• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Studi Kelayakan Bisnis - 01 - Bimbingan Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Studi Kelayakan Bisnis - 01 - Bimbingan Belajar"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN

PENGEMBANGAN

LEMBAGA BIMBINGAN DAN

KONSULTASI BELAJAR

(LBKB) BINA’UL FIKRI

disusun oleh: Faozan El Mufid

06.0033.SA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM (STIE AMM) MATARAM

(2)

1

2008/2009

(3)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, di mana berkat berkah dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Studi Kelayakan Bisnis yang mengambil judul “Studi Kelayakan Pengembangan Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Bina’ul Fikri”. Tak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, beserta seluruh keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir jaman.

Pendidikan merupakan sesuatu yang utama dalam kehidupan umat manusia. Dalam agama, menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban, dan kita dituntut untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat. Indonesia sebagai negara yang berkembang juga menempatkan pendidikan dalam tujuannya. Hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dimana salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan akan sangat berperan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia ke depan, oleh karena itu lembaga pendidikan baik yang formal maupun yang informal, akan menjadi tonggak dan turut berperan serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Bina’ul Fikri (LBKB BIFI) dibentuk. Seiring berjalannya waktu, pengembangan LBKB BIFI adalah merupakan suatu keharusan, oleh karena itu, penyusun berusaha untuk mengetahui kelayakan pengembangan LBKB BIFI menjadi Lembaga Pendidikan yang berbeda.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam penyusunan tugas ini, untuk itu segala kritik dan saran sangat penyusun harapkan dari para pembaca sekalian.

(4)

3 Mataram, 5 Januari 2009

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF... ix

PENDAHULUAN... 1

1.1 .Latar Belakang... 1

1.2 .Gambaran Umum Potensi Ekonomi... 3

1.3 .Gambaran Umum Industri/Kondisi Usaha... 4

ANALISIS ASPEK HUKUM, ORGANISASI/MANAJEMEN... 6

2.1 .Legalitas Usaha... 6

2.1.1. Jenis Usaha, Bentuk Perusahaan, Badan Hukum... 6

2.1.2. Pengurusan Ijin dan lainnya... 6

2.2 .Organisasi... 6

2.2.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran... 6

2.2.2. SWOT analisis... 8

2.2.3. Bagan Organisasi... 9

2.2.4. Tingkat Jabatan, Fungsi Jabatan dan Prasyarat Jabatan 11 2.3 .Personalia... 14

2.3.1. Kebutuhan Tenaga Kerja... 14

2.3.2. Tingkat Balas Jasa (Upah/Gaji)... 14

ANALISIS ASPEK PEMASARAN... 16

3.1 .Permintaan... 16

3.1.1. Perkembangan Permintaan selama ini... 16

3.1.2. Prospek Permintaan di Masa Mendatang... 18

3.2 .Penawaran... 19

3.2.1. Perkembangan Penawaran Selama ini... 19

3.2.2. Prospek Penawaran di Masa Mendatang... 21

(6)

3.4 .Program Pemasaran... 25

3.4.1. Rencana Penjualan dan Pelayanan... 25

3.4.2. Strategi Pemasaran... 26

ASPEK TEKNIS DAN OPERASI... 29

4.1 .Rencana Pendirian/Pengembangan... 29

4.1.1. Evaluasi Lokasi... 29

4.1.2. Sarana dan Prasarana... 29

4.1.3. Tenaga Ahli dan Tenaga Kerja Biasa... 29

4.1.4. Bahan Bahan Utama... 30

4.1.5. Bangunan dan Tata Letak Bangunan... 30

4.1.6. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)... 31

4.1.7. Perkiraan Biaya Teknis dan Operasi... 31

4.2 .Rencana Pengoperasian Usaha... 31

4.2.1. Proses Operasi Usaha... 31

4.2.2. Kebutuhan Bahan Operasi Usaha... 32

4.2.3. Kegiatan Perawatan Mesin dan Peralatan... 32

ASPEK KEUANGAN... 34

5.1 .Kebutuhan Dana Investasi... 34

5.1.1. Investasi Harta Tetap... 34

5.1.2. Biaya Pra Operasi... 34

5.1.3. Modal Kerja... 34

5.2 .Rencana Pembelajaan dan Sumber Dana... 34

5.2.1. Modal Sendiri... 34

5.2.2. Modal Asing/Pinjaman... 34

5.3 .Proyeksi Keuangan... 35

5.3.1. Proyeksi Pendapatan... 35

5.3.2. Proyeksi Biaya... 35

5.3.3. Proyeksi Neraca dan Laba Rugi... 35

5.3.4. Proyeksi Arus Kas... 35

5.3.5. Proyeksi Kemampuan Pelunasan Pinjaman/Hutang... 35

5.3.6. Perhitungan Kelayakan Usaha... 35

(7)

6.1 .Penambahan Devisa... 40

6.2 .Penyerapan Tenaga Kerja... 40

6.3 .Dampak Terhadap Lingkungan Masyarakat... 40

KESIMPULAN DAN SARAN... 41

7.1 .Kesimpulan... 41

7.2 .Saran... 42

LAMPIRAN... 43

1. Lampiran Aspek Manajemen... 43

2. Lampiran Aspek Pasar dan Pemasaran... 44

3. Lampiran Aspek Teknis/Operasi... 48

4. Lampiran Aspek Keuangan... 49

5. Lampiran Aspek Ekonomi Sosial... 54

6. Gambar-Gambar dan Lainnya... 55 Gambar-Gambar dan Lainnya

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

...

Bagan Organisasi Lembaga Pendidikan... 10 Gambar 3.1.

...

Diagram Kartesius SWOT... 27 Gambar 5.1.

...

Grafik IRR... 38 Gambar 5.2.

...

Gambar pencarian IRR... 38 Gambar 8.1.

...

Denah BiFi Lama... 55 Gambar 8.2.

...

Denah BiFi Baru Lantai 1... 56 Gambar 8.3.

...

Denah BiFi Baru Lantai 2... 57 Gambar 8.4.

...

Lokasi BiFi di daerah Mataram... 58 Gambar 8.5.

...

(9)

Gambar 8.6.

...

Gedung BiFi Baru... 59 Gambar 8.7.

...

Ruang Kelas BiFi... 59 Gambar 8.8.

...

Ruang Laboratorium BiFi... 60 Gambar 8.9...Kit Biologi – Anatomi... 60 Gambar 8.10. ... Kursi Tutor... 61 Gambar 8.11. ...

Kursi ruang multimedia... 61 Gambar 8.12. ... Kursi siswa... 61 Gambar 8.13. ... Kursi laboratorium... 61 Gambar 8.13. Kursi laboratorium

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

...

Tingkat Jabatan, Fungsi Jabatan dan Prasyarat Jabatan ...14 Tabel 2.2.

...

Daftar gaji dan upah... 15 Tabel 3.1.

...

Jumlah siswa BIFI tahun 2003 – 2007... 16 Tabel 3.2.

...

Jumlah siswa BIFI dari tahun 2003 – 2007 menurut tingkat sekolah... ...16 Tabel 3.3.

...

Jumlah siswa BIFI tahun 2003 – 2007 berdasarkan siswa kelas akhir SD, SMP dan SMA... 17 Tabel 3.4.

...

Jumlah ruangan yang digunakan dari tahun 2003 – 2007 ...18 Tabel 3.5.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa Semester I... 19

(11)

Tabel 3.6.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa Semester II... 19 Tabel 3.7.

...

Tabel perkiraan jumlah siswa BIFI lima tahun ke depan ...19 Tabel 3.8.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah ruang kelas untuk Semester I... 21 Tabel 3.9.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah ruang kelas untuk Semester II... 22 Tabel 3.10.

...

Tabel perkiraan jumlah ruang kelas yang diharapkan dipakai selama lima tahun ke depan... 22 Tabel 3.11.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR pendapatan per kapita ...22 Tabel 3.12.

...

Perkiraan pendapatan per kapita Kota Mataram lima tahun ke depan... ...23

(12)

Tabel 3.13.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SD.... 23 Tabel 3.14.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMP. 23

Tabel 3.15.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMA. 23

Tabel 3.16.

...

Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMK. 24

Tabel 3.17.

...

Tabel perkiraan jumlah siswa sekolah di Kota Mataram lima tahun ke depan... 24 Tabel 4.1.

...

Jadwal pelaksanaan pengembangan BIFI... 31 Tabel 5.1.

...

Tabel perhitungan Payback Period... 35 Tabel 5.2.

...

Tabel perhitungan NPV dengan tingkat bunga 9,09% ...36 Tabel 5.3.

...

(13)

Tabel 5.4.

...

Tabel perhitungan NPV dengan tingkat bunga 31%. 37

Tabel 8.1. ... Analisa SWOT... 43 Tabel 8.2. ... Strategi SWOT... 45 Tabel 8.3. ...

PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 Termasuk Migas Kab/Kota di Propinsi NTB, 2001-2006 (dalam Rp)... 46 Tabel 8.4.

...

Pertumbuhan PDRB ADH Konstan 2000 Termasuk Migas Kab/Kota di Propinsi NTB, 2001-2006 (dalam %)... 46 Tabel 8.5.

...

