• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kegiatan pembangunan membutuhkan tanah sebagai medianya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kegiatan pembangunan membutuhkan tanah sebagai medianya,"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap kegiatan pembangunan membutuhkan tanah sebagai medianya, sehingga antara tanah dan kegiatan pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pembangunan nasional merupakan pengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual. Dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan warganya, negara Indonesia menekankan kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Hal ini berarti negara Indonesia bertekad untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya bagi sekelompok atau sebagian masyarakat tertentu saja.1

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria merupakan hukum nasional di bidang pertanahan untuk seluruh rakyat Indonesia. Tanah mempunyai nilai kerakyatan sehingga baik dalam pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan maupun penerapan kebijakannya perlu dilakukan dengan cara musyawarah tanpa keputusan sepihak, tanpa ada tekanan fisik, senjata, penganiayaan tubuh, pengerusakan harta, tekanan moril,

1 Zora Febriena Dwithia H.P, 2014, Makna “Fasilitas Umum” Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Masyarakat (Analisis Pasal 10 Huruf l Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum), Malang, Jurnal Tesis Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn), Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Hal.2.

(2)

ancaman keamanan dan sebagainya. Tanah juga mempunyai nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan memihak pada rakyat. Nilai-nilai tersebut merupakan

Grund norm atau norma dasar bagi bangsa Indonesia untuk bertindak dan

berperilaku serta untuk dijadikan pedoman dan landasan bagi peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Dilihat dari tujuan pembangunan nasional, Indonesia menganut tipe negara kesejahteraan (Welfarestate).2 Terkait dengan upaya pembangunan dan cita-cita mensejahterakan rakyat, disusunlah suatu peraturan perundang-undangan yang bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak. Peraturan ini adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum, merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya untuk memajukan kesejahteraan umum. Tugas negara yang demikian, menyebabkan Indonesia tergolong sebagai negara kesejahteraan (Welfarestaat),3 dalam rangka tersebut kepada negara diberikan wewenang untuk menguasai tanah.

Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, disebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Alasan mengapa bumi dan air dan kekayaan alam yang

2 Ibid, hal.3.

(3)

terkandung di dalamnya itu harus dikuasai oleh negara adalah karena bumi, air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya itu merupakan pokok-pokok kemakmuran rakyat.

Pengertian penguasaan negara atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, terdapat dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang lebih dikenal dengan sebutan “Undang-undang Pokok Agraria (UUPA)”. Dalam UUPA ditentukan bahwa hak menguasai negara tersebut, memberi wewenang kepada negara, diantaranya untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. Berkaitan dengan kewenangan ini, untuk menyelenggarakan penyediaan tanah bagi berbagai keperluan masyarakat dan negara, pemerintah dapat mencabut hak-hak atas tanah dengan memberikan ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur dengan undang-undang, apabila upaya melalui cara musyawarah gagal membawa hasil. Namun cara ini haruslah tetap memperhatikan Prinsip yang berlaku dalam Hukum Pertanahan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 huruf b dan h UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yaitu Prinsip Keadilan dan Kesejahteraan. Maksud dari prinsip keadilan itu sendiri adalah memberikan jaimnan penggantian yang layak kepada pihak yang berhak, kemudian prinsip kesejahteraan maksudnya adalah pengadaan tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak.

(4)

Menurut A.P Parlindungan, Sungguhpun dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 tersebut tidak mencantumkan dengan tegas kata-kata fungsi sosial, namun harus kita tafsirkan bahwa fungsi sosial dari hak milik primair diartikan hak milik itu tidak boleh dibiarkan merugikan masyarakat.4

Fungsi Sosial tersebut termuat didalam Pasal 6 UUPA yang dengan tegas menyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”, sehingga jika mengacu pada ketentuan Pasal 6 UUPA tersebut jelas ditegaskan bahwa seluruh hak atas tanah tersebut mempunyai fungsi sosial dan bukan hanya untuk kepentingan pribadi seseorang.

