• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK BELAJAR MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEKNIK BELAJAR MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KIMIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

384

PENGARUH TEKNIK BELAJAR

MIND MAPPING

TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KIMIA

Desi Wuslatun Khalifah

Pemerhati Pendidikan Kimia

E-mail:-

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik belajar mind mapping

terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar kimia. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design dengan sampel sebanyak dua kelas yang dilakukan secara cluster random sampling sehingga kelas X AP terpilih sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan teknik belajar mind mapping dan X TPH sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Data dalam penelitian ini berupa data kemampuan berpikir kreatif diperoleh dengan teknik test menggunakan soal uraian dan data hasil belajar diperoleh dengan teknik test menggunakan saol pilihan ganda. Berdasarkan analisis kemampuan berpikir kreatif, diketahui jumlah siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 dan 3 setara dengan kelas kontrol sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan teknik belajar mind mapping berpengaruh negatif dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Sedangkan analisis hasil belajar dengan menggunakan uji t-test Polled varians untuk hasil uji-t data hasil belajar diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,98 dan tabel pada taraf signifikan 5 % adalah 2,010. Hasil ini menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari pada t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen=75,23 dengan ketuntasan klasikal (KK)=82% lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol =70,85 dengan ketuntasan klasikal (KK) =58%.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik belajar mind mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia.

Kata Kunci: Mind Mapping, Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar Kimia

PENDAHULUAN

Kimia termasuk salah satu mata pelajaran eksakta atau MIPA di sekolah menengah atas yang mempunyai perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Karakteristik dari ilmu kimia mencakup materi yang beraneka ragam, yang meliputi fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, dan soal-soal yang sebagian besar bersifat abstrak. Hal ini membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia karena mata pelajaran kimia kebanyakan terdiri dari konsep, dan prinsip yang bersifat abstrak sehingga dalam mempelajari kimia diharuskan mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menghayati materi yang ada. Kesulitan memahami materi-materi kimia tersebut menyebabkan siswa tidak menyukai mata pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia dan dapat menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa (Purba, 2006).

Ikatan kimia adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa di

SMKPP Negeri Mataram karena ikatan kimia merupakan materi yang sangat sukar dipahami oleh siswa. Salah satunya menentukan peranan elektron valensi untuk mencapai kestabilan seperti gas mulia. Siswa cenderung belajar menghafal menyebabkan materi tersebut tidak tersimpan dalam kognitif siswa, sehingga siswa tidak berminat untuk mempelajari materi tersebut. Kendala ini disebabkan karena pada umumnya siswa sebagian besar belajar dengan pola menghafal tapi tidak memahami konsep. Salah satu permasalahannya yakni prestasi belajar, kurangnya daya serap dan motivasi siswa sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar.

Sebagai gambaran dari situasi tersebut, berikut ini dicantumkan tentang perolehan nilai ulangan harian pada pokok bahasan ikatan kimia siswa SMKPP Negeri Mataram kelas X sebagaimana yang digambarkan pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Ulangan Ikatan Kimia SMKPP Negeri Mataram

No Kelas KKM Nilai Rata-Rata % Ketuntasan

1 X/AP

70 67,38 10,34%

(2)

385

3 X/TPHP 66,58 22,22%

4 X/PKJ 64,53 18,18%

5 X/PKBN 62,59 11,76%

6 X/ATR 64,44 15,38%

(Sumber Data : Arsip guru kimia SMKPP Negeri Mataram) Berdasarkan data pada tabel 1 di atas,

menunjukkan bahwa hasil belajar kimia pada materi ikatan kimia masih perlu ditingkatkan lagi. Seperti yang terlihat pada tabel diatas nilai rata-rata siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70.

Melihat fenomena seperti yang diuraikan di atas, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas pembelajaran dengan melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, inovasi yang dimaksud berupa metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dapat menetapkan kondisi belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Tekhik pembelajaran yang dapat membuat catatan ataupun ingatan siswa menjadi lebih teratur, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan lagi untuk mengingat kembali apa saja yang telah mereka pelajari di sekolah serta membangkitkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia yaitu dengan penerapan teknik belajar mind mapping.