Banyaknya Murid Menurut Jenis Sekolah 2006/2007 47

Tabel 8.6.

...

Rekapitulasi biaya teknis dan operasi... 48 Tabel 8.7.

...

Tabel perhitungan modal kerja selama satu bulan

operasi... 49 Tabel 8.8Tabel perhitungan perkiraan pendapatan selama satu

(14)

Tabel 8.9.

...

Tabel perhitungan perkiraan total biaya selama satu semester... 49 Tabel 8.10.

...

Tabel neraca awal per tanggal 1 Mei 2009... 50 Tabel 8.11.

...

Tabel neraca per tanggal 31 Juni setiap tahunnya. . . 50 Tabel 8.12.

...

Tabel perhitungan perkiraan Laba/Rugi untuk periode yang berakhir tanggal 31 Juni setiap tahunnya... 51 Tabel 8.13.

...

Tabel suku bunga pinjaman BI... 51 Tabel 8.14.

...

Tabel perhitungan perkiraan arus kas... 52 Tabel 8.15.

...

Tabel kemampuan pelunasan pinjaman... 53 Tabel 8.16.

...

Tabel suku bunga simpanan BI... 53 Tabel 8.17.

...

(15)
(16)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi kelayakan bisnis berikut ini adalah untuk mengetahui kelayakan pengembangan Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Bina’ul Fikri (LBKB BIFI). Adapun ringkasan selengkapnya dari kelima aspek adalah sebagai berikut.

Dalam aspek hukum, organisasi/manajemen, pengembangan LBKB BIFI layak untuk dijalankan, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah organisasi yang baik.

Dalam aspek pasar dan pemasaran, pengembangan LBKB BIFI layak untuk dijalankan, karena masih terdapat pasar potensial di wilayah Kota Mataram.

Dalam aspek teknis dan operasi, pengembangan LBKB BIFI layak untuk dijalankan, karena kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan dalam usaha pengembangan LBKB BIFI tersebut.

Dalam aspek keuangan, pengembangan LBKB BIFI layak untuk dijalankan, karena modal yang ditanamkan dapat kembali dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 3 tahun 11 bulan. Nilai NPV positif dengan tingkat IRR yang cukup tinggi (30,10%), dan tingkat pengembalian BEP Rp402.136.094.

Dalam aspek ekonomi dan sosial, pengembangan LBKB BIFI layak untuk dijalankan, karena selain dapat menampung tenaga kerja dan mengurangi pengangguran, juga dapat turut serta program pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, serta usaha untuk mendidik siswa-siswi menjadi anak-anak yang bermoral dan berbudi pekerti.

(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Fakta menunjukkan bahwa hasil pendidikan bangsa Indonesia belum memuaskan. Laporan Human Development Report than 2003 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 112 dalam hasil pendidikan di seluruh dunia. Laporan International Education Achievement menunjukkan bahwa di Indonesia, kemampuan membaca SD berada pada peringkat 38 dari 39 negara, kemampuan Matematika SMP berada di peringkat 34 dari 38 negara, dan kemampuan IPA SMP peringkat 32 dari 38 negara. Hal ini sebenarnya harus dipertanyakan kembali, mengingat bahwa para pelajar Indonesia biasanya selalu mendapatkan medali emas, atau bahkan menjadi juara umum dalam setiap kejuaraan Olimpiade Pendidikan. Menjadi PR besar bagi masyarakat Indonesia mengapa hal tersebut bisa terjadi.

NTB sebagai bagian dari bangsa Indonesia, juga tidak mampu untuk mengangkat kemampuan pelajarnya ke tingkat yang maksimal. Indeks Pembangunan Manusia NTB berada pada peringkat 32 dari 33 propinsi. Sedangkan pendidikan yang merupakan salah satu indikator utama yang dijadikan parameter dalam melihat posisi Indeks Pembangunan Manusia menempati peringkat 22 dari 33 propinsi (hanya untuk jenjang SMP). Padahal beberapa pelajar NTB tidak kalah dibandingkan dengan para pelajar di luar NTB dalam hal prestasi. Hal ini terbukti dengan beberapa penghargaan yang mampu diperoleh oleh beberapa pelajar NTB, baik di tingkat Nasional maupun Internasional.

(19)

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Jika kita melihat sistem pendidikan di Indonesia, maka kita akan menyadari bahwa hal tersebut memang bisa terjadi. Pendidikan selama ini adalah pendidikan yang berorientasi pada hasil, tidak pada proses. Guru selalu menginginkan sekolah mereka adalah yang nomor satu, dan terkadang untuk memperoleh predikat tersebut, mereka melakukan berbagai cara yang kurang sportif. Orang tua selaras dengan para guru di sekolah, mereka menginginkan anak mereka menjadi yang terbaik, tanpa melihat bagaimana proses yang dijalani oleh anak tersebut. Akibatnya, para pelajar di Indonesia pada umumnya dan NTB pada khususnya menjadikan nilai sebagai sesuatu yang mutlak harus diperoleh untuk memperlihatkan prestasi yang mereka dapatkan. Hal tersebut mengakibatkan proses dalam memperoleh nilai tersebut menjadi sesuatu yang tidak diperhatikan. Hal ini mengakibatkan banyak pelajar yang terjebak dalam budaya mencontek untuk menghasilkan nilai yang baik. Mereka cenderung sudah terbentuk dalam suatu tatanan masyarakat yang menganggap bahwa nilai di bawah standar menunjukkan bahwa mereka adalah anak yang bodoh. Mereka tidak lagi menganggap bahwa nilai di bawah standar menunjukkan bahwa itu adalah suatu kewajaran yang berarti bahwa mereka masih harus banyak belajar. Nilai bisa menjadi tolak ukur tentang seberapa banyak mereka harus lebih giat lagi dalam melakukan pendalaman materi, jadi bukan sebagai tolak ukur seberapa bodoh mereka atau seberapa berprestasinya mereka. Pada dasarnya tidak ada anak yang terlahir bodoh, yang ada adalah anak yang mau belajar dan tidak mau belajar. Di sinilah letak kesalahan dari

(20)

sistem pendidikan di Indonesia. Penerapan moral tidak lagi dikedepankan dalam kehidupan masyarakat. Akhirnya pendidikan tidak lagi dijadikan sarana untuk membentuk sikap toleran, egalitarian, kejujuran dan keikhlasan.

Dengan pertimbangan tersebut, maka sebuah lembaga pendidikan alternatif sebaiknya terbentuk untuk benar-benar membentuk pelajar untuk menjadi orang yang mengedepankan kejujuran dan keikhlasan. Sehingga dengan kurangnya perhatian sekolah terhadap hal tersebut, maka sebuah lembaga pendidikan non formal dapat dijadikan sarana untuk membentuk pelajar yang mampu untuk memahami konsep dasar dari suatu ilmu pengetahuan, sekaligus mampu menerapkan sikap-sikap toleran, egalitarian, kejujuran dan keikhlasan. Sebagai ‘lembaga pembantu’ dalam pendidikan di Indonesia, lembaga pendidikan (informal) sudah seharusnya mengedepankan konsep pemahaman yang baik kepada pelajar Indonesia tentang apa itu menuntut ilmu. Penekanan terhadap orientasi proses, dan bukan orientasi hasil, haruslah menjadi tolak ukur pertama yang perlu dikedepankan oleh setiap lembaga pendidikan (baik formal maupun informal). Karena itu, konsep lembaga pendidikan untuk mengembalikan arti pendidikan yang sesungguhnya menjadi konsep dari Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Bina’ul Fikri (LBKB BIFI).

Seiring dengan perjalanan waktu, kapasitas untuk menampung jumlah siswa menjadi semakin terbatas. Oleh karena itu, pihak manajemen mencoba untuk mengembangkan LBKB BIFI menjadi lebih baik lagi. Pengembangan tersebut bukan saja hanya dalam hal

(21)

menambah jumlah kelas, tapi juga menambah fasilitas yang ada dengan yang lebih baik. Di antara rencana pengembangan tersebut adalah dengan menambahkan Air Conditioner pada setiap ruangan, penambahan kelas multimedia, penambahan laboratorium, out bond rutin, memberikan seminar-seminar tentang pendidikan, konsultasi di luar materi pelajaran sekolah, dan mendirikan toko yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik, atau bahkan lebih dari sekedar kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya penambahan tersebut, penyusun berusaha untuk melakukan analisa apakah penambahan tersebut layak dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih baik, baik dalam segi finansial maupun non finansial.

1.2.Gambaran Umum Potensi Ekonomi

Pada dasarnya masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat NTB pada khususnya, masih berpedoman pada konsep klasik dalam pendidikan yaitu bahwa seorang pelajar harus mendapatkan prestasi yang baik, dalam hal ini nilai, untuk bisa dikatakan bahwa pelajar tersebut pintar atau bodoh. Selain itu, nilai yang baik juga akan mampu mengantarkan para pelajar tersebut dapat memasuki sekolah-sekolah yang lebih favorit dibanding dengan mereka yang hanya memperoleh nilai ‘seadanya’. Berdasarkan hal tersebut, maka masyarakat pada umumnya tidak puas dengan materi yang hanya disampaikan di sekolah, sehingga mereka berupaya agar anaknya mendapatkan materi tambahan di luar dari sekolah. Hal ini yang membuat banyak masyarakat Indonesia pada umumnya, dan NTB pada khususnya, mencoba memberikan waktu khusus untuk anak-anak mereka dengan berbagai macam kegiatan yang

(22)

menunjang untuk tercapainya harapan mereka. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah dengan memasukkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan non formal.

