• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOBILISASI DAN TIMBULNYA LUKA TEKAN PADA PASIEN TIRAH BARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOBILISASI DAN TIMBULNYA LUKA TEKAN PADA PASIEN TIRAH BARING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MOBILISASI DAN TIMBULNYA LUKA TEKAN

PADA PASIEN TIRAH BARING

Tita Rosita 1, Riri Maria 2

1. Tita Rosita: Jl. Raya Bogor No. 2 RT 004/006, Kramat Jati Jakarta Timur. No. Hp: +6285217042583, email: tita_roz18@yahoo.co.id

2. Riri Maria: Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Universitas Indonesia, Kampus UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jakarta Barat – 16424. No.Hp: +6283819439071, email:

kbmngga@yahoo.com

Abstrak

Prevalensi luka tekan pada pasien semakin meningkat dari tahun ke tahun. Luka tekan merupakan salah satu komplikasi dari pasien yang mengalami tirah baring lama yang sering terjadi pada pasien yang di rawat di rumah sakit maupun di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mobilisasi terhadap terjadinya luka tekan pada pasien tirah baring di Rumah Sakit di Jakarta. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 29 responden. Hasil menunjukkan ada hubungan mobilisasi (p = 0,001) terhadap timbulnya luka tekan. Saran untuk penelitian selanjutnya agar memperluas instrument penelitian dengan variabel yang lebih bervariasi dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dan untuk rumah sakit membuat kebijakan, agar meningkatkan standar mutu pelayanan keperawatan rumah sakit.

Kata kunci: Luka tekan, mobilisasi, tirah baring.

Abstract

Instruction for Author (Title in English). The prevalence of pressure ulcer in patients increasing from year to year. Pressure ulcer is one of the complications of patients witness bedrest is often the case in patients treated in the hospital and at home. This study aimed to determine the correlation between the occurrence of pressure ulcer mobilization in patients bedrest in the Jakarta hospital. The research design used in this study is a cross sectional analytic. The number of respondents in this study were 29 respondents. The results showed there were a between correlation mobilization (p=0.001) and the incidence of pressure ulcer. Suggestions for further research is to expand the research instrument with more varied variable and samples and for hospitals establish of policies, in order to improve the quality standards of nursing care hospital.

Keywords: Pressure ulcer, mobilization, bedrest.

Pendahuluan

Tirah baring atau bedrest yaitu suatu keadaan dimana pasien berbaring di tempat tidur selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan untuk meminimalkan fungsi semua sistem organ pasien (Hinchliff, 1999). Menurut Potter dan Perry (2006). Tirah baring yang

berlangsung lama dapat menyebabkan dampak yang negatif terhadap sistem tubuh pasien. Beberapa dampak negatif tirah baring terhadap fisik yaitu pada sistem integumen dapat menyebabkan kerusakan terhadap integritas kulit, seperti abrasi dan ulkus dekubitus atau luka tekan (Asmadi, 2008).

(2)

Dampak yang sering kali timbul terhadap sistem integumen pada pasien yang mengalami tirah baring yaitu luka tekan atau ulkus dekubitus (Asmadi, 2008). Luka tekan atau ulkus dekubitus itu sendiri adalah area setempat dari jaringan lunak yang mengalami infark yang terjadi ketika penekanan pada kulit karena pasien yang berada di tempat tidur dalam waktu yang lama (Smeltzer & Bare, 2002). Luka tekan adalah cedera yang terlokalisasi pada kulit serta jaringan dibawahnya dan biasanya diatas tonjolan tulang, sebagai akibat adanya tekanan atau kombinasi antara tekanan dan gesekan menurut

National Pressure Ulcer Advisory Panel-European Pressure Ulcer Advisory Panel

(NPUAP-EPUAP, 2009).

