• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN SPOTTING DI BPM HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN SPOTTING DI BPM HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

EVA NOVAYANTI

NIM. 13DB277106

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2016

(2)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya “ sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis, Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan,

Eva Novayanti

(3)

v

dan hidayah-nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya“

Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :

1. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.

2. Heni Heryani, SST., M.KM., selaku ketua Program Studi D III Kebidanan. 3. Metty Nurherliyany, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Ns. Rosmiati, S.Kep., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Bidan Hj. Eet Sumiati, SST., M.Kes yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

6. Ny. O yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya.

Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.

(4)

vi

Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT, amin.

Ciamis, Juni 2016

(5)

vii

Eva Novayanti2 Metty Nurherliyany3 Rosmiati4

INTISARI

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik. Salah satu efek samping pemakaian KB suntik 3 bulan yaitu terjadinya pendarahan bercak (spooting). Data yang penulis dapatkan di BPM Hj. Eet Sumiati, Kota Tasikmalaya Akseptor KB suntik terdiri dari: suntik 3 bulan sebanyak 590 orang (85,4%) dan suntik 1 bulan sebanyak 101 orang (14,6%). Sebanyak 62 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan mengalami gangguan spotting.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting ini dimulai pada tanggal 04-06 April 2016 di BPM Hj. Eet Sumiati, Kota Tasikmalaya.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting di BPM Hj. Eet Sumiati, Kota Tasikmalaya dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : KB Suntik 3 bulan, Spotting Kepustakaan : 16 buku (2006-2012)

Halaman : i-x, 45 halaman, 6 Lampiran

1 Judul Penulisan Ilmiah; 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis; 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis; 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.

(6)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 D. Manfaat ... 5 1. Manfaat Teoritis ... 5 2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar ... 6

1. Keluarga Berencana ... 6

2. Akseptor ... 7

3. Kontrasepsi ... 8

4. Kontrasepsi Suntik ... 9

5. Kontrasepsi Suntik 3 bulan ... 10

6. Spotting ... 13

B. Teori Manajemen Kebidanan ... 15

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akesptor KB 3 Bulan dengan Spotting ... 26

(7)

ix BAB III TINJAUAN KASUS

A. Metode Pengkajian ... 31

B. Tempat dan Waktu Pengkajian ... 31

C. Subjek yang Dikaji ... 31

D. Jenis Data yang digunakan ... 32

E. Instrumen Pengkajian ... 32

F. Tinjauan Kasus ... 33

BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Laporan Tugas Akhir Lampiran 2 Riwayat Hidup

Lampiran 3 Surat permohonan ijin studi pendahuluan Lampiran 4 Surat pengambilan data dari Dinas Kesehatan Lampiran 5 Lembar persetujuan responden

(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 2008).

Salah satu upaya mengendalikan kelahiran adalah melalui Program Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Menurut Undang-Undang Nomor : 36 tahun 2009, pelayanan kesehatan dalam Keluarga Berencana (KB) dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas (Permenkes, 2009).

Sejalan dengan gerakan keluarga berencana yang mengupayakan pengendalian kelahiran, dalam al-Qur’an memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB yaitu Q.S. An-Nisa: 9

Artinya : “Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S. An-Nisa: 9)

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,

(10)

2

mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan keluarga berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan. Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien (BKKBN, 2008).

Langkah kebijakan pembangunan keluarga berencana diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dan meningkatkan keluarga kecil berkualitas, dengan mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB, terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi wanita usia subur tentang kesehatan reproduksi, melindungi peserta keluarga berencana dari dampak negatif pengguna alat dan obat kontrasepsi.

Peserta KB baru di Indonesia pada tahun 2015 dari 9.581.469 wanita usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi Suntik (48,20%), PIL (27,95%), IUD (6,55%), Implan (8,02%), Kondom (7,81%), MOW (1,20%), dan MOP (0,27%) (BKKBN, 2015).

Peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 dari jumlah wanita usia subur 9.141.262 orang sebesar 7.014.713 orang (76,74%) menjadi peserta KB aktif, yang terdiri dari Suntik (51,26%), PIL (27,77%), IUD (11,74%), Implant (4,58%), MOW (2,43%), Kondom (1,31%), dan MOP (0,93%) (BKKBN Jawa Barat, 2015).