Dengan keinginan masyarakat yang semakin tinggi untuk menambah materi pelajaran anaknya, tingkat persaingan dari masing-masing siswa (dan juga sekolah), semakin bertambahnya nilai minimal kelulusan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, dan berbagai faktor yang lain, akan menjadikan lembaga pendidikan sebagai alternatif untuk menambah materi pelajaran memiliki potensi ekonomi yang cukup baik dalam perjalanan usahanya ke depan. Meskipun begitu, yang menjadi permasalahan adalah, apakah dengan potensi-potensi tersebut, lembaga pendidikan tersebut masih mampu untuk tetap mempertahankan idealisme mereka dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, ataukah kemudian terjebak dalam dunia kapitalisme yang mengedepankan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan proses belajar yang seharusnya menjadi pertimbangan pertama dalam mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Pada dasarnya, keuntungan dari suatu usaha memang menjadi hal yang dipertimbangkan oleh seorang pengusaha, atau investor, dalam menanamkan modalnya pada usaha tersebut. Tapi, dalam usaha yang memfokuskan pada masalah pendidikan, sebaiknya keuntungan bukan lagi menjadi prioritas utama, tapi bagaimana usaha kita dalam turut serta untuk mengubah pola pikir masyarakat pada umumnya dan siswa didik kita pada khususnya, untuk bisa menjadi lebih baik lagi.

(23)

NTB sebagai propinsi yang sedang berusaha bangun untuk mengejar ketertinggalannya dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia, berupaya untuk menjadikan pendidikan di NTB menjadi lebih baik. Beberapa program dari pemerintah yang baru, berusaha untuk mewujudkan beberapa program yang memang khusus ditujukan untuk menjadikan pendidikan NTB berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pendidikan gratis, alokasi 20% RAPBD pada pendidikan, kesejahteraan guru, bantuan beasiswa bagi siswa-siswa berprestasi, bantuan beasiswa bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S1, S2 atau S3), menjadi program utama dalam pemerintahan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa bukan saja masyarakat yang menginginkan anak-anaknya siap dalam pendidikan mereka, tapi pemerintah juga mendukung dalam pelaksanaan pendidikan yang lebih baik. Dengan program-program tersebut, tentunya pemerintah juga akan mendukung setiap usaha masyarakat untuk ikut serta dalam usaha peningkatan pendidikan di NTB. Hal ini terbukti dengan kemudahan yang diberikan kepada mereka yang ingin mendirikan sebuah lembaga pendidikan dalam usahanya membantu untuk ikut meningkatkan kualitas pendidikan di NTB.

Untuk saat ini, di NTB pada umumnya, dan Mataram pada khususnya telah berdiri beberapa lembaga pendidikan non formal. Beberapa di antara pendidikan non formal tersebut merupakan lembaga pendidikan yang sudah memiliki nama di seluruh Indonesia. Sedangkan beberapa yang lain merupakan lembaga pendidikan lokal yang berusaha untuk bersaing dengan lembaga pendidikan franchise. Meskipun

(24)

terdapat lembaga pendidikan franchise, lembaga pendidikan lokal juga mampu untuk bersaing untuk menjadi yang terbaik, dan dengan keinginan masyarakat yang tinggi untuk meningkatkan prestasi anak-anaknya, maka baik lembaga pendidikan tingkat nasional maupun lembaga pendidikan lokal masih tetap mampu bertahan dalam kondisi perekonomian Indonesia yang kurang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa peluang usaha untuk membuka Lembaga Pendidikan non formal masih terbuka lebar.

(25)

BAB II

ANALISIS ASPEK HUKUM,

ORGANISASI/MANAJEMEN

2.

2.1.Legalitas Usaha

2.1.1.Jenis Usaha, Bentuk Perusahaan, Badan Hukum

Jenis usaha yang akan penyusun pelajari kelayakannya adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Bentuk perusahaannya adalah usaha perseorangan. Meskipun begitu, ke depan usaha ini bisa saja menjadi persekutuan, dan jika sistem yang ada sudah terbentuk dengan kuat, maka pemilik bisa membuatnya menjadi sebuah usaha franchise. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kota yang mau mengembangkan lembaga pendidikan non formal dengan nama Bina’ul Fikri, tentu saja dengan bentuk kerja sama.

2.1.2.Pengurusan Ijin dan lainnya

Dalam pengurusan ijin untuk usaha ini adalah dengan melaporkan usaha ini ke Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan dan Olah Raga.

2.2.Organisasi

2.2.1.Visi, Misi, Tujuan, Sasaran

Adapun visi dari lembaga ini adalah:

a. Terwujudnya suatu Lembaga Pendidikan yang mampu memberikan dasar yang baik dalam

(26)

pemahaman konsep dasar ilmu pengetahuan kepada siswa-siswanya dan tutor-tutornya.

b. Menghasilkan siswa-siswi cerdas berprestasi yang bermoral, jujur dan ikhlas dalam menuntut ilmu.

c. Menghasilkan siswa-siswi dan tutor dengan pola pikir tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan yang lebih baik.

(27)

Misi yang diemban lembaga ini adalah:

a. Mewujudkan lingkungan yang kondusif dan bersahabat dalam rangka menumbuhkan rasa nyaman kepada siswa-siswi dalam belajar.

b. Menyelenggarakan metode pembelajaran yang mudah dipahami siswa-siswi tanpa keluar dari kurikulum pemerintah.

c. Menumbuhkan sikap kekeluargaan antara siswa, orang tua, tutor dan pengelola.

d. Menghasilkan generasi penerus yang cerdas, sehat dan mandiri.

e. Mengembangkan kemampuan tutor sehingga mampu menjadi tutor yang lebih baik dalam pemahaman konsep dan pemahaman tentang pembelajaran.

Tujuan dari lembaga ini adalah untuk menghasilkan siswa-siswi yang:

a. Memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.

b. Mampu untuk mengetahui kemampuan dirinya masing-masing sehingga dapat mengembangkan kemampuan tersebut ke arah yang lebih maksimal. c. Memahami konsep dasar dari ilmu pengetahuan

dengan lebih baik, sehingga mampu mengembangkan materi dengan lebih mudah.

d. Mengedepankan kejujuran dan keikhlasan dalam menuntut ilmu.

Selain itu, tujuan dari lembaga ini adalah menghasilkan tutor yang:

(28)

a. Memiliki pemahaman yang kuat terhadap konsep dasar bidang studi yang dikuasai (dan yang belum dikuasai).

b. Menguasai satu bahasa asing wajib (Bahasa Inggris) dan bahasa asing lainnya.

c. Mampu menguasai berbagai bidang pelajaran, tidak hanya bidang pelajaran yang sudah dikuasai.

d. Mengedepankan kejujuran dan keikhlasan dalam memberikan materi kepada siswa didiknya.

(29)

Sasaran:

a. Siswa mampu lulus ulangan harian dan ujian semester dengan hasil yang memuaskan.

b. Siswa mampu lulus ujian akhir dengan hasil yang terbaik.

c. Siswa mampu lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia.

d. Siswa mampu mengerjakan soal-soal untuk ujian akhir dan ujian masuk perguruan tinggi dalam waktu yang singkat (rata-rata satu soal kurang dari 30 detik).

1.1.1.SWOT analisis

Identifikasi SWOT pada suatu proyek perlu dilakukan agar dapat ditentukan strategi proyek berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut. Dalam analisis SWOT kita dapat menilai faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan suatu proyek pada lokasi tertentu. Faktor yang menjadi keunggulan harus dapat dioptimalkan, sedangkan faktor yang menjadi kelemahan harus dapat diatasi atau dieliminasi agar tidak memberikan pengaruh buruk. Adapun analisa penyusun terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dari usaha ini adalah:

Strengths:

a. Letak lembaga pendidikan yang strategis, dekat dengan sekolah-sekolah favorit di Mataram, lampiran Gambar 8.4.

(30)

b. Harga yang terjangkau dan lebih murah dibanding lembaga pendidikan yang lain, tanpa mengesampingkan kualitas.

c. Fasilitas-fasilitas yang berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain yang lebih konvensional.

Weaknesses:

a. Tutor yang bukan hanya berkualitas, tapi juga mempunyai idealisme yang kurang lebih sama dengan idealisme lembaga.

b. Sulitnya mencari tutor yang benar-benar memahami konsep dasar dari pelajaran yang dikuasai.

Opportunities:

a. Masih sedikitnya lembaga pendidikan yang

berkualitas di Mataram.

b. Kebutuhan masyarakat agar anak-anak mereka mampu berprestasi lebih baik.

c. Keinginan siswa itu sendiri untuk mencari tempat alternatif dalam usaha mereka memahami materi pelajaran dengan situasi dan kondisi yang berbeda dari sekolah mereka.