Mind mapping merupakan teknik pembelajaran yang mempelajari suatu konsep yang didasarkan pada cara kerja otak manusia menyimpan informasi serta membangkitkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa. Teknik belajar mind mapping merupakan diagram yang terdiri dari gambar, garis, warna, dan kata. Mind mapping merupakan alternatif pembelajaran aktif, dimana siswa diikut sertakan berfikir aktif dalam pembelajaran. Di sini siswa tidak dituntut selalu untuk mencatat tulisan yang ada dipapan tulis secara keseluruhan, siswa hanya mengetahui inti masalah, kemudian membuat peta pikirannya masing-masing dengan kreativitasnya sendiri.

Hal yang mendasari penggunaan teknik belajar mind mapping ini adalah karena teknik ini merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang merupakan sarana implikasi cara belajar siswa aktif, kreatif dalam pengajaran. Dengan pembelajaran melalui teknik belajar mind mapping, siswa dapat menunjukan kemampuan berpikir kreatif melalui pembuatan mind mapping, teknik mind mapping menuntut siswa memiliki kreatifitas tinggi, analisis dan kritis

karena pembuatan mind mapping dimulai dari tengah untuk ide utamanya dan harus memiliki kratifitas tinggi untuk menyebar ke segalah arah, disini guru dapat melihat secara langsung kemampuan berpikir kreatif siswa tiap individu. Oleh karenanya teknik belajar mind mapping ini cocok diterapkan pada materi yang banyak konsep gambar, hafalan terutama pada materi ikatan kimia, diharapkan siswa menjadi aktif dan suasana pembelajaran lebih menyenangkan dapat berpikir secara lebih luas, dan kreatif.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan teknik belajar mind mapping terhadap kemampuan berpikir kreatif.

2. Pengaruh penggunaan teknik belajar mind mapping terhadap hasil belajar kimia.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah satu-satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat.(Sugiyono, 2011). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi experimental design dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Desain. Desain penelitian ini melibatkan kelas ekspeimen dan kelas kontrol.

Adapun secara umum desain penelitian ini dapat digambarkan seperti tabel 2.

Tabel 2. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Desing

Keterangan :

X1 : Pembelajara kelas eksperimen (teknik belajar mind mapping dan diskusi) X2 : Pembelajaran kelas kontrol

(pembelajaran ceramah dan tanya jawab)

O1 : Pretest yang diberikan pada kelompok eksperimen (pemberian tes sebelum materi ikatan kimia diberikan).

O2 : Posttest yang diberikan pada kelompok eksperimen (pemberian tes setelah materi ikatan kimia diberikan).

(3)

386

O3 : Pretest yang diberikan pada kelompok

kontrol (pemberian tes sebelum materi ikatan kimia diberikan).

O4 : Posttest yang diberikan pada kelompok kontrol (pemberian tes setelah materi ikatan kimia).

Adapun diagram alir dalam penelitian ini dapat dipaparkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu instrumenperlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan mencakup silabus dan RPP. Sedangkan instrumen pengukuran mencakup lembar observasi keterlaksanaan RPP, tes kemampuan berpikir kreatif, tes hasil belajar dan uji instrumen.

Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Analisis data hasil observasi keterlaksanaan RPP

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝑋 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% 2. Analisis data kemampuan berpikir kreatif

Analisis kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan cara melihat hasil kerja siswa dama menyelesaikan tes secara individu pada saat evaluasi. Hasil tes yang diperhatikan adalah apakah siswa dapat menunjukan indikator berpikir kreatif (kefasihan, fleksibel, dan kebaruan) atau tidak.

3. Analisis data hasil belajar siswa a. Uji deskriptif

1) Ketuntasan individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila siswa mampu memperoleh nilai ≥ 70 sebagai standar minimal yang ditetapkan oleh sekolah tempat peneliti melakukan penelitian. 2) Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

KK =xzx100%

Keterangan:

KK = Ketuntasan Klasikal X = Jumlah siswa yang tuntas Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Ketuntasan klasikal dapat dicapai apabila 85% siswa memperoleh nilai minimal 70. b. Uji statistik

Analisis prasyarat terdiri dari analisis normalitas dan analisis homogenitas.

1) Uji normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%.

h h o

f

f

f

x

2 2

(

)

Keterangan : X2 = Chi kuadrat fh = frekuensi sebenarnya fo = frekuensi harapan Bila X2hitung<X 2

tabel maka data dikatakan terdistribusi normal (Sugiyono, 2013).

