22 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Mitra Tani Farm atau yang lebih dikenal dengan sebutan MT Farm yang merupakan salah satu penyedia hewan qurban di Bogor. MT Farm mulai berdiri pada bulan September tahun 2004 di Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Peternakan ini telah terdaftar di Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor sebagai Usaha Peternakan Rakyat dengan nomor registrasi 1.5/010-TD.Nak/VI/2006. Kondisi jalan yang baik membuat transportasi menuju MT Farm cukup lancar dan mudah dijangkau oleh kendaraan untuk mendukung usaha peternakan menjadi maju dan berkembang pesat. Hal ini sesuai dengan persyaratan lokasi lahan usaha yang baik untuk sapi impor maupun sapi lokal menurut Keputusan Menteri Pertanian No.419/Kpts/OT.210/7/ 2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong yang Baik (Good Farming Practices), yaitu mudah dijangkau oleh truk (mobil angkutan) (Departemen Pertanian, 2001).
Awalnya MT Farm hanya melakukan usaha penggemukan kambing dan domba, namun beberapa tahun kemudian MT Farm mulai melebarkan sayap ke penggemukkan sapi potong untuk keperluan ibadah qurban pada Hari Raya Idul Adha. Perusahaan ini dikelola oleh 4 orang yang merupakan alumni Fakultas Peternakan IPB, adapun struktur organisasinya dapat diamati pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Struktur Organisasi Perusahaan MT Farm
Perusahaan dipimpin oleh satu orang General Manager yang membawahi 3 orang manager, yakni manager produksi yang membawahi satu orang asisten, manager pemasaran dan manager administrasi. Manager produksi bertanggung jawab
General Manager
Manager Produksi Manager Pemasaran Manager Administrasi
23 dalam proses produksi seperti pemeliharaan ternak, menyusun rencana dan anggaran produksi. Seorang manager pemasaran bertugas sebagai koordinator kegiatan penjualan, ekspansi pasar, melakukan tagihan kepada konsumen yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagainya. Manager administrasi bertugas sebagai pencatat masalah keuangan dan pengarsipan. Tingkat pendidikan para pengelola ini minimal sarjana dengan kompetensi sesuai bidang yang ditekuni, hal ini berdampak pada pengelolaan dapat dijalankan dengan baik berdasarkan ilmu kompetensi yang dimiliki. Selain itu, terdapat 20 orang pegawai dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar dengan tugas masing-masing yaitu 2 orang di kandang penggemukan, 2 orang di kandang pembibitan, 6 orang pencari rumput, 2 orang supir, 1 orang menangani tanaman organik, 5 orang penusuk sate aqiqah, 1 orang pembakar sate dan 1 orang koki.
Ternak yang dipelihara antara lain kambing, domba, kelinci dan sapi potong. Selain itu, MT Farm juga mengelola pertanian organik dan menyediakan jasa katering aqiqah. Usaha MT Farm ini dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor. Ternak yang tersedia di peternakan ini, khususnya untuk hewan qurban memiliki surat keterangan sehat dari Dinas Peternakan tersebut. Fasilitas yang dimiliki oleh Mitra Tani Farm diantaranya adalah kandang penggemukan kambing dan domba, kandang pembibitan domba, kandang peng-gemukan sapi, gudang pakan, kebun rumput, dan pengolahan pupuk bokasi. Peralatan yang terdapat di MT Farm antara lain adalah mobil pick up carry, 2 buah sepeda motor, 1 unit komputer, printer, freezer, pesawat telpon, mesin steam, 3 jet pump dan peralatan kandang berupa sprayer, timbangan, cangkul, garpu, arit dan sebagainya.
Karakteristik Sapi Qurban di MT Farm
Karakteristik ternak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu karakteristik kualitatif dan kuantitatif. Karakteristik kuantitatif adalah karakteristik yang dapat diukur atau memiliki satuan, misalnya bobot badan, umur dan bangsa. Karakteristik kualitatif adalah salah satu karakter dimana individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu kelompok dari dua atau lebih kelompok dengan perbedaan yang jelas satu sama lain, misalnya warna rambut, bentuk atau ukuran tanduk dan bentuk tubuh.
24 Bangsa Sapi
Sapi qurban yang terdapat di MT Farm terdiri dari lima bangsa, yaitu Sapi PO (Peranakan Ongole), Sapi BX (Brahman Cross), Sapi Simpo (Simental x PO), Sapi Limpo (Limousin x PO) dan Sapi Bali. Persentase jumlah hewan qurban berdasarkan bangsa sapi di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Persentase Jumlah dan Wilayah Pemasaran Sapi Qurban di MT Farm
Bangsa Sapi Wilayah Pemasaran Total Persentase
A B C D E F PO 4 4 11 1 1 1 22 62.86 BX 2 1 5 0 0 0 8 22.86 Simpo 1 0 0 0 0 0 1 2.86 Limpo 1 0 2 0 0 0 3 8.57 Bali 0 0 1 0 0 0 1 2.86 Total 8 5 19 1 1 1 35 100 Persentase 22.86 14.29 37.14 2.86 2.86 2.86
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Berdasarkan data pada Tabel 1, Sapi PO menempati urutan tertinggi, yaitu sebesar 62,86%. Jika dikaitkan dengan asal bakalan sapi yang didatangkan oleh MT Farm dari daerah-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, yaitu Malang, Boyolali, Bandung dan Sumedang. Ketiga daerah tersebut merupakan tiga diantara delapan sumber bibit PO di Indonesia seperti pada Gambar 2.
Hal ini sesuai dengan data Dirjen Peternakan (2010) bahwa populasi Sapi PO di Jawa Timur mencapai 778.000 ekor, di Jawa Tengah sebanyak 602.000 ekor dan di Jawa Barat sebanyak 75.000 ekor. Sementara pengembangan Sapi Limpo, Simpo dan Bali di ketiga daerah asal pemasok sapi bakalan MT Farm sangat jarang ditemukan, pengembangan ketiga bangsa sapi ini lebih banyak dilakukan di wilayah Sulawesi Selatan, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Lampung.