Tri Widodo W. Utomo menyatakan bahwa Tanah adalah untuk melindungi bangsa Indonesia yang kedudukan ekonomisnya lebih lemah dibanding bukan bangsa Indonesia, jauh sebelum berkembangnya masalah pertanahan yang begitu rumit dan kompleks, pada masyarakat jawa telah tertanam suatu paham atau keyakinan, dan sekaligus keberanian untuk mempertahankan tanah meski hanya sejengkal dari gangguan orang lain. Keberanian itu dirumuskan dengan ungkapan

sadumuk bathuk sanyari bumi, ditohi rumekaning pati, Artinya : dipegangnya

kening oleh orang lain dan diganggunya sejengkal tanah atau orang lain, akan dibela sampai mati. Ungkapan ini saja sudah meningkatkan perlunya sikap berhati – hati dalam menghadapi atau menyelesaikan persoalan tanah.5

Dalam hal persediaan tanah masih luas, pembangunan fasilitas umum tersebut tidak menemui masalah. Permasalahannya yaitu tanah merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas, dan tidak dapat bertambah luasnya. Tanah yang

4 A.P. Parlindungan, 1993, Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria, Cetakan ke- VII

Mandar Maju, Bandung, hal. 59.

(5)

tersedia sudah banyak yang dilekati dengan hak (tanah hak), dan tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya.6

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial dikalangan masyarakat Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai capital asset tanah telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan obyek spekulasi.7

Saat ini, kebutuhan tanah sebagai capital asset semakin meningkat, sebab banyaknya pembangunan dibidang fisik baik dikota maupun didesa, dan pembangunan seperti itu membutuhkan banyak tanah. Kebutuhan akan tersedianya tanah untuk keperluan pembangunan tersebut memberi peluang terjadinya pengambilalihan tanah bagi proyek, baik untuk kepentingan negara / kepentingan umum maupun untuk kepentingan bisnis.

Keterbatasan tanah dan banyaknya pembangunan menyebabkan pergesekan. Manakala disatu sisi pembangunan sangat memerlukan tanah sebagai sarana utamanya, sedangkan di sisi lain sebagian besar dari warga masyarakat juga memerlukan tanah sebagai tempat permukiman dan tempat mata pencariannya.8 Untuk itu pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan agar pembangunan tetap terpelihara, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk

6 I Wayan Suandra, 1994, Hukum Pertanahan Indonesia, cet. 1, Jakarta : PT. Rineka Cipta. 7 Achmad Rubaie, 2007, Hukum Pengadaaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia,

Malang, Hal. 1.

8 Abdurrahman, 1991, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Edisi Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 9.

(6)

kepentingan umum. Dan untuk memperoleh tanah-tanah tersebut terlaksana melalui pengadaan tanah.

Proses pengadaan tanah tidak akan pernah lepas dengan adanya masalah ganti rugi, maka perlu diadakan penelitian terlebih dahulu terhadap segala keterangan dan data-data yang diajukan dalam mengadakan taksiran pemberian ganti rugi. Sehingga apabila telah tercapai suatu kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi, maka baru dilakukan pembayaran ganti rugi kemudian dilanjutkan dengan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang bersangkutan. Kebijakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sekarang ini dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah di antaranya adalah pembuatan jalan tol.

Pembangunan Pembuatan jalan umum merupakan salah satu wujud pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat. Pembangunan di berbagai bidang dan aspek kehidupan demi terselenggaranya kehidupan yang modern menjadi cita-cita di setiap wilayah. Namun pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah tidak selamanya berjalan dengan lancar. Berdasarkan

(7)

kenyataan yang terjadi selama ini dalam praktek pengadaan tanah bagi kepentingan umum hak dan kepentingan masyarakat pemilik tanah kurang mendapat perlindungan hukum dan belum ada pengertian serta sikap yang sama diantara pelaksanan termasuk badan pengadilan dalam melaksanakan kebijakan yang dituangkan dalam peraturan tersebut, sehingga timbul kesan seakan-akan hukum tidak atau kurang memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat yang tanahnya diperlukan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

Pembangunan dalam berbagai bidang semakin pesat dimana masing-masing sektor menuntut adanya persyaratan tertentu mengenai tanah yang diperlukan dari segi teknis maupun ekonomis. Karena sudah tak ada lagi tanah kosong maka untuk itu diperlukan pembebasan-pembebasan tanah.9 Rakyat yang tanahnya tergusur umumnya dari golongan ekonomi lemah, petani-petani kecil atau pedagang kecil. Bagi rakyat di pinggiran kota yang tanahnya tergusur mungkin suatu saat boleh berkata bangga bahwa ia telah ikut melepaskan tanahnya demi kepentingan suatu proyek pembangunan. Tetapi untuk tahap-tahap permulaanya banyak masalah-masalah sosial yang harus diatasi secara konsepsional dan mendasar. Sebab jika tidak mereka yang tergusur, yang kehilangan pekerjaan, pemukiman dan kehingan harapan akan merasakan dirinya sebagai korban pembangunan.10

Demikianlah rakyat merasakan dirinya sebagai korban pembangunan keseimbangan antara kepentingan umum (pembangunan) dengan kepentingan

9 A.A.Oka Mahendra, 1996, Menguak Masalah Hukum, Demokrasi dan Pertanahan, Cetakan

Pertama, Jakarta, hal. 266.