Luka tekan disebabkan karena terjadinya gangguan sirkulasi peredaran darah ke jaringan sehingga mengalami kerusakan atau gangguan integritas kulit dan stress mekanik terhadap jaringan, yang mengakibatkan iskemik lokal. Jaringan lunak yang berada pada dua permukaan yang keras dan terjadi gesekan antara kedua permukaan tersebut, yaitu antara permukaan rangka tulang dengan permukaan tempat tidur (Kozier, 2011; Morison, 2004). Luka tekan atau ulkus dekubitus terhadap perawatan pasien akan menjadi lebih lama dan biaya yang ditimbulkan akibat adanya luka tekan dapat menjadi lebih tinggi, baik bagi klien itu sendiri maupun bagi rumah sakit. Pada akhirnya pasien akan terganggu dengan panjangnya periode hospitalisasi (Morison, 2004). Angka prevalensi di rumah sakit perawatan akut telah ditemukan bervariasi antara 4,7% dan 18,6% survei prevalensi luas yang dilakukan di 43 rumah sakit perawatan akut. Berdasarkan hasil penelitian di Amerika, menunjukkan perbandingan dengan berbagai variasi tingkat insiden terjadinya luka tekan atau ulkus dekubitus misalnya, dalam perawatan akut umum 0,4-38%, terjadi pada perawatan jangka panjang 2,2 - 23,9% dan 0-17% timbulnya luka tekan di tatanan perawatan selama di rumah atau home care.

Luka tekan di Amerika adalah masalah umum tetapi dapat dicegah dari berbagai banyaknya kasus, baik antara pasien rawat inap dan pasien yang di rawat di rumah atau home care (Cuddigan, Berlowitz, & Ayello, 2001). Hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya di Indonesia insiden terjadinya luka tekan cukup tinggi yaitu sekitar 33,3 %, menurut Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN) angka ini termasuk tinggi

jika dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya (Suryadi, 2006; Yusuf, 2010). Di negara Indonesia untuk angka kejadian ini sangatlah tinggi dibandingkan di negara-negara lain di dunia, maka diperlukan penanganan yang serius dan khusus untuk menyelesaikan masalah ini. Depkes (2001) menetapkan target sasaran mutu pasien tidak mengalami luka tekan atau ulkus dekubitus selama perawatan haruslah 0 % (Lumenta, 2008), sesuai dengan indikator mutu pelayanan rumah sakit menurut World Health Organization (WHO).

Angka prevalensi luka tekan atau ulkus dekubitus yang terjadi di Rumah Sakit di Jakarta dalam jangka waktu 10 bulan terakhir pada tahun 2012-2013 yaitu sekitar 1,6 %. Angka ini harus diwaspadai untuk angka kejadian luka tekan di rumah sakit di Jakarta, supaya persentase nilai tersebut tidak bertambah, mengingat target sasaran mutu menurut Depkes (2001) untuk tidak mengalami luka tekan atau ulkus dekubitus selama dalam masa perawatan haruslah 0% (Lumenta, 2008). Peneliti merasa hal ini penting untuk diteliti, walaupun luka tekan atau ulkus dekubitus merupakan komplikasi dari penyakit utama yang diderita pasien khususnya pasien-pasien tirah baring lama atau imobilisasi.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekanatan cross sectional. Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih

(3)

variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat di Rumah Sakit di Jakarta, dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang dirawat di Rumah Sakit di Jakarta, bersedia menjadi responden, pasien yang mengalami tirah baring atau bedrest selama 3 hari di rumah sakit, pada pasien yang memiliki kesadaran secara penuh dan mampu menandatangani lembar persetujuan penelitian maka pasien yang akan menandatangani lembar persetujuan penelitian tersebut sendiri, namun pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan secara umum maka lembar persetujuan penelitian ditanda tangani oleh keluarga yang saat itu sedang menunggu.. Besar sampel pada penelitian ini adalah 29 sampel. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik consecutive sampling dimana semua subyek penelitian yang dirawat memenuhi kriteria inklusi yang akan dimasukkan ke dalam penelitian sampai batas waktunya terpenuhi (Dharma, 2011). Peneliti juga menggunakan purposive sampling yang termasuk dalam non probability sampling dimana penentuan sampel tidak dilakukan secara acak, namun berdasarkan pada ketentuan yang sudah dibuat sesuai oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena alat pengumpul data pada penelitian ini tidak menggunakan kuesioner. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu lembar observasi dan peneliti yang akan melakukan sendiri observasi terhadap seluruh responden.