25
Sumber: Dirjen Peternakan (2010)
Gambar 2. Peta Sumber Bibit Sapi PO di Indonesia
Sapi yang diperoleh dari luar Bogor tersebut dibawa menggunakan truk bermuatan 10 ekor sapi dengan biaya transportasi sebesar Rp 3,5 juta. Masyarakat biasanya memilih sapi qurban dengan melihat penampilan, yakni postur tubuh dan kebersihan sapi. Postur maupun bobot tubuh Sapi PO lebih kecil dibandingkan Sapi Ongole. Punuk dan gelambir kelihatan kecil atau berpunuk. Warna bulu bervariasi tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan.
Umur
Karakteristik yang diamati selain bangsa sapi adalah umur sapi, hal ini karena umur menjadi salah satu faktor penting yang harus dipenuhi penyedia sapi qurban agar sesuai dengan ketentuan syari‟at Islam dalam mengatur hewan yang boleh diqurbankan. Jumlah dan persentase sapi qurban yang dibeli konsumen dari berbagai daerah dapat dilihat pada Tabel 2.
26 Tabel 2. Persentase Jumlah Hewan Qurban Berdasarkan Umur Sapi Qurban di MT
Farm Umur Sapi Wilayah Pemasaran Total Persentase A B C D E F 2 1 4 10 0 0 1 16 45.71 3 5 1 5 0 1 0 12 34.29 3.5 2 0 4 1 0 0 7 20.00
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Tabel 2 menunjukkan sapi berumur 2 tahun memiliki persentase jumlah terbesar yaitu 45,71%, sapi pada umur ini memiliki kecenderungan pertumbuhan yang tinggi sehingga hal ini menguntungkan bagi produsen dimana pertumbuhan bobot badan sapi selama penggemukan lebih optimal. Umur sapi yang disediakan oleh MT Farm telah memenuhi syarat sebagai hewan qurban. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sabiq (2008) bahwa umur yang diperbolehkan untuk hewan qurban adalah dua tahun untuk sapi, lima tahun untuk unta, satu tahun untuk kambing dan enam bulan untuk gibas.
Jika dilihat dari segi ekonomi, sapi muda lebih menguntungkan apabila digemukkan. Hal ini disebabkan jumlah pakan sapi muda yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah pakan yang dibutuhkan sapi tua. Menurut Parakkasi (1995) pertambahan bobot badan ternak muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan otot, tulang dan organ vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan disebabkan deposit lemak. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanum (Unpublished) menyatakan bahwa regresi antara LD (lingkar dada) dan PB (panjang badan) pada umur 2-3 tahun tidak berbeda nyata, namun pada umur 3,5 tahun lebih besar dari umur 2 dan 3 tahun. Hal ini berarti pada umur 3,5 tahun merupakan fase tumbuh panjang badan yang begitu pesat. Regresi antara LD dan BB pada umur 2 tahun lebih besar dari umur 3 dan 3,5 tahun.
Bobot Badan
Persentase jumlah pembeli berdasarkan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 4. Bobot badan sapi di MT Farm bervariasi. Data diperoleh dari rekapitulasi hasil penjualan sapi qurban periode Idul Adha 1431 H di MT Farm.
27 Tabel 3. Persentase Jumlah Pembeli Berdasarkan Bobot Badan Sapi Qurban di MT
Farm Bobot Badan (Kg) Wilayah Pemasaran Total Persentase A B C D E F <190 2 0 4 0 0 0 6 17.14 190-210 0 0 3 0 0 0 3 8.57 211-240 1 1 5 0 1 1 9 25.71 241-270 2 1 5 0 0 0 8 22.86 271-300 1 1 0 0 0 0 2 5.71 301-330 0 0 0 0 0 0 0 0 331-360 0 0 2 1 0 0 3 8.57 361-390 2 2 0 0 0 0 4 11.42
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Berdasarkan Tabel 3, konsumen cenderung membeli sapi berbobot badan berkisar 211-270 kg dengan persentase sebesar 48.57%. Persentase tersebut merupakan jumlah persentase bobot badan kelas 211-240 dan 241-270 masing-masing sebesar 25.71% dan 22.86%. Pemilihan bobot badan pada kelas tersebut dikarenakan sapi dengan bobot tersebut tidak terlalu kurus dan memiliki harga relatif terjangkau oleh konsumen. Data tersebut menunjukkan ada pembelian sapi dengan bobot badan kurang dari 190 kg. Penyembelihan sapi pada masa pertumbuhan ini dapat menyebabkan penurunan populasi sapi, hal ini tentu sangat merugikan disaat pemerintah tengah berusaha mencapai target swasembada daging. Salah satu penyebab populasi sapi yang rendah adalah usaha perbaikan produksi melalui pembibitan yang baik belum optimal dilakukan.
Perbaikan kualitas produksi sapi dapat dilakukan dengan cara melakukan kawin silang, namun jika tidak diimbangi dengan kesadaran dalam penjagaan sumberdaya genetik sapi lokal yang harus dilestarikan, perlahan kemurnian sumberdaya genetik sapi lokal Indonesia akan punah. Ternak murni asal Indonesia banyak dikirim secara ilegal ke luar negeri yang menyebabkan kerugian bagi Indonesia. Lebih dari 60 bibit sapi, kambing, babi, kuda dan unggas hilang sejak tahun 2002 (Nurhadi dan Thohari, 2008). Seperti yang dikemukakan oleh Setiadi dan Diwyanto (2008) bahwa konsumsi daging yang terus menerus meningkat dapat
28 memotivasi peternak untuk memperbaiki kualitas ternak tanpa memperhatikan sumberdaya genetik, hal ini menyebabkan kekhawatiran akan kepunahan sapi lokal jika tidak dilakukan penanganan yang baik.
