• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arief Pratomo Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arief Pratomo Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

FISH COMMUNITY STRUCTURE IN SEAGRASS ECOSYSTEMS TELUK DALAM MALANG RAPAT VILLAGE OF BINTAN REGENCY

Hendri Agustian

College Student of Marine Science, FIKP UMRAH, hendri_agustian1992@yahoo.com

Arief Pratomo

Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, Sea-a-reef@hotmail.com

Fadhliyah Idris

Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, fadhliyahidris87@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the structure of fish communities in seagrass ecosystems seen from the abundance, diversity and frequency of attendance and the quality conditions of the waters. This study used a survey method in order to obtain factual data in the field. Research stations is determined by purposive sampling method. Research station is determined based on the different densities of sea grass that is low density, medium and high. Fish data retrieval is done by direct observation of the fish as macrofauna that live in seagrass carried through by arrest using gill nets (gill net) is still 100 x 1.5 m Mesh size: 1.5 inch2. Mesh size to be a limitation in this study, the data only fish in the fish caught in gill nets used.

The total amount of fish that is found in studies in Gulf waters in which 13 of the 251 individual fish species. The relative abundance of species Lethrinus ornatus 24%, Gerres Oyana 17%, Lutjanus ehrenbergii 13%, Lutjanus carponotatus 13%, Sargocentron rubrum 7%, Calotomus spinidens 5%, Choerodon anchorago 4%, Chelmon rostratus 4%, Siganus punctatus 3%, Siganus guttatus 3%, Gerres erythrourus 3%, 2% and Crenimugil crenilabis Epinephelus corallicola 2%. The highest species richness is Lethrinus ornatus by 24%, ie the lowest abundance Crenimugil crenilabis and Epinephelus Corallicola with a value of 2%. Teluk Dalam has an average value of diversity index of 2.12, the value of uniformity index of 0.85, and the dominance index value of 0.14. The results show the diversity of fish in the waters of the Gulf in the medium category. Key Words: Fish, anlysis Abundance, Diversity, Teluk Dalam

(2)

2

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI EKOSISTEM PADANG LAMUN KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN

Hendri Agustian

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, hendri_agustian1992@yahoo.com

Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Sea-a-reef@hotmail.com

Fadhliyah Idris

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, fadhliyahidris87@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun dilihat dari kelimpahan, frekuensi kehadiran dan keanekaragaman serta kondisi kualitas perairannya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tujuan untuk memperoleh data secara faktual di lapangan. Stasiun penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Stasiun penelitian ditentukan berdasarkan kerapatan lamun yang berbeda yaitu kerapatan rendah, sedang dan tinggi. Pengambilan data ikan dilakukan dengan cara observasi langsung terhadap ikan sebagai makrofauna yang hidup di lamun dilakukan melalui cara penangkapan menggunakan jaring insang (gill net) tetap 100 x 1.5 m Mesh size : 1.5 Inch2. Ukuran mata jaring menjadi batasan dalam penelitian ini, ikan yang di data hanya ikan yang tertangkap pada jaring insang yang digunakan.

Jumlah total ikan yang didapatkan pada penelitian di perairan Teluk Dalam yaitu 13 spesies dari 251 individu ikan. Kelimpahan relatif spesies Lethrinus ornatus 24 %, Gerres oyana 17 %, Lutjanus ehrenbergii 13 %, Lutjanus carponotatus 13 %, Sargocentron rubrum 7 %, Calotomus spinidens5 %, Choerodon anchorago 4 %, Chelmon rostratus 4 %, Siganus punctatus 3 %, Siganus guttatus3 %, Gerres erythrourus3 %, Crenimugil crenilabis2 % dan Epinephelus corallicola2 %. Kelimpahan spesies tertinggi yaitu Lethrinus ornatus sebesar 24 %, kelimpahan terendah yaitu Crenimugil crenilabis dan Epinephelus Corallicola dengan nilai 2 %.Teluk Dalam memiliki rata-rata nilai indeks keanekaragaman 2,12, nilai indeks keseragaman 0,85, dan nilai indeks dominansi 0,14. Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman ikan di perairan Teluk Dalam kategori sedang.

