ (11) „dilakukan tanpa tujuan,‟ (12) „tentang atau masalah,‟ (13) „bersama waktu,‟ (14) „paling,‟ (15) „dikerjakan asal saja,‟ (16) „sepanjang atau seluruh,‟ (17) „pernah atau tidak lagi,‟ (18) „terdiri dari,‟ (19) „intensitas,‟ (20) „penegasan.‟. 6.4. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) metode dan teknik pengumpulan. data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. 6.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang yang mengandung pengulangan kata. Kalimat tersebut diperoleh dengan cara menyimak baik terlibat langsung dalam pembicaraan maupun hanya sekedar memperhatikan pengguna bahasa. Data-data yang berupa tuturan tersebut diperoleh dari penutur berupa lisan dan tulisan. Data berupa tuturan lisan diperoleh langsung dari penutur ketika terlibat pembicaraan dengan penulis. Sedangkan data yang berupa tulisan diperoleh dari beberapa instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia yang mengandung kata ulang. Instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia tersebut, penulis berikan kepada penutur kemudian diterjemahkan dalam bahasa Dayak Seberuang.. 10.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak atau mendengarkan penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Pelaksanaan metode simak dilanjutkan dengan menggunakan teknik lanjutan, yaitu teknik simak libat cakap. Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) kegiatan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau berpartisipasi (sambil menyimak), entah secara aktif atau reseptif dalam pembicaraan. Kegiatan penyadapan data dengan cara demikian disebut teknik simak libat cakap. Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) pada teknik simak bebas libat cakap peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya. Teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa prilaku berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu berlangsung dalam system yang sebenarnya yang berada dalam konteks yang lengkap (Mashun, 2006: 219). 6.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah metode analisis data. Metode analisis data merupakan tahap ketika data diberi arti atau makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1985: 405). Dalam penelitian ini digunakan metode agih atau metode distribusional dan metode padan referensial. 11.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Metode agih atau metode distribusional merupakan metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur di luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan. Metode padan referensial itu digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk (Mastoyo, 2007: 48). Teknik dasar yang digunakan, yaitu teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Setelah itu, digunakan teknik lanjutan, yaitu teknik perluas. Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas dapat ke kiri atau ke kanan. Teknik perluas digunakan untuk membuktikan jenis kesatuan yang dianalisis. Sebagai contoh: (13). Bukuk-bukuk yak matang tengkamu „buku-buku itu sangat berhamburan‟. (14). Ukui-ukui yak makai nasik di dapuh „anjing-anjing itu makan nasi di dapur‟. Pada kalimat (13) terdapat pengulangan kata bukuk-bukuk ‘buku-buku‟. Kata bukukbukuk termasuk jenis pengulangan seluruh. Kata bukuk-bukuk „buku-buku‟ dibentuk dari bentuk dasar bukuk „buku‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi bukuk-bukuk „buku12.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. buku‟. Jenis pengulangan yang terdapat pada kalimat (14), yaitu pengulangan seluruh. Jenis pengulangan seluruh dapat dilihat dari kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui dibentuk dari bentuk dasar ukui ‟anjing‟. Untuk membuktikan makna pengulangan pada kalimat (13) dan (14) tersebut digunakan metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk. Pada kalimat (13) terdapat pengulangan pada kata bukuk-bukuk „buku-buku‟. Bukukbukuk bermakna mayuh bukuk atau „banyak buku‟. Kata bukuk-bukuk pada kalimat „bukukbukuk yak matang tengkamu‟ menyatakan banyak buku yang berhamburan. Pada kalimat (14) yaitu pada kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui bermakna mayuh ukui atau banyak „anjing‟. Kata ukui-ukui pada kalimat „ukui-ukui yak makai nasik di dapuh‟ menyatakan banyak anjing yang sedang makan nasi di dapur.. 6.4.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data berupa hasil temuan dari objek yang diteliti. Hasil analisis data akan disajikan dengan metode formal dan informal. Menurut Kridalaksana dalam Mastoyo (2007: 73) metode formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, table, dan gambar. Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 71) metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Dalam penyajian ini, rumus (-rumus) atau kaidah (-kaidah) disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami.. 13.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6.4.4 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab 1 berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi sejarah, letak geografis, penduduk, pendidikan, keadaan budaya atau tradisi, dan keadaan bahasa. Bab III berisi uraian jenis-jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bab IV berisi uraian mengenai makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. 