Masalah terbesar mengenai sumberdaya genetik di dunia global saat ini menurut FAO (1984) varietas genetik pada bibit ternak terus berkurang, penampilan bibit lokal asli Indonesia tidak dikenal seperti bibit dari luar, masalah lingkungan seperti temperatur dan kelembaban. Ilmu dan teknologi sangat berperan dalam mempertahankan sumberdaya genetik, hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : (1) memilih ternak yang tahan terhadap penyakit, (2) melakukan pencegahan terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan iklim, (3) mengembangkan ilmu dan teknologi baru untuk menangani masalah nutrisi (Setiadi dan Diwyanto, 2008).
Evaluasi Penerapan Good Farming Practices
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) adalah 1) meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, 2) meningkatkan mutu hasil ternak (daging), 3) menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri, 4) menciptakan lapangan kerja, 5) mengikatkan pendapatan dan kesejahtaraan peternak dan 6) mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging. Ruang lingkup pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) meliputi empat aspek yaitu sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan. Evaluasi penerapan GFP di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 4.
29 Tabel 4. Hasil Evaluasi Aspek Sarana Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Lokasi Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD).
Terletak di lokasi yang tidak padat penduduk.
Sesuai
Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.
Memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m dpl.
Sesuai
2. Lahan Status lahan peternakan sapi potong jelas.
Lahan peternakan memiliki sertifikat kepemilikan lahan dan izin mendirikan bangunan.
Sesuai
Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang–undangan yang berlaku.
Lahan digunakan sebagai area peternakan dan lahan pertanian.
30 3. Penyediaan
Air dan Alat
Penerangan
Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat, yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi.
Air ditampung dalam tower air yang berasal dari sumur dan disalurkan menggunakan pipa plastik. Air jernih dan tidak berbau serta tersedia sepanjang tahun.
Sesuai
Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya menyediakan alat penerangan (misalnya listrik) cukup setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukannya.
Lampu tersedia di setiap kandang yang digunakan sebagai alat penerangan.
Sesuai
4. Bangunan Jenis bangunan yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi potong adalah:
a. Kandang penggemukan
b. Kandang isolasi sapi yang sakit c. Gudang pakan dan peralatan d. Barak pekerja
e. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah.
Semua bangunan tersedia kecuali kandang isolasi.
a. Kandang penggemukan b. Gudang pakan dan peralatan c. Barak pekerja
d. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah
Perlu disediakan bangunan kandang isolasi untuk ternak yang sakit.
31 a. Konstruksi bangunan terdiri dari
bahan yang kuat yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawai/buruh dan ternak.
b. Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin kelancarannya.
c. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinfeksi. d. Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan tetap sehat dan higienis.
Konstruksi bangunan MT Farm:
a. Bahan baku yang digunakan untuk bangunan kandang terdiri atas bahan kayu, bambu dan semen.
b. Atap kandang menggunakan genting.
c. Kerangka dan tiang kandang menggunakan bahan kayu dan semen.
d. Lantai terbuat dari dan semen dengan kemiringan 5º.
e. Daya tampung cukup.
32 Tataletak Bangunan
a. Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.
b. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang minimal 25 m.
c. Letak kandang dan bangunan lain harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan drainase dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit.
d. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak
Tataletak Bangunan MT Farm:
• Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/ pengelola usaha peternakan terpisah dari daerah perkandangan.
• Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan kandang kurang dari 25 m.
• Letak kandang dengan unit penampungan limbah ± 6 m, dikhawatirkan dapat menyebabkan polusi dan pencemaran penyakit. • Usaha peternakan hanya
mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan.
Perlu dilengkapi dengan kolam disinfektan pada pintu masuk (entry point) dan
setiap tamu atau kendaraan harus melewati, adanya disinfektan untuk mencegah
kemungkinan penyakit dari luar.
33 terjadi polusi dan pencemaran
penyakit.
e. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.
5. Alat dan Mesin Peternakan
Usaha penggemukan sapi potong memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas/jumlah sapi yang dipelihara mudah digunakan, mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat.
Peralatan yang tersedia di MT Farm sesuai dengan jumlah ternak.
Sesuai
Alat dan mesin yang perlu disediakan: a. Tempat pakan dan tempat
minum bias terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal b. Kendaraan pembawa rumput
kekandang
c. Timbangan pakan dan sapi
Alat dan mesin
yang ada di MT Farm:
a. Tempat pakan terbuat dari semen.
b. Rumput diangkut mengunakan mobil pick up/truk dan pikulan kayu.
34 d. Alat timbangan untuk sapi
(statis/mobil)
e. Mesin giling butiran (apabila membuat pakan konsentrat sendiri)
f. Chopper (pemotong rumput) g. Tempat bongkar/muat ternak
memadai h. Mixer
c. Timbangan yang tersedia: timbangan sapi, timbangan, timbangan rumput dan timbangan pakan.
d. Terdapat chopper untuk rumput dan chopper untuk jerami padi. e. Tempat bongkar dan muat
(loading chute ) memadai. f. Tidak terdapat mesin giling dan
mixer. 6. Bibit/bakal
an
Bakalan sapi khusus untuk digemukkan bisa berasal dari sapi lokal atau impor, tergantung jenis sapi.
Bakalan berasal dari ternak lokal. Sesuai
Sapi bakalan yang digunakan harus bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, brucellosis (keluron), anthrax (radang limpa), Blue tangue (lidah biru).
Sapi bakalan berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai ke peternakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor.
35 Usaha peternakan sapi potong yang
mengadakan kegiatan pembibitan telah mengikuti petunjuk, pengarahan, serta pengawasan dari instansi berwenang.