Threats:

a. Lembaga pendidikan yang lain, terutama lembaga pendidikan yang sudah memiliki nama secara nasional.

b. Tingkat pemahaman orang tua yang beranggapan bahwa lembaga pendidikan yang baik adalah lembaga pendidikan yang terkenal.

(31)

Untuk analisa SWOT selengkapnya, bisa dilihat pada lampiran 1, tabel 8.1.

1.1.1.Bagan Organisasi

Adapun bagan organisasi dari lembaga pendidikan ini adalah sebagai berikut:

(32)

PemilikCOOBagian CEOCFO Administrasi Ketua Program Bidang Studi Ketua Laboratorium PsikologTutor Bidang Studi Sales Person : Garis Komando : Garis Koordinasi

Gambar 2.1. Bagan Organisasi Lembaga Pendidikan

(33)

1.1.2.Tingkat Jabatan, Fungsi Jabatan dan Prasyarat Jabatan

Pada umumnya setiap tingkat jabatan memiliki prasyarat sebagai berikut:

– Islam dengan kewajiban berjilbab bagi muslimah.

– Peduli terhadap pendidikan di Indonesia.

– Memiliki tanggung jawab terhadap bidangnya

masing-masing.

Adapun penjelasan masing-masing jabatan dari struktur organisasi lembaga ini ke depan adalah:

No Tingkat Jabatan Fungsi Jabatan Prasyarat Jabatan

1. CEO Membuat perencanaan, strategi, dan kebijakan yang menyangkut operasional perusahaan – Menyusun anggaran dan program kerja. – Melakukan kontrol atas kerja semua karyawan – Memegang kendali atas keputusan penting yang bersifat umum atau berkaitan dengan masalah regulasi dan finansial – Bertanggung jawab dalam memajukan lembaga – Menentukan susunan kebutuhan – Memiliki kemampuan untuk mengendalik an dan mengambil keputusan – Memiliki jiwa pemimpin 12

(34)

karyawan harian dan mingguan, melakukan seleksi calon karyawan, mewawancara i, membuat keputusan rekruitmen 2. CFO Bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut keuangan perusahaan baik operasional sehari-hari maupun kebutuhan yang bersifat tidak terjadwal – Mengatur laporan keuangan harian, mingguan, dan per periode akuntansi – Mengontrol biaya produksi dan tenaga kerja – Melaporkan secara berkala mengenai penggunaan dan pemasukan dana – Mencatat pengadaan dana secara utuh dan tetap pada waktunya – Mengelola dana anggaran – Paham tentang masalah keuangan

(35)

perusahaan untuk disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan 3. COO Melatih dan

mengembang kan karyawan agar dapat memenuhi standar lembaga. – Mendorong keikutsertaan karyawan untuk mencapai target lembaga dan rencana peningkatan – Menjadwalkan dan membagi secara adil jam kerja karyawan, dan menjadwalkan waktu libur karyawan – Bertanggung jawab atas hubungan lembaga dengan pihak luar (orang tua, pemerintah) – Bertanggung jawab terhadap sejumlah dokumen-dokumen strategis perusahaan – Menjadi humas terhadap segala sesuatu yang telah diputuskan – Menguasai operasional perusahaan

(36)

oleh lembaga baik yang sifatnya internal maupun eksternal 4. Bagian Administrasi – Mengikuti kebijakan dan prosedur operasional yang ada – Bertindak secara professional dengan mempergunak an “Keterampilan seorang Bintang” dalam berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan siswa, orang tua, tutor, maupun manajer. – Membuat laporan transaksi harian yang dikirimkan kepada CFO – Menyambut dan berinteraksi dengan orang tua murid yang mau mendaftarkan anaknya – Mengetahui tentang administrasi

5. Sales Person – Menyambut dan berinteraksi dengan setiap pelanggan – Membuat laporan transaksi harian yang dikirimkan kepada CFO – Ramah dan menyenangk an – Mengetahui tentang pencatatan persediaan

(37)

6. Ketua Program Bidang Studi – Merumuskan materi yang akan diberikan kepada siswa. – Membahas hal-hal yang tidak bisa diputuskan oleh seorang tutor (soal sulit, siswa khusus, cara pemecahan yang lebih simpel dsb) – Mengadakan pertemuan setiap tiga bulan sekali – Memberikan training kepada tutor-tutor baru, baik dalam konsep dasar, maupun pemecahan soal-soal dengan cara mudah dan cepat. – Memiliki konsep dasar yang kuat pada bidang studi yang dikuasai – Memiliki wawasan ke depan terhadap bidang studi yang dikuasai 7. Ketua Laboratorium – Mengatur penggunaan alat-alat laboratorium untuk bisa digunakan oleh setiap tutor secara bergantian. – Merawat alat-alat laboratorium. – Membantu tutor dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan materi praktikum. – Memiliki pengetahuan tentang laboratorium dan peralatannya .

(38)

8. Psikolog – Menganalisa keadaan setiap siswa. – Memberikan waktu konsultasi kepada siswa yang ingin tahu tentang apa yang harus dilakukan ke depan (mengambil jurusan apa di SMA, atau di kuliah) – Memberikan waktu konsultasi kepada siswa khusus. – S1 Psikologi 9. Tutor Bidang

Studi – Memberikan materi sesuai dengan kurikulum pemerintah dan sedapat mungkin satu langkah di depan sekolah. – Memberikan cara-cara praktis dalam mengerjakan soal. – Memberikan pengetahuan konsep dasar dari setiap bidang studi. – Menganalisa perkembanga n siswa. – Memiliki konsep dasar pada bidang studinya masing-masing

Tabel 2.1. Tingkat Jabatan, Fungsi Jabatan dan Prasyarat Jabatan

1.1.Personalia

1.1.1.Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja dari lembaga pendidikan ini adalah:

(39)

1. 1 (satu) orang CEO. 2. 1 (satu) orang CFO. 3. 1 (satu) orang COO.

4. 1 (satu) orang Sales Person.

5. 1 (satu) orang Bagian Administrasi.

6. 7 (tujuh) orang Ketua Program Bidang Studi. 7. 1 (satu) orang Ketua Laboratorium.

8. 1 (satu) orang Psikolog.

9. 28 (dua puluh delapan) orang Tutor Bidang Studi. Catatan:

– Tugas dari CFO dan COO dirangkap oleh 1 orang.

– Ketua Program Bidang Studi sekaligus sebagai Tutor

Bidang Studi, sehingga jumlah Tutor Bidang Studi secara keseluruhan adalah 35 (tiga puluh lima) orang.

1.1.1.Tingkat Balas Jasa (Upah/Gaji)

No Jabatan Satuan Gaji/Upah

1 CEO Bulanan Rp 3.000.000

2 CFO Bulanan Rp 2.000.000

3 COO Bulanan Rp 2.000.000

4 Bagian Administrasi Bulanan Rp 1.000.000

5 Sales Person Harian Rp 25.000

6 Ketua Bidang Studi Harian Rp 100.000

7 Ketua Laboratorium Session Rp 30.000

8 Psikolog Jam Rp 50.000

9 Tutor Bidang Studi Session Rp 30.000

Tabel 2.2. Daftar gaji dan upah

Catatan:

– Karena CFO dan COO dirangkap oleh satu orang, maka gaji CFO dan COO bukan Rp6.000.000, tapi tetap Rp3.000.000.

– Upah Tutor Bidang Studi dibagi menjadi tiga, yaitu

Tutor Bidang Studi untuk siswa SMA dan siswa SD dan SMP, selain itu ada Tutor Bidang Studi untuk

(40)

siswa privat. Untuk siswa SMA, upah per sesi adalah Rp35.000, untuk siswa SD dan SMP, upah per sesi Rp30.000, sedang untuk siswa privat, upah per sesi adalah Rp40.000, dengan kenaikan sebesar Rp5.000 – Rp10.000 tiap dua tahun sekali.

– Upah Sales Person dihitung pada saat lembaga dibuka saja, jika hari libur dan toko tutup, maka upah tidak dihitung.

– Upah Ketua Bidang Studi dihitung pada saat Ketua

Bidang Studi memberikan pelatihan atau mengadakan pertemuan dengan Tutor Bidang Studi.

(41)

BAB III

ANALISIS ASPEK PEMASARAN

1.

1. Permintaan

1.1.1.Perkembangan Permintaan selama ini Tahun Semester I Semester II

2003 25 87 2004 145 215 2005 179 235 2006 304 378 2007 475 454

Sumber: Data primer diolah

Tabel 3.1. Jumlah siswa BIFI tahun 2003 – 2007

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa permintaan siswa (orang tua) untuk menambah pemahaman materi pelajaran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini sangat dimaklumi, mengingat adanya kebijakan dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dan salah satu cara melakukan hal tersebut adalah dengan meningkatkan standar nilai kelulusan bagi siswa-siswi SD, SMP dan SMA. Meskipun begitu, dilihat dari tren yang ada, tampak terlihat bahwa setiap semester genap jumlah siswa selalu lebih sedikit dibanding dengan jumlah siswa pada semester ganjil. Hal ini disebabkan karena pada semester genap, siswa mendapatkan materi tambahan juga dari sekolah. Sehingga sebagian dari para siswa tersebut hanya mengikuti materi tambahan dari sekolah saja.