2) Uji homogenitas varians

Pengujian homogenitas varians dapat dilakukan menggunakan uji F max dari Hartley-Pearson. Homogenitas varians diuji menggunakan rumus:

terkecil Varians

terbesar Varians

Fhitung

Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus:

1 2 2     n X Xi S Keterangan : S2 : Varians X : nilai individu

X

: nilai rata-rata seluruh siswa n : jumlah siswa

(4)

387

3) Uji hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan statistik-t dilakukan dengan lebih dulu mencari nilai thitung. Angka thitung selanjutnya dikolerasikan dengan ttabel pada daerah kebebasan dan taraf kesalahan tertentu.

Bila jumlah anggota sampel berbeda atau sama dan varians homogen (n1≠n2 atau n1=n2 dan σ1≠σ2) maka digunakan rumus statistik-t dengan pooled varian. Adapun rumus pooled varian yaitu:

              2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n S n S n X X t Keterangan:

X1 = Rata-rata kelas eksperimen X2 = Rata-rata kelas control S12 = Varians kelas eksperimen S22 = Varians kelas kontrol n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 =Jumlah siswa kelas kontrrol t = Uji perbandingan dua kelompok

Apabila jumlah anggota sampel berbeda atau sama, dan varian tidak homogen (n1≠n2 atau n1=n2, dan σ1≠σ2), maka digunakan rumus uji t dengan separated varian.

Adapun rumus separated varian yaitu:

Keterangan:

t = Nilai t hitung 𝑥1

= Rata-rata kelas eksperimen 𝑥2

= Rata-rata kelas kontrol

S12= Varians kelas eksperimen S22= Varians kelas kontrol n 1 = Jumlah siswa siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol Selanjutnya t-hitung dibandingkan dengan t-tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika t-hitung > t-tabel, maka terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif

Data kemampuan berpikir kreatif memberikan gambaran kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ringkasan data kemampuan berpikir kreatif digambarkan pada tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif

No Kelas Komponen Berpikir Kreatif

1 2 3

1 Kelas Eksperimen 10 orang 8 orang 11 orang 2 Kelas Kontrol 5 orang 9 orang 10 orang

Keterangan Rendah Tinggi

Keterangan:

Komponen 1:Kefasihan

Komponen 2:Kefasihan dan fleksibel Komponen 3:Kefasihan, fleksibel dan kebaruan

Tabel 3 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dapat diketahui jumlah siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 dan 3 setara dengan kelas kontrol sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan teknik belajar mind mapping tidak berpengaruh dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada kelas eksperimen data kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi berjumlah 11

orang siswa sedangkan yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah berjumlah 18 orang siswa. Pada kelas kontrol siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi berjumlah 10 orang dan rendah barjumlah 14 orang. Untuk memperjelas sebaran data kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat gambar tabel 3 perolehan komponen berpikir kreatif kedua kelas. 2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x t   

(5)

388

Komponen Berpikir Kreatif

Gambar 3. Grafik perbandingan

perolehan komponen

berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Data Kemampuan Awal Siswa

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam hal ini peneliti melakukan pre-test sebelum di belajarkan materi ikatan kimia pada masing-masing kelas untuk melihat adanya perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Deskripsi data kemampuan awal siswa secara garis besar pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Hasil (post-test) Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kategori Kelas X AP (Eksperimen) Kelas X TPH (Kontrol) Nilai Tertinggi 95,45 81,82 Nilai Terendah 54,55 54,55 Rata-rata 75,23 70,83

Jumlah siswa yang tuntas 24 orang 14 orang

Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang 10 orang

% ketuntasan 82% 58%

Berdasarkan data pada tabel 4 menunjukan bahwa nilai rata-rata dari kedua kelas masih jauh dari persentasi ketuntasan klasikal yang diharapkan. Data kemampuan awal siswa diuji menggunakan uji beda (Uji-t). Tujuannya untuk mengetahui apakah sampel yang menjadi objek penelitian bersifat setara atau tidak. Sebelum dilakukan uji beda (Uji-t), terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Dimana disimpulkan data kemampuan awal siswa dari kedua kelas terdistribusi normal, dan memiliki varians data yang homogen selanjutnya dilakukan uji beda (Uji-t) maka disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara

kedua kelas tersebut, atau dapat dikatakan kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang setara. Sehingga analisa data untuk penarikan kesimpulan penelitian dilakukan dengan menggunakan data post-test.