(3)

3

I. PENDAHULUAN

Lamun sebagai habitat biota berfungsi sebagai tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, peranan padang lamun adalah sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes), dimana sebagian besar ikan penghuni padang lamun adalah ikan-ikan juvenil dan apabila telah dewasa akan menghabiskan hidupnya pada tempat lain. (Kikuchi dan Peres 1977; Hutomo 1985 dalam Azkab, M.H. 1999).

Menurut Rostika (2014), jenis ikan yang paling umum ditemui di lamun antara lain adalah Ambassis nalua (Ambassidae), Gerres erythrourus dan Gerres oyena, (Gerridae), Choerodon anchorago (Labridae), Lethrinus lentjan (Lethrinidae), Acreichthys tomentosus (Monachantidae), Plotos canius (Plotosidae), Sillago sihama (Sillangidae) dan Siganus canaliculatus (Siganidae). Apriyanto, (2014) mengatakan terdapat 13 jenis ikan yang ditemui di padang lamun yaitu ikan Pomacentrus saksonoi, Dermogenys pusilla, Varigatcd cardinalfish, Acreichthys tomentosus, Leptojulis cyanopleura, Coris batuensis, Choerodon anchorago, Pentapoaus caninus, Neoglyphidodon oxyodon, Pomacentrus colini, Upeneus arge, Atherinomorus endrachtensis, Loliginidae. Menurut penelitian Widodo Edi (2013), Jenis lamun yang ditemukan di perairan Teluk Dalam yaitu Cymodoceae serrulata, Cymodoceae rotundata, Syringodium isotifolium, Enhalus

acoroides, Holophila ovalis, Thalassia hempirichii, Thalassadendrom ciliatum, Halodule pinifolia dan Halodule uninervis. Lingkungan padang lamun akan menentukan struktur komunitas ikan yang berasosiasi dengannya. Semakin banyak ikan yang berasosiasi menandakan bahwa kondisi kesehatan padang lamun di perairan dalam keadaan baik.

Data struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun perairan Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data kelimpahan, frekuensi, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman (H’), indeks dominasi (C), dan indeks keseragaman (E).

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun dilihat dari kelimpahan, frekuensi kehadiran dan keanekaragaman serta kondisi kualitas perairannya.

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi ilmiah terkait peranan ekologis eksosistem padang lamun bagi sumberdaya hayati ikan, untuk dasar pengelolaan dan upaya konservasi ekosistem padang lamun.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur komunitas merupakan suatu kajian ekologi yang mempelajari suatu ekosistem perairan yang berhubungan dengan kondisi atau karakteristik perairan. Struktur komunitas menggambarkan interaksi antar jenis dalam usaha memperebutkan

(4)

4

sumberdaya yang tersedia (Soedibjo, 2006 dalam Rostika, 2014).

Komunitas adalah kumpulan dari berbagai macam populasi – populasi organisme yang saling berinteraksi dan menempati suatu daerah atau habitat tertentu (Odum, 1993 dalam Rostika, 2014). Struktur komunitas dapat ditinjau dari komposisi jenis, kepadatan jenis, kemerataan jenis, keanekaragaman jenis, dominasi jenis, pola sebaran jenis, dan biomassa jenis dalam suatu ekosistem (Nybakken, 1992).

Ekosistem padang lamun dalam ekosistem di laut dangkal yang produktif mempunyai peran yang sangat penting. Salah satu ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas primer tinggi adalah padang lamun. Massa daun lamun juga akan menurunkan pencahayaan matahari di siang hari, melindungi dasar perairan dan memungkinkan pengembangan lingkungan mikro pada dasar vegetasi sehingga merupakan habitat potensial bagi komunitas ikan untuk berlindung, mencari makan, dan memijah (Aswandy dan Azkab, 2000). III. METODE

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakankan pada bulan April hingga Juli 2015 pada kawasan

pasang-surut di Ekositem Padang Lamun Perairan Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI). Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

No Alat Kegunaan

1 Roll Meter Untuk Mengukur Plot

2 Alat Tulis Mencatat Data 3 Kamera Dokumentasi 4 Jaring Insang 100 x 1.5 m Mesh size : 1.5 Inch2 Menangkap Ikan 5 GPS Menetukan Titik Koordinat

6 Salt Meter Mengukur Salinitas 7 Multitester Mengukur DO 8 Multitester Mengukur pH 9 Multitester Mengukur suhu

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tujuan untuk memperoleh data secara faktual di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

Stasiun penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Stasiun penelitian ditentukan berdasarkan kerapatan lamun yang berbeda mengacu dari penelitian (Widodo, 2013). Dalam penelitian ini terdapat 3 stasiun, yaitu stasiun 1 terletak di perairan dengan kerapatan lamun tertinggi, stasiun 2 terletak di perairan dengan kerapatan lamun sedang dan stasiun 3 terletak pada perairan dengan kerapatan lamun terendah diperairan Teluk Dalam, Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan.

