• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

10

A. KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT 1. DEFINISI

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Penyebab kuman patogen yang menyebabkan ISPA adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, parain influenzaenza virus, severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza (WHO, 2007).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli), termasuk jaringan ”aneksannya”, seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Depkes RI, 2011).

(2)

2. ETIOLOGI

Lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari Genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna dan rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA (Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners, 2013).

3. TANDA DAN GEJALA

Tanda Gejala ISPA menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas) WHO (2007).

(3)

4. PATOFISIOLOGI

Bakteri Virus Jamur (Streptocucus) (mikrovirus, adnovirus)

ISPA

Reaksi Antibodi Antigen Silia yang terdapat pada permukaan Saluran pernapasan bergerak ke atas

Radang pada saluran napas atas Virus masuk ke Faring

Infeksi produksi mukus Merusak lapisan epitel dan mukosa Saluran

pernapasan

Tubuh menggigil dan Iritasi

demam

Peradangan

Batuk Kering Sakit saat mengunyah

` [Type a quote

Anoreksia

Bersihan jalan napas tidak

efektif

Peningkatan Suhu Tubuh

Gangguan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan tubuh

(4)

5. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).

b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik

a. ISPA bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya:

1) Tonsilitis, penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti dengan demam dan kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.

2) Common cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.

3) Sinusitus akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit kepala, demam, malaise dan nausea.

4) Pharingitis yaitu peradangan pada mukosa pharing dengan gejala demam disertai menggigil, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala, sakit saat menelan dan lain-lain.

b. ISPA bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis sampai alveoli paru, misalnya:

1) Bronchitis akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak napas, dahaknya sulit keluar karena menjadi lengket, ditemukan adanya ronki basah dan wheezing.

2) Pneumonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolodasi, panyakit penyakit ini muncul karena akut dengan demam, penderita pucat, batuk-batuk dan pernapasan menjadi cepat.

(5)

3) Bronkopnemonia adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di bronkioli terminal, gejalanya adalah demam, sesak napas, batuk dengan dahak yang kuning kehijauan dan biasanya berupa serangan yang datangnya secara tiba-tiba.

4) Tubercolosis paru adalah penyakit yang disebabkan M. Tuberculosis, gejalanya batuk biasanya disertai darah, panas, nyeri dada, kurus akibat kurang nafsu makan.

c. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit menurut (Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners, 2013).

1) ISPA Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40kali/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2) ISPA Sedang

Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjer limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal).

3) ISPA Berat

Batuk dengan napas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis. 4) ISPA Sagat Berat

Batuk dengan napas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi antara lain : a. Otitis Media

b. Sinusitis c. Bronchitis

d. Bronkopneumonia

(6)

7. PENATALAKSANAAN

Hingga saat ini belum ditemukan obat khusus anti virus. Terapi ditunjukkan untuk :

a. Simtomatik dan platif

1) Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron 2) Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin

3) Hipnotika 4) Roboransia

5) Istirahat yang cukup b. Penyulit/komplikasi

1) Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronchial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik.

2) Antibiotik perlu ditambah bila terjadi infeksi sekunder bakteri.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan yaitu :

a. Biakan Virus

Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 4oC. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).

b. Reaksi Serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah peningkatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, Radioimmunoassay (RIA) serta Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

(7)

c. Diagnostik Virus secara langsung

Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, dapat juga deilakukan dengan cara yang lebih sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sehunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010).

B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa Oksigen dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti : pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang.

1. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Menurut Eni & Yupi (2015), oksigenasi diepengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Hiperventilasi

Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang daripada yang dihasilkan (Kozier, 2010).

(8)

b. Hipoventilasi

Hipoventilasi yaitu penurunan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Dengan hipoventilasi, CO2 sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia (hinmerkapnia) (Kozier, 2010).

c. Hipoksia

Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam pernapasan-ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah – dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua bagian dalam proses tersebut (Kozier, 2010).

C. Asuhan keperawatan keluarga 1. Konsep Dasar Keluarga :

a. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam mendefinisikannya, antara lain :

WHO (1969)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Depkes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(9)

Sayekti (1994)

Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Friedman (2010)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional dengan peran masing-masing yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

b. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga tradisional dan keluarga nontradisional adalah sebagai berikut:

1) Tipe keluarga tradisional

a) The Nuclear family (keluarga inti).

Keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

b) The dyad family (keluarga dyad)

Keluarga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.

(10)

c) Single parent

Keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

d) Single adult

Keluarga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.

e) Extended family.

Keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.

f) Middle-aged or elderly couple

Orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.

g) Kin-network family.