14.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT 2.1. Pengantar Dalam bab ini dibahas deskripsi keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk,. Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Deskripsi tersebut meliputi (1) sejarah Kabupaten Sintang, (2) keadaan georafis dan iklim, (3) mata pencarian, (4) pendidikan, (5) keadaan budaya dan tradisi, dan (6) keadaan bahasa.. 2.2. Sejarah Kabupaten Sintang Banyak cerita orang Sintang mengenai asal usul Sintang. Ada yang mengatakan kota. Sintang pada zaman dahulu merupakan bekas sebuah kerajaan Islam dengan sebuah istana. Istana tersebut bernama Al-Mukaramah yang terletak di tepi Sungai Kapuas. Al-Mukaramah dibangun pada tahun 1839. Al-Mukaramah hingga kini masih berdiri kokoh yang kerap dijadikan objek wisata. Al-mukaramah adalah kerajaan Hindu yang beralih menjadi kerajaan Islam (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 15). Tokoh utama di balik berdirinya Kerajaan Sintang adalah Aji Melayu. Pada abad ke-4 Masehi, Aji Melayu pergi ke daerah Kujau, yakni Tanah Baalang di Semenanjung Melaka. Semenanjung Melaka merupakan pusat Kerajaan Hindu. Dari Kujau, Aji Melayu pindah ke desa Tebelian, Nanga Sepauk. Di desa itu, Aji Melayu menikahi seorang wanita yang bernama Putung Kempat. Kemudian mereka dikaruniai anak yang bernama Dayang Lengkong (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 15).. 15.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Kepulangan Aji Melayu dari perantauan membawa ajaran Hindu. Sejak itulah berdiri kerajaan Hindu di Sepauk. Bukti sejarah berdirinya kerajaan Hindu dapat dilihat dari benda peninggalan sejarah yaitu patung yang terbuat dari perunggu berbentuk dewa bertangan empat. Patung tersebut diyakini sebagai patung Dewa Syiwa (Dewa agama Hindu) di Desa Temiang Empakan, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang. Pada abad ke-22, raja Sintang dijabat oleh Demang Irawan memindahkan dari Sepauk ke Senentang. Demong Irawan kemudian memilih lokasi di persimpangan antara Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yang diberi nama Senentang. Senentang yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai. Lambat laun, penyebutan Senentang berubah menjadi Sintang. Setelah berdirinya kerajaan, Demong Irawan memakai gelar Jubair Irawan I menanamkan sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu tersebut berada di halaman istana Sintang diyakini masyarakat setempat sebagai batu keramat yang memiliki tuah. Kekuasaannya pada masa itu mencakup Sepauk dan Tempunak (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 19). Aji Melayu diperkirakan nenek moyang raja-raja atau sultan-sultan di Kerajaan Sintang. Tidak banyak data yang mengungkap tentang asal-usul siapa sebenarnya Aji Melayu. Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia merupakan penyebar agama Hindu dari Tanah Balang (Semenanjung Malaka) ke Sepauk. Awalnya Aji Melayu menetap di Kujau, dan kemudian pindah ke Sepauk hingga akhir hayatnya. Setelah meninggal Aji Melayu dimakamkan di Tanah Tanjung daerah muara Sungai Sepauk. Sepeninggal Aji Melayu, berturut-turut penguasa di Nanga Sepauk, yakni Dayang Lengkong, Dayang Randung, Abang Panjang, Demang Karang (berkuasa sekitar Abad ke-7 M), Demong Kara, Demong Minyak (Macak) kemudian Demong Irawan. Pada masa Demong Irawan berkuasa, Kerajaan Sintang resmi berdiri sekitar abad ke-13 (1262 M) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 19). 16.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Sebelum mendirikan kerajaan Sintang, Demong Irawan melakukan pengembaraan dengan menyusuri Sungai Kapuas sampai ke daerah pertemuan antara Sungai Kapuas dan Melawi yang disebut daerah Nanga Lawai. Kemudian di daerah Nanga Lawai didirikan permukiman yang berkembang menjadi sebuah kerajaan yang dikenal sebagai kerajaan Sintang. Berkembangnya permukiman di Nanga Lawai menarik perhatian Patih Logender dari kerajaan Singasari. Kedatangan Patih Logender beserta pengikutnya disambut baik oleh Jubair Demong Irawan 1. Bahkan Patih Logender diizinkan untuk tinggal di Kerajaan Sintang. Patih Logender diangkat menjadi penasihat dan dinikahkan dengan putri Jubair Demong Irawan 1 yang bernama Dara Juanti. Setelah Jubair Demong Irawan 1 meninggal pada tahun 1291 M, Dara Juanti naik tahta menjadi ratu di Kerajaan Sintang, sedangkan Patih Logender tetap dijadikan penasihat ratu (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 26). Setelah Dara Juanti meninggal, tidak ada kejelasan mengenai raja/ratu penganti. Namun, sekitar tahun 1640 M terdapat raja bernama Abang Samad yang memerintah kerajaan Sintang. Setelah Abang Samad turun tahta, berturut-turut posisi raja ditempati oleh Jubair II, Abang Suruh, Abang Tembilang, Pangeran Agung (1640-1715 M), Pangeran Tunggal (1715-1725), dan Raden Putra. Proses masuknya budaya Islam ke Kalimantan Barat, termasuk ke Kerajaan Sintang, diyakini melalui aliran Sungai Sambas, kemudian menyebar ke Singkawang, Mempawah, dan Pontianak dengan menyusuri Sungai Kapuas. Selanjutnya, penyebaran dilakukan melalui Sungai Landak, masuk ke daerah Tayan, Sintang, dan Nanga Pinoh. Dari daerah Sintang, dakwah Islam menyusuri Sungai Kapuas sampai daerah Putusibau. Penyebaran ini berlangsung tahun 15001800 M. Pengaruh Islam mulai masuk ke Kerajaan Sintang ketika kerajaan ini dipimpin oleh Raden Purba. Kota Sintang zaman dahulu tidak pernah lepas dari pengaruh-pengaruh kerajaan 17.