(5)

5

Pengambilan data ikan dilakukan dengan cara observasi langsung terhadap ikan sebagai makrofauna yang hidup di lamun dilakukan melalui cara penangkapan menggunakan jaring insang (gill net) tetap, dengan mengadopsi metode dari Apriyanto dan Rostika (2014). Jaring yang digunakan memiliki spesifikasi panjang 100 m, lebar 1,5 m dan ukuran mata jaring 1,5 inch. Ukuran mata jaring menjadi batasan dalam penelitian ini, ikan yang di data hanya ikan yang tertangkap pada jaring insang yang digunakan. Pengambilan data ikan di setiap stasiun dilakukan pengulangan temporal 3 hari yang berbeda dan spasial 3 stasiun yg berbeda sehingga total ulangan menjadi 9 kali.

Hasil yang didapatkan selanjutnya dipilah dan diidentifikasi menurut Allen, G.R. (2003), kemudian menentukan kategori ikan karang berdasarkan English, et al, (1997) dalam Yadi T.A (2013) dan kategori ikan yang berasosiasi dengan lamun menurut (Hutomo dan Martosewojo 1977) serta dihitung jumlah individu perjenis.

Gambar 2. Penempatan jaring insang di lamun

Pengukuran parameter perairan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian (Insitu). Pengukuran parameter perairan meliputi pengukuran suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH. Pengukuran suhu dan

oksigen terlarut dilakukan pada pagi, siang dan sore sedangkan salinitas dan pH pengukuran dilakukan pada saat pasang dan surut air laut. Hasil pengukuran parameter kualitas perairan diolah dengan merata-ratakan setiap ulangan pada setiap lokasi penelitian kemudian dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut (Kep.Men LH, no. 51 tahun 2004).

a. Kelimpahan

Kelimpahan menurut Brower dan Zar (1997) yaitu jumlah individu persatuan luas atau volume, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

N = Kelimpahan individu jenis ke-i (Individu/M2)

∑n = Jumlah jenis individu yang diperoleh tiap stasiun

A = Luas daerah pengamatan (M2) b. Kelimpahan Relatif

Kelimpahan relatif dihitung dengan rumus Shannon-Wiener (Odum, 1993) yaitu : KR = ni / N x 100%

Keterangan :

KR = Kelimpahan relatif

Ni = Jumlah individu setiap jenis (ekor) N = Jumlah individu seluruh jenis yang berhasil terjaring

c. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Frekuensi (Fi)adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik sampel yang diamati. Sedangkan Frekuensi Relatif (FR) adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke-i (F) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (Fachrul, 2007). Rumus yang digunakan untuk menghitung frekuensi dan frekuensi relatif yaitu :

(6)

6

d. Indeks Nilai Penting

Rumus yang digunakan dalam menghitung INP yaitu rumus yang dimodifikasi dari Fachrul (2007) :

INP = FR + KR Keterangan :

INP = Indeks nilai penting FR = Frekuensi relatif KR = Kelimpahan relatif e. Indeks Keanekaragaman (H’)

Untuk melihat Indeks keanekaragaman digunakan metode Shannon – Wiener dalam Krebs (1997) di setiap stasiun yaitu : H’ = -∑ pi Log2 pi

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis ni = Jumlah ikan jenis i yang terjaring N = Jumlah total ikan yang terjaring

f. Indeks Dominansi

Rumus indeks dominansi Simpson (C) (Odum, 1997, dalam fachrul 2007) yaitu :

∑ ( )

Keterangan :

C = Indeks Dominansi Simpson, N = Jumlah individu seluruh spesies, ni = Jumlah individu dari spesies ke-i. g. Indeks Keseragaman

