• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Urin Hasil Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Urin Hasil Normal"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Pemeriksaan Urin Hasil Normal & Abnormal last update Oct 5, 2016 @ 2:06 pm WIB

Pemeriksaan urin atau tes urin dilakukan sebagai pemeriksaan kesehatan secara rutin dan juga untuk tujuan diagnostik. Hasil urinalisis dapat diketahui untuk mendeteksi kondisi kesehatan tertentu, seperti infeksi saluran kemih, gangguan ginjal, masalah liver, dan diabetes.

Pemeriksaan urin secara rutin meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital dan melakukan serangkaia

n tes laboratorium seperti halnya tes darah. Tes urin merupakan prosedur yang dilakukan untuk menguji berbagai komponen urin dan yang terpenting adalah berat jenis urin. Setiap fluktuasi dari tingkat normal dapat menjadi indikasi dari beberapa penyakit yang mendasari. Maka itu, hasil urinalisis dibandingkan dengan parameter standar untuk mengetahui perubahan abnormal.

Seperti disebutkan sebelumnya, tes urin merupakan bagian dari pemeriksaan kesehatan. Sering kali, metode ini dilakukan untuk tujuan diagnostik, terutama untuk gangguan terkait metabolisme dan ginjal. Untuk pasien rawat inap, hal ini dapat dipesan sebelum melanjutkan dengan segala bentuk intervensi terapeutik. Sebagai contoh, seorang pasien operasi harus menjalani tes urin ketika merencanakan untuk melakukan operasi. Berdasarkan hasil, dokter mungkin saja menyarankan prosedur diagnostik lebih lanjut.

Pemeriksaan urin

Untuk melanjutkan dengan urinalisis, sampel urin dikumpulkan dalam botol yang bersih dan steril. Botol tersebut kemudian diberi label dengan nama orang, jenis kelamin, dan informasi dasar lainnya. Dalam kasus pasien, tes urin mungkin juga dapat meliouti tes gula darah, yang disarankan oleh dokter yang bersangkutan. Selain itu, pemberian obat resep sebelum pengumpulan sampel urin dapat mengubah hasil. Oleh karena itu, pasien harus memberitahu dokter tentang obat-obatan yang dikonsumsi saat ini untuk mendapatkan hasil yang otentik. Pada umumnya, prosedur tes urin meliputi tiga tahap evaluasi. Yang pertama adalah pemeriksaan visual untuk warna urin dan bentuk urin, yang kedua adalah pemeriksaan kimia yang dilakukan dengan uji dipstick dan yang ketiga adalah pemeriksaan mikroskopis dengan mikroskop. Hal ini dapat diamati bahwa kelebihan protein dan gula yang sudah ada dalam urin. Kehadiran zat

(2)

tertentu dapat dideteksi dengan cara tes dipstick. Untuk referensi hasil urine normal dan abnormal akan dijelaskan di bawah ini.

Pemeriksaan urin dengan hasil normal

1. Warna urin untuk orang yang sehat berkisar dari hampir transparan sampai kuning pucat, sementara bau urin kurang signifikan. Warna tergantung pada jumlah asupan air dan konsumsi makanan berwarna-warni.

2. Dalam hasil uji dipstick, pH urin dan berat jenis urin termasuk dalam tingkat normal. Komponen seperti keton, darah, gula, bilirubin dan protein tidak terdeteksi dalam pemeriksaan kimia.

3. Sel darah merah dan sel darah merah, nitrit, hemoglobin, kristal, sel epitel, dan bakteri tidak diidentifikasi dalam hasil tes urin normal.

>>

Penyebab Urin Bau Tajam Menyengat

Pemeriksaan urin dengan hasil abnormal

1. Urin yang berawan disertai dengan bau yang tidak biasa menunjukkan kemungkinan adanya infeksi.

2. Pada uji dipstick, kadar pH urine normal dan berat jenis dapat dideteksi dari perubahan warna dari dipstick. Berat jenis yang sangat rendah adalah tanda peringatan untuk penyakit ginjal, sedangkan tingkat yang lebih tinggi menunjukkan dehidrasi pada tubuh.