MT Farm tidak mengadakan kegiatan pembibitan sapi.
Perlu dikembangkan usaha pembibitan sapi untuk menyokong usaha
penggemukan selanjutnya. 7. Pakan Ketersediaan pakan cukup bagi ternak,
baik yang berasal dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal dari pabrik.
Ketersediaan pakan cukup, pakan hijauan berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput gajah, jerami diperoleh dari daerah sekitar, pakan konsentrat dibeli dari perusahaan pakan di Bandung.
Sesuai
Bahan campuran pakan harus diperoleh dari sumber yang sudah mendapat izin. Ransum pakan yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh pejabat yang berwenang dan Negara-negara pengimpor.
Bahan pakan diperoleh dari dalam negeri dan dilakukan pengujian analisis proksimat untuk setiap bahan pakan yang digunakan. Ransum yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit, stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin.
36 Dalam memenuhi kebutuhan pakan
hijauan yang cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan, dapat bekerja sama dengan petani setempat untuk penyediaan hijauan pakan ternak.
Kebutuhan pakan hijauan cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan dan penanaman HMT dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan masyarakat melalui sistem kemitraan.
Sesuai
8. Obat Hewan
Obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologi untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar.
Setiap obat memiliki nomor pendaftaran tersendiri.
Sesuai
Penggunaan obat hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penggunaan obat dilakukan oleh pihak MT Farm.
Sebaiknya melibatkan tim kesehatan hewan yaitu dokter hewan dalam pengawasan penggunaan obat keras. 9. Tenaga
Kerja
Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat
Karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat jasmani dan rohani.
Sesuai
Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot, jas hujan dan peralatan lainya yang diperlukan.
Pakaian kerja, sepatu bot dan peralatan lainya yang diperlukan yang disediakan oleh MT Farm.
37 Tabel 5. Hasil Evaluasi Aspek Proses Produksi Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Pemilihan bibit
Pemilihan sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi potong harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Bangsa sapi murni atau persilangan. 2. Umur 1 sampai 2 tahun
3. Berat; untuk sapi lokal 100 – 150 kg, untuk sapi persilangan 250-350 kg
Sapi bakalan usaha penggemukan MT Farm berasal dari bangsa sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross (BX), PO, Simpo, Limpo dan Bali dengan kisaran umur 2 tahun dengan bobot badan minimal 100 kg.
Sesuai
2. Kandang Setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharan.
Usaha penggemukan MT Farm merencanakan jumlah kandang sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. Jumlah sebanyak 4 kandang penggemukan.
Sesuai Setiap usaha penggemukan sapi potong
hendaknya menjalankan ketentuan/ peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Karyawan digaji sesuai dengan jabatan, pendidikan dan masa kerja.
38 Kandang yang akan dibangun harus
kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.
Kandang kuat dan mudah dibersihkan. Sirkulasi udara dan drainase baik. Tersedia tempat pakan dan minum. Namun, tidak dilengkapi dengan bak desinfektan.
Sesuai
Sistem kandang dapat dibuat berkoloni/kelompok dan setiap kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan luas ruang (space) 10-20 m2.
Kandang yang digunakan adalah kandang individu.
Sistem kandang tidak dibuat berkoloni.
3. Pakan Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% berat badan dan konsentrat sekitar 0,4% dari berat badan. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari.
Pemberian hijauan 10 % dari bobot badan dan konsentrat 1,3 – 2 % berat badan. Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari.
Sesuai
Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna. Zat-zat makanan dasar adalah lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.
Ransum disusun sesuai dengan kebutuhan sapi meliputi lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.
39 Kebutuhan energi atau Total Digestible
Nutrient (TDN), protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemelihraan dan pertumbuhan dapat dilihat pada tabel.
Konsentrat yang digunakan MT Farm untuk sapi penggemukan memiliki kandungan protein sebesar 14-16%. Bahan yang digunakan adalah onggok, bungkil kelapa sawit, tongkol jagung
dan dedak padi. Sesuai
Pakan tambahan yang digunakan harus memiliki ketentuan yang berlaku.
Pakan tambahan tidak menyalahi aturan yang berlaku. Sesuai 4. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner A. Kesehatan Hewan 1. Situasi Penyakit
Usaha penggemukan sapi potong terutama usaha penggemukan harus terletak di daerah dimana tidak ditemukan gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignat Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, Lidah biru (Blue tangue), anthrax (Radang Limpa),
Usaha penggemukan sapi terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis.
40 Brucellosis (kluron menular).
2. Vaksinasi/pencegahan
a. Usaha bidudaya sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang.
b. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak,
c. melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular.
a. MT Farm tidak melakukan vaksinasi secara rutin.
b. Setiap ternak memiliki kartu kesehatan ternak.
c. Melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular. Namun selama ini belum pernah terjadi kasus penyakit menular.
Vaksinasi rutin sangat penting dilakukan untuk menjamin kesehatan ternak.
41 (Kesmavet)
1. Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit.
2. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya.
3. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat.
4. Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit.
• Lokasi tidak mudah dimasuki binatang liar.
• Tidak dilakukan desinfektan kandang dan peralatan.
• Terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit. • Terdapat unit keamanan yang
memantau keluar masuk peternakan.
• Ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya.
• Tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan. • Kandang dibersihkan setiap hari. • Ternak yang sakit dipisahkan
dengan ternak sehat.
• Jika ada ternak terkena gejala
P Perlu fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.
42 5. Membakar atau mengubur bangkai
kerbau yang mati karena penyakit menular.
6. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan. 7. Melakukan pembersihan dan
pencucian kandang serta menyediakan pencuci hama. 8. Melakukan pelaporan kepada yang
berwenang apabila ditemukan gejala penyakit menular yang diatur dalam undang-undang. 9. Mengelurkan ternak yang sakit dari
kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang.
