Kebijakan Pembangunan
Rendah Karbon
Indonesia
Faktanya,
emisi karbon
&
perubahan iklim
telah berdampak pada terjadinya bencana &
penurunan kualitas lingkungan di Indonesia
Menurunnya kualitas
udara, laut, air dan
tutupan lahan
Kegagalan panen
disebabkan
kekeringan ekstrem
Biodiversitas terancam
dan ekosistem alam
terganggu
Tinggi Gelombang Ekstrem
yang mengurangi daya jelajah
atau wilayah tangkap ikan
Kompas Tribunnews
Artikel 3.4 UNFCCC
sebagai landasan integrasi Pembangunan Rendah Karbon
ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Artikel 3.4
of UNFCCC
“policies and measures to protect the climate system against human-induced…
should be integrated with national development programmes, taking into account that
economic development is essential for adopting measures to address climate change”
Keywords
Mengedepankan
pembangunan
berkelanjutan
Mengintegrasikan
dengan perencanaan
pembangunan
Sejalan dengan
pembangunan
ekonomi
Indonesia telah menjalankan mandat tersebut dengan mengintegrasikan
Pembangunan Rendah Karbon dalam RPJMN 2020-2024
• Pembangunan Rendah Karbon adalah
kebijakan, rencana, program dan
pelaksanaan pembangunan yang
menghasilkan
pertumbuhan
ekonomi rendah emisi
gas rumah
kaca sebagai bentuk upaya
penanggulangan dampak
perubahan iklim, perbaikan kulitas
lingkungan
dan
pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan
.
• Pembangunan Rendah Karbon
meminimalisir
trade-off
antara
pembangunan ekonomi dan
pelestarian lingkungan.
Lingkungan
Ekonomi
Sosial
RPJMN 2020-2024
(Ekonomi Hijau & Rendah Karbon)
Apa itu
Pembangunan Rendah Karbon?
PRK menjadi bagian dalam pencapaian
target SDGs, dengan menempatkan isu
perubahan iklim (Goal SDGs 13) sebagai
basis utama untuk mendukung pilar
PN 1
PN 2
PN 3
PN 4
PN 5
PN 6
PN 7
Penguatan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan Meningkatkan SDM yang Berkualitas danBerdaya Saing Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan
Dasar
Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam & Transformasi Pelayanan Publik PP 1
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
PP 2
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
PP 3
Pembangunan Rendah Karbon
Keterangan: PN -Prioritas Nasional | PP -Program Prioritas | KP -Kegiatan Prioritas
KP1 Pembangunan Energi Berkelanjutan KP2 Pemulihan Lahan Berkelanjutan KP3 Penanganan Limbah KP4 Pengembangan Industri Hijau KP5 Rendah Karbon Pesisir & Laut
Green RPJMN:
Pembangunan Rendah Karbon sebagai salah satu
Prioritas Pembangunan dalam RPJMN 2020-2024
Penanganan COVID
VS
Pemulihan Ekonomi?
Data sampai dengan 10 Desember 2020
(Sumber: https://covid19.go.id/peta-sebaran)
COVID-19 belum menunjukkan
tren menurun
Pemerintah dihadapkan pada pilihan antara “
flatten COVID
curve
” dan “
economic recovery
”.Kebijakan PSBB
mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi.
Trade-off antara penanganan COVID
dengan Pemulihan Ekonomi
https://voxeu.org/content/mitigating-covid-economic-crisis-act-fast-and-do-whatever-it-takes
598.933
TERKONFIRMASI
+6.033 Kasus88.622
KASUS AKTIF
14,8% dari TerkonfirmasiApakah respons kita saat ini terhadap COVID-19
merupakan respons terbaik?
Sumber: Greenness of Stimulus Index - Vivid Economics, 2020
Greenness Stimulus Index
Kebijakan pemulihan dan stimulus yang diluncurkan
Pemerintah Indonesia masih sedikit mengalokasikan
inisiatif hijau dan rendah karbon
Upaya Pemulihan Ekonomi melalui PEN
203,9
106,11 123,46
53,57
120,61
Program Pemulihan Ekonomi Nasional 2020 (Rp triliun) (Diluar Program Kesehatan)
Perlindungan Sosial Sektoral K/L dan Pemda
UMKM
Pembiayaan Korporasi
Pemulihan pasca COVID-19 memiliki potensi
rebound emisi CO
2
•
Contoh kasus emisi di
China
yang mengalami peningkatan
pada masa pemulihan bulan
April 2020
1.
•
Pendekatan business as usual
pasca krisis berpotensi
menimbulkan rebound emisi CO
21. Bagaimana strategi untuk pemulihan
jangka menengah
dan
jangka panjang
yang berkelanjutan?
2. Bagaimana dengan fenomena alam yang mengancam, seperti
perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati
?