3. Hasil urinalisis untuk ISK dapat dapat ditunjukkan dari adanya sel darah merah, leukosit dan bakteri.

4. Dalam kasus lain, sel-sel darah terutama darah putih dan mikroba menandakan adanya infeksi. Leukosit dalam urin adalah karena kelebihan sekresi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi patogen.

5. Protein yang ditemukan dalam urin dengan kadar tinggi menunjukkan masalah ginjal. Dan untuk pasien dengan jumlah tinggi gula dan keton, tes berlanjutan akan digunakan untuk mengidentifikasi diabetes.

6. Bilirubin adalah komponen lain dalam pengujian dipstick. Sebuah produk dari hemoglobin, dengan persentase yang tinggi dari bilirubin dapat menjadi tanda peringatan untuk kondisi liver.

7. Ketika sampel urin diamati di bawah mikroskop, mungkin menunjukkan adanya mikroorganisme yang diketahui adanya infeksi, gips untuk masalah ginjal, kristal untuk masalah batu ginjal dan sel-sel epitel yang menunjukkan adanya tumor.

(3)

Memiliki hasil urinalisis normal tidak dapat menjamin bahwa seseorang pasti benar-benar sehat dan bebas penyakit. Terdapat beberapa parameter kesehatan yang perlu dilalui untuk memastikan kebugaran dengan optimal. Mengenai kelainan pada hasil tes pemeriksaan urin, dokter dapat memberikan petunjuk tentang masalah medis yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Dengan bantuan metode diagnostik, kondisi kesehatan dapat dideteksi dengan lebih cepat.

Incoming Keywords: hasil tes urine, urinalisis, dari pemeriksaan urine apakah penyakit ginjal dapat diketahui, contoh hasil tes urine, contoh hasil test urin, warna urine normal dan abnormal, cek urin normal hasil, cara urinalisis isk, berat jenis urin yang abnormal, apa yang

mengakibatkan tes urin di ulang

« Demam Berdarah Dengue

Pemeriksaan Laboratorium Hemostasis dan Hati » Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

May 4, 2010 by Fransisca Dewi Kumala Tes Hematologi Rutin

Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.

HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:

 Jumlah sel darah putih  Jumlah sel darah merah  Hemoglobin

 Hematokrit  Indeks eritrosit

 jumlah dan volume trombosit

Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal

(4)

Hitung sel darah putih (x 103/μL) 7.8 (4.4–11.3)

Hitung sel darah merah (x 106/μL) 5.21 (4.52–5.90) 4.60 (4.10–5.10) Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.0–17.5) 13.8 (12.3–15.3) Hematokrit (%) 46 (42–50) 40 (36–45) MCV (fL) 88.0 (80.0–96.1) MCH (pg) 30.4 (27.5–33.2) MCHC 34.4 (33.4–35.5) RDW (%) 13.1 (11.5–14.5) Hitung trombosit (x 103/μL) 311 (172–450) Spesimen

Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.

Hemoglobin

Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat

distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

 Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar

hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali

sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

 Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin

(5)

menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl.

 Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.

Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion.

Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.

 Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

Hematokrit

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah

persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui

konsentrasi eritrosit dalam darah.

Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakanhematology

analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.

Nilai normal HMT:

Anak : 33-38% Laki-laki Dewasa : 40-50% Perempuan Dewasa : 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE,athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.

PEMERIKSAAN TES DARAH LENGKAP Posted on Februari 27, 2012 by nanikartinah

(6)

0

Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari beberapa parameter yaitu :

1. Eritrosit

Eritrosit berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Eritrosit tinggi umumnya terjadi pada kondisi : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Gagal Jantung

Kongestif, Perokok, Pre-eklamsia, Diabetes gestasional

Eritrosit rendah umumnya terjadi pada kondisi : Anemia kecuali Thalasemia, Leukimia, Hipertyroid, Penyakit Hati Kronik, Penyakit Kanker, Lupus, Sarcoidosis.