(42)

SD SMP SMA SD SMP SMA 2003 - 25 - 8 75 4 2004 36 84 25 56 118 41 2005 45 104 30 61 129 45 2006 76 176 52 98 208 72 2007 119 276 81 118 250 86

Tahun Semester I Semester II

Sumber: Data primer diolah

Tabel 3.2. Jumlah siswa BIFI dari tahun 2003 – 2007 menurut tingkat sekolah

Dari data di atas terlihat bahwa siswa BIFI terbanyak adalah siswa SMP. Hal ini mengingat bahwa lokasi BIFI (lampiran 6 gambar 8.4.) berada di dekat dengan beberapa SMP di Mataram, yaitu SMP N 1, SMP N 2, SMP N 6 dan SMP N 15. Sedangkan hanya terdapat 1 SMA yang berdekatan dengan lokasi BIFI (SMA 5). Meskipun pada perkembangannya bukan hanya SMP dan SMA tersebut di atas yang menjadi siswa BIFI.

SD Kelas VI SMP Kelas III SMA Kelas III SD Kelas VI SMP Kelas III SMA Kelas III 2003 - 18 - - 56 - 2004 22 55 13 36 83 22 2005 28 71 18 40 94 26 2006 47 120 30 65 152 42 2007 75 187 47 81 185 53 Tahun Semester I Semester II

Sumber: Data primer diolah

Tabel 3.3. Jumlah siswa BIFI tahun 2003 – 2007 berdasarkan siswa kelas akhir SD, SMP dan SMA

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kelas-kelas akhir (Kelas VI SD, Kelas III SMP dan Kelas III SMA), lebih dominan dibandingkan dengan kelas yang lain (Kelas I – V SD, Kelas I dan II SMP, dan Kelas I dan II SMA). Hal ini

(43)

mengingat kelas-kelas akhir tersebut harus mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian akhir sekolah.

Jadi dari data-data di atas, perkembangan permintaan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan anak-anaknya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini bukan saja tingkat kompetisi antar siswa itu sendiri, tapi orang tua juga menginginkan agar anak-anak mereka mampu meraih hasil yang terbaik dalam pelajaran mereka. Dan dengan peningkatan yang cukup signifikan, mengingat BIFI adalah lembaga pendidikan lokal yang baru berdiri tahun 2003, tapi terlihat bahwa BIFI mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain yang sudah bertaraf nasional.

1.1.2.Prospek Permintaan di Masa Mendatang

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa BIFI adalah lembaga lokal yang mampu bersaing di tengah banyaknya persaingan lembaga pendidikan. Hal ini menunjukkan kualitas BIFI sebagai lembaga pendidikan lokal yang sudah diakui oleh masyarakat itu sendiri. Dari perkembangan permintaan yang sudah ada, dan dengan pengalaman siswa-siswi BIFI yang sempat pindah ke lembaga pendidikan yang lain. BIFI bisa melihat bahwa prospek permintaan BIFI ke depan tidak akan terlalu jauh dari permintaan di tahun-tahun sebelumnya, bahkan dengan ditambahkannya beberapa kelas, kemungkinan naiknya permintaan tersebut justru lebih besar.

(44)

Tahun Semester I Semester II 2003 4 10 2004 16 20 2005 18 22 2006 29 34 2007 40 40

Sumber: Data primer diolah

Tabel 3.4. Jumlah ruangan yang digunakan dari tahun 2003 – 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah ruangan yang digunakan dibandingkan jumlah siswa yang ada tidak memiliki perbandingan yang proporsional. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa memilih hari yang berlainan meskipun mereka berada pada tingkat yang sama dengan siswa yang lain. Untuk siswa SD, karena terdapat 6 kelas, maka untuk masing-masing kelas belum tentu jumlahnya 15 siswa. Sehingga pemisahan antara kelas-kelas dengan tingkat berbeda menjadi suatu keharusan. Meskipun ada juga kelas-kelas yang tetap dijadikan dalam satu ruangan meskipun tingkat mereka berbeda, hal ini disebabkan kurikulum dari pemerintah yang tidak terlalu jauh dalam penyampaian materi untuk tingkat yang berbeda.

Dengan adanya penambahan kelas baru, dan semakin banyaknya prospek permintaan ke depan, maka diharapkan bahwa kelas yang terisi juga akan semakin penuh, sehingga dapat mengurangi biaya operasional. Dari data jumlah siswa di atas, diperoleh:

Coefficients

Intercept 13,8

(45)

Tabel 3.5. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa Semester I

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 13,8 + 105,9 x

Coefficients

Intercept 94,4

Tahun (x) 89,7

Tabel 3.6. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa Semester II

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 94,4 + 89,7 x

Sehingga, diperkirakan jumlah siswa yang diharapkan mengikuti bimbingan di BIFI adalah sebagai berikut:

Tahun Semester I Semester II

2009 649 632 2010 755 722 2011 861 812 2012 966 901 2013 1.072 991

Tabel 3.7. Tabel perkiraan jumlah siswa BIFI lima tahun ke depan

1. Penawaran

1. Perkembangan Penawaran Selama ini

Dalam perjalanannya, BIFI selalu menawarkan agar setiap kelas dapat diisi oleh maksimal 15 siswa. Jika suatu kelas dengan tingkat yang sama belum mencapai batas maksimal, maka siswa baru yang masuk akan tetap berada dalam satu kelas dengan siswa yang lain, sampai siswa tersebut mencapai 15 siswa. Sebelum adanya pengembangan, jumlah ruang kelas yang dapat dipakai di BIFI berjumlah 8 ruang, berarti secara total

(46)

dapat menampung 120 siswa setiap waktunya. Dan dengan pemilihan 4 waktu yang berbeda, berarti dalam satu hari BIFI mampu menampung 480 siswa. Dengan pemilihan dua hari yang berbeda berarti secara kapasitas penuh, BIFI mampu menampung 960 siswa. Namun pada praktiknya, siswa-siswa lama BIFI selalu menginginkan kelas yang berbeda dengan kelas yang seharusnya masih bisa diisi sampai mencapai batas maksimal. Hal ini disebabkan karena hal-hal seperti: a. Terlalu banyak siswa laki-laki atau siswi perempuan

dalam kelas tersebut, sehingga siswa tersebut tidak ingin berada satu kelas dengan mereka.

b. Mereka mendaftar secara rombongan, sehingga mereka tidak mau dipisahkan dengan teman-temannya.

c. Adanya program lain yang berbenturan dengan jadwal di BIFI, seperti misalnya les renang, atau pengayaan di sekolah.

d. Pemilihan waktu belajar (di BIFI tersedia empat waktu belajar yaitu pagi, siang, sore dan malam), di mana meskipun di kelas siang masih ada yang kosong, tetapi beberapa siswa yang tidak mau masuk siang justru memilih kelas malam.

e. Terkadang terdapat siswa baru yang hanya terdapat satu orang saja karena tidak adanya teman lain yang satu tingkat yang bertepatan waktunya dengan siswa tersebut, seperti siswa yang memilih kelas pagi, sedangkan siswa tersebut hanya satu-satunya siswa yang mengikuti bimbingan.

(47)

Karena beberapa alasan di atas, pada penawaran sebelumnya masih terdapat beberapa kelas yang tidak maksimal jumlah siswanya, bahkan bisa dikatakan jumlah siswa tersebut tidak menutupi biaya operasional untuk menjalankan satu kelas tersebut. Meskipun begitu, karena salah satu alasan pendirian BIFI adalah bukan business oriented, maka pihak pengelola masih tetap menerima siswa-siswa tersebut. Selain itu beberapa waktu juga memang tidak digunakan secara maksimal, seperti waktu pagi hari. Biasanya, hanya beberapa sekolah saja yang masih memiliki kelas sore. Sehingga diperkirakan bahwa waktu pagi hanya akan menampung beberapa kelas saja. Pada perjalanannya, waktu sore adalah waktu dimana setiap kelas selalu terisi (meskipun tidak semuanya mencapai batas maksimal 15 siswa).

1. Prospek Penawaran di Masa Mendatang

Dengan jumlah permintaan yang diharapkan terus bertambah, diharapkan untuk masa mendatang, penawaran untuk membagi kelas-kelas di BIFI akan semakin beragam. Dan meskipun terdapat beberapa masalah seperti yang disebutkan di atas, biaya operasional tiap kelasnya diharapkan masih tetap bisa ditutup. Dengan begitu, untuk penawaran ke depan, bukan saja semakin bertambahnya permintaan yang akan mempengaruhi, tapi juga semakin bertambahnya ruang kelas yang ada di BIFI. Dengan pengembangan BIFI ke depan, ruang kelas BIFI mencapai 12 ruang kelas, dengan tambahan 1 ruang laboratorium dan 1 ruang kelas multimedia.