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama

2) Tipe keluarga nontradisional

Tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe:

a) Unmarried parent and child family.

Keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.

b) Cohabitating couple.

Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

(11)

c) Gay and lesbian family

Seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

d) The nonmarital heterosexual cohabiting family.

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

c. Struktur keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga malaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari :

1) Patrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Patriakal

Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

4) Matriakal

Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri. 5) Keluarga kawin

Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.

(12)

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga, yaitu :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian. Peran utama orang dewasadalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. Balita yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak didapatkan balita terutama pada aktivitas bermainnya. Sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada balita karena orang tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara bermain pada balita tersebut (Friedman, 2010).

2) Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial

Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan

(13)

memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin banyak diberikan di sekolah, fasilitas rekreasi dan perawatananak, serta lembaga lain di luar keluarga, peran sosialisasi yang dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting. Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya ke anak-anak mereka. Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan oranglain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang infeksi saluran pernafasan akut, penyebab dan pencegahan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut untuk anak khususnya balita (Friedman, 2010).

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terhadap lingkungan dapat menyebabkan balita mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).

4) Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan kebutuhan keluarga juga meningkat dan padatnya anggota keluarga di dalam rumah dapat menyebabkan udara yang dihirup menjadi berkurang sehingga bisa mengakibatkan anak mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).

(14)

5) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yangsesuai melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang cukup akan ventilasi udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan adanya debu dan kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).

e. Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks kelurga. Sehingga peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain 1) Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/penganyom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik untuk anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

(15)

3) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spritual.

f. Peran Perawat Keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang di berikan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d) menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).

Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut:

1) Sebagai Pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Terutama padakeluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut, perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang

(16)

ditimbulkan dan cara pengobatan pada penderita infeksi saluran pernafasan akut.

2) Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan di berikan untuk menghindari kesenjangan. Kemampuan mengkoordinir pelaksana pelayanan kesehatan dengan baik mengakibatkan keluarga dapat terintervensi dengan baik sehingga angka infeksi saluran pernafasan akut dapat berkurang.

3) Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapatmenjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif. Memberikan pelayanan yang maksimal untuk keluarga sehingga dapat mengurangi angka kejadian infeksi saluran pernafasan akut.

4) Sebagai supervisor pelayanan kesehatan

Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak. Terutama pada keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi saluran pernafasan akut karena banyak orang tua yang menganggap infeksi saluran pernafasan akut bisa sembuh tanpa harus di bawa ke pelayanan kesehatan.

(17)

5) Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

6) Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatanyang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah. Keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut dapat bertanya pada perawat tentang pencegahan agar tidak terjadi lagi infeksi saluran pernafasan akut di keluarga.

7) Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi, dan melakukan promosi kesehatan kepada anggota keluarganya.

g. Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut

(18)

sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga (Friedman, 2010).

2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab (Friedman, 2010).

3) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).

4) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren) Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13

(19)

tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman,2010).

5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga, terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka satu sama lain (Friedman, 2010).

6) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies) Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau

(20)

cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).

7) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugaskeperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman, 2010).

8) Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).

(21)

h. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya).

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).

(22)

4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat. Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.

b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan. c) Pentingnya hiegine sanitasi.

d) Upaya pencegahan penyakit.

e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi. f) Kekompakan antar anggota kelompok.

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : a) Keberadaan fasilitas keluarga.

b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan. c) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. d) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

i. Tingkat Kemandirian Keluarga

Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Depkes, 2006 dalam Ayu, 2010 sebagai berikut :

1) Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/KM-I) a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

(23)

2) Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/KM-II) a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang

dianjurkan

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

3) Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/KM-III) a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang

dianjurkan

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif f) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran

4) Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV) a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang

dianjurkan

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif f) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran

(24)

2. Konsep keperawatan keluarga a. Pengkajian Keperawatan keluarga

Pengkajian menurut Yura dan Walsh (1998)

Tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, dan akan mendapatkan data tentang kondisi atau situasi klien sebelumnya dan saat ini, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun perencanaan pada tahap berikutnya. Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan focus perawatan. Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka keluarga merupakan focus utama tetapi jika ia melihat didalam keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu merupakan focus utama. Proses keperawatan keluarga secara khusus mengikuti pola keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implementasi serta evaluasi (Setiadi, 2008)

1) Tujuan Pengkajian Keperawatan Keluarga

a) Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. b) Menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien c) Menilai keadaan kesehatan klien

d) Membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.