Sebelum penelitian dimulai, penelitian mengajukkan surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan dilakukan uji etik oleh komite etik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Setelah surat izin didapatkan, peneliti akan menyampaikan surat tersebut kepada Direktur, Manager Keperawatan dan HRD serta Kepala Bidang Diklat Rumah Sakit di Jakarta, setelah mendapatkan izin meneliti, peneliti akan memulai melakukan

pengumpulan data. Selama melakukan penelitian, peneliti akan melindungi hak azasi dan kesejahteraan dari responden selama proses penelitian, peneliti akan berusaha untuk menjaga aspek-aspek etik mulai dari self

determination, privacy dan confidentially, anonymity, informed consent dan protection from discomfort (Polit & Beck, 2006).

Proses pengolahan data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul, tahap-tahap pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu editing, coding, entry data dan

cleaning. Analisa data yang digunakan adalah

analisa univariat dan bivariat, analisa univariat untuk mengetahui gambaran atau deskripsi terhadap setiap variabel, variabel yang akan diteliti adalah karakteristik responden, mobilitas dan kejadian luka tekan. Sedangkan analisa bivariat bertujuan untuk mengatahui hubungan dua variabel (independen dan dependen), yaitu untuk melihat hubungan mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan.

Hasil

Sebaran responden berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014 (n=29)

Karakteristik Frekuensi Persentase Ruangan Intensif Semi Intensif Bangsal Perawatan 9 11 9 31 % 37,9 % 31,0 % Usia < 40 th 40-50 th 50-60 th >60 th 2 3 3 21 6,9 % 10,3 % 10,3 % 72,4 % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 14 15 48,3 % 51,7 %

(4)

Karakteristik Frekuensi Persentase Lama Hari Rawat

< 10 hari 10-20 hari 20-30 hari >30 hari Diagnosa Medik Stroke DM Post Operasi Penyakit lainnya 9 12 4 4 12 5 2 10 31 % 41,4 % 13,8 % 13,8 % 41,4 % 17,2 % 6,9 % 34,5 % Total 29 100 %

Berdasarkan tabel 5.1 dilihat dari ruangan, hampir tersebar merata disetiap ruangan, tetapi mayoritas berasal dari ruangan semi intensif (37,9%), distribusi didominasi oleh responden berusia lansia (>60 tahun) 72,4%. Penyebaran berdasarkan karakteristik jenis kelamin terlihat sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (51,7%) dan persentase laki-laki sebesar 48,3%. Berdasarkan lama hari rawat dapat diketahui bahwa didominasi pada lama hari rawat 10-20 hari dengan persentase 41,4%. Mayoritas responden dilihat dari diagnosa medik dengan stroke (41,4%).

Penelitian ini juga meneliti tingkat mobilisasi responden dan kejadian luka tekan pada responden. Hasil uji univariat pada kedua variabel tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel. Berikut adalah penyajian data mobilisasi responden dan kejadian luka tekan pada responden.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Mobilisasi pada Pasien di Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014 (n= 29)

Variabel Mobilisasi Frekuensi Persentase Imobilisasi Mobilisasi Total 22 7 29 75,9 % 24,1 % 100% Tingkat mobilisasi responden berdasarkan hasil analisa pada tabel 5.2 dapat dilihat mayoritas responden yang memiliki tingkat mobilisasi yang kurang atau imobilisasi dengan persentase 75,9% (n=22). Sedangkan

responden yang dapat mobilisasi sebagaian adalah sebanyak 24,1 % (n=7).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Terjadi Luka Tekan pada Pasien di Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014 (n=29)

Variabel Luka Tekan Frekuensi Persentase Tidak ada luka tekan

Ada luka tekan Total 9 20 29 31 % 69 % 100% Berdasarkan hasil analisa pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami kejadian luka tekan adalah sebanyak 69% (n=20), sedangkan responden yang tidak mengalami atau tidak terjadi luka tekan adalah sebanyak 31% (n= 9).

