• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Pelarutan Serat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Pelarutan Serat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL I ANALISA SERAT DENGAN UJI PELARUTAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan analisa ini untuk mengetahui dan menentukan secara pasti jenis suatu serat yang dalam uji pelarutan ini dengan membandingkan dan menentukan suatu jenis serat menggunakan beberapa pelarut dengan cara diaduk, didiamkan maupun dipanaskan. II. TEORI DASAR

Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia dari masing masing serat. Uji ini sangat penting terutama untuk serat serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis seratnya. Prisip pengujiannya adalah melarutkan serat pada berbagai pelarut kemudian diamati sifat kelarutannya. Adapun pelarut yang umum digunakan adalah :

- Asam klorida : Asam ini akan melarutkan serat nilon.

- Asam sulfat 70% : Serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat kapas, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.

- Asaton : Larutan ini hanya melarutkan serat rayon asetat. - NaOCl : Serat wol dan sutera akan larut dalam larutan ini. - Metil salisilat : Larutan ini akan melarutkan serat poliester.

- NaOH 45% : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan poliester, wol dan sutera.

- Meta Cresol : Larutan ini akan melarutkan serat rayon asetat dan poliamida / nylon. - DMF : Larutan ini akan melarutkan poliakrilat, poliamida dan rayon asetat.

- Asam Nitrat : Pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wol, poliakrilat dan nilon.

- NaOH 10 % / KOH 10 % dalam keadaan suhu kamar dan mendidih akan melarutkan serat wol dan sutera

III. PERCOBAAN 1. Alat dan bahan :  serat yang dicobakan :

(2)

3. rami 4. sutera 5. wool 6. poliester 7. poliakrilat 8. poliamida / nilon 9. poliester kapas 10. poliester wool 11. poliester rayon

 zat kimia yang digunakan : 1. HCl 1:1 2. H2SO4 60% 3. H2SO4 70% 4. NaOCl 5. NaOH 10% 6. NaOH 45% 7. HNO3 8. Metil Salisilat 9. Aseton 10. Asam Formiat 11. KOH 10 %  alat - alat: 1. tabung reaksi 2. pengaduk 3. rak tabung 4. pembakar bunsen 2. Langkah kerja

1. membersihkan tabung reaksi

2. 5 ml pereaksi yang digunakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan hati hati.

3. beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau banyak) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.

4. serat yang berada di dalam larutan pereaksi diaduk–aduk dan diamati kelarutannya selama 5 menit.

5. jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan dengan hati–hati.

6. setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing–masing serat pada masing– masing pelarutnya.

3. Data Percobaan

(3)

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pecobaan tersebut dengan melihat acuan hasil dan perbandingan referensi adalah :

5. suatu serat dalam bereaksi dengan suatu larutan akan membutuhkan waktu tertentu untuk larut. Melihat hal tesebut dapat dijadikan tambahan sebagai suatu acuan untuk dapat mengklasifikasikan jenis serat-serat tersebut,

6. proses pemanasan setelah pengadukan akan lebih menghasilkan reaksi yang sempurna karena dengan adanya pemanasan maka meningkatkan energi kinetis lalu menyebabkan serat akan lebih sensitif untuk larut sebagian atau larut sempurna, dan 7. suatu larutan yang mempunyai konsentrasi lebih besar akan lebih reaktif

dalam mempengaruhi kelarutan serat.

Analisis dengan metode pelarutan disimpulkan cukup efektif walaupun didapat beberapa hasil yang tidak sesuai dengan referensi karena dalam pengerjaannya dibutuhkan beberapa kali percobaan agar didapat hasil yang tepat.

(4)

VIII.DISKUSI

Melalui data yang diperoleh dan dikomparasikan dengan referensi yang ada maka dalam percobaan “Analisa Serat dengan Cara Uji Pelarutan” ini terdapat beberapa data yang melenceng dari referensi, sehingga faktor-faktor yang bisa menjadi penyebabnya dapat didiskusikan.

Sebagai contoh adalah serat sutera yang dilarutkan dalam HNO3 pekat, pada data didapatkan

tidak dapat larut ( TL ), sedangkan pada referensi dinyatakan bahwa serat sutera akan mengalami pelarutan sempurna (L) dalam HNO3. Dapat didiskusikan bahwa kemungkinan

pelarut yang digunakan tidak pekat karena tidak melarutkan serat sutera. Contoh kedua adalah poliester dengan menggunakan pelarut metil salisilat dan dipanaskan dengan bunsen akan melarutkan serat polister. Dalam data didapat bahwa serat tersebut tidak dapat larut ( TL ), sedangkan dalam referensi diperoleh melalui pemanasan serat ini akan dapat larut sempurna juga bahwa dengan pemanasan maka reaksi akan berjalan lebih cepat dan menghasilkan reaksi yang maksimal.

Dari beberapa contoh ketidaksesuaian data yang praktikan peroleh maka dapat diberikan sedikit penjelasan, bahwa kesalahan tersebut dapat disebabkan antara lain oleh:

1. terdapatnya beberapa serat yang rusak (dengan ditandai berubahnya warna larutan ) akibat terlalu pekatnya larutan atau keadaan awal serat yang memang telah rusak, 2. gumpalan serat yang terlalu besar sehingga untuk serat yang seharusnya larut

menjadi lama untuk larut akibatnya praktikan terlalu cepat menyimpulkan, dan 3. lamanya pengadukan dan pemanasan sehingga dapat terjadi serat larut bukan

karena proses reaksi dengan larutan tersebut akan tetapi menjadi larut sebagian dikarenakan proses mekanik dalam pengadukan tersebut.

Analisa serat menggunakan metode pelarutan praktikan nilai dapat menentukan jenis serat secara pasti tetapi dalam pengerjaannya memerlukan pengulangan agar diperoleh hasil yang akurat, juga memerlukan jaminan kehigienisan dari alat – alat dan bahannya.