Indeks eritrosit terdiri dari :

a. Mean Corpuscular Volume (MCV)

MCV merupakan volume rata-rata eritrosit yang diketahui melalui pengukuran langsung atau dengan cara perhitungan.

MCV diatas normal menunjukkan kondisi Anemia Makrositik (ukuran sel diatas sel normal). Biasanya dijumpai pada penderita Anemia Pernisiosa, Pecandu Alkohol, Defisiensi Asam Folat, HIV.

MCV dibawah normal menunjukkan kondisi Anemia Mikrositik (ukuran sel dibawah sel normal). Biasanya dijumpai pada penderita Anemia Defisiensi Besi, Thalasemia, Keracunan Timah

(7)

MCH merupakan jumlah rata-rata hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. c. Mean Corpuscular Hemoglobulin Concentration (MCHC)

MCHC merupakan konsentrasi rata-rata hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. 2. Hemoglobin

Hb merupakan protein di dalam sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Hb tinggi ditemukan pada kondisi PPOK, Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Pre-eklamsia. Sedangkan Hb rendah ditemukan pada kondisi Penyakit Hati Kronik, Anemia, Hipertyroid, Kanker, Lupus. 3. Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan sel darah merah dan volume darah secara keseluruhan. Jika hematokrit < 36% berarti menderita anemia.

4. Trombosit

Trombosit adalah sel darah yang berperan dalam proses pembekuan darah. Nilai trombosit dibawah nilai normal (trombositopenia) biasanya terjadi pada kondisi Demam Berdarah Dengue (DBD), Immunologic Thrombocytopenia Purpurae (ITP), Pendarahan, dll. Sedangkan nilai trombosit diatas normal biasanya terjadi pada kondisi infeksi.

5. Platelet Distribution Widht (PDW)

PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. PDW tinggi ditemukan pada sikle cell disease dan trombositosis, sedagkan PDW rendah berarti trombosit mempunyai variasi ukuran yang kecil.

(8)

MPV merupakan volume rata-rata trombosit. MPV rendah terjadi pada trombositopenia, sedangkan MPV tinggi dapat digunakan sebagai indikator trombosit megakariosit. 7. Red Cell Distribution Widht (RDW)

RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. Untuk mengetahui nilai normal dari pemeriksaan (klik disini). RDW tinggi mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen,

keadaan ini disebut anisositosis, ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. RDW rendah artinya eritrosit mempunyai variasi ukuran kecil.

8. Hemoglobin Distribution Widht (RDW)

HDW merupakan koefisien variasi hemoglobin pada setiap eritrosit. HDW bermanfaat untuk memperkirakan anisokromasia.

9. Leukosit

Hitung sel darah putih menunjukkan jumlah sel darah putih per mikroliter darah. Peningkatan leukosit dapat ditemukan pada berbagai kondisi, seperti :

• Penyakit infeksi bakteri • Perdarahan akut

• Disfungsi endotel • Leukimia

• Terpapar bahan beracun • Gagal ginjal (nefritis) • Penyakit inflamasi kronis

(9)

• Reaksi stres, olahraga, panas, dingin, anestesi, merokok sigaret • Pengobatan dengan quinine, adrenalin, steroid dll

Pemeriksaan Urin Rutin

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Urine

Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.

Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.

Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).

Warna Urin

(10)

 Warna Merah coklat ; menunjukan urin mengandung hemoglobin, myoglobin, pugmen empedu, darah dan pewarna. Dapat juga karena pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin, fenition, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa).

 Warna Kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin.

 Warna biru kehijauan menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, adanya bakteri Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin.

 Warna hitam menunjukkan adanya alkaptouria

 Warna gelap menunjukkan adanya porfiria, malignant melanoma (sangat jarang ditemukan)

 Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu

 Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin

pH

Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

Berat Jenis

Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

Glukosa

Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral).

Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.

(11)

Protein

Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi,multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

Bilirubin dan Urobilinogen

Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel

retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu.

Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.

Darah

Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Nitrit

Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Keton

Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan

metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada

penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan. Lekosit Esterase

Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

(12)

Sedimen / Endapan

Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain :

silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa.

Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.

Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.

Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal.

Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).

Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.

Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik. Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk

(13)

identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.

Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja.

Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

Urine : Pengambilan spesimen (Bagian 4) PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM Cara Pengambilan Sampel Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik

(suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.1 Punksi Suprapubik Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.1 Kateter Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1 Urin Porsi Tengah Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko

kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative. Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita : 1. Siapkan

beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai. 2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi. 5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan

(14)

rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1 Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria : 1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai. 2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah. 4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya. 5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang

tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1 Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.1 Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu : 1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra, 2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli, 3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat, 4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef I.1 Latar Belakang

Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.

Dalam menentukan penyakit atau

diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes

laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak

pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik.

(15)

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.

Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.

Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.

Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan : 1. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis

2. Konfirmasi pasti diagnosis

3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis 4. Membantu pemantauan pengobatan

5. Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit 6. Memantau perkembangan penyakit

7. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan

8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:

1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan 2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample 3. Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan

(16)

1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen

2. Parasitologi, untuk mengamati parasit

3. Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah.

4. Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang berbeda.

5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain. 6. Imunologi, menguji antibodi.

7. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV 8. Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.

9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.

10. Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.

Efektivitas tes laboratorium

Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi. Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah :

1. Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama.

2. Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal.

3. Cepat berati tidak memerlukan waktu lama

4. Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.

5. Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan.

Beberapa contoh gambar dalam melakukan tes laboratotium

BAB II PEMBAHASAN A. Pemeriksaan Kimia Darah

(17)

1. Diabetes

Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah:

a. Glukosa puasa.

Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan untuk :

1. Tessaring diabetes melitus,karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar glukosa meninggi.

2. Memonitor terapi diabetes melitus. Nilai rujukan : 70 – 100 mg/dl

Abnormal : >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997) Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu

dikonfirmasi dengan tes glukosa 2 jam post pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah diabetes melitus. Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing, akromegali. Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan hipopituitarisme.

b. Glukosa 2 jam PP

Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus. Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥ 140 mg/dl.

Syarat : Makan yang mengandung karbohidrat sebelum puasa 2 jam dan hentikan merokok serta olahraga,hentikan obat-obatan pada waktu puasa.

Nilai rujukan : <140 mg/dl

Abnormal : ≥ 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga

pada pankreatitis, sindrom cushing, akromegali, mungkin juga pada penyakit hati kronis, sindromnefrotik, tumor otak, dan anoksia.

Nilai menurun seperti keadaan pada glukosa darah puasa. 2. Faal Hati

Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang paling besar dan kompleks. Dengan bobot sekitar 2 kg, hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh fungsi

(18)

tubuh. Fungsi hati yaitu. Membuat empedu suatu zat yang membantu pencernaan lemak, memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi. Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah.

Jika hati rusak, maka fungsinya dalam mengeluarkan racun tidak berfungsi. Akibatnya racun akan menumpuk dalam darah dan akhirnya ke otak. Untuk menghindari hal ini, ada baiknya menjalani gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat akan menjaga fungsi hati agar tetap optimal.

a. GOT (glutamic oxal-acetic transaminase)

GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi. GOT ditemukan dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum meninggi.

Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara

Kuantitatif GOT (AST =aspartat aminotransferase) dalam serum dan plasma. Nilai rujukan : 6-30 µ/l

Abnormal : 20 x pada virus hepatitis akut,trauma otot, post operasi, kerusakan hati karena obat. 10-20x pada infark miokardi

akut, mononukleosis infeksia dan cirrhosis karena alkohol.

b. GPT (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT) ALT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus

Krebs untuk menghasilkan energi dijaringan. ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet. Pada kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator kerusakan sel hati.

: Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif GPT (ALT= alanine aminotransferase) dalam serum dan plasma.

Nilai rujukan : 7-32 µ/l

: 20-50 x pada hepatitis virus atau karena obat.

10-<20 x pada hepatitis atau kolesistis dan pada penyembuhan hepatitis. c. Bilirubin.

Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi uncojugated dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated (direct post hepatict). Bilirubin yang menumpuk di otak dapat menimbulkan bahaya yang sukar diperbaiki. Tujuan test : 1). Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan

(19)

eritropoetik (gangguan hemolitik transfusi darah).

2). Mendeferinsial diagnosis ikterus dan memonitor progresifitasnya.

3). Mendiferensial diagnosis obstruksi bilier (bilirubin direct) dan anemia hemolitik (bilirubin indirect). Nilai rujukan : Bilirubin indirect ≤ 0,75 mg/dl

Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl

Abnormal : Bilirubin indirek meninggi pada anemia hemolitika pada gangguan hati dan defisiensi enzim kongenital. Bilirubin direck meninggi menunjukan obstruksi biliar patitis, cirosis. Bila obstruksi menerus maka kedua bilirubin meninggi.

d. Alkali Fostafase

Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pda orang dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester kehamilan.

Tujuan test : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi

bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas osteoblastik atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia.

Nilai normal : < 240 µ/l

Abnormal : Meninggi sekali (>5x) pada obstruksi bilier total,agak meninggi (<3x) pada hepatitis kronis,kehamilan awal,penyembuhan fraktur,anak yang sedang tumbuh,vitamin D dosis tinggi,penyakit jantung kongestif,menurun pada hipo-fostatemia protein dan magnesium.

e. Protein

Tujuan : untuk menentukan kadar dan defisiensi protein total.

Nilai normal : 6,6 -8,7 mg/dl

Abnormal : Meninggi ; inflamasi kronik misalnya artritis dhidrasi,DM asidosis. Menurun ; gangguan hati, malapsorpsi, malnutrisi, dan diabetes melitus.

f. Albumin.

Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialysis, albumin dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal buatan (dialyzer).

(20)

: penentuan secara kuantitatif albumin dalam serum dan plasma manusia. Nilai normal : 3,4 – 4,8 mg/dl

Abnormal : dapat menyebabkan penyakit kolagen, diare, kronik, malnutrisi, hipertiroid, penyakit ginjal, hati darah dan AIDS

3. Lemak. a. Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah, terutama pada pembuluh darah jantung dan otak.

Tujuan : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam serum dan plasma. Nilai normal : < 200 mg/dl.

b. HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)

Tujuan : Penentuan secara kuantitatif HDL kolesterol dalam serum dan plasma. Nilai normal : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55 mg/dl.

HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDL disebut sebagai kolesterol yang baik.

c. LDL Kolesterol (Low Density Lipoprotein)

Tujuan : Penentuan secara kuantitatif LDL kolesterol dalam serum dan plasma. Nilai normal : <130 mg/dl

Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.

d. Trigliserida

Tujuan : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan plasma. Nilai normal : < 200 mg/dl

Untuk menmgetahui keadaan pembuluh darah dan jantung 4. Faal Ginjal

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Sebagai sistem filter dan membuang sampah dari tubuh Menjaga keseimbangan cairan tubuh

(21)

Ureum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di ekskresi oleh ginjal.

: Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma dan urin. Nilai normal : 10,0 – 50,0 mg/dl

b. Creatinin

Creatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi glomeruli ginjal. : Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum dan plasma manusia.

Nilau normal : laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl, perempuan 0,50 – 0.90 mg/dl. c. Asam urat

Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih.

Nilai normal : Laki-laki 3,4 – 7,0 mg/dl, perempuan 2,4 – 5,7 mg/dl.

Apabila terjadi perubahan pada ginjal menyababkan kerusakan ginjal

5. Pemeriksaan Darah a. Haemoglobin.

Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Tujuan : untuk memeriks kemungkinan anemia.

Nilai normal : Laki laki 14 – 16 , perempuan 12 – 14 gr % b. Eritrosit (sei darah merah)

Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.

Tujuan : untuk menetahui kualitas darah dalam tubuh. Nilai normal : laki-laki 4,5 – 5,5, perempuan 4-5 juta/UL c. Leukosit (sel darah putih)

Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.dan merupakan pertahanan badan terhadap benda asing

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan tubuh melawan infeksi.