3. Data Keterlaksanaan RPP

Observasi dilakukan setiap kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar apakah kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Hasil observasi keterlaksaan RPP berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Data Keterlaksanaan RPP

Kelas X TPH (Kontrol) X AP (Eksperimen)

Pertemuan 1 2 3 1 2 3

Total Skor Pertemuan 3,9 4,5 4,7 3,8 4,3 4,6

Rata-rata skor yang diperoleh 13,45 12,8

Persentase keterlaksanaan RPP 90% 84,58%

Kategori Terlaksana sangat

baik

Terlaksana sangat baik

Berdasarkan data pada tabel 5 menunjukan bahwa, ketercapaian indikator keterlaksanaan RPP untuk kelas X TPH (kontrol) sebesar 90% dan untuk kelas X AP (eksperimen) sebesar 84,58%. Hal ini berarti keterlaksanaan

RPP telah berkategori terlaksana sangat baik. Tetapi pelaksanaan pembelajaran masih terdapat beberapa kekurangan yaitu guru masih kurang pendekatan terhadap siswa, guru belum maksimal dalam menciptakan suasana yang

(6)

389

kondusif dalam kelas seperti

memperhatikan keseriusan siswa dalam menjelaskan mind mapping yang mereka buat.

4. Data Hasil Belajar (Post-test)

Hasil penelitian berupa nilai postest diperoleh dari hasil tes soal setelah semua rangkaian kegiatan pembelajaran pada kedua kelas yang dibelajarkan dengan metode yang berbeda-beda. Kelas X AP (eksperimen) dibelajarkan dengan teknik belajar mind

mapping sedangkan kelas X TPH (kontrol) dibelajarkan dengan metode konvensional.

Jumlah siswa yang mengikuti tes pada kelas X AP yang dibelajarkan dengan teknik belajar mind mapping berjumlah 29 siswa, dan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode konvensional berjumlah 24 siswa yang keseluruhan berjumlah 53 siswa secara garis besar hasil tersebut dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Hasil (post-test) Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kategori Kelas X AP (Eksperimen) Kelas X TPH (Kontrol) Nilai Tertinggi 95,45 81,82 Nilai Terendah 54,55 54,55 Rata-rata 75,23 70,83

Jumlah siswa yang tuntas 24 orang 14 orang

Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang 10 orang

% ketuntasan 82% 58%

Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas AP (kelas eksperimen) yang dibelajarkan dengan teknik belajar mind mapping lebih tinggi dibanding dengan kelas X TPH yang dibelajarkan dengan metode konvensional.

Untuk memperjelas sebaran data nilai prettest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, berikut disajikan diagram rata-rata hasil prettest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4. Diagram rata-rata hasil prettest dan posttest kedua kelas

Pengujian hipotesis dilakukan untuk megetahui pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum melakukan pengujian hipotesis perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. 1) Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk menentukan statistika apa yang harus digunakan dalam menguji hipotesis. Uji normalitas data dilakukan dengan cara membandingkan harga (X2) dari hasil perhitungan dengan (X2) dalam tabel untuk taraf signifikan 5%. Jika data tersebut dikatakan normal maka uji hipotesis dapat menggunakan rumus polled varians. Data yang digunakan dalam hal ini adalah data hasil belajar siswa. Berikut data uji normalitas pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelas X2 Hitung X 2 Tabel Indeks signifikan Kesimpulan Keterangan Ekperimen 4,35 12,956 5% Terditribusi Normal Terdistribusi Normal, Jika X2 Hitung< X2 Tabel Kontrol 6,7 9,488 5% Terdistribusi Normal Berdasarkan tabel 7 dapat

diketahui secara signifikansi untuk kelas eksperimen dengan X2Hitung sebesar 4,35 dan X2Tabel sebesar 12,956 sedangkan pada kelas kontrol dengan X2Hitung sebesar 6,7 dan X2Tabel sebesar 9,488. Karena X2Hitung kedua

kelaslebih besar dari X2Tabel maka dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas tersebut terdistribusi normal (Lampiran 46). 2) Uji Homogenitas Varians

Setelah melakukan analisis normalitas data sampel, maka dilanjutkan

(7)

390

dengan melakukan analisis homogenitas

varians sampel. Uji homogenitas terlebih dahulu untuk menentukan rumus yang digunakan dalam uji hipotesis dengan kriteria yang ada, jika Fhitung < Ftabel maka kedua kelas dapat dikatakan homogen pada taraf signifikan 5%.

