• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DAN FORMAL (PAUD Dan TK di Dinas Dkspora Kota Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALTERNATIF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DAN FORMAL (PAUD Dan TK di Dinas Dkspora Kota Surakarta)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERNATIF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DAN FORMAL

(PAUD Dan TK di Dinas Dkspora Kota Surakarta)

Maria Atik Sunarti Ekowati, ST.,M.Kom Dosen Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Kristen Surakarta

Abstrak

Sebuah Fakta dan realitasnya, masyarakat memiliki banyak pengalaman, tekun, ulet, kreatif inovatif dan juga memiliki kemampuan mengelola untuk menjaga keberlangsungakehidupan keluarga dan komunitasnya. Namun dengan adanya campur tangan dari pihak-pihak yang cenderung untuk meraih keuntungan dengan mengatasnamakan masyarakat, dan adanya penerapan program-program yang bersifat project oriented serta mengabaikan unsur pendidikan dalamnya, yaitu pendidikan Formal dan Nonformal maka akan terjadi perubahan perilaku di tingkat masyarakat. Masyarakat tidak lagi menguri-uri (mempertahankan dan mengembangkan) kearifan local yang dimiliki melainkan justru menjadi sangat tergantung dengan pihak lain. Apabila program-program yang hanya berorientasi kepada proyek pada umumnya tidak direncanakan bersama masyarakat dan bahkan mengabaikan peran serta masyarakat didalamnya. Sehingga pada tataran implementasinya banyak proyek-proyek yang tidak tepat sasaran atau dengan kata lain tidaksesuai dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Berbagai jenis program pengembangan masyarakat yang tidak direncanakan bersama masyarakat apapun alasannya adalah identik dengan penindasan dan tidak manusiawi (dehumanisasi). Program-program yang demikian sama sekali tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk menyampaikan pendapat, mengungkapkan permasalahan yang dialami, menganalisis, merencanakan kegiatan yang akan dilakukan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ikhtiar untuk pengembangan program-program yang bertujuan untuk memanusiakan kembali manusia (humanisasi) mutlak harus dilakukan

Kata kunci : pendidikan, nonformal, formal, pembelajaran, pembedayaan

Pendahuluan

Dalam Penulisan makalah singkat ini penulis berusaha mengangkat topik tentang Alternatif Pemberdayaan masyarakatdalam Pendidikan Luar Sekolah dan Sekolah, yang didalamnya berisi upaya untuk meningkatkankemampuan masyarakat agar mampu memecahkan permasalahan yang dialaminya atau yangdikenal dengan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang percaya atas kemampuanpara anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat yangmenyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dimana kondisipemberdayaan akan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan agarsemakin berdaya. Dalam mencapai kondisi tersebut dibutuhkan adanya dari pihak luar dalamhal ini petugas pendidikan nonformal untuk

(2)

membantu melihat potensi atau kemampuan yangdimiliki masyarakat sehingga mereka dapat memberdayakan dirinya dalam lingkungan.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan istilah yang diangkatdari hasil penelitian seorang sarjana pendidikan nonformal Suzanne Kindervatter dalambukunya

Nonformal as An Empowering process, memiliki makna agar orang-orang yangdiberdayakan

itu mempunyai “daya” atau mempunyai kemampuan untuk hidup layak samadengan temannya sesama manusia. Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa berartimemberdayakan setiap warga negara agar mampu berbuat seimbang baik dalam pikiran,perkataan dan perbuatan, antara hak dan kewajiban, menjadi warga negara yang bersikap danberbuat demokratis terhadap sesama manusia menuju masyarakat yang memahami akan hak,kewenangan dan tanggungjawab mereka dalam semua aspek kehidupan berbangsa danbernegara.

Pemberdayaanmasyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial yakni bersifat people-centered, participatory, empowering and sustainable, hal ini dikemukakan oleh Chambers (dalam Kartasasmita, 1996: 142). Sementara pengertian lainyang disampaikan oleh Tjokrowinoto (dalam Kusnadi, 2006: 219) konsep ini lebih luas darihanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic need) akan tetapi juga menyediakanmekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need). Sumodingrat(1996: 185) menyatakan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkanharkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untukmelepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Proses pemberdayaan masyarakat berarti kemampuan seseorang untuk memahami danmengendalikan keadaan sosial, ekonomi dan kemampuan politiknya yang sangat diperlukandalam upaya memperbaiki keduduknnya dimasyarakat, dengan kata lain prosespemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkankesadaran/pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial,ekonomi, dan/atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuanuntuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadimasayarakat yang berdaya..

Sedangkan yang dimaksud Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang hidup dalam suatu masyarakatmadani (civil society), yakni suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan paraanggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat

(3)

yang menyadariakan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dimana kondisi pemberdayaanakan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya(Tila’ar, 1997: 231).

Maka berdasarkan uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan sangatidentik dengan pendidikan dan merupakan hakekat pendidikan itu sendiri, karena apa yangdisebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformaladalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan talentayang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi yang dimilikinya dapatdikembangkan melalui pendidikan/pembelajaran.

Alternatif proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonforma maupun formal, sesungguhnyamerupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala keberadaanyadapat memberdayakan dirinya. Dengan pusat aktivitas harusnya berada di tangan masyarakatitu sendiri dengan bertitik tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat danmanfaatnya untuk masyarakat atau dengan istilah lain pendidikan berbasis pada masyarakat..

Kaitannya dengan hal tersebut diatas, menurut Yunus (2004: 3) ada lima prinsip dasar yang patutdiperhatikan: (1) keperdulian terhadap masalah, kebutuhan dan potensi/sumberdayamasyarakat; (2) kepercayaan timbal balik dari pelayan program dan dari masyarakat pemilikprogram; (3) fasilitasi (pemerintah) dalam membantu kemudahan masyarakat dalam berbagaiproses kegiatan; (4) adanya partisipatif, yaitu upaya melibatkan semua komponen lembagaatau individu terutama warga masyarakat dalam proses kegiatan dan (5) mengayomi perananmasyarakat dan hasil yang dicapai.

Supaya sebuah proses pembelajaran yang dilakukan melalui Pendidikan Luar Sekolah maupun sekolah dapatterjadi proses pemberdayaan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Need oriented, yaitu pendekatan yang berorientasi dan didasarkan pada

kebutuhanwarga masyarakat;

2. Endegenious, yaitu pendekatan yang berorientasi dan mengutamakan

kesesuaiannilai-nilai keaslian lokal, dengan cara menggali dan menggunakan potensi yangdimiliki warga belajar

3. Self reliant, yaitu pendekatan yang membangun rasa percaya diri atau sikap

mandiripada setiap warga masyarakat

4. Ecologically sound, ialah pendekatan yang berorientasi, memperhatikan

(4)

5. Based on structural transformation, yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkanpada perubahan struktur sistem, baik yang menyangkut hubungan sosial, kegiatanekonomi, penyebaran keuangan, sistem manajemen maupun partisipasi masyarakatsetempat.

Sebuah Pendekatan Pemberdayaan masyarakat

Terdapat beberapa pendekatan yang perlu dipergunakan dalam pendidikan non formal dan formal menekankan pada proses pemberdayaan antara lain yang dikemukakan olehKindervatter dalam Kusnadi (2007: 222) terdiri atas:

1) Community organization, yaitu karakteristik yang mengarah pada tujuan untukmengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah keadaan sosialekonomi mereka. Hal yang perlu diperhatikan antara lain (a). Peranan partisipan ikutterlibat dalam kepengurusan atau tugas kelompok; (b) peranan tutor hanya sebagaiperantara, pembimbing dan motivator serta fasilitator; (c) metode dan prosesmengutamakan metode pemecahan masalah, mengorganisasi masyarakat sebagaikekuatan dasar

2) Participatory approaches, yaitu pendekatan yang menekankan pada keterlibatan setiapanggota dalam seluruh kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin, tokohmasyarakat serta tenaga-tenaga ahli setempat