10. Ternak sapi potong bebas dari penyakit Tuberkulosis (TBC).
penyakit menular, dilakukan pelaporan kepada dinas kesehatan setempat.
• Ternak bebas dari penyakit menular.
43 5. Penanganan
Hasil
Lama/waktu yang digunakan umtuk penggemukan sapi potong berkisar antara 3-6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.
Lama penggemukan 4 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.
Sesuai
Minimal satu bulan terakhir sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotik dan kemotropik diharapkan meperhatikan withdraw (waktu henti obat).
Pemberian ransum konsentrat ditingkatkan sejak pemeliharaan lebih dari 30 hari.
Sesuai
Dilarang memperjual-belikan daging yang berasal dari sapi potong selama pengobatan anti biotic atau hormone untuk konsumsi manusia, kecuali apabila ternak tersebut dipotong sesuai ketentuan atau standar withdrowel time
MT Farm menjual sapi potong yang bebas dari anti biotik atau hormone karena MT Farm tidak memberikan antibiotik dan hormon.
44 obat yang digunakan.
Sapi yang sudah siap dipasarkan (finisher) harus dijaga sedemikian rupa, jangan sampai sapi tersebut cedera/ cacat.
Sapi yang sudah siap dipasarkan (finisher) dijaga dengan baik agar sapi tersebut tidak cedera/cacat. Sapi yang sudah siap jual dijaga agar tidak stress yang dapat menyebabkan penurunan bobot badan. Sapi yang dipasarkan diangkut menggunakan truk/kendaraan dengan kapasitas 12-14 ekor per truk tergantung ukuuran truk/kendaraan.
Sesuai
Berat sapi potong siap jual minimal untuk lokal 250 kg dan persilangan/impor 350 kg.
Masih terdapat penjualan sapi potong dengan bobot di bawah 200 kg.
Perlu ketegasan dalam menjual ternak di bawah bobot potong yang seharusnya.
45 Tabel 6. Hasil Evaluasi Aspek Pelestarian Lingkungan Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm
No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi
1. Rencana Penanggulan gan
Pencemaran Lingkungan
Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup.
Peraturan pemerintan nomor 27 tahun 1999 tentang analisa mengenai dampak lingkungan.
Peraturan pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
MT Farm melakukan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Sesuai
2. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan
Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal usaha.
Pencegahan erosi dan penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman disekitar areal peternakan dan penanaman HMT.
Sesuai
Menghindari timbulnya polusi dan ganguan lain yang berasal dari lokasi usaha yang dapat mengganggu
Pencegahan polusi dilakukan dengan penggolah limbah peternakan menjadi pupuk dan menggunakan sistem
46 lingkungan berupa bau busuk, suara
bising, serangga, tikus serta pencemaran air sungai/air sumur.
peternakan terpadu dengan memelihara ikan lele di penampungan limbah cair.
Setiap usaha penggemukan sapi potong harus membuat unit pengolahan limbah perusahaan (padat, cair dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
Belum terdapat unit penggolahan limbah gas. Limbah hanya diolah menjadi pupuk kompos dan cair.
Perlu ditambah unit
pengolahan limbah gas untuk mengefisiensikan produksi limbah.
Setiap penggemukan usaha sapi potong membuat pembuangan kotoran dan penguburan bangkai.
Usaha penggemukan sapi potong membuat saluran pembuangan kotoran, unit penampungan dan penggolahan limbah serta melakukan penguburan bangkai ternak.
47 Sarana
Secara keseluruhan penerapan good farming practices di Mitra Tani Farm pada aspek sarana meliputi lokasi, lahan, penyediaan air dan alat penerangan, mesin peternakan, bibit/pakan, obat hewan serta tenaga kerja (Direktorat Jenderal Produksi Peternakan, 2000) sudah cukup baik. Lokasi MT Farm sudah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitar sudah memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitar. Jumlah luas area Mitra Tani Farm keseluruhan adalah 4 ha termasuk 1 ha yang digunakan sebagai kandang sapi potong. Kandang sapi terdiri dari 3 kandang ganda dan 1 kandang tunggal dengan luas masing-masing yaitu 400, 300, 200 dan 100 m.
Konstruksi kandang terbuat dari bambu dan semen, dengan penggunaan genteng sebagai atap. Pemilihan genteng dilakukan karena bahan ini cukup tahan lama, harga relatif murah, melalui celahnya udara bisa keluar masuk dan tidak menyerap panas. Lantai dibuat kuat, tahan lama, tidak terlalu kasar dan tidak licin, sedangkan dinding dibuat terbuka. Menurut Rasyid dan Hartati (2007) dinding terbuka seperti ini sangat rentan terhadap suhu udara panas maupun saat angin kencang. Sehingga dinding perlu dibuat lebih tinggi dari sapi saat berdiri untuk melindungi sapi dari udara panas dan angin kencang tersebut. Kondisi kandang sapi di MT Farm dapat diamati pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Kandang Sapi Potong di Mitra Tani Farm
Penyediaan air dan alat penerangan di MT Farm telah sesuai dengan GFP. Air memenuhi baku mutu air sehat, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur yang ada di wilayah peternakan, air tersebut ditampung dalam penampungan
48 air. Air yang telah ditampung ini air dialirkan ke kandang, kantor dan barak pekerja melalui pipa yang digunakan untuk membersihkan kandang, air minum ternak dan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain-lain. Penyediaan alat penerangan sudah cukup. MT Farm mempunyai satu pintu masuk (entry point) tetapi tidak dilengkapi dengan kolam desinfektan sehingga setiap tamu atau kendaraan yang masuk peternakan tidak melalui desinfektan. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit dari luar peternakan.