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. yang ada. Raja Abang Tembilang atau Abang Pencin yang bergelar Pengeran Agung. Raja Abang Pencin merupakan penguasa paling akhir Kerajaan Sintang. Kerajaan Sintang yang menganut agama Hindu dan Aninisme, kemudian berduyun-duyun memeluk agama Islam (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30). Sejak itu pemeluk agama Islam mulai memimpin Kesultanan Sintang. Setelah Raja Abang Pencin wafat, putranya yang bernama Pengeran Tunggal dinobatkan sebagai Raja di Kesultanan Sintang yang ke-28. Setelah wafatnya Pangeran Tunggal digantikan oleh Raden Purba. Sebelum Raden Purba Meninggal, disebutkan bahwa Raden Purba telah memeluk agama Islam. Raden Purba memerintah di Kerajaan Sintang sampai sekitar abad ke-18 bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke Kerajaan Sintang dan Kapus Hulu. Setelah Raden Purba Meninggal, Tahta Kesultanan Sintang dipimpin oleh Adi Nata bergelar Sultan Nata Muhammad Syamsuddin Sa‟adul Khairiwaddin. Sultan Nata merupakan putra dari Mangku Malik dan Nyai Cilik (adik Pangeran Tunggal) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30). Pemerintahan Sultan Nata ditandai dengan berbagai macam perubahan yang sifatnya mendasar. Pertama kali, mulai dibangunnya masjid yang terletak di ibu kota Kesultanan dengan kapasitas 50 orang. Pada masa itu pula, wilayah kekuasaan Sintang Meluas hingga ke daerah Ketungau Hilir dan Ketungau Hulu, daerah perbatasan Serawak, Kalimantan Tengah dan Melawi. Perubahan paling signifikan adalah bergantinya bentuk kerajaan menjadi Kesultanan dan penyusunan Undang-Undang Kesultanan. Undang-Undang Kesultanan Sintang tersebut membuat tata kehidupan masyarakat Sintang dan adat istiadatnya berubah baik. Pergantian Raja, kekalahan, dan kemenangan dalam perang juga ikut merangkai perjalanan sejarah panjang kota Sintang (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).. 18.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Setelah bertahun-tahun lamanya Kesultanan Sintang berjalan damai sampai pada masa Sultan Ade Noh. Pada Juli 1822 M, Kesultanan Sintang kedatangan rombongan dari Belanda yang dipimpin oleh J.H. Tobias, yaitu seorang komisaris dari Kust Van Borneo. Sejarah Sintang pun mulai bersentuhan dengan pihak Belanda. Maksud tujuan rombongan Belanda tersebut adalah untuk mengatakan kerja sama dengan Kesultanan Sintang. Namun Sultan Ade Noh tidak bersedia menemuai Tobias. Kemudian rombongan Belanda tersebut hanya ditemui oleh pejabat Kesultanan yang bernama Mangkubumi. Pada misi pertama Belanda terhadap Kota Sintang pun dikatakan gagal (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 88). Setelah Sultan Ade Noh meninggal, posisinya digantikan oleh Gusti Muhammad Yasin dengan gelar Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin. Di masa kekuasaan Pangeran Adipati inilah datang rombongan Belanda yang kedua pada November 1822 yang dipimpin oleh Dj. Van Dugen Gronovius dan Cf. Golman, serta Syarif Ahmad Alkadrie sebagai juru bicara (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 88). Pada misi kedua, kedatangan rombongan Belanda ini sukses menghasilkan beberapa kesepakatan yang banyak menguntungkan pihak Belanda. Sehingga tidak heran jika dikemudian hari Belanda leluasa melakukan berbagai intervensi terhadap Kesultanan Sintang. Kota Sintang perlahan dikuasai oleh pihak Belanda (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 100). Daerah Sintang pada masa pemerintahan Belanda (tahun 1936) merupakan daerah Landschop di bawah naungan Pemerintahan Gouvernement. Daerah Landschop dipimpin oleh seorang Controleur atau Gesagkekber. Daerah Landschop ini. terbagi menjadi empat. onderafdeling. Empat onderafdeling tersebut, yakni Onderafdeling Sintang yang berkedudukan di Sintang, Onderafdeling Melawi berkedudukan di Nanga Pinoh, Onderafdeling Semitau. 19.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. berkedudukan di Semitau, dan Onderafdeling Boven Kapuas berkedudukan di Putussibau (BPS Kabupaten Sintang 2016: 28) Daerah Kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan (Jubair 1) dijadikan daerah Swapraja Sintang. Sementara Kerajaan Tanah Pinoh dijadikan Neo Swapraja Tanah Pinoh. Pemerintah Landshop ini berakhir pada tahun 1942. Sejak pemerintah Landshop berakhir Kesultanan Sintang terus dirongrong kewibawaannya oleh Belanda. Akan tetapi, Indonesia berhasil berdiri dan mengusir Belanda dari Sintang. Setelah Belanda keluar, datanglah Jepang untuk menguasai bumi pertiwi termasuk kota Sintang. Pemerintahan kota Sintang pun diambil alih oleh Jepang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 28). Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami terlalu banyak perubahan. Perubahan yang terjadi hanyalah sebutan kepala pemerintahan yang disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah saat itu. Kepala pemerintah disebutkan Ken Karikan (semacam sebutan Bupati sekarang). Sementara wilayah disebut Bunken Karikan dan setiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah) (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29). Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten Sintang. Sementara Onderafdeling diganti dengan Kewedanan. Distric diganti dengan Kecamatan. Demikian pula dengan jabatan Residen diganti dengan Bupati. Kepala Distric diganti dengan Camat. Sementara pada waktu itu yang menjadi Bupati Sintang adalah Bapak L. Toding (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29). Untuk merelisasikan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953, UU No. 25 Tahun 1956, dan UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD dan DPR Peralihan, maka pada 27 Oktober 1956 dilaksanakan pelantikan Keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang. Selanjutnya, 20.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sesuai Keppres No. 6 Tahun 1959 tepatnya 6 November 1959, maka azas dekonsentrasi dan desentralisasi sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953 dihimpun kembali dalam satu tangan Bupati Kepala Derah dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian yang kemudian diatur lebih lanjut dalam UU No. 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah (BPS Kabupaten Sintang 2016: 30). Selain itu, dengan instruksi Mendagri No. 3 Tahun 1966 tepatnya 1 Februari 1966 jalannya roda pemerintahan daerah di seluruh Indonesia mulai diarahkan dan disempurnakan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan. Kecamatan kemudian disesuaikan kembali setelah adanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi yang berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Sintang sehingga Kabupaten Sintang saat ini diklarifikasi menjadi 14 pemerintahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau. Luas wilayak Kecamatan Ambalau sekitar 29,52 persen. Kabupaten Sintang luas masing-masing Kecamatan hanya berkisar 1-29 persen dari luas Kabupaten Sintang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 30).. 2.3. Keadaan Geografis dan Iklim. 2.3.1 Letak Geografis Secara geografis wilayah Kabupaten Sintang terletak. di bagian timur Provinsi. Kalimantan Barat atau di antara 1°05' Lintang Utara dan 0°46' Lintang Selatan, 110°50' Bujur Timur dan 113°20' Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Sintang di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau. Sedangkan sebelah 21.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. selatan berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.386 km. Wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau yaitu 6.386,40 km atau sebesar 29,52 persen. Sedangkan Kecamatan Sintang merupakan Kecamatan yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277.05 km atau hanya sekitar 1,28 persen. Wilayah Kabupaten Sintang dialiri dua sungai besar, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau dan Sungai Kayan.. Sungai Kapuas melewati Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak sampai Sepauk. Sementara Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, Sampai Ambalau. Sementara Sungai Ketungau merupakan anak dari Sungai Kapuas. Sungai Ketungau melewati Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, dan Ketungau Hilir. Sedangkan Sungai Kayan merupak anak Sungai Melawi. Sungai Kayan melawati Kayan Hulu sampai Kayan Hilir. Wilayah Kabupaten Sintang dengan luas 3,23 juta Ha merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas, yaitu sekitar 21,99 persen dari luas kawasan hutan Provinsi Kalimantan Barat. Pemanfaatan terbesar untuk hutan produksi terbatas (31,15 persen), yang lainnya sebesar 30,69 persen untuk pertanian lahan kering, sebesar 21,30 persen untuk hutan lindung dan sisanya untuk hutan produksi biasa, taman nasional dan hutan produksi yang dapat dikonversikan. Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99 persen dari luas daerah yaitu 2,16 juta. Selanjutnya tanah podosolit sekitar 0,93 juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar 22.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. hamper di seluruh Kecamatan. Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten Sintang yaitu jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen. Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata. Namun, hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan, masyarakat di luar wilayah Kabupaten Sintang masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut. Potensi alam tersebut berupa air terjun sebanyak 19 air terjun yang tersebar di lima kecamatan. Kelima Kecamatan tersebut, yaitu Sepauk, Kayan Hulu, Ambalau, Ketungau Tengah, dan Ketungau Hulu. Kabupaten Sintang juga memiliki 4 gunung yang terdapat di Kecamatan Serawai dan Kecamatan Ambalau.. Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Sintang Utara. Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu. Timur. Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah. Barat. Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau. Selatan. Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan Tengah.. 