(8)

perseorangan. Atau dengan kata lain mencari keselarasan dan keserasian antara hak atas tanah dengan fungsi sosialnya.11

Banyak kasus pengadaan tanah yang terjadi di Indonesia menimbulkan permasalahan hukum menurut pihak yang tanahnya terkena dari pelaksanaan pengadaan tanah tersebut. Pada masa Orde Baru hingga tahun 2001, tercatat sebanyak 1.497 kasus sengketa, dengan luas lahan yang menjadi obyek sengketa mencapai 1.052.514,37 hektar, dan jumlah anggota masyarakat yang menjadi korban sebanyak 232.177 Kepala Keluarga (KK). Data lainnya menyebutkan banwa pada akhir 2001 tercatat sebanyak 1.753 kasus sengketa. Kemudian pada 2007 meningkat menjadi sebanyak 2.810 kasus. Keadaan yang demikian, mengundang pertanyaan, mengapa sistem hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum menimbulkan banyak sengketa.12

Seperti yang terjadi di wilayah Madyopuro kedung kandang Malang, kasus Pengadaan Tanah yang menimbulkan permasalahan hukum menurut masyarakat sekitar, akibat akan ada pembangunan tol yang memerlukan tanah yang sangat luas masyarakat yang terdiri dari 50 dan 13 kepala keluarga merasa dirugikan akibat adanya rencana pembangunan tol tersebut. Masyarakat tersebut merasa dirugikan dikarenakan dampak dari pengadaan tanah yang dilakukan pemerintah dalam hal pembebasan tanah milik masyarakat kedung kandang tersebut ganti ruginya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Bahwa dalam perjanjian tersebut, pemerintah berjanji akan membayar ganti rugi terhadap tanah mereka yang

11 Ibid

12Yanto Sufriadi, 2011, Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu), Jurnal Hukum VOL. 18, NO. 1, Fakultas Hukum Universitas Hazairin Bengkulu, hal. 44.

(9)

diambil alih untuk pembangunan tol tersebut, namun ganti rugi tersebut faktanya tidak sesuai dengan yang sudah dijanjikan pemerintah. Terganjalnya pembebasan lahan itu karena belum ada kecocokan harga. Warga pemilik lahan merasa harga yang ditawarkan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Tol Mapan terlalu rendah. P2T Tol Mapan mengajukan penawaran maksimal tiga kali nilai jual objek pajak (NJOP). NJOP lahan di kawasan yang dilintasi tol itu sebesar Rp 2 juta per meter. Jadi nilai maksimal yang ditawarkan P2T sebesar Rp 6 juta per meter. Namun, warga meminta angka sekitar Rp 11 juta per meter. Karena masih belum ada titik temu ini, warga menolak melepas lahannya. Bentuk penolakan dengan memasang spanduk-spanduk aspirasi di beberapa titik di Kelurahan Madyopuro,warga kukuh menolak hasil pengajuan harga tim appraisal (penilai harga) terkait ganti-rugi tanah dan bangunan. Sebab, harga yang ditawarkan merupakan keputusan sepihak tim appraisal. Selama ini warga juga belum diajak berkomunikasi soal harga.13

Sebagaimana dari dua kasus diatas, menurut penulis yang menarik untuk dikaji adalah kasus Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan jalan tol Malang-Pandaan (Mapan) yang terjadi di Kedung Kandang Kota Malang, hal ini dikarenakan dalam kasus tersebut menurut pihak Panitia Pengadaan Tanah dalam menyelenggarakan pengadaan tanah tersebut sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam UU Pengadaan Tanah, akan tetapi masih saja timbul gugatan dari pihak pemilik tanah yang dalam hal ini tidak puas terhadap nilai ganti rugi yang diberikan panitia pengadaan tanah tersebut, sehingga menurut penulis hal ini sangat menarik untuk dikaji yaitu mengenai apa yang menjadi dasar masyarakat