Sebaran data pada mobilisasi dan kejadian luka tekan pada pasien tirah baring dilakukan dengan uji Chi-Square untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antara mobilisasi dan timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring

Tabel 5.4 Analisa Hubungan antara Mobilisasi Terhadap Timbulnya Luka Tekan pada Pasien di Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014 (n=29) Variabel Luka Tekan Total OR (95% CI) P Value Tidak Ada Ada n % n % Imobilisasi Mobolisasi Total 3 6 9 13,6 85,7 31 19 1 20 86,4 4,8 69 22 (100%) 7 (100%) 29 (100%) 0,026 0,002 -0,303 0,001

Tabel 5.4 menunjukkan hubungan antara mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan, hasil analisa statistik di atas menunjukkan responden yang tidak terdapat luka tekan yang 85,7% pada responden yang mobilisasi, sedangkan responden imobilisasi yang tidak terdapat luka tekan 13,6%. Responden yang mengalami luka tekan yang terbanyak (86,4 %) terjadi pada responden yang imobilisasi,

(5)

sedangkan pada pasien yang mobilisasi terdapat luka tekan sebesar 4,8%.

Hasil uji Chi Square dengan nilai p value sebesar 0,001 (α=0,05) yang berarti nilai p <0,05 (OR 0,026; 95% CI: 0,002-0,303), berdasarkan hasil analisa tersebut ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi pasien terhadap timbulnya luka tekan. Nilai OR = 0,026, berarti pasien yang mengalami imobilisasi mempunyai peluang untuk terjadi luka tekan 0,062 kali untuk terjadi luka tekan dibanding dengan pasien yang mobilisasi.

Pembahasan

Analisis univariat membahas hasil uji univariat yang terdiri dari karakteristik responden, tingkat mobilisasi pasien, dan kejadian luka tekan. Karakteristik responden yang akan dibahas terdiri dari ruangan, usia, jenis kelamin, lama hari rawat dan diagnosa medik: 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang pertama adalah ruangan. Data hasil penelitan menunjukkan distribusi ruangan yang bervariasi. Penelitian dilakukan di semua ruangan di rumah sakit di Jakarta, untuk ruangan intensif 31%, ruangan semi intensif 37,9% dan ruangan bangsal perawatan 31%. Rata-rata sebaran responden berdasarkan karakteristik ruangan tampak merata, jadi berdasarkan hal tersebut dimanapun tempat atau ruangan pasien di rawat untuk terjadinya luka tekan tidak dipengaruhi oleh ruangan.

Karakteristik responden kedua yang diteliti adalah usia. Penelitian dilakukan kepada responden dengan kategori usia < 40 tahun 6,9%, usia 40-50 tahun 10,3% dan 50-60 tahun 10,3%, dan sisanya 72,4% dengan usia > 60 tahun. Data dari hasil penelitian menunjukkan distribusi usia responden terbanyak yaitu dengan usia > 60 tahun, dari hasil penelitian tersebut semakin lanjut usianya maka semakin tinggi untuk terjadi luka tekan. Boynton (1999) dalam Potter

dan Perry (2005) menyatakan 60% - 90% luka tekan dialami oleh usia di atas 65 tahun. Usia mempengaruhi perubahan-perubahan pada kulit. Proses menua mengakibatkan perubahan struktur kulit menjadi lebih tipis dan rentan terhadap kerusakan integritas kulit, usia lanjut (lebih dari 60 tahun) dihubungkan dengan perubahan-perubahan seperti menipisnya kulit, kehilangan jaringan lemak, penipisan epidermis secara umum, penurunan kekuatan dan kelenturan kulit (Kozier, 2010).

Karakteristik responden ketiga adalah jenis kelamin. Jenis kelamin responden pada penelitian ini lebih banyak adalah perempuan dengan persentase 51,7% (n=15) dan sisanya adalah laki-laki 48,3 % (n=14), dari hasil persentase dan total responden perbandingannya tidak terlalu signifikan dan pada dasarnya hampir seimbang. Data dari hasil penelitian ini bahwa untuk terjadinya luka tekan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Karakteristik responden keempat adalah lama hari rawat. Lama rawat < 10 hari dengan persentase sebesar 31 %, lama rawat 10-20 hari dengan persentase sebesar 41,4%, lama rawat 20-30 hari dengan persentase sebesar 13,8 %, lama rawat > 30 hari dengan persentase sebesar 13,8%. Lama hari rawat merupakan salah satu faktor yang dinilai untuk menentukan tingkat resiko terjadinya luka tekan, dan juga merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya luka tekan atau ulkus dekubitus pada pasien-pasien mengalami tirah baring. Hasil penelitian Suheri (2009) menunjukkan bahwa lama hari rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien imobilisasi 88,8% muncul luka dekubitus dengan rata-rata lama hari rawat pada hari kelima perawatan (Sunaryanti; Subijanto; Wujoso, 2013), maka dapat disimpulkan semakin lama hari rawat maka resiko untuk terjadinya luka tekan semakin tinggi.