Pakan hijauan di MT Farm terdiri atas rumput dan jerami, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4. Rumput berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput gajah dan jerami yang diperoleh dari daerah sekitar. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat kekurangan pakan hijauan, karena produksi yang melimpah di seluruh Indonesia. Salah satu permasalahan dalam penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia adalah kandungan nutrisin yang relatif rendah. Beberapa kelemahan pada jerami padi sebagai pakan ternak antara lain kandungan serat (selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika) yang tinggi. Selain itu, jerami padi mengandung kadar protein kasar yang rendah. Kadar serat dan lignin yang tinggi mengakibatkan kecernaan jerami padi rendah dan konsumsi terbatas (Agus, 2003).
Gambar 4. Pakan Hijauan Sapi Potong di Mitra Tani Farm
Konsentrat sangat diperlukan untuk menyediakan nutrisi dalam bentuk protein, energi, vitamin dan mineral dalam proporsi yang seimbang, sesuai kebutuhan ternak untuk tumbuh dan memproduksi daging. Kandungan konsentrat yang digunakan sebagai pakan penggemukkan di MT Farm adalah tongkol jagung,
49 bungkil kelapa sawit, onggok dan dedak padi. MT Farm membeli pakan konsentrat ini dari sebuah perusahaan pakan di Bandung.
Penanganan sapi yang baru saja datang diawali dengan pemeriksaan kondisi fisik sapi meliputi kesehatan dan pemenuhan syarat sapi sebagai hewan qurban yakni kelengkapan fisik dan performa. Sapi kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot hidup, dilakukan penomoran dengan menuliskan angka di bagian punggung belakang untuk identifikasi dan diberi vaksin untuk mencegah timbulnya penyakit. Pemandian sapi dan pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Ternak yang tersedia di MT Farm, khusus untuk hewan qurban memiliki surat keterangan sehat dari Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor. Pihak Dinas Kesehatan rutin melakukan pemeriksaan setiap bulan. Pemeriksaan kesehatan sapi dilakukan sejak di daerah asal ternak. Selanjutnya dalam perjalanan sapi kembali diperiksa kesehatannya untuk memperoleh surat retribusi kesehatan ternak dan dilakukan pemeriksaan ulang setelah sampai di MT Farm. Pemeriksaan berlapis ini dilakukan untuk menjamin kesehatan ternak sebelum sampai ke tangan konsumen.
Penyakit meliputi penyakit infeksi dan bukan infeksi. Penyakit infeksi meliputi penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi, dan parasit. Penyakit bukan infeksi pada ternak dapat berupa cacat genetis, cedera fisik, ketidakseimbangan nutrisi, dan polusi. Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit sapi, diantaranya bakteri, virus, protozoa, dan sebagainya. Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang ternak sapi diantaranya adalah tubercolosis, antraks, radang paha (blackleg), brucellosis, kuku busuk (foot root), Septichaema epizootica (ngorok), penyakit mulut dan kuku dan kembung (bloat). Pencegahan maupun pengobatan terhadap sapi yang sakit ditangani oleh pihak manajemen pemeliharaan ternak di MT Farm yang sudah berpengalaman sejak MT Farm berdiri. Pengendalian terhadap penyakit dilakukan dengan cara : (a) menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi; (b) sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan; (c) mengusakan lantai kandang selalu kering dan (d) memeriksa kesehatan sapi secara teratur serta melakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
50 Gambar 5. Obat-obatan di Mitra Tani Farm
Obat-obatan yang biasa digunakan oleh MT Farm dapat dilihat pada Gambar 5 diantaranya, albenol-100 oral dan limoxin-200 L. Albenol-100 oral mengandung albendazole yang merupakan antelmintik spektrum luas, efektif terhadap semua jenis cacing nematoda, trematoda dan sestoda baik stadium larva maupun dewasa. Limoxin-200 L mengandung oxytetracycline yang merupakan antibiotik spektrum luas yang bekerja menghambat sintesis protein bakteri. Efektif terhadap mycoplasma, bakteri gram positif dan gram negatif seperti E. coli, Haemophillus, Pasteurella, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus,Campylobacter, Chlamydia , Spirochaeta, Rickettsia spp. dan protozoa pada sapi. Dosis kedua obat-obatan tersebut diberikan 1 ml per 10 kg berat badan ternak. Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat. Waktu kerja di MT Farm dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.00-13.00 WIB. Jumlah tenaga kerja di MT Farm berjumlah 20 orang dengan pendidikan minimal sekolah dasar.
Proses Produksi
Proses produksi meliputi pemilihan bibit, kandang, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat dan penanganan hasil. Pola pemeliharaan ternak sapi di MT Farm adalah pola pemeliharaan intensif dimana sapi dikandangkan dan diberi pakan secara cut and carry. Pemilihan sapi bakalan minimal berumur 2 tahun dengan bobot badan minimal 200 kg. Namun, pada kenyataannya ada yang berbobot kurang dari 200 kg dikarenakan variasi permintaan sapi qurban di MT Farm. Kriteria yang perlu diperhatikan selain umur dan bobot badan sapi untuk memilih sapi bakalan adalah bangsa, sifat genetik, kesehatan ternak dan penampilan fisik (Todingan, 2011).
51 Berdasarkan GFP setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. MT Farm telah memenuhi persyaratan tersebut, selain itu bangunan kandang mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sirkulasi udara bebas dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Tapi, MT Farm belum memiliki bak desinfektan. Sapi selalu mendapat cahaya matahari penuh karena letak kandang yang telah sesuai. Hijauan yang diberikan pada sapi qurban di MT Farm adalah rumput gajah dan jerami dengan jumlah 10% dari berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4% dari bobot badan. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh ternak.