(22)

d. Trombosit (keping darah)

Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah. Tujuan : Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol pendarahan.

Nilai normal : 150 -400.000/UL B. Urinalisis

Merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter karena persiapanya tak membebani pasien.

Tujuan : untuk menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk karena nitrit leokosit dan atau bakteri, menentukan kemungkinan gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi kehamilan dan menentukan berbagai jenis ginjal.

Contoh hasil tes saring pada urinalisis n o

Pemeriksaa n kimia

Nilai rujukan Contoh abnormal Tes diagnosis antara lain

1 Kejernian jernih Keruh,berawan

gelap

Mungkin porfirin

2 Bau Tidak berbau Busuk,atau

amoniak

Sesuaikan dengan hasil sedimen 3 Warna Kuning mudah Kuning tua coklat

Merah coklat

Tes faal hati Tes faal hati 4 pH 4.5 – 8.0 < diet protein asidosis < diet sayur alkalosis pH darah kalau perlu pH darah kalau perlu biakan kuman 5 Berar jenis 1.010 -1.020 Pekat diabetes

melitus

Glukosa darah

C. THIROID

1. T3 (Triodotironin)

Tujuan : Untuk menentukan kadar T3 di dalam serum atau plasma.

Prinsip : Enzime immunoassay fase padat satu tahap dengan prinsip kompetitif. Tes menggunakan antibodi momoklonal yang sangat spesifik terhadap T3.

(23)

Interprestasi : T3 merupakan perantara sebagian besar kerja hormon tiroid tingkat molekuler. Klirens T3 dari darah jauh lebih cepat dibandingkan T4. Sehinngga penentuan kadar T3 yang di hasilkan kelenjar tiroid tidak begitu penting artinya dalam menilai fungsi. Penentuan kadar T3 serum juga tidak berguna untuk menegakan diagnosis hipotiroidisme,karena kadarnya baru turun bila hipotiroidisme sudah berat.

Nilai normal : 0,8 – 2,0 mg/ml 2. T4 ( Tiroksin)

Tujuan : Untuk menentukan kadar T4 didalam serum atau plasma.

Prinsip : Enzime immunoassay fase padat satu tahap yang mengukur thyroxin bentuk terikat dengan prinsip kompetitif.

Interprestasi : Tirotoksikosis merupakan akibat peningkatan kadar T3 dan T4 dalam darah. Sedangkan hipertiroidisme adalah hiperfungsi tiroid yaitu peningkatan biosintesis dan sekresi hormon oleh kelenjar thiroid.

Nilai normal : 50 – 113 mg/ml

3. FT 3 (Free Triiodothyronin)

Tujuan : Untuk mendeteksi FT3 dalam serum atau plasma. Prinsip : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan

prinsip titrasi balik.

Interprestasi : Peningkatan kadar FT3 bersama dengan

meningkatnya kadar FT4 disertai penurunan TSHs didiagnosis hipertiroidisme dengan API normal atau tinggi bila FT3 normal atau tinggi didiagnosis hipertiroidisme dengan API rendah.

Nilai normal : 4,4 -9,3 Pmol/ L

4. FT4 ( Free Thyroxine)

Tujuan : Untuk menentukan kadar di dalam serum atau plasma.

Prinsip : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan prinsip titrasi balik.

(24)

Nilai normal : 10 – 27 Pmol/L

5. TSHs (thyroid stimulating hormone

Tujuan : Untuk menentukan kadar TSH di dalam serum atau plasma.

Prinsip : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan prinsip sandwich.

Interprestasi : TSHs dan FT4 merupakan kombinasi tes terbaik untuk menentukan status thiroid. Nilai rujukan : 0,20 – 3,20 m IU/L

D. Elektrolit.

Elektrolit dalam darah berupa kation misalnya Na +,K+,anion misalnya Cl. Kadar kation dan anion pada keadaan normal sama sehingga keadaan listrik serum adalah netral.