Strategi pemulihan
saat ini meninggalkan
pertanyaan
[1] https://www.carbonbrief.org/analysis-chinas-co2-emissions-surged-past-pre-coronavirus-levels-in-may
Rebound emisi CO2 di China meningkat di masa pemulihan, lebih tinggi dari tingkat emisi di tahun sebelumnya
Respons terhadap Pandemi
COVID-19 tidak cukup dengan
hanya memperhatikan dampak
jangka pendek karena krisis
saat ini
tidak menghilangkan
ancaman di masa yang akan
datang
Perubahan iklim dan hilangnya
keanekaragaman hayati
adalah
tantangan kita berikutnya yang
berpotensi mendatangkan
ancaman yang lebih besar
dibandingkan pandemi yang
sekarang kita hadapi
Note: Risiko global tertinggi pada tahun
2020 diantaranya
perubahan iklim
dan
hilangnya keanekaragaman hayati
(World Economic Forum Global Risk Report, Januari 2020)
Indonesia harus Membangun Lebih Baik (Build Back Better)
ke arah masa depan yang berketahanan iklim &
berkelanjutan melalui Pembangunan Rendah Karbon
Diadopsi dari pemulihan pasca-bencana, Build Back Better
(BBB) bertujuan untuk menghindari terjadinya kondisi kerentanan semula (yang lama) dan menjadikan proses pemulihan sebagai transformasi menuju arah yang lebih baik
mencakup transformasi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Indonesia dapat membangun kembali dengan lebih baik melalui Pembangunan Rendah Karbon(Build Back Better with
Low Carbon Development)
atau B3-LowCarbon
Melalui B3-LowCarbon, selama masa pemulihan ekonomi pasca Pandemi COVID-19:
1. Green jobs dan green investments meningkat 2. Kontribusi PRK terhadap pertumbuhan
ekonomi meningkat
3. Intensitas emisi terhadap baseline berkurang
Build Back Better dalam
Konteks Pemulihan Ekonomi
Dalam konteks pemulihan ekonomi, BBB adalah
gagasan untuk tidak hanya mengembalikan
ekonomi dan mata pencaharian sesegera mungkin,
tapi juga
melindungi kesejahteraan untuk jangka
yang lebih panjang
(OECD,2020)
Rencana Strategi Build Back Better
Memetakan Ketersediaan Skema Pendanaan
Pembangunan Rendah Karbon (sampai Oktober 2020)
Melakukan analisis cepat untuk menilai efektifitas pendanaan PRK yang sudah ada
(sampai November 2020)
Menyusun Roadmapuntuk
implementasi pengembangan pendanaan PRK dalam bentuk
Stimulus untukGreen Recovery
pada era New Normal
(Desember 2020)
Terselesaikannya Perumusan Kebijakan Pendanaan PRK untuk mendukung Ekonomi Hijau (Jangka Menengah) – 2021
Melakukan analisis potensi yang perlu dikembangkan
(sampai Juni 2021)
Melakukan prioritasi terhadap beberapa instrument stimulus hijau yang memiliki daya ungkit (leverage) tinggi terhadap
pencapaian target PRK
Menyusun mekanisme instrumen stimulus hijau terpilih agar dapat dilaksanakan secara operasional di tahun 2022
Terlaksananya Instrumen
stimulus Hijau untuk Pembangunan Rendah Karbon dalam era pemulihan
dampak COVID-19 Tersedia Peraturan Menteri (PMK, Permen ESDM, Permen KLHK, dsb) Dana terkumpul di Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH)
Saat ini, masih terdapat ruang yang begitu besar untuk
menguatkan komitmen pemerintah terhadap PRK
24%
76%
Rp 306 T
Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Rendah Karbon
(Bappenas, 2020)
•
Pendanaan ideal PRK adalah 2%
dari PDB = 306 T Rupiah
•
Pendanaan ideal PRK dari APBN
sebesar 24% – 39% = 72,22 T –
120,37 T Rupiah.
•
Saat ini pemerintah baru
mengalokasikan sebesar 23,44 T –
34,87 T Rupiah atau sebesar 8%
-11% sehingga masih
terdapat gap
yang cukup besar.
Diperlukan langkah-langkah
konkrit di sepanjang 2021 dan
seterusnya untuk mendorong
implementasi
B3-LowCarbon
Proporsi pendanaan oleh PemerintahRp 72,22 T
Proporsi pendanaan oleh non-PemerintahRp 232,56 T
Analisis dan Rekomendasi B3-LowCarbon melalui
Pertanian Hijau & Perkebunan Berkelanjutan
Sektor pertanian adalah sektor yang tetap tumbuh positif di masa Pandemi COVID-19 sebesar 1,5% (yoy)
sepanjang Q1, Q2 dan Q3 2020.