(11)

Pengguna kontrasepsi aktif di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 yang terdiri dari Suntik 147.485 orang, PIL 43.550 orang, IUD 23.094 orang, Implant 14.067 orang, MOW 4.002 orang, Kondom 1.645 orang, dan MOP 1.452 orang (BKKBN Kota Tasikmalaya, 2015). Dari berbagai jenis kontrasepsi yang ada, paling banyak digunakan adalah KB suntik.

KB Suntik adalah suatu metode kontrasepsi hormonal untuk wanita yang mampu melindungi seorang wanita terhadap kemungkinan hamil yang diberikan secara suntikan. Efek samping pemakaian KB suntik yaitu terjadinya gangguan haid diantaranya yaitu siklus haid yang memendek dan memanjang, terjadinya pendarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore), perubahan pada berat badan, sakit kepala serta kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian (Saifuddin, 2010).

Spotting adalah perdarahan instrumental yang jumlahnya sedikit

sekali, sehingga tidak memerlukan tampon atau kassa pembalut, merupakan perdarahan ringan yang tidak berbahaya. Apabila spotting cukup mengganggu misalnya spotting tidak berhenti dalam waktu yang lama bahkan terjadi perdarahan maka perlu diberi terapi untuk menghentikan perdarahan dan apabila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan anemia sehingga dalam keadaan itu penambahan preparat zat besi sangat diperlukan atau makan-makanan yang banyak mengandung zat besi (Sulistyawati, 2011).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di BPM Hj. Eet Sumiati, Kota Tasikmalaya pelayanan keluarga berencana ke BPM tersebut, diperoleh data pada tahun 2015, terdapat 722 akseptor, yaitu akseptor KB suntik 691 orang (95,7%), KB pil 19 orang (2,6%), IUD 7 orang (1%), Implant 5 orang (0,7%). Akseptor KB suntik terdiri dari: suntik 3 bulan sebanyak 590 orang (85,4%) dan suntik 1 bulan sebanyak 101 orang (14,6%).

Aseptor KB suntik yang tidak mengalami keluhan sebanyak 458 akseptor (66,3%) dan yang mengalami keluhan sebanyak 233 akseptor (33,7%), yang meliputi kenaikan berat badan sebanyak 102 akseptor (43,8%) terdiri dari 4 akseptor yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 98 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan, spotting 72 akseptor

(12)

4

(30,9%) terdiri dari 10 akseptor yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 62 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan dan amenorhea 59 akseptor (24,5%) terdiri dari 7 akseptor yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 52 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan.

Berdasarkan latar belakang di atas angka kejadian spotting pada akseptor KB suntik 3 bulan masih tinggi, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan mengenai spotting melalui penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam studi kasus tersebut adalah “Bagaimana Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya dengan menggunakan pendokumentasian manajemen kebidanan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya.

b. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya.

c. Mampu mengidentifikasi analisa data pada akseptor akseptor KB suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya.

d. Mampu melaksanakan penatalaksanaan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Spotting di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya

(13)

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah khasanah keilmuan serta meningkatkan wawasan tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting dan dijadikan sebagai masukan untuk menemukan solusi agar keluhan tersebut bisa diatasi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi akseptor KB

Diharapkan dapat meningkatkan motivasi ibu untuk melakukan konseling ke petugas kesehatan dalam hal pemilihan jenis alat kontrasepsi yang cocok agar tidak terjadi efek samping dalam penggunaan KB suntik 3 bulan.

b. Bagi Penulis Lainnya

Diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman nyata, dan keterampilan mengenai penatalaksanaan Asuhan Kebidanan khususnya tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dan dapat menambah bahan kepustakaan bagi pembaca atau bagi peneliti selanjutnya.

d. Bagi BPM

Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan terhadap pengguna alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.

(14)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah dalam keluarga. Definisi ini mencakup komponen dalam pelayanan kependudukan atau Keluarga Berencana (KB) yang dapat diberikan melalui : Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), konseling, pelayanan kontrasepsi, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex

education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan

serta konsultasi genetik (Saifudin, 2010).

Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan, atau suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2011).

Program keluarga berencana adalah bagian terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat tercapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Handayani, 2010).

b. Tujuan Keluarga Berencana Nasional

Tujuan gerakan keluarga berencana diantaranya memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup rakyat dan bangsa. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya

(15)

menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (Anggraini, 2012).

Sedangkan tujuan program Keluarga Berencana secara filosofis adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia (Handayani, 2010).

c. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program keluarga berencana dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Wanita Usia Subur (WUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan sejahtera (Handayani, 2010).

2. Akseptor KB

Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran (Handayani, 2010).