(6)

Karakteristik responden yang terakhir adalah diagnosa medik. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden yang terbanyak yaitu responden dengan diagnosa medik stroke 41,4%, penyakit lain 34,5 %, DM 17,2 %, post operasi 6,9 %. Pada pasien stroke biasanya terjadi gangguan mobilitas fisik dapat menyebabkan terjadinya ulkus dekubitus, yang sering terjadi pada pasien tirah baring, karena pasien hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi (Martini; Asiandi; & Handayani, 2013). Menurut WHO stroke adalah adanya tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler (Suriadi, 2008). 2. Mobilisasi

Tingkat mobilisasi menjadi salah satu karakteristik responden yang dianalisis secara univariat dan dihubungkan yang dianalisa secara bivariat. Hasil penelitian statistik yang didapatkan adalah responden yang imobilisasi yaitu 75,9%, sedangkan responden yang mampu mobilisasi 24,1%. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami imobilisasi. Menurut Potter dan Perry (2005) ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerak terganggu atau dibatasi secara terapeutik, pengertian ini sesuai dengan kondisi responden yang dialami saat dilakukannya penelitian, namun kondisi ini lebih banyak dialami oleh pasien yang mengalami penurunan kesadaran, dan gerak tubuh yang terbatas. Smeltzer dan Bare (2002) menegaskan bila seseorang tidak bergerak dan tidak aktif, jaringan kulit dan subkutan mengalami

penekanan oleh benda di mana orang tersebut beristirahat. Terjadinya luka tekan secara langsung berhubungan dengan lamanya pasien mengalami tirah baring atau imobilisasi.

Pasien yang berbaring secara terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi tahun 2003 di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukkan bahwa mobilisasi merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan terjadinya luka tekan (Setiyawan, 2008). Ignativicius dan Workman (2006) menegaskan bahwa luka tekan sering ditemukan pada orang dengan pergerakan yang terbatas.

3. Kejadian Luka Tekan

Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami luka tekan atau ulkus dekubitus adalah sebanyak 69 %, sedangkan yang tidak ada luka tekan sebesar 31%. Angka kejadian terdapatnya luka tekan ini merupakan nilai yang tinggi dan harus segera mendapatkan penanganan secara tepat, karena nilai ini cukup signifikan. Selain itu dengan adanya kejadian luka tekan ini akan mempengaruhi standar mutu pelayanan keperawatan rumah sakit.

Tingginya prevalensi luka tekan pada pasien tirah baring disebabkan oleh karena beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut. Misalnya penurunan mobilisasi, penurunan persepsi sensori, faktor kelembaban, faktor gesekan, nutrisi yang kurang baik, usia, tekanan arteriolar serta faktor lainya riwayat merokok dan suhu kulit, namun peneliti tidak melakukan penelitian semuanya. Peneliti hanya berfokus untuk meneliti hubungan antara mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan. Hasil penelitian sebelumnya angka kejadian luka tekan di RSU Prof Dr.W.Z. Yohannes Kupang pada bulan April dan Mei 2009

(7)

lebih rendah dari pada angka kejadian ditempat lain, jika dibandingkan dengan pendapat Porth tahun 2005 dalam (LeMone, 2008) yang mengatakan bahwa kejadian luka tekan di rumah sakit mencapai 8% dan kejadian luka tekan di unit perawatan jangka panjang berkisar 2.4-23%, sedangkan kejadian luka tekan pada pasien yang dirawat mencapai 33% (Suriadi, 2006 & Yusuf, 2010).