13 Radar Malang, 2016, Tol Malang-Pandaan Terganjal Lahan 15 Hektare, Edisi 26 Februari,

(10)

dalam mengajukan gugatan terhadap panitia pengadaan tanah tersebut ke Pengadilan negeri Malang, kemudian bagaimana Pengadilan Negeri Malang dalam memutus perkara yang diajukan masyarakat tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisa permasalahan hukum terhadap ganti rugi atas pengadaan tanah yang terjadi di daerah Kedung Kandang Malang tersebut sebagai lokasi penelitian dengan judul

“IMPLEMENTASI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL DI WILAYAH KEDUNG KANDANG MALANG ( Studi Kasus Mengenai Konflik Pengadaan Tanah Antara Pemilik Tanah dengan Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol di Wilayah Madyopuro Kedung Kandang Malang ?

2. Apa Yang Menjadi Dasar Adanya Gugatan Dari Masyarakat Pemilik Tanah Terhadap Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah?

3. Bagaimana Pengadilan Negeri Malang dalam memutus perkara antara Masyarakat Pemiliki Tanah di Kedung Kandang Dengan Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah?

(11)

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penulisan ialah :

1. Untuk mengetahui Implementasi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol di Wilayah Madyopuro Kedung Kandang Malang.

2. Untuk mengetahui Apa Yang Menjadi Dasar Adanya Gugatan Dari Masyarakat Pemilik Tanah Terhadap Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah. 3. Untuk mengetahui Bagaimana Pengadilan Negeri Malang dalam memutus

perkara antara Masyarakat Pemiliki Tanah di Kedung Kandang Dengan Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat yaitu :

1. Manfaat Teoritis :

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran, dibidang ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu hukum, dalam hal ini mengenai Implementasi Pengadaan Tanah untuk pembangunan jalan tol.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis : Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis tentang Implementasi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol di wilayah Madyopuro Kedung Kandang Malang,

(12)

serta penulisan ini sebagai persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang imu hukum Universitas Muhammmadiyah Malang.

b. Bagi Masyarakat : Agar masyarakat dapat mengetahui mengenai Implementasi Pengadaan Tanah untuk pembangunan jalan tol.

E. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya penelitian ini, maka penulis berharap penelitian ini dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya :

1. Bagi Instansi Terkait

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran terhadap Instansi terkait yaitu Badan Pertanahan Nasional Kota Malang dalam hal ini mengenai Implementasi Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat daerah Kedung Kandang dalam memahami Implementasi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol terhadap tanah yang diambil alih Pemerintah untuk kepentingan umum.

G. Metode Penulisan

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

(13)

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian atau penulisan.14 Berdasarkan ruang lingkup serta identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan, untuk mengkaji secara komprehensif dan holistik pokok permasalahan, akan ditelusuri dengan menggunakan tipe Penelitian Lapangan (Socio Legal Research), yakni melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.15

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau daerah yang dipilih sebagai tempat pengumpulan data dilapangan untuk menemukan jawaban atas masalah. Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah di Badan Pertanahan Nasional Kota Malang yang beralamat di Jalan Danau Jonge 1/1 Kota Malang dan masyarakat pemilik tanah daerah Kedung Kandang yang beralamat di Jalan Raya Madyopuro kelurahan Madyopuro kecamatan Kedung Kandang Kota Malang yang merupakan lokasi dari Pengadaan Tanah untuk pembangunan Jalan Tol Malang.

Alasan penulis memilih Badan Pertanahan Nasional Kota Malang sebagai tempat penelitian karena Pelaksanaan Pengadaan Tanah merupakan bagian dari wewenang Badan Pertanahan Nasional Kota Malang, sehingga berkaitan dengan

14 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti,

hal. 112.

15 Fakultas Hukum, 2012, Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas

(14)

penulisan ini, maka menurut penulis sangat tepat untuk mendapatkan data di Badan Pertanahan Nasional Kota Malang.