3) Education for justice, yaitu pendekatan yang menekankan pada terciptanya situasiyang memungkinkan warga masyarakat tumbuh dan berkembang analisisnya sertamemiliki motivasi untuk ikut berperan serta. Sedangkan menurut Sudjana (2000), agar pendidikan nonformal dapat memberdayakanmasyarakat maka harus didasarkan pada lima strategi dasar yaitu: 1) pendekatan kemanusiaan(humanistic approach), masyaraka dipandang sebagai subjek pembangunan dan masyarakatdiakui memiliki potensi untuk berkembang sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampumembangun dirinya, 2) pendekatan partisipatif (participatory approach), mengandung artibahwa masyarakat, lembaga-lembaga terkait dan atau komunitas dilibatkan dalampengelolaan dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, 3) pendekatan kolaboratif(collaborative approach), dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat perlu adanyakerjasama dengan pihak lain (terintegrasi) dan terkoordinasi dan sinergi, 4) pendekatanberkelanjutan (continuing approach), yaitu pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secaraberkesinambungan dan untuk itulah pembinaan kader yang berasal dari masyarakat menjadihal yang paling pokok, dan 5) pendekatan budaya (cultural approach), penghargaan budayadan kebisaan, adat istiadat

(5)

yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dalam pemberdayaanmasyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan.

Jadi berdasarkan lima pendekatan diatas, jika dipahami betul oleh para agent pembaharu(social change), termasuk didalamnya tenaga kependidikan pendidikan Nonformal, akanmemberikan kemudahan dalam menganalisis, mengembangkan dan melaksanakan programprogram-program pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah yang sesuai sertadibutuhkan warga masyarakat. Artinya program pendidikan yang dilaksanakan menyentuhdan mengangkat warga belajar/masyarakat menjadi lebih baik dalam kehidupannya yangditandai dengan meningkatnya pendapatan (ekonomi), kesadaran akan lingkungan sosialnyaatau warga belajar/masyarakat yang mengerti dan memahami bagaimana membangun dirinya(memberdayakan dirinya).

Pengertian Pendidikan Nonformal dan Formal

Supaya masyarakat memiliki kemampuan mengembangkan potensinya dalam rangkapemberdayaan masyarakat maka peran pendidikan nonformal sangat strategis. PendidikanLuar sekolah, atau pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dansistematis di luar sistem persekolahan yang mapam, dilakukan secara mandiri ataumerupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untukmelayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya (Coombs, dalamSudjana, 2000: 23).

Maka yang dimaksud Program pendidikan Nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 3Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri daripendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia diri, pendidikan kepemudaaan,pendidikan pemberdayaan perempuan pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan danpelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untukmengembangkan kemampuan peserta didik. Pada program-program pendidikan nonformal dalam pelaksanaannya masihmenghadapi kendala antara lain:

a. Pendidikan anak usia dini belum mendapat perhatian yang proporsional dibandingkandengan pendidikan lainnya, seperti halnya pendidikan dasar;

b. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran oarngtua/masyarakat terhadappentingya PAUD;

c. Belum optimalnya sosialiasi PAUD keseluruh lapisan masyarakat

d. Masih lemahnya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kejar Paket A, Bdan C.

(6)

e. Program Pendidikan kesetaraan masih dipandang sebelah mata, bila dibandingkan dengan pendidikan formal, masih ada instansi yang belum tahu bahwa penghargaanterhadap ijazah Paket A,B dan C sama dengan ijazah pendidikan formal.

f. Lambatnya penanganan pemberantasan buta aksara karena kendala data yang tidakvalid serta usia warga belajar;

g. Adanya warga masyarakat yang sudah melek huruf kembali buta aksara karenakemampuannya tidak pernah dipergunakan;

h. Masih adanya desa tertinggal di bidang pendidikan (masih ada yang buta aksara, putus sekolah, tidak memiliki ketrampilan/keahlian);

i. Masih adanya bias jender disetiap jenjang/jenis pendidikan, pekerjaan dankesempatan serta; j. Tidak tepat sasaran dana (jumlah, penyaluran, pemanfaatan) dan waktu pelaksanaandari

bantuan/block grant yang diberikan pemerintah.