Rumus dari indeks keseragaman Pielou (E), menurut Pielou (1966) dalam Odum (1983) yaitu: Keterangan : E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah Jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian di perairan Teluk Dalam didapatkan total ikan yang tertangkap berjumlah 251 ekor ikan dari 13 jenis ikan, Lethrinus ornatus, Gerres oyana, Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus carponotatus, Sargocentron rubrum, Cheilinus chlorourus, Choerodon anchorago, Chelmon rostratus, Siganus punctatus, Siganus guttatus, Gerres erythrourus, Crenimugil crenilabis, dan Epinephelus corallicola serta ditemukan juga jenis biota lain yang tertangkap pada jaring insang yaitu Sepioteuthis sepiodea (sotong). Jenis ikan terbanyak yang dapatkan yaitu Lethrinus ornatus dan jenis ikan yang paling sedikit yaitu jenis Epinephelus corallicola. Jumlah dan jenis ikan yang didapatkan di perairan Teluk Dalam dipengaruhi oleh kerapatan lamun.

Jumlah jenis ikan yang didapatkan di bagi atas beberapa kategori yaitu :

1. Ikan Herbivora yaitu spesies Siganus punctatus dan Siganus guttatus.

2. Ikan target yaitu spesies Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus carponotatus, Lethrinus ornatus, Cheilinus chlorourus, Crenimugil crenilabis, Choerodon anchorago, Siganus punctatus, Siganus guttatus dan Epinephelus corallicola.

3. Ikan indikator yaitu spesies Chelmon rostratus.

Sedangkan kategori kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun yaitu : 1. Menetap dengan menghabiskan

(7)

7

sampai siklus hidup dewasa, tetapi memijah diluar padang lamun yaitu Gerres oyena dan Gerres erythrourus.

2. Menetap hanya pada saat tahap juvenile yaitu Siganus punctatus, Siganus guttatus dan Lethrinus ornatus.

3.

Menetap sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau mencari makan yaitu spesies Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus carponotatus, Sargocentron rubrum, Cheilinus chlorourus, Choerodon anchorago, Chelmon rostratus, Crenimugil crenilabis, Epinephelus corallicola.

1. Kelimpahan Ikan yang didapatkan di Perairan Teluk Dalam

Tabel 2. Kelimpahan Ikan di Stasiun 1 Perairan Teluk Dalam

Jumlah total spesies yang didapatkan di stasiun 1 dengan 3 kali pengulangan yaitu 126 individu ikan. Pada (Tabel 2) memperlihatkan 13 spesies ikan dominan dengan kelimpahan spesies tertinggi adalah Lethrinus ornatus dengan proporsi sebesar 20 % dan kelimpahan spesies terendah yaitu Crenimugil crenilabis 2 %.

Indeks Nilai Penting jenis ikan pada stasiun 1 adalah spesies Lethrinus ornatus dengan nilai 27,9. . Salah satu faktor tingginya jumlah ikan dan jumlah spesies yang didapatkan yaitu kerapatan lamun yang juga tinggi pada stasiun 1 ini.

Tabel 3. Kelimpahan Ikan di Stasiun 2 Perairan Teluk Dalam

Jumlah spesies ikan yang didapatkan di stasiun 2 dengan 3 kali pengulangan yaitu 12 spesies dari 72 individu ikan. Pada (Tabel 3) memperlihatkan spesies tertinggi adalah Lethrinus ornatus dengan proporsi sebesar 27 % dan spesies ikan terendah yaitu Siganus punctatus, Siganus guttatus serta Gerres erythrourus 1 %. Indeks Nilai Penting spesies ikan tertinggi pada stasiun 2 adalah spesies Lethrinus ornatus dengan proporsi nilai 37,5. Jumlah spesies dan individu yang ditemukan berbeda dengan stasiun 1, hal ini dikarenakan pada stasiun 2 kerapatan lamun dalam kategori sedang.