Berdasarkan uji posttest antara kelas X AP dan kelas X TPH menggunakan perhitungan manual atau microsoft excel. Secara garis besar hasil tersebut dipaparkan pada Tabel 8.

Kelas Varians

Terbesar

Varians Terkecil

FHitung FTabel Keterangan

Eksperimen 104,48 2,005 2,007 Homogen, jika Fhitung<Ftabel pada taraf signifikan 5 %

Kontrol 52,10 2,005 2,007

Dari hasil analisis data pada tabel 8 ternyata harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel (2,005 < 2,007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan homogen.

3) Uji-t

Dari perhitungan uji normalitas dan uji homenitas diperoleh bahwa kelas

eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal dan varian kedua sampel adalah homogen. Untuk analisis hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. Secara garis besar hasil tersebut dipaparkan pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil pengujian t-tes

Kelas Jumlan

siswa

dk thitung ttabel Indeks

signifikan

kesimpulan

Eksperimen 29 51 2,98 2,010 5% Thitung > ttabel (2,98>2,010) Jadi Ho ditolak dan Ha diterima

Kontrol 24

Berdasarkan data pada tabel 9 Menunjukkan bahwa pada nilai t- hitung lebih besar dari t-tabel (2,98 >2,010) maka dapat disimpulkan Ho ditolak berarti Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran teknik belajar mind mapping memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa

B. Pembahasan

1. Analisis Hasil Kemampuan Berpikir

Kreatif

Analisis kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan cara melihat hasil kerja siswa dalam menyelesaikan tes secara individu pada saat evaluasi. Hasil tes yang diperhatikan adalah apakah siswa dapat menunjukan indikator berpikir kreatif (kefasihan, fleksibel, dan kebaruan) atau tidak. Jika siswa menunjukan ketiga indikator itu, maka tingkat berpikir kreatifnya tinggi, sedangkan jika tidak maka tingkat berpikir kreatifnya rendah.

a. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif pada kelas ekperimen menunjukkan

banyak siswa yang tergolong kedalam kelompok dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dari 29 siswa yang mengikuti tes, hanya 11 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi, yaitu siswa yang mampu memenuhi ketiga komponen dalam kemampuan berpikir kreatif diantaranya kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Rendahnya pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mengindikasikan adanya penerapan perlakuan yang masih belum maksimal.

b. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol menunjukkan banyak siswa yang tergolong kedalam kelompok dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dari 24 siswa yang mengikuti tes, hanya 10 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan berpikir

(8)

391

kreatif tinggi, yaitu siswa yang

mampu memenuhi ketiga komponen dalam kemampuan berpikir kreatif diantaranya kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Rendahnya pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mengindikasikan adanya penerapan perlakuan yang masih belum maksimal.

Dari hasil analisis kemampuan berpikir kreatif menunjukkan tidak adanya perbedaan perolehan skor komponen berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tidak adanya perbedaan ini tentunya dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih baik. Hasil tes siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif menunjukkan siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 (kefasihan dan fleksibel) dan 3 (kefasihan , fleksibel dan kebaruan) setara dengan kelas kontrol. Maka dapat diketahui bahwa kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif dengan menerapkan pembelajaran teknik belajar mind mapping pada kelas eksperimen dan penerapan model pembelajaran ceramah pada kelas kontrol. Itu artinya teknik belajar mind mapping berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMKPP Negeri Mataram.

Hal ini disebabkan karena pada proses penerapan teknik belajar mind mapping, karena masih baru diterapkan di SMKPP Negeri Mataram dan siswa dituntut untuk berpikir secara menyeluruh, sehingga sebagian siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dituntut untuk berpikir analitis, kritis dan kreatif. Selain itu, pada penerapan teknik belajar mind mapping membutuhkan penguasaan materi yang baik untuk menghasilkan mind mapping yang sempurna, sebagian dari siswa yang kurang memahami materi akan merasa sulit untuk membuat mind mapping hal berbeda terjadi pada hasil belajar siswa.