1. Chlorida (Cl-)

Chlorida darah membantu regulasi voleme darah,tekana arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Kadar chlorida menurun misalanya sekresi cairan berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik sedang retensi chlorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperchloremia dengan asidosis metabolik.

Nilai normal : 9.600 – 106.00 gr/dl 2. Natrium (Na+)

Natrium darah memelihara tekana osmotik cairan ekstraseluler dan berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu keseimbangan asam basa. Kadar natrium meninggi dapat karena kekurangan minum air kehilangan banyak air misalnya pada diabetes insifidus, fungsi ginjal terganggu atau makan yang mengadung natrium berlebihan.

Nilai normal : 135.37- 145.00 g/dl 3. Kalium (K+)

Kaluim merupakan kation utama dalam sel . kalium darah memelihara keseimbangan osmotik dal;am sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa.kafar kalim meninggi bila kaluim ion masuk kedalam darah seperti pada trauma, terbakar,diabetes.

Nilai normal : 3.48 – 5.50 g / dls

Pada artikel sebelumnya Mengenal Beberapa Parameter hasil Pemeriksaan Medis Bag.II (Pemeriksaan Darah Lengkap) telah dikenalkan beberapa parameter hasil pemeriksaan medis khusus terkait Pemeriksaan Darah Lengkap. Pada artikel ini akan dikenalkan beberapa parameter pemeriksaan medis khususnya terkait hasil Pemeriksaan Urin Lengkap yang juga biasanya kita lakukan.

(25)

kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.

Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui Warna, Kejernihan, bau,Volume pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.

Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).

Berikut ini adalah penjelasan beberapa parameter tes diatas:

Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.

Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

(26)

Warna urin

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin

dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.

Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.

Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Bau urin

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

pH

Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat,

(27)

infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

Berat Jenis

Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

Glukosa

Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral).

Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak. Protein

Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

Bilirubin dan Urobilinogen

Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel

retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu.

Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.

(28)

Darah

Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Nitrit

Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Keton

Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan

metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada

penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan. Lekosit Esterase

Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

Sedimen / Endapan

Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain :

silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa.

Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.

Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.

Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder

(29)

eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal.

Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).

Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.

Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik. Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.

Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja.

Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

source:analiskesehatan-pontianak.blogspot.com

(30)

Di Susun O L E H Kelompok 1 :  Alan Jabir  Citra Sari  Dela Febrianti  Faulina  Fauzia Pakaya  Ni Putu Ani Pratiwi  Sulfianti  Widya Ningsi XI C KEPERAWATAN SMK NUSANTARA PALU 2013-2014 KATA PENGANTAR

(31)

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “LABORATORIUM DARAH”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Mulok dengan jurusan Keperawatan. Dan disusun dengan tujuan untuk membantu memperdalam ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan “Laboratorium Darah”.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun, selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Palu, 15 Agustus 2013

Penyusun Kelompok 1

(32)

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan Penulisan 2 Bab 2 Pembahasan A. Pengertian 3 B. Jenis-jenis 4 C. Indikasi 9 D. Kontraindikasi 9 E. Persiapan Pasien 10 F. Persiapan alat 11 G. Prosedur Kerja H. Manfaat Bab 3 Penutup A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah (cairan) dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit (keping-keping darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah merah).

Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke paru-paru. Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan

(33)

Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.

Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel.

Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.

Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan pemeriksaan hemoglobin melalui metode cyanmethehemoglobin. Cara ini mudah dilakukan karena mempunyai standart yang stabil dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin kecuali sulf hemoglobin.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain adalah: a. Pengertian pemeriksaan laboratorium darah.

b. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium darah.

c. Indikasi yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium darah. d. Kontraindikasi yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium darah. e. Persiapan pasien pada pemeriksaan laboratorium darah.

f. Persiapan alat. g. Prosedur kerja.

h. Manfaat pada pemeriksaan laboratorium darah. C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian, jenis-jenis, indikasi, kontraindikasi, persiapan pasien, persiapan alat, prosedur kerja dan manfaat dalam pemeriksaan laboratorium darah.