Tabel 4. Kelimpahan Ikan di Stasiun 3 Perairan Teluk Dalam

(8)

8

Jumlah total ikan yang didapatkan di stasiun 3 dengan 3 kali pengulangan yaitu 10 spesies dari 53 individu ikan. Pada (Tabel 4) memperlihatkan kelimpahan spesies tertinggi adalah Lethrinus ornatus dengan proporsi sebesar 30 %, kelimpahan terendah yaitu Siganus punctatus, Siganus guttatus, Chelmon rostratus dan Crenimugil crenilabis dengan nilai 2 %. Pada stasiun 3 jumlah individu dan jumlah spesies ikan yang didapatkan paling sedikit dibanding sengan stasiun lainnya, hal ini disebabkan oleh kerapatan lamun yang juga rendah pada stasiun ini. Indeks nilai penting (INP) spesies ikan tertinggi pada stasiun 3 yaitu spesies Lethrinus ornatus.

Tabel 5. Kelimpahan Ikan di Perairan Teluk Dalam

Jumlah total ikan yang didapatkan pada penelitian di perairan Teluk Dalam yaitu 13 spesies dari 251 individu ikan. Pada (Tabel 5) memperlihatkan kelimpahan spesies tertinggi di perairan Teluk Dalam adalah Lethrinus ornatus dengan proporsi sebesar 30 %, kelimpahan terendah yaitu Crenimugil crenilabis dan Epinephelus Corallicola dengan nilai 2 %. Indeks nilai penting (INP) spesies ikan tertinggi di perairan Teluk Dalam yaitu spesies Lethrinus ornatus. Spesies Lethrinus ornatus melimpah di perairan Teluk Dalam dikarenakan jenis spesies ini merupakan spesies yang menetap di padang lamun pada saat juvenile. Menurut penelitian Rostika (2013) di perairan Teluk Bakau Pulau Bintan, famili tertinggi adalah Lethrinidae yaitu spesies Lethrinus lentjan. Penelitian ini memiliki kesamaan bahwa famili ikan yang banyak ditemukan di lamun yaitu famili Lethrinidae.

Komposisi ikan di padang lamun sangat beragam berdasarkan waktu dan area sehingga tidak dapat digeneralisasi secara sederhana (Hogarth, 2007 dalam Rahmawati dkk, 2012). Beberapa jenis ikan mendiami padang lamun secara permanen dan jenis ikan lainnya bersifat temporer, misalnya pada tahap anakan (juvenil) atau penghuni musiman, atau ikan yang berpindah dari habitat yang berdekatan seperti terumbu karang dan hutan bakau ke padang lamun untuk mencari makan (Hogarth, 2007; Björk et al., 2008). Karakteristik biotik seperti struktur vegetasi padang lamun memengaruhi kondisi kumpulan ikan (schooling) dibandingkan faktor lingkungan abiotik

(9)

9

(seperti perairan, salinitas, dan oksigen terlarut) (Acosta et al., 2007 dalam Rahmawati dkk, 2012). Habitat lamun pada umumnya mendukung kelimpahan dan keanekaragaman ikan lebih tinggi dibandingkan dengan habitat tanpa lamun (hanya substrat) yang berdekatan (Tolan et al., 1997) dalam (Rahmawati dkk, 2012). 2. Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks

Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C) di Perairan Teluk Dalam

Struktur komunitas ikan yang dianalisa meliputi Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi. Nilai indeks Dominansi memberikan gambaran tentang dominansi ikan dalam suatu komunitas ekologi, yang dapat menerangkan bilamana suatu spesies ikan lebih banyak terdapat selama pengambilan data (Margalef 1958 dalam Apriyanto 2014).

Tabel 6. Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C) Indeks St. 1 St. 2 St. 3 Rata-rata Kategori H’ 2,35 2,1 1,92 2,12 Sedang E 0,91 0,84 0,83 0,85 Stabil C 0,11 0,15 0,18 0,14 Rendah

Dari tabel 6 dapat dilihat secara keseluruhan indeks keanekaragaman (H’) pada perairan Teluk Dalam dalam kategori sedang, ini belum berarti kondisi padang lamun dalam keadaan kurang baik tetapi ini juga disebabkan ukuran mata jaring yang digunakan, ikan yang berukuran lebih kecil dari mata jaring akan lolos sehingga menyebabkan keanekragamannya berkurang

dan juga dikarenakan area padang lamun yang digunakan dalam pengamatan kurang begitu luas. Menurut Connollly dan Hindell (2006) dalam Rahmawati dkk (2012), kerapatan dan luas area padang lamun mendukung kelimpahan dan keanekaragaman ikan karena padang lamun menyediakan ketersediaan habitat untuk kumpulan ikan.