MT Farm tidak terletak di daerah dengan endemik penyakit klinis yang berbahaya. Lokasi peternakan pun tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan peliharaan yang dapat menularkan penyakit. Selama ini desinfeksi kandang dan peralatan dengan insektisida terhadap serangga dan hama lainnya tidak rutin dilakukan. Selain itu, tidak terdapat fasilitas desinfektan untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk yang dapat mencegah penyebaran penyakit dari luar.
Penggemukkan sapi qurban dilakukan selama 4 bulan dengan sistem pemeliharaan intensif. Minimal satu bulan sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasanya dan pakan hijauan dikurangi. Sapi yang sudah siap dipasarkan dijaga sedemikian rupa agar tidak cedera/cacat. Sapi yang digemmukkan ini sebelumnya telah memenuhi standarisasi syarat sapi sebagai hewan qurban menurut syariat Islam. Hewan yang digunakan untuk qurban harus sehat dan tidak cacat. Berdasarkan hadits-hadits Nabi saw, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan buta sebelah, menderita penyakit (dalam keadaan sakit), pincang jalannya, lemah kakinya, kurus, tidak ada sebagian tanduknya, tidak ada sebagian kupingnya, terpotong hidungnya, pendek ekornya (karena terpotong atau putus) dan rabun matanya (Sabiq, 2008).
Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan di MT Farm ditinjau dari GFP meliputi rencana penanggulangan pencemaran lingkungan dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan sudah baik. MT Farm melakukan penghijauan di areal peternakan dengan
52 menanam beberapa jenis tanaman, sayuran organik dan HMT di areal peternakan. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan terjadinya erosi serta penghijauan di areal peternakan. Limbah dialirkan ke penampungan limbah serta disalurkan sebagai pupuk sayuran organik. Selain itu, MT Farm menerapkan prinsip peternakan terpadu dimana ikan lele dipelihara untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan dari peternakannya. MT Farm juga membuat tempat pembuangan kotoran dan penguburan bangkai.
Pengawasan
Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek pengawasan sudah sesuai dengan GFP. Sistem pengawasan dilakukan secara baik pada titik kritis dalam produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainya. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong. MT Farm membuat laporan tertulis secara berkala setiap bulan oleh kepala unit kepada kepala direksi dan dilakukan pelaporan kepada dinas petenakan secara berkala untuk kepentingan internal dari kepala unit penggemukan kepada kepala direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan/perubahan berdasarkan laporan yang ada.
Pemasaran Sapi Qurban di MT Farm
MT Farm melayani pembelian dalam jumlah besar maupun kecil untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual kembali dengan persentase harga yang berbeda. Pemasaran yang dilakukan oleh peternakan ini diantaranya menggunakan media pamflet dan internet. Promosi yang paling gencar dilakukan adalah dengan metode yang mereka beri nama silaturahmi kepada calon konsumen dengan mempromosikan ternak mereka, pelayanan yang baik dari pihak MT Farm kepada konsumen juga menjadi poin utama dalam mempertahankan kesinambungan konsumen untuk terus memasok ternak qurban dari peternakan ini. Strategi pemasaran MT Farm berupa peningkatan kualitas ternak dan peningkatan pelayanan
53 kepada konsumen serta dalam penetapan harga jual berdasarkan kondisi dan konsumen.
Pelayanan yang memuaskan konsumen menjadi poin khusus sarana promosi. Seseorang yang menyukai atau membenci sesuatu dalam hal ini pelayanan produsen cenderung akan menceritakan kepada orang lain atau berbagi pengalaman. Komunikasi antar konsumen ini dapat menjadi senjata promosi yang baik dalam pemasaran produk MT Farm. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mowen dan Minor (1998) bahwa jika kepuasan konsumen mengarah kepada hal positif maka ini akan menyebar ke calon konsumen lainnya yang cenderung mencari informasi dari orang yang dipercaya, mengurangi kekhawatiran tentang resiko pembelian serta mengurangi waktu dalam mencari informasi.
Keingintahuan adalah salah satu sikap konsumen yang penting dalam proses pemasaran, dimana pihak penyedia harus memenuhinya dengan memberikan informasi mengenai produknya sebaik mungkin. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarwan (2002) bahwa pengetahuan yang baik akan suatu produk dapat mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut.
Pemasaran ternak sapi di MT Farm menyebar di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan beberapa wilayah Jawa Barat yakni Sukabumi. Wilayah-wilayah tersebut dapat dikatakan memiliki jarak tempuh yang relatif dekat dengan lokasi peternakan MT Farm sehingga memudahkan proses transportasi maupun alur promosi melalui komunikasi lisan antar konsumen. Persentase daerah asal pembeli sapi qurban di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, persentase daerah asal pembeli sapi qurban tertinggi di MT Farm adalah daerah Bogor, yaitu sebesar 57,14%. Jumlah ini diikuti oleh Jakarta sebesar 22,86%, Tangerang sebesar 14,29%, Bekasi, Sukabumi, dan Depok sebesar 2,86%. Konsumen terbesar berasal dari Bogor dikarenakan lokasi yang dekat sehingga tidak perlu membayar tambahan biaya transportasi. MT Farm juga dikenal loyal terhadap konsumen sehingga konsumen yang sebelumnya pernah membeli disana memiliki kecenderungan untuk datang kembali di lain waktu. Kepuasan konsumen ini juga berpengaruh terhadap promosi komunikasi lisan antar konsumen. Pengiriman sapi qurban maksimal dilakukan dua hari sebelum hari raya qurban dengan jumlah minimal sapi sebanyak 2 ekor untuk satu lokasi pengiriman. Biaya
54 transport yang kenakan untuk daerah di luar Bogor adalah Rp300.000, sedangkan untuk wilayah di sekitar Bogor tidak dikenakan biaya transportasi.