Serupa dengan apa yang diungkapkan (Buzan, 2003), dalam

skripsi (wulandari, 2012), tentang kelemahan pembelajaran menggunakan mind mapping akan relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna, diperlukan imajinasi dan kreatifitas tinggi untuk menghasilkan mind mapping yang baik. Hal ini membuat siswa merasa jenuh, sejalan dengan apa yang diungkapkan Buzan (kurniawati, 2012), juga mengungkapkan kekurangan mind mapping terletak pada penggunaan gambar dan content materi yang digunakan, hanya siswa yang aktif yang terlibat, tidak sepenuhnya murid yang belajar dan mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind mapping siswa.

2. Analisis Hasil Belajar Kimia

Berdasarkan data kemampuan awal siswa yang diuji menggunakan uji beda (Uji-t), tujuannya untuk mengetahui apakah sampel yang menjadi objek penelitian memiliki kemampuan awal yang setara atau tidak. Untuk uji beda kemampuan awal pada penelitian ini menggunakan microsoft excel, dimana hasil uji beda (uji-t) nilai prettest dipeoleh simpulan bahwa thitung (0,089) < ttabel (2,010) dengan nilai rata-rata pada kelas ekperimen 63,48 dan pada kelas kontrol 59,84. Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau dapat dikatakan antara kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang setara.

Untuk melihat pengaruh pembelajaran teknik belajar mind mapping setelah materi ikatan kimia diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar belajar siswa (posttest). Nilai postest kedua kelas dapat ditemukan bahwa rata-rata nilai siswa pada materi ikatan kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 75,32 dan 70,83. Sedangkan ketuntasan klasikal masing-masing kelas 82%dan 58%.

a. Analisis Hasil Belajar Kimia Pada Kelas Eksperimen

Analisis hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan penerapan teknik belajar mind mapping pada kelas X AP dilakukan dengan cara memberikan tes akhir

(9)

392

(postest) dengan jumlah soal 22 butir

dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum dilakukan postest terlebih dahulu siswa diberikan pretest untuk melihat kemampuan awal siswa, apakah homogen (setara) atau tidak. Dari analisis data yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa pada saat pretest 63,48 dengan ketuntasan klaksikal 18%. Sedangkan untuk posttest diperoleh nilai rata-rata kelas pada materi ikatan kimia yaitu 75,23 nilai tertinggi 95,45; nilai terendah 54,55; jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang dan ketuntasan klasikal yaitu 82%. Untuk lebih jelas dapat di paparkan pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen b. Analisis Hasil Belajar Kimia Pada

Kelas Kontrol

Analisis hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan metode konvesional pada kelas X TPH dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kelas X AP yang dibelajarkan dengan penerapan teknik belajar mind mapping. Pada kelas X TPH diperoleh nilai rata-rata siswa pada saat pretest 59,84 dengan ketuntasan klasikal 25%. Sedangkan nilai rata-rata untuk postest diperoleh 70,83 nilai terendah 54,55; nilai tertinggi 81,82; jumlah siswa yang tidak tuntas 10 orang dan ketuntasan klasikal yaitu 58%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol

Ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen sebesar 82%, ketuntasan ini termasuk kategori yang cukup tinggi karena lebih dari setengah jumlah siswa kelas eksperimen yang lulus dengan KKM 70. Ketuntasan klasikal yang cukup tinggi hasil itu disebabkan karena teknik belajar mind mapping memberikan kesempatan kepada siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran, dimana guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan jalanya kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam proses pembelajaran guru mengkodisikan kelas agar proses pembelajaran berjalan secara kondusif dan terarah. Selain itu, dengan suasana yang menggairahkan akan membuat siswa merasa bebas dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Selain itu dilihat dari Kelebihan mind mapping yang diungkapkan oleh Hayardin (dalam Kiranawati, 2007), menjelaskan kelebihan mind mapping yaitu, dapat mengemukakan pendapat secara bebas, dapat bekerja sama dengan teman lainnya, catatan lebih padat dan jelas, lebih mudah mencari catatan jika diperlukan, catatan lebih terfokus pada inti materi, mudah melihat gambaran keseluruhan, membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan, memudahkan penambahan informasi baru,

(10)

393

pengkajian ulang bisa lebih cepat,

Setiap peta bersifat unik.