Nilai indeks keseragaman di perairan Teluk Dalam dalam keadaan stabil karena ikan di perairan ini tergolong merata dan hampir di semua stasiun ditemukan. Indeks dominansi di perairan Teluk Dalam termasuk dalam kategori rendah. Menurut Odum, (1993) dalam Fachrul, (2007) menyatakan bahwa apabila indeks dominansi mendekati angka 0 berarti dalam komunitas tidak ada jenis yang mendominan atau komunitas berada dalam keadaan stabil. Sedangkan nilai indeks dominansi mendekati angka 1, berarti dalam komunitas ada dominansi dari jenis tertentu atau komunitas berada dalam keadaan tidak stabil.

Dari hasil perhitungan disemua stasiun penelitian, nilai H’ dan E tinggi dibandingkan nilai C, karena tidak ditemukan spesies ikan yang mendominansi sehingga tidak terlalu mempengaruhi kestabilitan struktur komunitas ikan. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis (Odum, 1983 dalam Apriyanto, 2014).

(10)

10

3. Karakteristik Parameter Perairan

Teluk Dalam

Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter Perairan

Parameter Satuan Hasil

Pengukuran Baku Mutu Suhu oC 28,7 – 29,7 28 – 32 DO mg/l 6,98 – 7,16 >5 Salinitas o/ oo 30,8 – 31,0 33 – 34 pH - 97,34 – 7,77 7,34 – 7,77

Pengukuran parameter perairan yang meliputi suhu, DO dan pH diperairan Kampung Teluk Dalam menunjukkan dalam keadaan baik dan stabil untuk kehidupan biota laut. Suhu rata-rata di perairan Teluk Dalam 29,2 oC ini menunjukkan suhu dalam keadaan stabil, begitu juga dengan oksigen terlarut (DO) 7,09 dalam keadaan baik karena nilai DO > 5, untuk pH nilai yang didapatkan di perairan Teluk Dalam yaitu 7,51 dalam keadaan normal. Sedangkan untuk nilai rata-rata salinitas yaitu 30,9 ‰, nilai salinitas di perairan Kampung Teluk Dalam dalam kondisi labil karena nilai salinitas berada dibawah baku mutu air laut. Nilai salinitas perairan Teluk Dalam tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara semua stasiun pengamatan. Nilai suhu, salinitas, DO dah pH yang didapatkan dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut (Kep.Men LH, no. 51 tahun 2004). tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota laut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan di perairan Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat didapatkan jenis ikan yaitu Lethrinus ornatus, Gerros oyana, Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus carponotatus, Sargocentron rubrum, Cheilinus chlorourus, Choerodon

anchorago,Chelmon rostratus, Siganus punctatus, Siganus guttatus, Gerres erythrourus, Crenimugil crenilabis, Epinephelus corallicola. Jenis kelimpahan ikan tertinggi yaitu spesies Lethrinus ornatus dan kelimpahan ikan terendah yaitu spesies Epinephelus corallicola.

Pengukuran parameter perairan, suhu rata-rata di perairan Teluk Dalam menunjukkan suhu dalam keadaan stabil, begitu juga dengan oksigen terlarut dalam keadaan baik, untuk pH nilai yang didapatkan di perairan Teluk Dalam dalam keadaan normal. Sedangkan Nilai salinitas di perairan Kampung Teluk Dalam dalam kondisi labil karena dipengaruhi oleh musim dan adanya anak sungai yang bermuara ke laut. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa struktur komunitas ikan di padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi padang lamun, semakin baik kondisi padang lamun maka semakin banyak spesies ikan yang terdapat di lamun tersebut.

Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai komunitas ikan di lamun untuk hubungan antara ikan lamun dengan karang dan begitu juga sebaliknya hubungan ikan karang dengan lamun di perairan Kampung Teluk Dalam, karena antara kedua ekosistem tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R.Steene R. Humann P. Deloach N. (2003). Reef fish identification tropical pacific. Singapore.