(48)

Dari data jumlah ruangan yang dipakai, dapat diperoleh:

Coefficients

Intercept 4,4

Tahun 8,5

Tabel 3.8. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah ruang kelas untuk Semester I

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 4,4 + 8,5 x

Coefficients

Intercept 10,4

Tahun (x) 7,4

Tabel 3.9. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah ruang kelas untuk Semester II

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 10,4 + 7,4 x

Sehingga, diperkirakan jumlah ruangan yang diharapkan dapat terpakai adalah:

Tahun Semester I Semester II

2009 55 54 2010 63 62 2011 72 69 2012 80 77 2013 89 84

Tabel 3.10. Tabel perkiraan jumlah ruang kelas yang diharapkan dipakai selama lima tahun ke depan

Meskipun begitu, jumlah ruang kelas yang dipakai diharapkan kurang dari apa yang terdapat dalam tabel di atas. Dengan begitu biaya operasional tiap kelas bisa diminimalisir, mengingat jumlah kelas yang lebih sedikit

(49)

berarti jumlah siswa dalam setiap kelasnya dapat dimaksimalkan (15 siswa). Hal ini berarti bahwa jumlah kelas yang ada juga semakin bertambah. Selain dari perkiraan secara regresi, jumlah kelas secara riil juga ditambah bangunannya, sehingga kemampuan BIFI untuk menampung siswa menjadi lebih banyak. Dengan pengembangan BIFI, di masa mendatang BIFI akan dapat menampung maksimal 1.680 siswa.

1. Analisis permintaan dan Penawaran

Dari data pada lampiran 2 tabel 8.3. dapat diperoleh:

Coefficients

Intercept 3139339,333 Tahun (x) 273128,6

Tabel 3.11. Tabel koefisien REGRESI LINEAR pendapatan per kapita

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 3.139.339,33 + 273.128,6 x

Sehingga diperkirakan pendapatan per kapita masyarakat Mataram lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:

Tahun Pendapatan per kapita 2009 5.324.368 2010 5.597.496 2011 5.870.625 2012 6.143.753 2013 6.416.882

Tabel 3.12. Perkiraan pendapatan per kapita Kota Mataram lima tahun ke depan

(50)

Coefficients

Intercept 43200,32248

-408,4978175

Tabel 3.13. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SD

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 43.200,322 – 408,498 x

Coefficients

Intercept 15983,55735

Tahun (x) 113,6834096

Tabel 3.14. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMP

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 15.983,557 + 113,683 x

Coefficients

Intercept 7503,05122

Tahun (x) 521,5502662

Tabel 3.15. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMA

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 7.503,051 + 521,550 x

Coefficients

Intercept 4401,648883

Tahun (x) 353,6113773

Tabel 3.16. Tabel koefisien REGRESI LINEAR jumlah siswa SMK

Dari data di atas diperoleh persamaan regresinya: y = 4.401,649 + 353,611 x

Sehingga diperkirakan jumlah siswa dalam lima tahun ke depan adalah:

(51)

Tahun SD SLTP SMU SMK 2009 41.157 16.779 11.153 6.876 2010 40.749 16.893 11.675 7.230 2011 40.340 17.006 12.197 7.584 2012 39.932 17.120 12.718 7.937 2013 39.523 17.234 13.240 8.291

Tabel 3.17. Tabel perkiraan jumlah siswa sekolah di Kota Mataram lima tahun ke depan

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya permintaan siswa yang ingin mengikuti bimbingan di BIFI, maka penawaran yang dilakukan juga ditambah, yaitu dengan menambah jumlah ruang kelas. Adapun semakin banyaknya permintaan yang ada, diharapkan akan mampu ditampung pada setiap kelas yang ditawarkan dengan jumlah yang maksimal, sehingga dapat menekan biaya operasional. Hal ini selain untuk meningkatkan keuntungan lembaga, juga untuk tetap menekan biaya bimbingan selama satu semester. Sehingga keuntungan bukan saja milik lembaga, tetapi juga masyarakat yang menginginkan anaknya untuk mengikuti bimbingan di BIFI.

Dari jumlah siswa di Kota Mataram, dengan tingkat pendapatan per kapita penduduk Kota Mataram seperti yang diperlihatkan dalam perhitungan di atas, maka BIFI masih tetap akan bertahan selama lima tahun ke depan. Bahkan meskipun adanya persaingan yang datang dari lembaga-lembaga pendidikan yang lain, BIFI masih memiliki peluang pasar yang mungkin untuk ditingkatkan. Hal ini mengingat beberapa kali siswa BIFI yang mencoba lembaga pendidikan yang lain, beberapa hanya bertahan selama satu semester, setelah itu pada semester berikutnya mereka kembali lagi

(52)

untuk mengikuti bimbingan di BIFI. Hal tersebut menunjukkan bahwa BIFI mempunyai hal yang berbeda dari lembaga pendidikan yang lain yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan yang lain, sehingga siswa BIFI tetap setia dengan BIFI.

2. Program Pemasaran

1. Rencana Penjualan dan Pelayanan

Adapun rencana di masa mendatang untuk biaya pendaftaran akan mengalami kenaikan sebanyak Rp5.000 setiap 4 tahun sekali (siswa baru Rp25.000 sedangkan siswa lama Rp10.000), sedangkan biaya bimbingan selama semester akan mengalami kenaikan setiap 2 tahun sekali sebanyak 6% dari biaya semula, dengan pembulatan ke Rp25.000 terdekat. Di samping biaya pendaftaran dan biaya bimbingan selama satu semester, untuk kelas-kelas akhir (kelas VI SD, kelas III SMP dan kelas III SMA) dikenai biaya tambahan, yaitu untuk biaya Try Out dan buku Ujian Nasional (penambahan biaya tambahan ini bervariasi, tergantung dari harga buku Ujian Nasional, mulai dari Rp30.000 untuk SD sampai Rp60.000 untuk SMA).

Sedangkan untuk toko, harga yang ditawarkan juga tidak akan mengambil keuntungan yang berlebih, terutama untuk buku-buku pelajaran. Hal ini disebabkan keinginan lembaga BIFI untuk ikut serta dalam menjalankan program pemerintah dalam mencerdaskan bangsa, salah satunya adalah dengan gemar membaca. Oleh karena itu, jika harga buku yang ada lebih terjangkau bagi masyarakat, tentunya

(53)

masyarakat tidak segan-segan untuk membeli buku tersebut. Apalagi, untuk buku-buku pelajaran bisa dikatakan tidak ada ongkos pengiriman atau ongkos angkut, karena biasanya ada sales yang akan menjual produk mereka dengan mendatangi langsung ke BIFI, ada juga penerbit yang letaknya berada di depan BIFI, dan alternatif terakhir adalah dengan mencetak buku elektronik yang disebarkan gratis oleh pemerintah dengan mengunduh dari internet, dan harga yang diperhitungkan adalah harga untuk mengganti ongkos cetak. Sedangkan untuk makanan dan minuman, BIFI hanya akan mengambil keuntungan yang minimal, mengingat tujuan BIFI adalah agar anak-anak mau mengkonsumsi makanan sehat, dan bukan hanya makanan ringan yang banyak mengandung bahan-bahan yang dapat menghambat kerja otak.

Sedangkan kualitas pelayanan juga harus semakin ditingkatkan. Untuk itu, bagian administrasi harus selalu siap dalam mengelola ruang kelas sebelum kelas dimulai, seperti menyalakan lampu, menyalakan AC, penyediaan alat tulis yang dibutuhkan oleh tutor, penyediaan absensi, ketepatan waktu dan sebagainya. Hal ini selain untuk kenyamanan siswa juga untuk menunjukkan profesionalitas BIFI sebagai lembaga pendidikan baru yang berbeda. Selain pelayanan di dalam BIFI sendiri, di luar BIFI pelayanan juga ditambah, salah satunya adalah rencana BIFI untuk membuat situs yang dapat membantu siswa maupun orang tua dalam pemahaman materi pelajaran lebih lanjut. Tidak lupa pelayanan kepada tutor, selain

(54)

dengan menambah upah para tutor tiap sesi pertemuan, dalam setiap selesai pertemuan BIFI menyediakan snack dan minum untuk tutor. Hal ini diharapkan agar tutor semakin bersemangat dalam mengajar. BIFI juga mengharapkan ketepatan waktu tutor untuk masuk, sehingga BIFI memberikan beberapa peraturan seperti tidak boleh ijin lebih dari 5 kali dalam sebulan.