Ketuntasan klasikal pada kelas kontrol sebesar 58%, ketuntasan ini termasuk kategori yang rendah dengan KKM 70. Ketuntasan klasikal yang rendah ini menunjukan bahwa hasil belajar kimia dikelas kontrol masih belum maksimal. Penggunaan ceramah (konvesional) hanya menekan kepada siswa bentuk-bentuk teoritis tanpa melihat bentuk-bentuk makroskopis dan mikroskopis dalam ikatan kimia sehingga pemahaman siswa pada materi masih dalam kategori rendah. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), metode ceramah adalah penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan dan efektif digunakan untuk keperluan menyampaikan informasi dan pengertian tetapi tidak cocok digunakan untuk bahan yang kompleks, terinci dan abstrak.

Adapun perbandingan hasil nilai belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik perbandingan hasil

belajar kimia siswa kelas eksperimen dan kontrol Berdasarkan uji-t dimana hasilnya menunjukkan bahwa pada nilai hitung sebesar 2,98 karena t-hitung > t-tabel (2,98 > 2,010) maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan penerapan teknik belajar mind mapping memberikan pengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kreatif dan memberikan pangaruh positif pada hasil belajar kimia.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada pengaruh teknik belajar mind mapping terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X di SMKPP Negeri Mataram pada matari ikatan kimia.

2. Ada pengaruh teknik belajar mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas X di SMKPP Negeri Mataram pada matari ikatan kimia.

SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa disarankan supaya dalam proses pembelajaran lebih serius dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar hasil yang diperoleh optimal.

2. Bagi guru disarankan supaya lebih kreatif dalam menciptakan maupun mengembangkan model, metode maupun teknik mengajar supaya siswa menjadi termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran menjadi efektif.

3. Bagi sekolah disarankan agar rutin dalam memberi pelatihan kepada guru-guru tentang model, metode dan teknik-teknik mengajar dikelas.

4. Bagi peneliti selanjutnya, yang ingin menggunakan/menerapkan teknik belajar mind mapping pada materi yang berbeda dengan cara menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang diinformasikan dalam penelitian ini agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia menjadi lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Buzana Toni. 2006. Mind Mapping Untuk Anak. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Daryanto. 2009. Panduan Prmbelajaran

Kreatif dan Inovatif . Jakarta: AV Publisher

Michael Purba. 2006. Kimia SMA. Jakarta: Erlangga

Nuriadin, Perbowo. 2013. Analisis Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP Negeri 3 Lurangung Kuningan Jawa Barat. Bandung. Program Studi Matematika STKIP Siliwangi

(11)

394

Sugiyono. 2010. Satatistik Untuk Penelitian.

Bandung: Alfabet

---. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabet

---. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabet

Gambar

Tabel 1. Nilai Ulangan Ikatan Kimia SMKPP Negeri Mataram
Gambar 1.  Diagram alir penelitian
Tabel 9. Hasil pengujian t-tes  Kelas  Jumlan
Gambar  5.  Grafik  hasil  belajar  kimia  siswa kelas eksperimen   b.  Analisis  Hasil  Belajar  Kimia  Pada

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pentingnya acara ini, diharapkan yang hadir Direktur atau yang namanya tercantum di dalam Akte Pendirian Perusahaan serta perubahannya. Apabila di

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan apabila diwakilkan diharapkan membawa surat kuasa, serta membawa berkas klarifikasi 1 (satu) Dokumen

Sampel dalam penelitian ini yakni beberapa dari Nasabah Bank Syariah Mandiri Palopo yang dianggap memiliki peran sesuai dengan data yang dibutuhkan, jadi sampel yang

Permasalahan pokok makalah ini adalah ingin menjelajahi bagaimanakah tu- juan, konteks, historis, ideologi, dan politik yang berhubungan dengan pitutur luhur serta

Keterkaitan antar variabel tersebut menarik untuk diteliti, oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh locus of control, self efficacy,,

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,.

dengan harga yang lebih murah dipasar internasional pada tingkat harga P2 yaitu.

The method is by using Qual2E Software for BOD and mass balance for COD afterwards compared with the standard in accordance with PP no 82 in 2001 about the water quality