(34)

Bab 2

Pembahasan A. Pengertian laboratorium darah  Darah

a. Sel : Ruang lingkup hematologi - Eritrosit / RBC

- Lekosit / WBC

- Trombosit / PLT (platelet)

b. Plasma : Laju Endap Darah / LED (imunokimia)

Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah yang diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa tujuan dari DL, di antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan atau respon terapi

Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan hitung jenis leukosit.

 Hasil DL yang normal adalah :

a. Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl b. Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /µl

c. Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /µl d. Hematokrit : 35 – 45 %

e. LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita)

Beberapa contoh interpretasi dari hasil DL secara sederhana antara lain bila kadar Hb turun menandakan anemia, leukositnya meningkat melebihi normal mungkin menandakan terjadinya infeksi, trombositnya turun mungkin saja menandakan terjadi infeksi virus, dan lain sebagainya.

Bagaimana cara pemeriksaannya? Darah kita diambil dengan menggunakan dispo (suntik) sekitar 2 cc, dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi antikoagulan (EDTA atau sitrat), kemudian dibawa ke laboratorium.

B. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium darah a. Hematologi Rutin

Nama : Hematologi Rutin Kelompok : Hematologi

(35)

Subkelompok : -Jenis Sampel : Darah EDTA Metoda : flow cytometry Persiapan Pasien :

-Keterangan : Pemeriksaan untuk mengetahui adanya anemia, infeksi dan perubahan jumlah trombosit darah.

b. Hematologi Lengkap

Nama : Hematologi Lengkap Kelompok : Hematologi

Subkelompok : -Jenis Sampel : Darah EDTA Metoda : flow cytometry Persiapan Pasien :

-Keterangan : Pemeriksaan yang lebih lengkap yang memberikan informasi tambahan tentang jenis anemia dan

hitung jenis lekosit selain yang tercantum pada pemeriksaan hematologi rutin.

c. LED (Laju Endapan Darah)

Nama : LED (Laju Endapan Darah) Kelompok : Hematologi

Subkelompok : -Jenis Sampel : Darah EDTA Metoda : Westergren Persiapan Pasien :

-Keterangan : Pemeriksaan LED memberikan informasi adanya penyakit, infeksi dan adanya peradangan yang telah

berlangsung lama (kronis) yang tidak spesifik. d. Eosinofil Total

Nama : Eosinofil Total Kelompok : Hematologi Subkelompok : -Jenis Sampel : Darah EDTA Metoda : N / A Persiapan Pasien : Keterangan : -e. Retikulosit Nama : Retikulosit Kelompok : Hematologi Subkelompok : -Jenis Sampel : Darah EDTA Metoda : Pengecatan Persiapan Pasien :

-Keterangan : Pemeriksaan ini di lakukan untuk menghitung jumlah Retikulosit (sel darah merah muda). Peningkatan

Referensi

Dokumen terkait

terbang dekat ke pantai kurang dari 10 % (sepuluh per seratus) jarak antara titik- titik yang terdekat pada pulau-pulau yang berbatasan dengan alur laut

Apabila tidak lulus pada ujian pertama, maka bisa dilakukan ujian ulang pada ujian berikutnya maksimal 3 kali (dalam 1 gelombang).. Apabila masih tidak lulus, maka harus

berusaha mempersiapkan bahan presentasi dengan sebaik-baiknya, meskipun ada beberapa kendala (kendala bisa diidentifikasi ketika kelompok tampil, misalnya contoh koloid sulit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial maupun simultan antara sikap, tingkat intelegensi

Tingkat Sally da Gambar pat bahwa penting/bias sumsi frozen nting, dan ntuk mengk emperoleh   esehatan 21% Menu 18 Tid at yang dica ally tian meng n yoghurt S umen berpe

Akan dibuktikan (2,0) memenuhi persamaan kuva tersebut... Evaluasi Pemahaman dan Penguasaan

Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang

Berdasarkan identifikasi permasalahan di PT WYSM, dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah sistem informasi proses bisnis perusahaan, dimulai dari order masuk,