2. Strategi Pemasaran

Dari analisis SWOT yang terdapat dalam lampiran 1 tabel 8.1, diperoleh hasil dari Strengths – Weaknesses adalah 0,35, hal ini menunjukkan bahwa bobot kekuatan BIFI lebih besar dibandingkan dengan kelemahan yang dimiliki. Sedangkan hasil dari Opportunities – Threats adalah -0,2, hal ini menunjukkan bahwa ancaman untuk BIFI bobotnya relatif lebih besar dibandingkan dengan kesempatan yang bisa diperoleh. Dari data tersebut dapat digambarkan Diagram Kartesius dari SWOT, sehingga dari diagram tersebut dapat diketahui strategi apa yang paling optimal untuk dijalankan. Diagram kartesius dari analisis SWOT tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Diagram Kartesius SWOT

Dari diagram di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi yang sebaiknya digunakan secara optimal adalah Strategi S-T. Meskipun begitu, bukan berarti strategi-strategi yang lain dikesampingkan. Untuk mengetahui strategi yang lain bisa dilihat di lampiran 2

(55)

tabel 8.2., sedangkan untuk Strategi S-T, di antaranya adalah:

a. Memberikan informasi kepada orang tua siswa yang mendaftar bahwa harga yang lebih murah disebabkan oleh tujuan BIFI yang bukan sekedar business oriented, tapi karena kepedulian BIFI terhadap pendidikan di Indonesia.

b. Memberikan informasi kepada orang tua siswa bahwa BIFI selalu menekankan pada pemahaman siswa terhadap konsep dasar, dan tidak hanya sekedar mengejar perolehan nilai yang baik.

c. Mengajak siswa atau orang tua siswa untuk turut serta membawa teman-temannya atau kenalannya agar ikut serta mengikuti bimbingan di BIFI, dengan begitu mereka mendapatkan keuntungan dengan diskon yang diberikan BIFI, dan BIFI juga mampu menekan biaya operasional.

d. Melakukan kegiatan promosi yang lebih intensif, di antaranya dengan menyebarkan brosur-brosur ke sekolah-sekolah terdekat, selain masih tetap menggunakan konsep dari mulut ke mulut. e. Lebih menekankan fasilitas-fasilitas lain yang berbeda dengan

lembaga pendidikan lain, seperti adanya laboratorium dan kelas multimedia.

f. Jumlah siswa dalam tiap kelas ditekan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak (sehingga mengganggu kenyamanan siswa), dan tidak juga terlalu sedikit (sehingga dapat menutupi biaya operasional), dimana masing-masing kelas hanya diperbolehkan maksimal 15 siswa.

g. Memberikan materi tambahan kepada siswa-siswi yang masih kurang memahami konsep dasar, tanpa memungut tambahan biaya.

h. Memberikan konsultasi gratis kepada siswa-siswi maupun orang tua untuk perbaikan siswa-siswi di masa mendatang, baik itu untuk siswa-siswi yang mengalami masalah dalam hal materi pelajaran, maupun di luar materi pelajaran (masalah pribadi).

(56)

i. Melakukan kegiatan-kegiatan di luar jam bimbingan, untuk mempelajari materi pelajaran dengan lebih santai.

(57)

BAB IV

ASPEK TEKNIS DAN OPERASI

1. Rencana Pendirian/Pengembangan

1. Evaluasi Lokasi

Lokasi BIFI berada di lokasi yang strategis, karena terletak di antara sekolah-sekolah favorit di Kota Mataram (lampiran 6 gambar 8.4.) Dan karena sebagian besar pangsa pasar potensial BIFI adalah siswa-siswi SMP, maka lokasi BIFI merupakan lokasi terbaik.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Lembaga Pendidikan BIFI adalah sebagai berikut:

1. Ruang kelas ber-AC, dengan tempat duduk untuk maksimal 15 siswa.

2. Ruang multimedia yang bisa digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran secara lebih interaktif. 3. Ruang laboratorium, yang bisa digunakan untuk

melakukan kegiatan praktikum. 4. Perpustakaan.

5. Tempat parkir yang cukup luas.

6. Ruang tunggu yang luas dan nyaman.

7. Toserba yang menyediakan bukan saja ATK, tapi juga makanan dan minuman yang sehat bagi siswa-siswi yang sedang menunggu jemputan.

8. Konsultasi mengenai masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh siswa, baik yang berhubungan dengan pelajaran, maupun di luar dari materi pelajaran.

(58)

1. Tenaga Ahli dan Tenaga Kerja Biasa

Seiring dengan pengembangan BIFI, maka dibutuhkan beberapa tenaga ahli yang bukan saja sekedar untuk mengajar, tapi juga kebutuhan yang lain. Adapun tenaga ahli dan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan BIFI adalah sebagai berikut:

1. Manajer, baik manajer umum, manajer keuangan maupun manajer operasional.

2. Psikolog.

3. Tenaga Administrasi. 4. Kasir.

5. Tutor.

1. Bahan Bahan Utama

Dalam pengembangan BIFI, diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:

1. Penambahan gedung baru, 13 m x 11 m. 2. Canopy @ Rp500.000. 3. AC @ Rp5.000.000. 4. Kursi siswa @ Rp200.000. 5. Kursi tutor @ Rp750.000. 6. Kursi biasa @ Rp150.000. 7. Kursi laboratorium @ Rp100.000. 8. Papan tulis @ Rp125.000. 9. Alat-alat laboratorium @ Rp15.000.000. 10.Peralatan multimedia @ Rp15.000.000. 11.Display @ Rp1.500.000.

1. Bangunan dan Tata Letak Bangunan

Bangunan dan tata letak bangunan dapat dilihat pada lampiran 6 gambar 8.1. sampai gambar 8.8. Untuk

(59)

ruang kelas jumlah kursi siswa adalah 15 kursi, ditambah satu buah kursi tutor. Kursi siswa diletakkan dengan bentuk U menghadap ke arah papan tulis, sedangkan kursi tutor berada di tengah-tengah, dengan kemampuan kursi tersebut untuk berputar-putar, sehingga tutor (kalau tutor duduk) tetap dapat mengamati setiap siswanya dari tempat duduk. Selain itu penempatan kursi tutor di tengah agar suasana menjadi lebih santai, sehingga para siswa tidak tegang dengan menganggap bahwa tutor adalah seorang penguasa yang ada di depan yang tidak bisa diganggu. Untuk ruang laboratorium, kursi yang digunakan adalah model bar stool, hal ini untuk memudahkan siswa ketika sedang melakukan penelitian. Sedangkan untuk ruang multimedia, penempatan kursi dilakukan secara konvensional, yaitu kursi diletakkan baris per baris.

2. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Adapun jadwal pelaksanaan dari pengembangan BIFI adalah sebagai berikut:

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

P engecoran R eno vasi G ed ung

P emasangan P erlengk ap an K elas P agar dan K ano pi

P emasangan P erlengk ap an To k o Je nis K e g ia tan W a k tu A g us tus Juli Juni M e i S e pte mbe r

Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan pengembangan BIFI

3. Perkiraan Biaya Teknis dan Operasi

Perkiraan dari biaya teknis dan operasi bisa dilihat di lampiran 3, tabel 8.6.

(60)

1. Rencana Pengoperasian Usaha

1. Proses Operasi Usaha

Usaha bimbingan belajar tetap dilakukan selama proses renovasi gedung, dengan menggunakan ruang yang lama. Sementara ruang yang baru akan dipakai pada semester selanjutnya. Waktu beroperasi lembaga pendidikan BIFI seperti yang sudah dijelaskan di atas, dibagi menjadi 4 waktu, yaitu pagi (tergantung pada kebutuhan siswa didik, biasanya dari pukul 07.30 – 09.00, atau 09.30 – 10.00), siang (14.30 – 16.00), sore (16.30 – 18.00) dan malam (19.30 – 21.00). Sedangkan pilihan hari yang mungkin adalah Senin – Rabu – Jumat dan Selasa – Kamis – Sabtu. Untuk kelas akhir (SD kelas VI, SMP kelas III dan SMA kelas III), ditambah hari Minggu untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Materi tambahan bisa diberikan pada hari Minggu atau malam hari jika ada ruang kosong. Materi ini bersifat umum, dan bisa dihadiri oleh semua tingkat kelas. Setiap pertemuan untuk satu mata pelajaran, yaitu Matematika, IPA (baik Fisika, Biologi maupun Kimia), Akuntansi, Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Untuk Bahasa Inggris dan IPA, atau Bahasa Inggris dan Ekonomi atau Akuntansi, jadwalnya diselang-seling, kecuali untuk SD.

Untuk toko, dibuka setiap terdapat kelas (bisa pagi, siang, sore dan malam). Dari pengalaman sebelumnya, BIFI selalu memperoleh kelas pada siang dan sore hari, maka toko akan selalu dibuka setiap siang dan sore. Sedangkan pada pagi dan malam hari, toko hanya dibuka pada jam-jam tertentu. Pada operasinya, toko

(61)

bisa dibuka langsung oleh pengelola BIFI, atau tempat yang digunakan untuk mendirikan toko bisa disewakan untuk digunakan oleh orang lain. Meskipun begitu, pengelolaan sendiri lebih dianjurkan, mengingat tujuan pendirian toko adalah untuk membantu siswa dan orang tua, bukan sekedar business oriented, sehingga keuntungan yang diharapkan adalah minimal.

2. Kebutuhan Bahan Operasi Usaha

Kebutuhan bahan operasi usaha adalah sebagai berikut:

1. ATK (baik untuk yang dijual maupun keperluan pribadi)

2. Mesin Foto Copy @ Rp9.000.000.

3. Buku-buku pelajaran (baik untuk yang dijual maupun keperluan pribadi) @ Rp30.000 (rata-rata).

4. Makanan, minuman dan pulsa.

1. Kegiatan Perawatan Mesin dan Peralatan

Beberapa peralatan yang membutuhkan perawatan antara lain, mesin foto copy, peralatan multimedia, peralatan laboratorium, ATK, AC dan komputer serta printer di bagian administrasi. Untuk perawatan mesin foto copy dan AC, BIFI dapat menyewa jasa usaha perawatan AC dan mesin foto copy. Perawatan peralatan laboratorium bisa dilakukan oleh laboran, yang memang menjadi salah satu tugasnya. Untuk ATK, komputer dan printer, bagian administrasi juga yang menjaga serta merawat alat-alat tersebut, begitu juga dengan peralatan multimedia.