Sebagian besar konsumen Indonesia yang masih berpendapatan rendah menyebabkan harga menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa. Mitra Tani Farm yang bertindak sebagai penyedia sapi qurban menyediakan berbagai jenis maupun ukuran ternak, sedangkan keputusan ada di tangan konsumen. Kecenderungan konsumen yang lebih mementingkan harga akan mempengaruhi keberlangsungan sumberdaya genetik ternak, karena ketika pertimbangan utamanya adalah harga, maka konsumen tidak lagi peduli pada bobot yang belum memenuhi syarat penyembelihan dan bangsa sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2008) bahwa salah satu penyebab utama kepunahan sumberdaya genetik di Indonesia adalah kurang pedulinya konsumen terhadap sumberdaya genetik. Salah satu upaya mempertahankan sumberdaya genetik di Indonesia ini adalah harus melibatkan semua lapisan masyarakat dalam manajemennya, lapisan masyarakat tersebut diantaranya adalah konsumen ternak maupun penyedia ternak.
Berikut pada Tabel 7 dapat diamati persentase jumlah pembeli berdasarkan harga sapi qurban yang dibagi menjadi delapan kelas harga dalam bentuk ribuan. Tabel 7. Persentase Jumlah Pembeli Berdasarkan Harga Sapi Qurban di MT Farm
Harga (Rp/ribuan)
Daerah Asal Pembeli
Total Persentase (%) A B C D E F < 4.000 1 0 1 0 0 0 2 5.71 4.000-7.350 1 0 7 0 0 0 8 22.86 7.350-8.400 1 1 5 0 1 1 9 25.71 8.400- 9.450 4 2 3 0 0 0 9 25.71 9.450-10.500 0 1 2 0 0 0 3 8.57 10.500-11.220 0 0 0 0 0 0 0 0 11.220-11.880 1 0 1 0 0 0 2 5.71 11.880-12.480 0 1 0 1 0 0 2 5.71
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Kelas dengan harga berkisar antara Rp 7.350.000 sampai dengan Rp 9.450.000 memiliki persentase jumlah pembeli yang sama yaitu 25,71%. Harga
55 berhubungan erat dengan bobot badan ternak, karena penentuan harga dipengaruhi oleh bobot badan ternak. Semakin tinggi bobot badan maka semakin tinggi harga yang ditawarkan. Hal ini pula yang menyebabkan konsumen cenderung menyesuaikan harga lebih dahulu dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Jika melihat pendapat Sumarwan (2003) harga dinyatakan sebagai atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar kosumen untuk mengevaluasi produk. Hal ini sesuai dengan fakta yang ditemukan di lapangan, dimana konsumen lebih mengutamakan harga.
Pembelian sapi qurban ini dapat dilakukan dengan pembayaran tunai atau memberikan uang muka terlebih dahulu minimal 15% dari total harga pembelian sapi yang dilunasi sebelum dilakukan pengiriman ke tempat pembeli. Namun, menurut Sasongko (2006) pembelian ternak dengan sistem kredit ini merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan suatu perusahaan, karena perputaran uang akan terhambat yang akan berpngaruh kepada perolehan keuntungan.
MT Farm menyediakan jasa pemeliharaan setelah sapi dibeli sebelum diantar dan disembelih di tempat konsumen, dalam hal ini konsumen dikenakan biaya tambahan yaitu biaya pakan selama sapi dititipkan. Menurut hasil pengamatan, apabila harga hewan qurban tidak sesuai dengan dana yang dimiliki oleh konsumen, maka konsumen akan memilih ternak yang harganya sesuai meskipun bobot badan sapi lebih kecil. Sumarwan (2003) mengungkapkan bahwa pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang selanjutnya akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap suatu produk.
Pembeli hewan ternak pada umumnya dapat dikategorikan ke dalam golongan mampu, dalam hal ini memiliki niat atau keinginan untuk membeli hewan qurban serta memiliki dana yang cukup untuk membelinya. Hari Raya Idul Adha yang hanya terjadi setiap satu tahun sekali membuat kecenderungan posisi tawar konsumen yang rendah, sehingga konsumen akan membeli ternak dalam kondisi yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen tidak akan mungkin menunda pembelian hewan qurban di tahun berikutnya. Tawaf (2010) menyebut transaksi dalam keadaan ini adalah transaksi panic buying dimana tingkat emosional pembeli sangat tinggi.
56 Hubungan Daerah Asal Konsumen dengan Karakteristik Sapi Qurban
di MT Farm
Menurut Sumarwan (2003) tempat tinggal konsumen akan mempengaruhi pola konsumsi terhadap suatu produk. Oleh karena itu, uji korelasi chi-square (χ2) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara daerah asal konsumen dengan karakteristik sapi qurban yang dibeli di MT Farm. Karakteristik tersebut meliputi bangsa sapi, umur, bobot badan dan harga. Setelah dilakukan uji korelasi chi-square (χ2
) antara daerah asal konsumen dengan bangsa sapi yang dibeli, hasilnya menunjukkan bahwa bangsa sapi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap minat konsumen dilihat dari daerah asalnya. Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan bangsa sapi yang akan dibeli oleh konsumen.
Selanjutnya hasil uji korelasi chi-square (χ2) antara daerah asal konsumen sapi qurban dengan umur sapi menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata. Hal ini memperlihatkan daerah asal konsumen sapi qurban di Mitra Tani Farm tidak memiliki pengaruh dalam menentukan umur sapi qurban yang akan dibeli oleh konsumen. Begitupun hasil yang ditunjukkan oleh uji statistik chi-square (χ2) antara daerah asal pembeli sapi qurban dengan bobot sapi bernilai (P<0,05). Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan bobot sapi yang akan dibeli oleh konsumen. Daerah asal konsumen sapi qurban juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pemilihan sapi berdasarkan harga. Uji statistik chi-square (χ2) tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan daerah asal pembeli sapi qurban. Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan harga sapi yang akan dibeli oleh konsumen.