2) Karateristik Data Yang Dikumpulkan a) Lengkap

Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien dan keluarga. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah secara adekuat. b) Akurat

Data yang dikumpulkan harus akurat untuk menghindari kesalahan. Bagaimana caranya mengklarifikasi data yang

(25)

ditemukan melalui keluhan klien adalah benar, dengan membuktikan apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan. Data perlu divalidasi sekiranya meragukan. Tidak boleh membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai data yang ditemukan pada saat pengkajian.

c) Relevan

Data yang dikumpulkan harus relevan dengan kondisi klien dan keluarga dan perlu memahami penyakit yang diderita klien sebelum melakukan pengkajian data. Dapat membuat catatan-catatan tentang data yang akan dikaji apabila tidak disediakan format pengkajian.

3) Sumber Data

a) Sumber data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung dari klien dan keluarga, yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan yang dihadapinya.

b) Sumber data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari orang terdekat dari klien (keluarga), seperti orang tua, Anda, atau pihak lain yang mengerti kondisi klien selama sakit. Data sekunder dapat pula didapatkan dari catatan-catatan keperawatan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak lain.

Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data kesehatan keluarga adalah berikut ini.

(1) Klien dan keluarga. (2) Orang terdekat. (3) Catatan klien.

(26)

(4) Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan).

(5) Konsultasi.

(6) Hasil pemeriksaan diagnostik.

(7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. (8) Perawat lain.

(9) Kepustakaan

Data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data hasil wawancara dan data objektif adalah data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan observasi. Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan. Pada tahap ini dapat mengidentifikasi berbagai masalah keperawatan yang terjadi pada klien sebagai keluarga.

4) Metode Pengumpulan Data a) Wawancara

Wawancara yaitu komunikasi dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan respon, baik verbal maupun nonverbal, juga menanyakan atau membuat tanyajawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, atau disebut dengan anamnesa.

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan pada klien dan keluarga, untuk membantu memperoleh informasi tentang partisipasi klien dan keluarga dalam mengidentifikasi masalah dan membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian. Wawancara juga dilakukan untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien.

Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan

(27)

keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun nonverbal, empati, dan rasa kepedulian yang tinggi.

Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik nonverbal meliputi metode, mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan, dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara :

(1) Menerima keberadaan klien dan keluarga sebagaimana adanya.

(2) Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menyampaikan keluhan-keluhannya atau pendapatnya secara bebas.

(3) Selama melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien.

(4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian. (5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

(6) Tidak bersifat menggurui.

(7) Memperhatikan pesan yang disampaikan. (8) Mengurangi hambatan-hambatan.

(9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat atau sesuai, dan cara duduk).

(10) Menghindari adanya interupsi.

(11) Mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien dan keluarga.

(12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien dan keluarga selama proses pengumpulan data.

Jenis wawancara yang dapat dilakukan: (1) Auto anamnese

(28)

(2) Allo anamnese

Wawancara dengan keluarga atau orang terdekat dengan klien dan keluarga.

b) Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku serta keadaan klien dan keluarga untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan yang dialami. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera lainnya, melalui perabaan, sentuhan, dan pendengaran.

Tujuan dari observasi untuk mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat indera. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi (1) Pemeriksaan yang akan dilakukan tidak selalu harus

dijelaskan secara rinci kepada klien, karena dapat berisiko meningkatkan kecemasan klien dan keluarga serta mengaburkan data.

(2) Observasi dapat dilakukan berkaitan dengan kondisi fisik, mental, sosial, dan spiritual klien.

(3) Hasil observasi harus selalu didokumentasikan dengan baik, sehingga datanya dapat digunakan oleh tim kesehatan lain sebagai data pendukung yang penting.

c) Konsultasi Dengan tenaga ahli atau spesialis sesuai dengan masalah kesehatan yang ditemukan. Hasil konsultasi dapat digunakan sebagai data pendukung dan validasi data.

d) Pemeriksaan fisik

Untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :

(29)

(1) Inspeksi

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti mata kuning (ichteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (cyianosis), dan sebagainya.

(2) Palpasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya, adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dan sebagainya.

(3) Auskultasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Alat yang digunakan adalah stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara napas, dan bising usus.

(4) Perkusi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh dengan menggunakan tangan atau alat bantu, seperti reflex hammer untuk mengetahui reflek seseorang. Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Perkusi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi perut kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dan sebagainya. Untuk melakukan pemeriksaan fisik kepada anggota keluarga dapat dilakukan dengan pendekatan head to toe atau pendekatan sistem tubuh.

e) Pemeriksaan penunjang. Misalnya, pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi klien.