2.3.2 Keadaan Iklim Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan. Wilayah perbukitan itu sekitar 53,50 persen. Sepanjang tahun 2016 jumlah curah hujan di Kabupaten Sintang sebesar 3773.4 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada Januari, yaitu 298.3 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari dalam satu bulan. Sedangkan curah hujan 23.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. terendah pada Agustus, yaitu 13 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 13 hari. Menurut Stasiun Meteorologi Susilo Sintang, intensitas curah hujan yang tinggi dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup tinggi. Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angina. Faktor angin ini sangat mempengaruhi kegiataan penerbangan dan kegiataan-kegiatan lainnya. Kecepatan angina maksimum terbesar sepanjang tahun 2016 terjadi pada Oktober, yaitu 25 knots/jam. Sementara kecepatan angin terendah pada Mei, yaitu 10 knots/jam. Sedangkan kecepatan angina rata-rata terjadi sepanjang tahun 2017, berkisar antara 6,1 hingga 8,5 knots/jam. Pada tahun 2016, rata-rata temperatur udara di Kabupaten Sintang setiap bulan berkisar antara 26,7 Derajat Celcius sampai dengan 28,1 Derajat Celcius. Temperature udara terendah sebesar 20,4 Derajat Celcius pada Februari. Sementara temperature udara tertinggi sebesar 23,2 Derajat Celcius, yaitu pada Januari. Penyinaran matahari dicatat dari Stasiun Meteorologi Sintang, yaitu berkisar antara 40,5 persen-76,5 persen. Jika dilihat dari rata-rata lemban nisbi, sepanjang tahun 2016 November merupakan bulan yang mempunyai lembab nisbi terbesar, yaitu 89,8. Sedangkan bulan dengan lembab nisbi terkecil adalah pada Agustus, dengan lembab nisbi sebesar 85. Beralih pada rata-rata tekanan udara sepanjang tahun 2016 hampir setiap bulan besarnya sama, yaitu berkisar 1009,5 hingga 1011,5 Milibar.. 24.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Sintang. Sumber: BPS Kabupaten Sintang. 2.4. Penduduk. 2.4.1 Penduduk dan Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2016, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah 402.212, dengan rata-rata jumlah penduduk per desa atau per kelurahan sebanyak 988 jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil proyeksi, jumlah penduduk mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Sintang adalah 19 penduduk per km2. Kepadatan seperti tersebut akan menyebabkan daerah Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk yang masih jarang. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu 2010-2016 tercatat rata-rata 1,64 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan 25.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. penduduk pada tahun sebelumnya (2010-2015) yang besarnya rata-rata 1,68 persen per tahun. Penyebaran penduduk Kabupaten Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi, yaitu 72.513 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 3,4 persen selama kurun waktu 2010-2016. Laju pertumbuhan penduduk posisi kedua, yaitu Kecamatan Sepauk dengan jumlah penduduk 51.089 jiwa. Sementara laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2010-2016 sebesar 1,6 persen. Laju pertumbuhan penduduk urutan ketiga adalah Kecamatan Sungai Tebelian jumlah penduduk 31.343 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,2 persen selama 2010-2016.. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin 2016 No.. Kecamatan. Laki-laki. Perempuan. Jumlah. 1. Serawai. 11.963. 11.416. 23.379. 2. Ambalau. 6.908. 6556. 13.464. 3. Kayan Hulu. 11.660. 11.560. 23.220. 4. Sepauk. 26.456. 24.633. 51.089. 5. Tempunak. 15.151. 13.872. 29.023. 6. Sungai. 16.288. 15.055. 31.343. 7. Sintang. 36.737. 35.776. 72.513. 8. Dedai. 15.208. 14.324. 29.532. 9. Kayan Hilir. 13.495. 12.464. 25.959. 10. Kelam Permai. 8.354. 7.915. 16.269. 11. Binjai Hulu. 6.505. 6.701. 12.576. 26.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. Ketungau Hilir. 11.425. 10.690. 22.115. 13. Ketungau. 15.015. 14.533. 30.048. 14. Ketungau Hulu. 11.306. 10.376. 21.682. 206.971. 195.241. 402.212. Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. 2.5. Mata Pencarian Mata pencarian penduduk Kabupaten Sintang adalah bergerak pada sektor. pertanian,perkebunan, perternakan, perikanan, dan perdagangan. Hal ini dapat dibuktikan dari luas wilayah dan jumlah produksi masing-masing sektor di Kabupaten Sintang sebagaimana ditunjukan pada tabel 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.. Tabel 3. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi (Sawah+Ladang) Kabupaten Sintang 2016 No. Kecamatan. Luas Panen. Rata-Rata. Produksi. (ha). Produksi. (ton). (kw/ha) 1 Serawai. 2.752. 8.88. 2.444. 2 Ambalau. 2.225. 12.95. 2.881. 3 Kayan Hulu. 2.171. 17.05. 3.703. 4 Sepauk. 2.251. 32.23. 10.480. 5 Tempunak. 2.189. 31.73. 6.946. 6 Sungai. 1.549. 26.91. 4.168. 27.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7 Sintang. 373. 22.46. 837. 8 Dedai. 4.016. 13.92. 5.592. 9 Kayan Hilir. 3.778. 21.54. 8.140. 10 Kelam Permai. 3.051. 27.95. 8.528. 708. 20.73. 1.468. 12 Ketungau Hilir. 2.135. 21.63. 4.617. 13 Ketungau. 5.868. 20.5. 12.031. 14 Ketungau Hulu. 1.269. 20.2. 2.563. 11 Binjai Hulu. Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. Tabel 4. Petani, Luas Tanaman, dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Sintang 2016 No.. Jenis Tanaman. Petani. Luas Tanaman. Produksi. (kk). (ha). (ton). 