Apriyanto, H.S. 2014 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun

(11)

11

Desa Berakit Kabupaten Bintan, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Aswandy, I dan M.H. Azkab. 2000. Hubungan fauna dengan padang lamun. Oseana, 25(3):19-24. Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi

Lamun. OSEANA, Volume XXIV, Nomor 1. Hal 1-16. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta

Bappeda Kab. Bintan. 2010. Potensi Ekosistem Penting dan Kondisi Hidrologisnya di Wilayah Bintan Bagian Timur, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

Brower, J.E., J.H. Zar, and C.N. Von Ende. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. Wim. C. Brown Co. Pub.Dubuque. Iowa. 237p. Dorenbosch, M., G. G. G. Monique, I.

Nagelkerken, G. van der Velde. 2005. Distribution of Coral Reef Fishes Along a Coral Reef–Seagrass Gradient: Edge Effects and Habitat Segregation. Mar Ecol Prog Ser 299 : 277 – 28

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Fahmi dan Adrim, M., 2009, Deversitas pada Komunitas Padang Lamun di Periran Pesisir Kepulauan Riau, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35 (1) : 75-90, Pusat Penelitian Oceanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Gillanders, B.M. 2006. Seagrasses, fish and fisheries. In: Larkum, A.W.D., R.J. Orth & C.M. Duarte (eds.). Seagrasses: biology, ecology and conservation. Published By Springer. Netherlands. 503-530pp.. Heriman, M., 2006, Struktur Komunitas Ikan

yang Berasosiasi dengan Ekosistem Padang Lamun di Perairan Tanjung

Merah Sulawesi Utara, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hutomo, M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di Pantai Selatan Pulau Tegah,

Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta

Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan padang lamun (Seagrass, Antophyta) di perairan Teluk Banten. Disertasi Fakultas Pasca SarjanaIPB. Bogor. 299 pp. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Penetapan Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Jakarta. Krebs, 1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.

Third Editin. Harper and Row Distribution.New York

Latuconsina, H., Nessa, M.N., dan Rappe, R.A., 2011, Komposisi Spesies dan Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun di Perairan Tanjung Tiram Teluk Ambon Dalam, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4 (1) : 35-46, Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Odum. 1997. Biologi umum. Jakarta: Gramedia.

Nontji. A. 2007. Lautan Nusantara. Djambatan. Jakarta

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Rahmawati, S, Fahmi, dan Yusup, S.D., 2012, Komunitas Padang Lamun dan Ikan Pantai di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara, Ilmu Kelautan, 17 (4) : 190-198, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

(12)

12

Rostika, 2014 Struktur Komunitas Ikan

Padang Lamun di Perairan Teluk Baku Pulau Bintan Kepulauan Riau, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang. Umar, M. R., 2013, Penuntun Praktikum

Ekologi Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Widodo E. 2013 Keanekaragaman Jenis dan Pola Sebaran Lamun di Perairan Teluk Dalam Kabupaten Bintan, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel  5.  Kelimpahan  Ikan  di  Perairan  Teluk Dalam
Tabel  5.  Hasil  Pengukuran  Parameter  Perairan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4 menunjukkan bahwa pakan dari tepung udang rebon memberikan nilai pertumbuhan panjang karavace tukik yang lebih baik hal ini diduga karena kandungan gizi

!ukan hanya rasanya saja yang berbeda namun saya akan membuat keripik pisang ini berbeda dari segi packing, dan cara  pemasarannya juga, yang pasti akan lebih unik

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan proses reproduksi pada mencit adalah Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan proses reproduksi pada mencit adalah

Cekungan Sunda dikenal pada industri /igas sebagai Sunda"!sri Basin, dan eiliki source 7ock yang cukup terkenal yaitu 5orasi Banuwati, dengan batuan

Bila kerusakan ini tidak segera dihentikan dan diperbaiki secara sempurna, akan terjadi mutasi pada satu atau lebih gena yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel dan

Formulasi strategi pemasaran berdasarkan perilaku pembelian keripik pisang menunjukkan bahwa industri keripik pisang perlu menjaga harga jual pada kisaran harga yang

Berdasarkan hasil kuesioner, 100 persen mahasiswa sangat setuju dosen langsung memberikan koreksi yang benar terhadap tulisan mereka, 21 orang atau 91 persen mahasiswa

Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif karena merupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana kebutuhan obat rumah sakit