Guna mengatasi persoalan di atas maka dibutuhkan model pengembangan pendidikanluar sekolah yang mencoba mengintegrasikan dari berbagai program yang direncanakan olehpemerintah tidak berjalan sendiri-sendiri, yang berakibat hasilnya tidak optimal,Pengintegrasian dapat dilakukan antara program pemberantasn buta aksara dengan programlife skill, atau semua program yang ditawarkan pemerintah harus diintegrasikan denganprogram kecakapan hidup sebagaimana terlihat dalam bagan berikut sehingga akanmenghasilkan output yang diharapkan yaitu sumberdaya manusia yang berakhal mulia,cerdas, cerdas, trampil dan mandiri dan ini merupakan tantangan bagi petugas pendidikan nonformaltermasuk penilik PLS untuk memikirkan bagaimana sebaiknya.

(7)

Sedangkan pada konsep dasar pendidikan formal diperlukan sebuah pembentukkan watak (Likona).

Peran Penilik PNF dalam Pemberdayaan Masyarakat

Yang dimaksud Penilik PLS adalah salah satu tenaga pendidik dan kependidikan PNF merupakanjabatan fungsional pada tenaga kependidikan pendidikan nonformal, sebagaimana telahditetapkan dalam Keputusan MENPAN Nomor 15/KEP/M.PAN/3/2002 tentang JabatanFungsional Penilik dan Angka Kreditnya maka penilik berubah menjadi jabatan fungsional,mempunyai peran yang sangat strategis dalam memberdayakan masyarakat, karena tugasnyayang langsung berhubungan dengan masyarakat, namun karena cakupan

(8)

wilayah kerjanyayang sangat luas, sementara hanya berkerja sendirian tentunya hasilnya belum optimal,bahkan di masyarakat sering ada ungkapan yang tidak enak didengar bahwa penilik PLStidak memiliki kantor yang tetap sehingga jika ada warga masyarakat yang membutuhkankesulitan mencarinya”

Itulah sebabnya agar penilik PLS dapat menjalankan tugas perlu ada pembagian tugas yangjelas, sebagaimana di amanatkan dalam Keputusan Menpan tersebut yang berdampakpada tugas yang harus dilakukan, lebih-lebih ditegaskan dalam PP nomor 19 tahun 2005,tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 40 ayat 2, tentang standar kompetensi Penilikuntuk menjadi seorang penilik harus memiliki kriteria minimal adalah: 1. berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di lingkunganpendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernahmenjadi pengawas satuan pendidikan formal;2. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuaiketentuan perundang-undangan yang berlaku3. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai penilik;4. lulus seleksi sebagai penilikAtas dasar kriteria tersebut ada akan membawa konsekuensi bagi pemerintah dalam pengangkatan penilik.

Pendidikan Luar sekolah, tidak bisa langsung dari CPNS kemudianditempatkan sebagai Penilik PLS karena tugas yang diembangnya cukup beratAgar para penilik PLS dapat menjalankan tugasnya secara optimal sebagai tenagafungsional dimana kenAdapun kompetensi yang perlu dimiliki tenaga pendidik pendidikan nonformal, agar bisa menganalisis, mengembangkan dan melaksanakan program programpendidikan non formal yang sesuai serta dibutuhkan warga masyarakat/masyarakat, agar selanjutnya bisa memberdayakan dirinya maupun masyarakat seorang tenaga kependidikan pendidikan nonformal (penilik PLS) menurut Mustafa Kamil ( 2007: 16-19) antara lain:

1. Kompeten dalam mengarahkan program kegiatan pembelajaran yang berpusat padawarga belajar

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kreativitas warga belajar dalam programpendidikan nonformal antara lain:

a) Menghadapkan warga belajar dengan berbagai permasalahan yang dialami dalamkehidupan sehari-hari,

b) Mendorong warga belajar untuk selalu meneliti dan selalu ingin tahun apa-apayang dianggap baru oleh mereka;

c) Mendorong dan memberi peluang warga belajar untuk selalu terjadi dialog,diskusi dalam kelompoknya dalam penyusunan suatu program pembelajaran;

(9)

d) Tenaga pendidik bersama-sama warga belajar diupayakan memeriksa kembali apayang telah dikerjakan.