Penelitian lain yang mendukung yang dilakukan di RSUD Banyumas oleh Martini et, al. dari laporan indikator mutu pelayanan Rumah Sakit periode bulan Januari sampai dengan Maret 2010 didapatkan bahwa dari 68 pasien yang dirawat dengan tirah baring terdapat pasien dengan kejadian dekubitus 17,65%. Angka ini relatif tinggi dan akan semakin meningkat serta menimbulkan komplikasi jika tidak dilakukan upaya dalam mencegahnya.

Analisa Bivariat hubungan antara mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan. Data juga menunjukkan bahwa responden dengan tingkat mobilisasi rendah atau imobilisasi sebanyak 86,4% lebih banyak mengalami luka tekan dibandingkan dengan responden dengan tingkat mobilisasi yang lebih tinggi atau pasien yang mampu mobilisasi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan pad pasien tirah baring yang dibuktikan dengan nilai p 0,001 atau p <0,05 (OR 0,026; 95% CI: 0,002-0,303). Hal ini berarti bahwa responden dengan imobilisasi mempunyai risiko 0,026 kali untuk terjadinya luka tekan dibandingkan dengan responden yang mampu mobilisasi. Keterbatasan Penelitian:

1. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling dan purposive sampling yang termasuk dalam non probability sampling, kelemahan dari

metode ini adalah tidak semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama

untuk menjadi sampel penelitian, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar.

2. Keterbatasan instrument. Lembar observasi penelitian dibuat dan disusun sendiri oleh peneliti karena belum ada instrumen baku dan tersandar yang digunakan untuk mengukur tingkat mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring.

3. Penelitian dilakukan hanya dengan metode observasi, untuk data usia, lama hari rawat dan diagnosa medik dilakukan peneliti dengan melihat dari catatan medik pasien. 4. Jumlah responden yang sedikit dan lama

waktu penelitian yang terlalu sebentar. 5. Peneliti tidak melakukan pengumpulan data

terkait dokumentasi mobilisasi pasien yang dibantu oleh perawat yaitu miring kanan dan miring kiri pasaien di ruangan, yang mungkin dapat berpengaruh terhadap terjadinya luka tekan.

Oleh karena itu untuk mengurangi dan menghindari data yang bias peneliti berusaha melakukan sendiri observasi terhadap responden.

Implikasi Penelitian:

1. Perawat dan Institusi Rumah Sakit

Kejadian luka tekan seharusnya menjadi salah satu perhatian bagi semua pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan. Pencegahan primer pada pasien yang mengalami penurunan mobilisasi harus semakin dioptimalkan untuk mencegah peningkatan masalah timbulnya luka tekan. Upaya untuk mencegah timbulnya luka tekan pada pasien yang mengalami tirah baring, dengan meningkatkan mobilisasi pasien yang mengalami penurunan mobilisasi, dan membantu mobilisasi pasien yang benar-benar tidak mampu melakukan mobilisasi secara mandiri seperti mengubah posisi pasien miring kanan dan miring kiri secara bertahap setiap 2 jam sekali, tidak lupa untuk melakukan dokumentasi pada

(8)

status pasien untuk mengetahui posisi terakhir yang diberikan pada pasien dan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Pendidikan Keperawatan

Informasi yang akan disampaikan pada penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bukan hanya bagi mahasiswa keperawatan tetapi juga bagi mahasiswa kesehatan lainnya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk mengetahui tentang hubungan tingkat mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring.

3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian berikutnya. Peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan lingkup area yang lebih luas dan jumlah responden yang didapatkan lebih banyak agar hasil penelitian bisa lebih mewakili populasi pasien secara keseluruhan. Variabel yang diteliti sebaiknya lebih bervariasi sehingga hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat menunjukkan faktor-faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 29 responden, menunjukkan bahwa responden tersebar merata disetiap ruangan. Persentase terbesar responden berada di ruang semi intensif dengan usia responden terbanyak berusia > 60 tahun dengan persentase terbesar. Responden pada penelitian ini yang terbanyak adalah responden perempuan. Dilihat dari lama hari rawat, responden dalam penelitian ini memiliki lama rawat 10-20 hari dengan sebagian besar diagnosa medik yang dialami oleh responden pada penelitian ini adalah dengan diagnosa medik stroke.