Subsektor pangan dan hortikultura dapat tumbuh masing-masing 2,2% dan 3% (yoy)1
• Sektor pertanian berperan
sebagaipenopang ekonomi
• pentingnyamengembangkan pertanian berkelanjutan.
Potensi
Penciptaan
Lapangan
Pekerjaan
1. Melalui
pengembangan pangan dan tata guna lahan yang berkelanjutan
, sektor pertanian
berkontribusi pada
peningkatan nilai ekonomi sebesar USD 2,3 triliun
dan menciptakan
lebih dari 70 juta
lapangan kerja pada tahun 2030.
22. Perkebunan berkelanjutan
berpotensi menciptakan sekitar
700 ribu lapangan kerja baru
3.
No Komoditas Persentase Luas Perkebunan Rakyat +Produksi Perkebunan Rakyat (ton) +Tenaga Kerja Perkebunan Rakyat Anggaran Perkebunan Rakyat Anggaran Perkebunan Rakyat Pertahun (Rp juta) Anggaran Padat Karya Tunai (Rp juta) 1 Sawit 38% 594.797 79.726 9.735.804 1.946.961 1.071.511 2 Karet 88% 188.376 111.877 7.611.322 1.522.264 1.503.629 3 Kakao 98% 169.559 309.035 2.298.678 479.736 4.153.432 4 Kopi 97% 2.347.638 204.307 1.224.323 244.865 2.799.645 Total 708.945 20.969.127 4.193.825 9.528.217
[1] Badan Pusat Statistik,Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2020
[2] The Global Commission on the Economy and Climate. Unlocking the Inclusive Growth Story of the 21st Century: Accelerating Climate Action in Urgent Times. Washington, DC: World Resource Institute
https://newclimateeconomy.report/2018/wp-content/uploads/sites/6/2018/09/NCE_2018_FULL-REPORT.pdf
Contoh B3-LowCarbon di tingkat tapak:
Rehabilitasi Hulu DAS Ciliwung - #0kmciliwung
M anf aat
Ek
on
omi
M anf aatLi
ng
kung
an
Rp
15-30
Jt
Per 3 bulan tambahan pendapatanbagi penjualan kopi dan madu
Tambahan pendapatan dari berbagai kegiatan kelola hutan desa dan manajemen usaha ekonomi
Potensi Penurunan Emisi GRK dari rehabilitasi hulu DAS Ciliwung
100
ha
Lahan terdegradasi telah direhabilitasi
Meningkatkan kapasitas kelompok LMDH
untuk mengelola kawasan DAS Ciliwung Hulu
M
anf
aat
Sosial
menciptakan
green job, peningkatan tambahan
Manfaat Implementasi PRK untuk meningkatkanketahanan pangan dan air, pendapatan ekonomi dan membangun kolaborasi multipihak
Produktivitas pada meningkat dari 1,8 ton/ha menjadi 4,8 ton/ha Proyek direplikasi ke seluruh Kabupaten Sumba TImur Proyek telah menjadi percontohan nasional penerapan smart farming
Rp 1 juta
Tambahan pendapatan Per keluarga/bulan200%
Peningkatan produktivitas padiPotensi penurunan Emisi
GRK dari penggunaan pupuk organik Meningkatkan ketahanan pangan dan air MembangunKolaborasi
& Sinergi antara K/L, pemda dan universitas
Meningkatkan
Kapasitas Petani dalam menerapkan smart farming
Manfaat Ekonomi Manfaat Lingkungan Manfaat Sosial Penggunaan teknologi telemetriuntuk memudahkan petani mengetahuiwaktu yang tepat untuk melakukan penanaman, pengairan
dan pemupukan berdasarkan rekomendasi ahli
Peningkatan Produktivitas Pertanian
Kab. Pidie Kab. Aceh Utara
Kab. Nagan Raya
Kab. Tapanuli Tengah Kab. Mandailing Natal Kab. Padangsidempuan Kab. Labuhanbatu Kab. Nias Selatan Kab. Pelalawan
Kab. Indragiri Hilir Kab. Padanglawas Kab. Musi Rawas Utara Kab. Pasaman Kab. Empat Lawang Kab. Pesawaran Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Seruyan Kab. Kotawaringin Timur Kab. Kotabaru Kab. Hulu Sungai
Selatan Kab. Mamuju Kab. Mamasa Kab. Luwu Kab. Manggarai Barat Kab. Manggarai Timur Kab. Malaka
Kab. Timor Tengah Selatan
Kab. Merauke Kab. Manokwari
Selatan Kab. Nunukan
Kab. Sumba Timur
Lokasi Adaptasi Pertanian
61%
23.5%
26,5%
11%
39.5%
Super Prioritas Top Prioritas Prioritas
58
Kab/Kota136
Kab/Kota117
Kab/Kota 6%Wilayah intervensi kegiatanadaptasi untuk Sektor Pertanian