Selanjutnya alasan penulis memilih lokasi penelitian di daerah Kedung Kandang karena objek dari pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol tersebut berada di daerah kedung kandang, yang dalam hal ini objek dari pengadaan tanah itu adalah tanah milik masyarakat di daerah tersebut.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer adalah jenis data yang langsung diperoleh dari sumber utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses interview/wawancara pada tempat yang diteliti yakni wawancara secara langsung dengan narasumber (Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah), BPN Kota Malang serta warga/masyarakat daerah Kedung Kandang, serta menganalisa putusan No.92/Pdt.G/2016/PN-MLG yakni mengenai putusan kasus pengadaan tanah di wilayah Madyopuro Kedung kandang Kota malang.

b. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan melalui bahan-bahan lieratur yang membahas mengenai pengadaan tanah, peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan terkait yang berhubungan dengan pengadaan tanah, studi dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak yang terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-dokumen, serta jurnal yang membahas mengenai pengadaan tanah.

(15)

c. Data Tersier

Data Tersier diperoleh dari Ensiklopedia, Kamus , Internet, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Wawancara :

Yaitu memperoleh data dan mengumpulkan data dengan cara tanya jawab, dialog/diskusi dengan pihak terkait yang dianggap sebagai narasumber yang mengetahui permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

4.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

a. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data- data yang diperoleh dari Instansi terkait.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan kepustakaan dari berbagai literatur / buku-buku maupun jurnal.

c. Internet

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan melalui internet atau website yang terpercaya untuk melengkapi bahan hukum lainnya.

(16)

H. Rencana Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran terhadap isi skripsi yang dibuat oleh penulis, maka secara garis besar sistematika skripsi terdiri dari beberapa bab yaitu :

BAB I PEDAHULUAN

Dalam bab ini menyajikan dan menerangkan mengenai garis-garis besar latar belakang dan permasalahan dari skipsi ini, harapannya akan mengetahui tentang permasalahan yang telah terjadi terkait dengan Implementasi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol di wilayah Kedung Kandang Malang. Dalam Bab I ini terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tinjauan permasalahan, manfaat penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab II ini akan disajikan tentang kajian teoritis (pustaka) sebagai sumber didalam berfikir serta menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini sehingga mendapatkan analisis hukum yang tepat terhadap judul penulisan.

Dalam Bab II ini terdiri beberapa Tinjauan Pustaka yaitu mengenai, Tinjauan Umum Tentang Tanah, Tinjauan Umum Tentang Fungsi Sosial, Tinjauan Umum Mengenai Pengadaan Tanah, Tinjauan Umum Tentang Kepentingan Umum, Tinjauan Umum Mengenai Ganti Rugi, Tinjauan Tentang Musyawarah dan Tinjauan Umum Mengenai Penyelesaian Sengketa.

(17)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab III ini berisi mengenai hasil dan pembahasan yang penulis sajikan berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebagai hasil yang telah dicapai dari suatu penelitian untuk dijadikan sumber utama dalam mengkaji dan melakukan pembahasan.

Dalam pembahasan penulisan skripsi ini akan menjawab permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan memaparkan data hasil penelitian dan menganalisa permasalahan yang penulis angkat.

BAB IV PENUTUP

Pada bab IV ini, berisikan tentang kesimpulan dari seluruh uraian yang telah diuraikan dalam pembahasan dan analisis, serta memberikan saran terhadap permasalahan yang telah diangkat dalam penulisan ini yaitu mengenai Implementasi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol di wilayah Kedung Kandang Malang Studi Kasus Mengenai Konflik Ganti Rugi Antara Pemilik Tanah Dengan Panitia Pengadaan Tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Secara analog, perhitungan nilai anuitas jiwa awal seumur hidup untuk usia yang berbeda berdasarkan distribusi Gompertz disajikan dalam Tabel 2 berikut:.. Tabel 2

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa riset operasi berkenaan dengan pengambilan keputusan yang optimal dalam, dan penyusunan model dari sistem-sistem

[r]

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan jumlah gula reduksi pada bahan yang mengandung karbohidrat dapat menggunakan uji

Cara untuk mendapatkan padi jenis unggul tersebut antara lain yaitu dengan mengadakan perkawinan-perkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis

(3) Galon peserta didik yang berasal dari luar Daerah dengan menggunakan PPDB jalur umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dapat diterima di sekolah maksimal 5% (lima persen)

Sesuai dengan latar belakang penelitian, seperti yang diuraikan di atas bahwa sistem informasi akuntansi persediaan memiliki peranan penting dalam menunjang pengelolaan

Dari dokumentasi pelaksanaan pengadaan tanah, dijabarkan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dalam dua jenis kasus yang terjadi, yaitu: pemilik hak