2. Kompeten dalam membangun kesesuaian isi program dengan sifat-sifat individualitaswarga belajar

3. Kompeten dalam memahami faktor keturunan (bakat dll) serta mengadaptasikannyadengan isi program

4. Kompeten dalam mengadaptasi isi program dengan faktor lingkungan 5. Kompeten dalam mengadaptasi isi program dengan potensi warga belajar

6. Kompeten dalam mengembangkan isi program yang sesuai dengan perkembangankehidupan warga belajar

7. Kompeten dalam mengadaptasi makna belajar dengan perkembangan program

Dan berdasarkan beberapa kemampuan yang perlu dimiliki oleh para penilik PLS selainkemampuan individual berupa pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selamamengikuti pendidikan maupun dalam melaksanakan jabatan, yang tidak kalah pentingnyaadalah kemampuan melakukan kerjasama yang sinergis dengan stakeholder pendidikan luarsekolah, seperti tutor, pengelola PKBM, perangkat desa, tokoh-tokoh masyarakat sehinggapermasalahan-permasalahan pendidikan khususnya pendidikan nonformal.

Dan Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

Penutup

Terima kasih atas kesediaanya menerima makalah singkat yang dapat disampaikan sebagai bahan perenungan kitasemua dalam lokakarya ini, dengan harapan akan menimbulkan kesadaran kita untuk dapatmembantu masyarakat yang karena keterbatasannya baik secara ekonomi, kesempatan,geografis maupun lainnya dapat membangun dirinya sendiri sehingga mampu menjadimasyarakat madani, sebagaimana yang dicita-citakan

Daftar Pustaka

1. Ihat Hatimah, dkk. 2007. Pembelajaran Berwa wa san Kemasya rakatan. Jakarta: PenerbitUniversitas Terbuka

2. Kusnadi, dkk (2005). Pendidikan Keaksaraan. Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta:Direktorat Pendidikan Masyarakat.

(10)

3. Mustofa Kamil. (2007). Kompetensi Tenaga Pendidik Pendidikan Nonformal

dalamMembangun Kemandirian Warga Belajar, dalam Jurnal Ilmiah Visi Vol 2,

No2-2007.

4. Peter Jarvis (2004) Adult Education & Lifelong Learning. Theory and Practice 3rd

Edition.London: RoutledgeFalmer

5. Sudjana, D, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Wa wasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah,Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.

6. Tilaar H.A.R. (2000) Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta 7. Yunus, Firdaus (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial-Paulo Freire & YB

Referensi

Dokumen terkait

JAKARTA Kementerian Negara Koperasi dan UKM menyelenggarakan bazar dan pasar rakyat,dengan harga murah di 63 titik pada 23 provinsi Indonesia dengan total sekitar Rp 4 miliar

Kami Unik karena kami tidak hanya melakukan tugas selama kegiatan tetapi kami selalu berusaha untuk memulai setiap program dari budaya yang ada di organisasi, baru kemudian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil kegiatan yang dijalankan PNPM-Mandiri Perkotaan dan dilanjutkan oleh Program KOTAKU (Kota tanpa Kumuh) sampai sekarang adalah

27. jenis teks ini adalah explanation text yang menjelaskan siklus hidup kupu-kupu. Pada paragraph pertama tersurat bahwa kupu-kupu mengalami beberapa tahap sebelum menjadi

Adanya kebebesan dalam mengaktualisasikan diri selama bekerja membuat saya bersemangat dalam bekerj a Adanya komitmen dalam diri saya untuk memberikan yang terbaik dari pekerjaan

seseorang, 2 clothing in relation to self as a process -communication of self to others yakni pakaian mengkomunikasikan informasi tentang nilai-nilai, sikap, suasana hati, dll ,

Akar penyebab kebakaran hutan yang terjadi dalam berbagai kegiatan pemanfaatan lahan, seperti tatanan kelembagaan dan struktur insentif yang dihadapi oleh para pemangku

Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap persentase pertumbuhan kalus tertinggi ditemukan pada perlakuan B1 dan B3 yaitu sekitar 80%, yang berbeda nyata dengan kedua perlakuan