Penelitian yang dilakukan pada pasien yang mengalami tirah baring ini menunjukkan

bahwa responden terbanyak mengalami imobilisasi. Penelitian ini juga menunjukkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat mobilisasi terhadap timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring dengan nilai p = 0,001 yang berarti p < 0,05. Data menunjukkan angka kejadian luka tekan pada pasien tirah baring cukup tinggi yaitu mencapai 69%.

Referensi

Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok : Jurusan biostatistik dan kependudukan FKM UI. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan :

Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Ayello, Elizabeth A P. (2007). Predicting Pressure Ulcer Risk. Try This : Best Practice In Nursing Care to Older Adult, Issued Number 5. http://consultgerirn.org/uploads/File/trythis/iss ue05.pdf.

.

Azwar, A., & Prihartono, J. (2003). Penelitian kedokteran dan kesehatan masyarakat. Batam: Binarupa Aksara.

Bours, G.J.J., Laat, E., Halfens, R., & Lubbers, M. (2001). Prevalence, risk factors and prevention of pressure ulcer in Dutch intensive care unit. Journal of Intensive Care Med (2001) 27: 1599-1605. Doi 10.1007/s001340101061. Braden, BJ, Bergstrom, N. (2000). A conceptual

schema for the study of the etiology of pressure sores. Rehabilitation nursing, 25, 105-110.

Retrieved from

http://www.ebscohost.com/uph.edu.

(2001). Protocol by levels of the risks

: Braden scale. Retrieved from

http://www.bradenscale.com/ulcers.

Brito, P.A., Generoso, S., & Correia, M. (2013). Prevalence of pressure ulcers in hospitals in Brazil and association with nutritional status-A multicenter. Nutrition of journal. Nutrition 29 (2013) 646–649.

(9)

Bryant, R.A. (2007). Acute and Chronic Wounds Nursing Management, Third Edition. Missouri, St. Louis : Mosby Inc.

Corwin, E.,J. (2009). Buku saku patofisiologi alih bahasa Nike Budhi Subekti edisi 3. Jakarta : EGC.

Crisp, J., Taylor, C. (2006). Potter & Perry’s fundamental of nursing. 2nd edition. St. Louis

Missouri : Mosby Elsevier.

Cuddigan, J., Berlowitz, D., & Ayello, E. (2001). Pressure ulcer in America : Prevalence, incidence, and implications for the future. Advances in Skin & Wound Care; Jul/Aug 2001; 14, 4.

Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Langkah-langkah

membuat proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan (Edisi 3). Jakarta: Sagung Seto.

(2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

(2011). Statistik untuk

kedokteran dan kesehatan (Edisi 5). Jakarta: Salemba Medika.

Dharma, K. K,. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : TIM.

EPUAP, NPUAP. (2009). Pressure ulcer

prevention quick reference guide.

http://www.epuap.org/guidelines/Final_Quick_ Prevention.pdf. Diakses 26 Oktober 2012. Hastono & Sabri. (2010). Statistik kesehatan.

Jakarta: Rajawali pers

Hinchliff, Sue. (1999). Kamus keperawatan alih bahasa Andry Hartono edisi 17. Jakarta : EGC. Ignatavicius, D. & Workman, M.L. (2006).Medical

surgical nursing: Critical thingking for collaborative care. (5th Ed.). St. Louis:

Missouri.

Jamuna, J., & Clifton, D. (2013). Nurses knowledge of pressure risk assessment. Art &

science tissue viability supplement. 27, 33, 54-60.

Kale, E.,D. (2009). Efektifitas skala Braden dalam memprediksi kejadian luka tekan di bangsal bedah-dalam RSU Prof. Dr. W.Z. Yohannes Kupang. Tesis Program Studi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Depok. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.

(2011). Buku ajar keperawawtan : Konsep, proses dan praktik alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC.

Kroger, K., Niebel,W.,Maier, I., Stausberg, J., Gerber, V., & Schwarzkopf, A. (2008). Prevalence of Pressure Ulcers in Hospitalized Patients in Germany Journals of Gerontology. Doi: 10.1159/000174825

LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing: Critical Thinking in Client Care. 4th edition. USA: Pearson prentice hall.