(5)

Untuk serat kapas

Dengan H2SO4 60 % kapas larut sebagian

Dengan H2SO4 70 % kapas larut semua

Dengan aseton kapas tidak larut Dengan HCL kapas tidak larut

Dengan asam formiat kapas tidak larut Dengan Na OH 10% kapas tidak larut Dengan HNO3 pekat kapas tidak larut

Dengan Na OH 45 % kapas tidak larut Dengan Methil Salisilat kapas tidak larut Dengan Cresol kapas tidak larut

Untuk serat Rami Dengan H2SO4 60 % rami larut

Dengan H2SO4 70 % rami larut

Dengan aseton rami tidak larut Dengan HCL rami larut sebagian

Dengan asam format mendidih rami tidak larut Dengan Na OH 10% rami tidak larut

Dengan HNO3 pekat rami tidak larut

Dengan Na OH 45 % mendidih rami tidak larut Dengan Methil Salisilat rami tidak larut

Dengan Cresol rami tidak larut

Untuk serat Wol

Dengan H2SO4 60 % wol tidak larut

Dengan H2SO4 70 % wol tidak larut

Dengan aseton wol tidak larut Dengan HCL wol tidak larut

Dengan asam format wol tidak larut Dengan NaOH 10% wol tidak larut Dengan HNO3 pekat wol larut

(6)

Dengan Methil Salisilat wol tidak larut Dengan Cresol wol tidak larut

Untuk serat Sutera Dengan H2SO4 60 % sutera larut

Dengan H2SO4 70 % sutera larut

Dengan aseton sutera tidak larut Dengan HCL sutera tidak larut

Dengan asam format sutera tidak larut Dengan NaOH 10% sutera larut Dengan HNO3 pekat sutera larut

Dengan Na OH 45 % sutera larut

Dengan Methil Salisilat sutera tidak larut Dengan Cresol sutera tidak larut

Untuk Rayon Viskosa

Dengan H2SO4 60 % rayon viskosa larut

Dengan H2SO4 70 % rayon viskosa larut

Dengan aseton sutera tidak larut Dengan HCL rayon viskosa tidak larut

Dengan asam format mendidih rayon viskosa tidak larut Dengan NaOH 10% rayon viskosa tidak larut

Dengan HNO3 pekat (panas) rayon viskosa larut

Dengan HNO3 pekat (dingin) rayon viskosa tidak larut

Dengan Na OH 45 % mendidih rayon viskosa tidak larut Dengan Methil Salisilat mendidih rayon viskosa tidak larut Dengan Cresol mendidih rayon viskosa tidak larut

Untuk Poliester

Dengan H2SO4 60 % serat polister tidak larut

Dengan H2SO4 70 % serat polister tidak larut

Dengan aseton serat polister tidak larut Dengan HCL serat polister tidak larut

(7)

Dengan asam format mendidih serat polister tidak larut Dengan Na OH 10% serat polister tidak larut

Dengan HNO3 pekat (panas) serat polister tidak larut

Dengan HNO3 pekat (dingin) serat polister tidak larut

Dengan Na OH 45 % mendidih serat polister larut

Dengan Methil Salisilat mendidih serat polister tidak larut Dengan Cresol mendidih serat polister tidak larut

Untuk Poliakrilat

Dengan H2SO4 60 % serat poliakrilat tidak larut

Dengan H2SO4 70 % serat poliakrilat tidak larut

Dengan aseton serat poliakrilat tidak larut Dengan HCL serat poliakrilat tidak larut

Dengan asam format mendidih serat poliakrilat tidak larut Dengan Na OH 10% serat poliakrilat tidak larut

Dengan HNO3 pekat serat poliakrilat larut

Dengan Na OH 45 % mendidih serat poliakrilat tidak larut Dengan Methil Salisilat mendidih serat poliakrilat tidak larut Dengan Cresol mendidih serat poliakrilat tidak larut

(8)

1. Moerdoko Wibowo, S.Teks., Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. , Institut Teknologi Tekstil – Bandung, 1975.

(9)

LAPORAN

PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL

UJI PELARUTAN

Disusun oleh :

nama : Rijal Fauzi

NRP : 10. T.40010

grup : TPB 5

dosen : Elina H., S. Teks., M.Si. asisten dosen Sri Lestari

Karlina S., S.ST

waktu praktek : Jumat, 13 &20 Mei 2011

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

Data Penimbangan dan Penetapan Kadar Serat Tak Larut dalam Kerupuk Sawi yang Ditambahkan Sawi Sebanyak 400 gram dengan Metode Analisis NDF.

Serat pangan tak larut adalah serat yang tidak dapat larut, baik di dalam air. maupun di dalam

Dengan tambahan serat polyprophyelene didapat pada tabel 13, setelah data didapat kemudian hasil tersebut akan diplot ke dalam grafik hubungan antara tulangan memanjang

Keterangan: Serat pangan tidak larut air tepung buah pisang mas fermentasi terkendali (BMFT), serat pangan tidak larut air tepung buah agung fermentasi terkendali (BAFT),

dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut ( Soluble Dietary Fiber , SDF) dan komponen yang tidak larut ( Insoluble Dietary Fiber , IDF) (Harland and

Pengujian diawali dengan uji tarik untuk material face yang berbahan dasar serat kelapa/ epoxy diperoleh modulus elastisitas sebesar 0,5388 GPa dan untuk serat rami/ epoxy

Sifat kimia yang dimiliki rami hamper sama dengan kappa dikarenakan rami dan kapas termasuk serat alam, yang mengandung banyak selulosa, walaupun kandungan

Serat kasar serat tidak larut air adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yang dilakukan dengan