(30)

5) Komponen Pengkajian Keluarga

Friedman, dkk (2003), berpendapat bahwa komponen pengkajian keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan koping keluarga.

a) Data pengenalan keluarga

Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga, alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk mengkaji data selanjutnya.

b) Data perkembangan dan sejarah keluarga

Data yang perlu di kaji pada komponen pengkajian ini, yaitu tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak), riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.

c) Data lingkungan

Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe penduduk, apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan bahasa sehari-hari. Data selanjutnya adalah mobilitas

(31)

geografis keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal di tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikut sertaan keluarga di komunitas.

Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang perlu dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan, dan konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan dan agensi?

d) Data struktur keluarga

Pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi antar anggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.

Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.

Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan

(32)

nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilainilai memengaruhi kesehatan keluarga.

e) Data fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga yang perlu antara lain : (1) Fungsi afektif.

Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.

(2) Fungsi sosialisasi.

Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku yang sesuai usia.

(3) Fungsi pemeliharaan kesehatan.

Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan keluarga.

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :

(33)

a) Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber – sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.

d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauhmana mengetahui sumber – sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.

e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah keluarga mengetahui keberadaan

(34)

fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.

(4) Fungsi ekonomi

Bagaimana keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.

(5) Fungsi Reproduksi

Data yang dikumpulkan adalah berapa jumlah anak, apakah mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.

f) Data Koping Keluarga

Meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda.

Koping internal dan eksternal, apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping internal keluarga,

(35)

kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan masalah pada keluarga, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga. Strategi koping eksternal: mencari informasi, memelihara hubungan dengan masyarakat, dan mencari dukungan sosial.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :

1) Analisa Data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data, yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.

Cara menganalisa data adalah :

a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian

b) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spritual.

c) Mengembangkan standart dalam teknik analisa data dalam asuhan keperawatan.

d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu :

a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang meliputi :

(36)

(1) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga

(2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga (3) Keadaan gizi anggota keluarga

(4) Status imunisasi anggota keluarga (5) Kehamilan dan KB

b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :

(1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya.

(2) Sumber air minum (3) Jamban keluarga

(4) Tempat pembuangan air limbah

(5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya c) Karateristik keluarga yang meliputi :

(1) Sifat-sifat keluarga (2) Dinamika dalam keluarga (3) Komunikasi dalam keluarga (4) Interaksi antar anggota keluarga

(5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga

(6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa, data dikelompokkan menjadi 2 yaitu data subjektif dan objektif. Dengan menggunakan tabel sebagai berikut :

No DATA MASALAH KEPERAWATAN

Data Subjektif :

-Data Objektif

(37)

-2) Perumusan masalah

Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/sompton.

a) Masalah (Problem)

Tujuan penulisan peryataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin.

Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut :

1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi

a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b) Ketidakefektifan pola napas

c) Gangguan pertukaran gas d) Nyeri akut

e) Gangguan tumbuh kembang

2) Resiko (ancaman kesehatan)

Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.

a) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit) b) Resiko peningkatan suhu tubuh

c) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d) Resiko kurang volume cairan dan elektrolit

(38)

3) Potensial/sejahtera

Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal

a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan b) Potensial peningkatan proses keluarga

c) Potensial peningkatan koping keluarga d) Resiko terhadap tindakan kekerasan

4) Sindrom

Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu.

Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu :

a) Sindrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome) Pada kelompok ini menunjukkan adanya tanda dan gejala, seperti cemas, takut, sedih gangguan istirahat tidur dan lain-lain.

b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome)

Misalnya resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain.

b) Penyebab (Etiologi)

Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat 3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

(39)

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemamfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

c) Tanda (Sign)

Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang dimanifestasikan dengan”.

3) Prioritas masalah

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :

a) Tentukan skor untuk tiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor

X Bobot Angka tertinggi

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

(40)

NO KRITERIA NILAI BOBOT 1 Sifat masalah  Tidak/kurang sehat  Ancaman kesehatan  Keadaan sejahtera 3 2 1 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah  Mudah  Sebagian  Tidak dapat 2 1 0 2

3 Potensial masalah untuk dicegah  Tinggi  Cukup  Rendah 3 2 1 1 4 Menonjolnya masalah

 Masalah berat harus segera ditangani

 Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani

 Maasalah tidak dirasakan

2 1

0

1

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala.

1. Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :

a. Ancaman kesehatan

Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain 1) Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)

2) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular (TBC, gonore, hepatitis, dan sebagainya)

(41)

dengan kemampuan sumber daya keluarga

4) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)

5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga

6) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain : a) Hubungan keluarga tidak harmonis

b) Hubungan orang tua dan anak yang tegang c) Orang tua yang tidak dewasa

7) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya: a) Ventilasi kurang baik

b) Sumber air minum tidak memenuhi syarat

c) Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat d) Tempar pembuangan tinja yang mencemari sumber

air minum e) Kebisingan

8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: a) Merokok

b) Minum minuman keras c) Makan obat tanpa resep d) Makan daging mentah e) Hygiene perseorangan jelek 9) Sifat kepribadian

10) Riwayat persalinan sulit 11) Peran yang tidak sesuai

12) Imunisasi anak yang tidak lengkap

b. Kurang/tidak sehat

Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.

(42)

c. Situasi krisis (keadan sejahtera) 1) Perkawinan

2) Kehamilan 3) Persalinan 4) Masa nifas

5) Menjadi orang tua

6) Penambahan anggota keluarga (bayi) 7) Abortus

8) Anak masa sekolah 9) Anak remaja

10) Kehilangan pekerjaan 11) Kematian anggota keluarga 12) Pindah rumah

2. Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah

b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan waktu

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.

3. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :

a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah

b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah

c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah

(43)

d. Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah

4. Kriteria IV, yaitu menonjolkan masalah

Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun sampai skor rendah.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang/pendek), penepatan standart dan kriteria serta menentukan untuk mengatasi masalah keluarga.

1) Penetapan Tujuan

Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu. Maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:

a) Tujuan jangka panjang

Menekankan pada perubahan prilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang ditentukan, contoh: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Tn. H dapat merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.

b) Tujuan jangka pendek

Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan. Contoh keluarga Tn. H dapat mengenal dampak permasalaham penyakit An. N dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila An. H tidak segera diobati.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah:

(44)

a) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai

c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak (keluarga dan perawat)

d) Mencakup krteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi

2) Penetapan Kriteria dan Standart

Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan digunakan dalam membuat pertimbangan.

Bentuk dari standart dan kriteia ini adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor.

a) Kriteria Pengetahuan

Standart : Keluarga mampu menyatakan pengertian... Keluarga mampu menyatakan penyebab...

Keluarga dapat menyebutkan akibat... b) Kriteria Sikap

Standart : Keluarga mampu memutuskan untuk membua rencana kontrol selama...

Keluarga mampu... c) Kriteria Psikomotor

Standart : Keluarga mengolah makanan.... Keluarga menyajikan makanan.... Keluarga mampu melakukan...

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah : a) Berfocus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada

keadaan keluarga.

b) Singkat dan jelas, perawat harus menghindari kata-kata yang terlalu panjang dan bermakna ganda.

(45)

c) Dapat diobservasi dan diukur, perawat harus menghindari penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah tersebut sulit untuk diukur.

d) Realistik, harus disusun disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia dirumah

e) Ditentukan oleh perawat dan keluarga.

3. Pembuatan rencana keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana tindakan keperawatan adalah :

a) Sebelum menulis cek sumber informai data

b) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti

c) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil sesuai dengan identifikasi masalah.

d) Memulai intruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja e) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah

penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan f) Menggunakan kata kerja

g) Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan digunakan

h) Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan

i) Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia

j) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku k) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana

yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasikan.

Focus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang bertujuan :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

(46)

1) Memberi informasi yang tepat

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan masalah

b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat, dengan cara :

1) Mengidentifikas konsekuensi tidak melakukan tindakan 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga 3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara keperawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah 3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

d) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :

1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada 3 tahap dalam keperawatan keluarga, yaitu:

(47)

1) Tahap I : Persiapan

Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan : a) Kontrak dengan keluarga

b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif d) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik

Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan fisik dan psikis pada saat implementasi

2) Tahap II : Intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional adaslah :

a) Independent

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesusai dengan kompetensi keperawatab tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent ini adalah :

1. Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik

2. Merumuskan diagnosa keperawatan 3. Mengidentifikasi tindakan keperawatan 4. Melaksanakan rencana pengukuran 5. Merujuk kepada tenaga kesehatan lain 6. Mengevaluasi respon klien

7. Partisipasi dengan consumer atau tebnaga kesehatan lainnya.

Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1. Tindakan diagnostik Tindakan diagnostik a) Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga dan cakupan asuransi keluarga atau membiyai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Variabel

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain,

1) Keyakinan dan Nilai-nilai Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005,p.46) perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)

1) pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam

Masa remaja awal harus mempunyai fungsi pada tiga bidang utama yaitu keluarga, kelompok sebaya dan sekolah. Pada setiap bidang ini terdapat kompleks berbagai determinan yang