Lumenta, N. (2008). Lokakarya PELKESI: Strategi mempersiapkan dan menjaga mutu akreditasi

rumah sakit. Retrieved from

www.scribd.com/doc/nico-limenta-Mutu-Akreditasi-RS on November 2013.

Martini, D., Asiandi, & Handayani, D.Y. (2013). The Impact of the Lying Change in Protecting the Risk of Decubitus on the Stroke Patient’s at RSUD Banyumas. Jurnal Keperawatan-413-799-SM.pdf

Morison, M. (2004). Manajemen Luka alih bahasa Tyasmono A.F. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pollit, D & Hungler, B. (2005). Nursing research: principles and methods. Philadelphia : Lippincott.

, Beck, C.T. (2006). Essential of nursing research : Methods, appraisal and utilization. (6th Ed). Philadelphia : Lippincott

Williams & Walkins.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing. USA : Mosby Inc.

(10)

(2006). Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep, proses dan praktik. Jakarta : EGC.

(2007). Basic

Nursing Skill Essential For Practice. Canada : Mosby Elsevier.

Pratiknya, A.,W. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Rajawali.

Setiyawan. (2008). Hubungan tingkat

pengetahuan, sikap dengan perilaku perawat dalam upaya pencegahan dekubitus di rumah sakit Cakra Husada Klaten. Retrieved from http://etd.eprints.ums.ac.id/908/1j220060012.p df on Juni 19, 2014.

Smeltzer, C & Bare, G. (2002). Brunner & Suddarth: Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.

. (2008). Buku ajar keperawatan medical-bedah brunner & suddarth (Volume 1 edisi 8). (Agung Waluyo et el, alih bahasa). Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R D. Bandung : Alfabeta.

Suheri. (2009). Gambaran lama hari rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien imobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Sunaryanti, B., Subijanto, A.A., & Wujoso, H.

(2013). Perbedaan pengaruh anatara

pemberian minyak kelapa dan penyuluhan

kesehatan tentang reposisi terhadap

pencegahan dekubitus. Jurnal Keperawatan Akper 17 Karanganyar. ISSN: 2338-6800. Suriadi, Kitagawa,A., Sanada,H., Sugama,J.,

Kinoshita,S., & Sizoku,M. (2002). Study of reliability and validity of the braden scale translated into Indonesian. diambil dari http://square.umin.ac.jp/sanada/japanese/group / 04Paris.pdf/04Paris-10.pdf tanggal 18 Juni 2014.

, Sanada H, Junko S, Thigpen B, Subuh M. (2008). Development of a new risk assessment scale for predicting pressure ulcers in an intensive care unit. Journal British Association of Critical Care Nurse, Nursing in Critical Care (13):34-43.

Yusuf, Saldy. (2010). Konsep Dasar Luka

Dekubitus. Kumpulan materi kuliah.

(11)

Gambar

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan  Tingkat Mobilisasi pada Pasien di Rumah Sakit di Jakarta  Tahun 2014 (n= 29)

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya bentuk koordinasi dalam bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kepada para KSM merupakan kendala dalam kegiatan pengelolaan sampah sehingga

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start Free Trial

ini tidak boleh berubah, hingga berakhirnya akad pembiayaan. 5) Supplier akan mengirim barang yang telah dibeli oleh Bank. Muamalat tersebut kepada nasabah

Bentuk sosialisasi primer oleh keluarga inti prosesi tradisi Naik Ayun Keluarga besar menginformasikan kepada keluarga inti untuk mempersiapkan untuk peralatan naik

Perilaku kepemimpinan kepala madrasah mengajak bawahan dalam meningkatkan mutu madrasah dengan cara; kepala madrasah memberi memotivasi kepada guru supaya lebih

- Granulasi kering dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif dosis tinggi yang memiliki sifat sukar mengalir, kompresibilitasnya kurang, tidak tahan lembab dan panas..

Lorsque les commerçants parlent les deux langues, ceux qui ont leur boutique au sud de la route nationale parlent le plus souvent le paloor, alors que ceux qui ont des boutiques