(62)
(63)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

1. 2. 3.

1. Kebutuhan Dana Investasi

1. Investasi Harta Tetap

Dari data pada lampiran 3, tabel 8.6., dapat dilihat bahwa kebutuhan dana investasi harta tetap adalah Rp425.750.000, harta tetap tersebut adalah total biaya teknis dan operasi selain ATK dan makanan, minuman dan pulsa serta sebagian peralatan laboratorium.

2. Biaya Pra Operasi

Dari data pada lampiran 3, tabel 8.6, biaya pra operasi dapat dilihat pada ATK dan makanan, minuman dan pulsa serta ditambah dengan sebagian dari peralatan laboratorium (berupa peralatan yang usable atau bisa habis, seperti cairan kimia dan sebagainya), yaitu sejumlah Rp16.250.000.

3. Modal Kerja

Dengan memperkirakan bahwa jumlah ruang kelas yang akan terpakai total adalah 45 ruang, maka dapat diperkirakan modal kerja yang dibutuhkan adalah seperti yang terlampir pada lampiran 4, tabel 8.7., dimana perhitungan tersebut adalah modal kerja yang perlu dipersiapkan selama 1 bulan operasi.

(64)

2. Rencana Pembelajaan dan Sumber Dana

1. Modal Sendiri

Pemilik menanamkan uangnya sebesar Rp300.000.000 sebagai modal awal.

2. Modal Asing/Pinjaman

Bank memberikan pinjaman sebesar Rp150.000.000 dengan jangka waktu pengembalian selama 2 tahun, dengan bunga 9,77%, sesuai dengan BI Rate seperti terlampir pada lampiran 5 tabel 8.13. dan perhitungan pembayaran bunga dengan sistem anuitas.

3. Proyeksi Keuangan

1. Proyeksi Pendapatan

Proyeksi pendapatan dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 8.8.

2. Proyeksi Biaya

Perkiraan biaya yang mungkin timbul dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 8.9.

3. Proyeksi Neraca dan Laba Rugi

Perkiraan Neraca dan Laba Rugi dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 8.10., tabel 8.11. dan tabel 8.12.

4. Proyeksi Arus Kas

Perkiraan Arus Kas dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 8.14.

5. Proyeksi Kemampuan Pelunasan

Pinjaman/Hutang

Perkiraan kemampuan pelunasan pinjaman/hutang dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 8.15.

(65)

6. Perhitungan Kelayakan Usaha

Analisis Payback Period:

Tahun Laba Bersih Penyusutan Laba Tunai Akumulasi Payback Period 0 Rp (450.000.000) 0 Rp (450.000.000) Rp (450.000.000) 1 Rp (49.916) Rp 60.840.000 Rp 60.790.084 Rp (389.209.916) 1 2 Rp 67.550.084 Rp 60.840.000 Rp 128.390.084 Rp (260.819.832) 1 3 Rp 184.150.000 Rp 60.840.000 Rp 244.990.000 Rp (15.829.832) 1 4 Rp 253.575.000 Rp 60.840.000 Rp 314.415.000 Rp 298.585.168 0,95 5 Rp 335.540.000 Rp 60.840.000 Rp 396.380.000 Rp 694.965.168 Jumlah Rp 840.765.168 Rp 304.200.000 Rp 1.144.965.168 3,95

Tabel 5.1. Tabel perhitungan Payback Period

Dari data di atas diperoleh kesimpulan bahwa Payback Period yang diperoleh dengan investasi untuk pengembangan BIFI adalah 3,95. Berarti bahwa modal yang ditanamkan dapat kembali dalam waktu 3,95 tahun ≈ 3 tahun 11 bulan.

Analisis NPV:

5 tahun

9,09% per tahun Tahun Perkiraan Arus

Kas Proyek Faktor Diskonto Nilai Sekarang

0 Rp (450.000.000) 1 Rp (450.000.000) 1 Rp 60.790.084 0,916674306 Rp 55.724.708 2 Rp 128.390.084 0,840291783 Rp 107.885.132 3 Rp 244.990.000 0,770273886 Rp 188.709.399 4 Rp 314.415.000 0,70609028 Rp 222.005.375 5 Rp 396.380.000 0,647254817 Rp 256.558.864 380.883.480 Rp Analisa NPV Umur Proyek: Tingkat Bunga:

Laba Proyek pada Nilai Sekarang

Tabel 5.2. Tabel perhitungan NPV dengan tingkat bunga 9,09%

Tingkat bunga 9,09% diperoleh dari cost of capital dengan tingkat bunga simpanan 8,75% dan tingkat bunga pinjaman 9,77%, seperti pada lampiran 4 tabel

(66)

8.13., dan tabel 8.16., dengan perhitungan sebagai berikut: Cost of Capital = ke x MS + kd x MA MS + MA

(

MS + MA

(

)

)

= 8,75% x Rp300.000.000 + 9,77% x Rp150.000.000 Rp450.000.000 Rp450.000.000

(

) (

)

= 5,83% + 3,26%= 9,09%

Dari data di atas dapat diperoleh bahwa nilai NPV adalah positif.

(67)

Analisis IRR:

5 tahun 30% per tahun Tahun Perkiraan Arus

Kas Proyek

Faktor

Diskonto Nilai Sekarang

0 Rp (450.000.000) 1 Rp (450.000.000) 1 Rp 60.790.084 0,769230769 Rp 46.761.603 2 Rp 128.390.084 0,591715976 Rp 75.970.464 3 Rp 244.990.000 0,455166136 Rp 111.511.152 4 Rp 314.415.000 0,350127797 Rp 110.085.431 5 Rp 396.380.000 0,269329074 Rp 106.756.658 1.085.308 Rp

Laba Proyek pada Nilai Sekarang Analisa NPV Umur Proyek:

Tingkat Bunga:

Tabel 5.3. Tabel perhitungan NPV dengan tingkat bunga 30%

5 tahun 31% per tahun Tahun Perkiraan Arus

Kas Proyek

Faktor

Diskonto Nilai Sekarang

0 Rp (450.000.000) 1 Rp (450.000.000) 1 Rp 60.790.084 0,763358779 Rp 46.404.644 2 Rp 128.390.084 0,582716625 Rp 74.815.036 3 Rp 244.990.000 0,444821851 Rp 108.976.905 4 Rp 314.415.000 0,339558665 Rp 106.762.338 5 Rp 396.380.000 0,259205088 Rp 102.743.713 (10.297.364) Rp

Laba Proyek pada Nilai Sekarang Analisa NPV Umur Proyek:

Tingkat Bunga:

(68)

A B C DE

Dari data di atas diperoleh grafik sebagai berikut:

Gambar 5.1. Grafik IRR

Jika antara tingkat bunga 9% dan tingkat bunga 10% diperbesar, akan diperoleh gambar:

Gambar 5.2. Gambar pencarian IRR

Keterangan:

AB = NPV pada tingkat bunga 30% BC = NPV pada tingkat bunga 31% BD = Sumbu x dimana NPV = 0 D = IRR AB = BD AC CE 1.085.308 = IRR - 30% 11.382.672 1% 0,10% = IRR - 30% IRR = 30% + 0,10% = 30,10%

Jadi, IRR dari pengembangan BIFI adalah 30,10% Analisis BEP:

(69)

BEP = 1 - BV Penjualan BT = = = Rp402.136.094 1 - Rp121.452.500 1 - 0,29 Rp424.400.000 Rp287.054.958 Rp287.054.958

Jadi BEP dari pengembangan BIFI dapat diperoleh pada saat pendapatan mencapai Rp402.136.094.

Gambar

Tabel 2.1. Tingkat Jabatan, Fungsi Jabatan dan Prasyarat  Jabatan
Tabel 2.2. Daftar gaji dan upah
Tabel 3.3. Jumlah siswa BIFI tahun 2003 – 2007 berdasarkan  siswa kelas akhir SD, SMP dan SMA
Tabel 3.17. Tabel perkiraan jumlah siswa sekolah di Kota Mataram  lima tahun ke depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi belajar juga merupakan tingkat keberhasilan siswa atau hasil yang dicapai dalam belajar dengan materi yang diperoleh dari pelajaran sekolah baik berupa angka

Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA kelas II maka peneliti tertarik untuk mengadakan

Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, Bank berkepentingan untuk mengetahuitingkat keamanan kredit yang diberikan dan

Bahwa seluruh siswa memiliki keinginan untuk belajar saat guru menjelaskan materi pelajaran didepan kelas, siswa juga memiliki perasaan senang saat belajar

Selain itu juga untuk dapat mengetahui bagaimana kelayakan usaha dari aspek keuangan, aspek hukum, aspek persaingan, aspek ekonomi dan sosial, aspek operasional,

Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat

Hal ini kami lakukan karena pada zaman sekarang teknologi yang kian canggih dan dapat diakses siapapun,kapanpun dan dimanapun merupakan alternative bagi kami untuk

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan motivasi kepada peserta kegiatan dan mengatasi tingkat kejenuhan para murid Sekolah Dasar di lingkungan