1 Karet. 46.938. 93.113. 38,880. 2 Kelapa Dalam. 1.378. 708. 144. 3 Kelapa Hibrida. 1.310. 844. 211. 4 Kelapa Sawit. 12.362. 163.028. 231,913. 5 Lada. 2.565. 902. 405. 299. 125. 8. 1.035. 218. 5. 6 Kakao 7 Kapok/Randu. 28.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8 Aren. 1.245. 376. 35. 9 Pinang. 1.340. 259. 52. 10 Cengkeh. -. -. -. 11 Tebu. -. -. -. 12 Kopi. 1.093. 350. 97. Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016. Tabel 5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang 2016 No. Kecamatan. Ternak Besar. Ternak Kecil. Sapi. Kerbau. Babi. Kambing. 1 Serawai. 499. -. 6.674. 162. 2 Ambalau. 188. -. 1.878. 180. 3 Kayan Hulu. 269. -. 3.775. 83. 1.078. 42. 9.627. 424. 887. 34. 4.433. 284. 1.194. -. 8.804. 635. 456. -. 2.135. 158. 1.046. 15. 4.989. 356. 9 Kayan Hilir. 191. 4. 2.917. 55. 10 Kelam Permai. 212. -. 8.631. 157. 4 Sepauk 5 Tempunak 6 Sungai Tebelian 7 Sintang 8 Dedai. 29.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11 Binjai Hulu. 1.026. 35. 7.325. 388. 12 Ketungau Hilir. 177. 32. 7.325. 388. 13 Ketungau Tengah. 127. -. 8.687. 90. 14 Ketungau Hulu. 122. -. 5.618. 180. Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016. Tabel 6. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Sintang 2016 No. Kecamatan. Ayam Ras. Ayam Buras. Itik. 1 Serawai. 43.593. 27.880. 185. 2 Ambalau. -. 15.100. 160. 3 Kayan Hulu. 67.388. 18.740. 84. 4 Sepauk. 272.063. 100.450. 423. 5 Tempunak. 131.783. 36.150. 185. 6 Sungai Tebelian. 1.386.546. 93.448. 275. 7 Sintang. 292.384. 12.130. 613. 8 Dedai. 170.844. 27.778. 395. 9 Kayan Hilir. 90.997. 22.225. 130. 10 Kelam Permai. 280.663. 34.551. 253. 11 Binjai Hulu. 129.515. 36.157. 265. 12 Ketungau Hilir. 85.655. 22.630. 282. 30.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13 Ketungau Tengah. 62.950. 16.620. 253. 14 Ketungau Hulu. 72.059. 14.815. 80. Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016. Tabel 7. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang 2004-2016 No. Tahun. Perairan Umum. Budidaya. Jumlah. 1 2004. 229.769.23. 96.889.353. 426.658.563. 2 2005. 261.857.003. 196.889.353. 456.658.563. 3 2006. 160.304.003. 19.523.003. 355.534.003. 4 2007. 160.415.003. 274.301.803. 434.716.803. 5 2008. 195.113.003. 309.961.733. 505.074.733. 6 2009. 137.617.903. 296.824.703. 433.992.603. 7 2010. 127.196.003. 263.873.903. 391.069.903. 8 2011. 15.540.003. 257.66.703. 413.016.703. 9 2012. 170.669.303. 259.054.803. 429.724.103. 10 2013. 204.288.303. 285.656.003. 489.944.303. 11 2014. 20.383.203. 372.668.003. 57.650.003. 12 2015. 222.738.503. 372.668.003. 595.406.503. 13 2016. 258.695.903. 296.043.883. 554.739.783. Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016. 31.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 8. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP di Kabupaten Sintang 2014-2016 No. Kecamatan. 2014. 2015. 2016. 1. Serawai. 14. 7. 7. 2. Ambalau. 2. -. -. 3. Kayan Hulu. 8. 1. 1. 4. Sepauk. 75. 18. 18. 5. Tempunak. 30. 6. 6. 6. Sungai Tebelian. 72. 16. 16. 7. Sintang. 541. 167. 167. 8. Dedai. 65. 13. 13. 9. Kayan Hilir. 28. 4. 4. 10. Kelam Permai. 50. 6. 6. 11. Binjai Hulu. 47. 5. 5. 12. Ketungau Hilir. 7. 4. 4. 13. Ketungau Tengah. 17. 1. 1. 14. Ketungau Hulu. 4. 21. 21. Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. 32.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 9. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang 20122016 No. Bentuk Perusahaan 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. 1. Pasar/Market. 30. 30. 29. 30. 31. 2. Kios. 965. 965. 944. 722. 712. Jumlah. 995. 995. 973. 752. 743. Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. 2.6. Pendidikan Jumlah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sintang pada 2016/2017 adalah sebanyak 428. sekolah. Sedangkan jumlah bermurid 60.279 siswa dan 3.539 guru. Rasio murid terhadap guru untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah 17,03 yang artinya satu guru mendampingi 17-18 murid. Angka ini meningkat dari tahu lalu, yakni 15.86. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017 adalah 131 sekolah. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun ajaran 2015/2016, yaitu 127 sekolah. Jumlah guru untuk jenjang menengah pertama,yakni 1.261 guru, sedangkan jumlah siswa pada tahun ajaran 2016/2017 yaitu, 21.043 siswa. Adapun rasio murid terhadap guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 206/2017 adalah 16,69 dimana satu guru mendampingi 16.17 murid. Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017 adalah 50 sekolah. Jumlah guru 845 orang dan jumlah murid 13.678 siswa. Adapun rasio murid terhadap guru, yaitu 16,19 tahun ajaran 2016/2017.. 33.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tahun ajaran 2016/2017, di Kabupaten Sintang terdapat enam Perguruan tinggi. Keenam Perguruan Tinggi tersebut, yakni Universitas Kapuas, Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP), Akademi Perawat (AKPER), Sekolah Tinggi Theologi Khatulistiwa (STTK), Sekolah Tinggi Agama Islam Ma‟arif (STAIMA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kapuas Raya. Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sintang 2016 No.. Tingkat Pendidikan. Sekolah. Guru. Murid. Rasio. 1 Taman Kanak-Kanak. 90. 296. 4.898. 54,42. 2 SD. 248. 3.539. 60.729. 17,03. 3 SMP. 131. 1.261. 21.043. 16,69. 4 SLTA. 50. 845. 13.678. 16,19. Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. \. 34.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 11. Jumlah Universitas, Mahasisawa, dan Tenaga Edukatif di Kabupaten Sintang 2016 No. Jumlah Universitas. 1. 6. Mahasiswa 7.531. Tenaga Edukatif 292. Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016. 2.7. Keadaan Budaya dan Tradisi Masyarakat Sintang adalah masyarakat yang kaya akan budaya dan tradisi yang. diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Masyarakat sintang terkenal dengan banyak tradisi yang dilakukan untuk membangun solidaritas dan keharomonisan masyarakat. Ada beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Sintang antara lain:. 2.7.1. Tari Dara Juanti Tarian Dara Juanti merupakan tarian kolosal yang diangkat dari sejarah Kerajaan Sintang.. Tarian Dara Juanti menceritakan seorang putri raja yang dipingit ketika memasuki usia remaja. Putri raja tersebut bernama Putri Dara Juanti. Putri Dara Juanti adalah sosok seorang putri yang cantik jelita dan lembut tutur katanya serta santun budi pekertinya. Hal ini yang membuat dayang-dayang saling berebutanuntuk menghibur putri ketika berada dalam pingitan. Namun, sebelum masa pingitan selesai dijalani sang putri harus keluar dari kamarnya. Hal ini dikarenakan, sang ayahnya meninggal dunia. Sedangkan sang kakak suda pergi merantau ke tanah Jawa. Sementara pemerintahan Kerajaan Sintang dipimpin oleh Putri Dara Juanti.. 35.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.7.2 Tradisi Bepasung Tradisi Bepasung dapat diartikan merangket atau memikat sesuatu agar yang diikat menjadi tidak berdaya. Ritual Bepasung kerap dilakukan oleh masyarakat Dayak Seberuang yang tergolong Ibanic Group. Tradisi Bepasung dipercaya masyarakat Dayak Seberuang untuk mengancam roh yang bersemayam di pohon-pohon besar. Pohon besar seperti pohon kiara yang telah tua.. 2.7.3 Gawai Dayak Gawai Dayak dapat diartikan sebagai salah satu pesta ucapan terimakasih kepada Sang Pencipta „jubata‟ atas panen padi yang melimpah. Selain itu, Gawai Dayak dipercaya dapat melambangkan persatuan, aspirasi identitas kemakmuran, serta memperkenalkan bahwa masyarakat Dayak memiliki andil dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Gawai Dayak ini adalah suatu atraksi suku Dayak asli pada saat karnaval keliling kota, ritual, pameran, fashion show, kontes Bujang Dara dan ukiran kayu.. 2.7.4 Pentik Pentik merupakan patung yang terbuat dari kayu yang dipuja sebagai symbol Petara (Dewa). Pentik juga sering dibuat sebagai wakil dari manusia, yaitu korban ketika terjadi serangan dari arwah setan. Jenis Pentik ini dipasang di luar desa disertai sesaji yang biasa di letakkan di sekitarnya. Pentik dipercaya masyarakat Dayak Seberuang sebagai penghalang hantu yang akan masuk ke desa dan menganggu manusia.. 36.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.7.5 Seni Tato Tato bagi suku Dayak merupakan suatu hal yang sangat penting baik laki-laki maupun perempuan. Tato dilakukan sejak manusia menginjak dewasa atau pada awal masa pubertas satu tahun atau lebih. Menurut Nieuwenthuis (1994: 106) seni tato adalah seni menghias tubuh, walaupun ada pengecualian dan mempunyai hubungan dengan kepercayaan keagamaan, sama seperti banyak hal lain dalam kehidupan manusia. Tujuan dari seni tato/seni menghias tubuh adalah untuk mempertahankan keturunan. Masyarakat suku Dayak percaya inisial pada tato memiliki nilai simbolik. Nilai simbolik itu berupa pengetahuan bahwa dari mana mereka berasal atau di turunkan.. 2.8. Keadaan Bahasa Bahasa yang digunakan masyarakat suka Dayak Seberuang di Kabupaten Sintang adalah. bahasa Dayak Seberuang. Bahasa Dayak Seberuang merupakan bahasa Dayak dari rumpun Iban yang terdapat di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Bahasa Dayak Seberuang digunakan sebagian besar masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Sepauk, Sintang dan Kecamatan Tempunak Sintang. Bahasa Dayak Seberuang sangat umum digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Dalam cerita/tradisi bahasa Dayak Seberuang digunakan gaya dan bentuk bervariasi sesuai kondisi cerita/tradisi lisan yang bersangkutan. Penggunaan bahasa Dayak Seberuang dibagi dua jenis, yakni bahasa Dayak Seberuang Informal dan bahasa Dayak Seberuang Formal. Bahasa Dayak Seberuang informal digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, bahasa Dayak Seberuang formal lebih umum digunakan pada saat upacara adat dan perdukunan. Bahasa Dayak Seberuang yang digunakan dalam sastra lisan dituturkan mengikuti pola dan gaya 37.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. tersendiri. Pola dan gaya tersendiri seperti pengulangan kata, frase, dan kalimat yang frekuensi nada tinggi. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, ada suatu ciri khas yang mudah dimengerti oleh orang-orang di luar pemakai bahasa Dayak Seberuang. Ciri-ciri itu adalah adanya pemakaian kata ai di hampir di setiap katanya meskipun tidak semua. Salah satu contoh pemakaian kata ai yang terdapat diujung kata, jalan menjadi „jalai‟, panjang menjadi ‘panjai’, dan makan menjadi ‘makai’. Selain ciri khas tersebut, dalam bahasa Dayak Seberuang juga ditemukan tingkatantingkatan dalam penggunaan bahasa. Tingkatan-tingkatan tersebut dapat kita lihat pada saat berbicara dengan seseorang. Ada kalanya seseorang harus menggunakan kata/bahasa halus, seperti hendak berbicara dengan orang yang lebih tua atau seseorang yang belum di kenal. Contoh kata nuan yang artinya kamu, dipakai untuk berbicara dengan orang yang dihormati, seperti kepada orang tua, kepala adat, dan tuan rumah. Namun, apabila ingin berbicara dengan kawan seusia atau orang yang lebih kecil dan sudah akrab cukup menggunakan kata dik/meh yang artinya kamu. Table 12. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang No.. Bahasa Dayak seberuang. Bahasa Indonesia. 1. Jalai. Jalan. 2. Panjai. Panjang. 3. Makai. Makan. 4. Dik. Kamu perempuan. 5. Meh. Kamu laki-laki 38.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT 3.5. Pengantar Dalam bab ini. dibahas jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di. Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Jenis-jenis pengulangan tersebut meliputi (1) pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, (4) pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6) pengulangan regresif. 3.2. Pengulangan Seluruh Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar (Baryadi, 2011 : 48).. Berikut ini terdapat pengulangan seluruh dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat : (15). Manuk-manuk yak naitau dipaluk ‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟. (16). Antik dik ulang taun, nang kelupa makai-makai bah „Jika kamu ulang tahun, jangan lupa makan-makan ya‟. (17). Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan ‘Pakaian-pakaian diangkat jika hujan‟. (18). Mayuh langkau-langkau kebakah „Banyak rumah-rumah kebakaran‟ 39.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. (19). Pakuk-pakuk yak nyaman nar ‘Sayur-sayur itu sangat enak‟. Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (15), yakni manuk-manuk „ayam-ayam‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata manuk-manuk dibentuk dari bentuk dasar manuk „ayam‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi manuk-manuk. Pada kalimat (16) terdapat pengulangan kata makai-makai „makan-makan‟. Pengulangan ini dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ yang juga mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi makai-makai. Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (17), yakni pegawai-pegawai „pakaianpakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk dasarnya pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pegawai-pegawai. Pada kalimat (18) terdapat pengulangan kata langkau-langkau „rumah-rumah‟. Pengulangan ini dibentuk dari bentuk dasarnya langkau „rumah‟ yang juga mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi langkau-langkau. Pengulangan kata pada kalimat (19), yakni pakuk-pakuk „sayur-sayur‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pakuk-pakuk dibentuk dari bentuk dasarnya pakuk „sayur‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan kata menjadi pakuk-pakuk. Pengulangan seluruh juga tampak pada pengulangan kata tanya dan kata ganti seperti kalimat berikut ini: (20). Nama-nama ti dipulah mih? ‘Apa-apa saja yang kamu lakukan?‟ 40.

Gambar

Tabel 1.   Batas Wilayah Kabupaten Sintang ..............................................................
Tabel 14.   Jenis Makna yang Timbul dari Proses Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak          Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Gambar 1.   Peta Wilayahh Kabupaten Sintang .............................................................
Tabel 1.  Batas Wilayah Kabupaten Sintang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suku Dayak Iban merupakan masyarakat suku Dayak yang tinggal di pedalaman Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

EKSISTENSI HUKUM PIDANA ADAT DALAM MENANGANI DELIK ADAT PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK PANGKODAN DI1. DESA LAPE KECAMATAN SANGGAU KAPUAS KABUPATEN SANGGAU PROVINSI

ADAT DALAM MENANGANI DELIK ADAT PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK PANGKODAN DI DESA LAPE KECAMATAN SANGGAU KAPUAS KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT ”.. Pada kesempatan

“ Eksistensi Hukum Pidana Adat Dalam Menangani Delik Adat Pada Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan Di Desa Lape Kecamatan Sanggau Kapuas Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan

Program Projek Akhir Arsitektur ini yang berjudul “ Kawasan Desa Wisata Di Kabupaten.. Sintang Kalimantan

Hasil penelitian pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Dayak Seberuang di Desa Ensabang Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang (Gambar 1), dengan mewawancarai

6 Kemudian, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola pemilihan bahasa pada masyarakat Jawa di Desa Temawang Bulai, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI POLI KIA PUSKESMAS KEBONG KABUPATENi. SINTANG KALIMANTAN