Menurut Anggraini (2012) Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur dapat dibagi menjadi tiga macam : a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang

pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.

(16)

8

b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

3. Kontrasepsi

a. Pengertian

Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010), Keluarga Berencana adalah menuju norma keluarga kecil bahagia sejahtera sehingga dapat mencetak SDM (Sumber Daya Masyarkat) yang berkualitas. Keluarga Berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak.

Kontrasepsi menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010), Kontrasepsi adalah mencegah kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fartilitas. Kontrasepsi adalah pencegahan terbuhinya sel telur oleh sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi di dinding rahim (Suratun, 2008).

b. Macam-macam Kontrasepsi

Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) macam-macam kontrasepsi :

1) Kontrasepsi Metode Sederhana a) Tanpa alat

(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks. (2) Coitus Interuptus adalah suatu metode keluarga

berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

b) Dengan alat

(1) Mekanisme (barer), terdiri dari kondom pria, barer intravagina (diafragma, kap servik, spons, kondom). (2) Kimiawi, yang berupa spermisid (vaginal cream,

(17)

vagina Foam, vagina jelly, vagina tablet, vagina slube film).

2) Kontrasepsi Metode Modern Kontrasepsi Hormonal

a) Per Oral : Pil Kombinasi (POK, minipil, morning after pill) b) Injeksi atau suntikan : DMPA, NET-EN, microsphere,

microcapsules).

c) Subkutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) : 1) Implant non biodegradable : (norplant, norplant 2) 2) Implant biodegradable : capronor, pellets.

3) Intra Uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Cooper T, Medus, Seven Cooper T. 3) Metode Kontrasepsi Mantap

a) Pada wanita

Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi b) Pada pria

Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi

4. Kontrasepsi Suntik

a. Pengertian

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil (Anggraini, 2012).

Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama tetapi tetap reversibel (Handayani, 2010).

(18)

10

b. Jenis Kontrasepsi Suntik

Menurut Anggraini (2012) jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain :

1) Suntikan / bulan atau 1 bulan, contoh : cyclofem

2) Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.

5. Kontrasepsi suntik 3 Bulan

a. Pengertian

Suntik KB 3 bulan adalah kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Anggraini, 2011).

b. Mekanisme kerja suntik 3 bulan

Menurut Sulistyawati (2013), mekanisme kerja suntik 3 bulan antara lain :

1) Mencegah ovulasi.

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. 4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. c. Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan

Menurut Sulistyawati (2013), yang diperbolehkan menggunakan kontrasepsi 3 bulan antara lain :

1) Usia reproduksi. 2) Telah memilki anak

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Telah memiliki banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

7) Perokok

8) Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan darah atau dengan anemia bulan sabit.

9) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung

(19)

10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi 11) Anemia defisiensi besi

12) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak bo leh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

d. Kontra indikasi Suntik 3 bulan

Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan antara lain:

1) Hamil atau dicurigai hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 3) Tidak dapat menderita terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

4) Menderita kangker payudara atau riwayat kangker payudara. 5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

e. Waktu yang tepat pemberian suntik 3 bulan

Menurut Handayani (2010), waktu pemberian kontrasepsi suntik 3 bulan yang tepat adalah sebagai berikut :

1) Injeksi Awal :

a) Hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid.

b) Setiap saat selama silkus haid dimana anda merasa yakin bahwa pasien tersebut tidak hamil.

c) Postpartum

(1) Segera jika tidak sedang menyusui.

(2) Setelah 6 bulan jika menggunakan MAL (Metode

Amenore Laktasi)

(3) Paska aborsi : segera atau dalam waktu 7 hari. 2) Injeksi Ulang

a) DMPA : Hingga 4 minggu lebih awal atau terlamabat. b) NET-EN : Hingga 2 minggu lebih awal atau terlambat. f. Teknik penyuntikan kontrasepsi suntik 3 bulan

Menurut Everett (2008), teknik penyuntikan KB suntik 3 bulan yang tepat adalah :

1) Suntikan harus diberikan secara intramuskuler pada kuadran luar atas bokong.

(20)

12

suntikan karena dapat mengurangi efektifitasnya. g. Penggunaan (penyuntikan)

Menurut Saifuddin (2006), penggunaan atau pemberian KB suntik 3 bulan adalah dengan cara disuntikan secara intramusculer di daerah pantat dan diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.

h. Keuntungan dan kerugian Suntik 3 bulan.

1) Menurut Arum & Sujiyatini (2011), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan antara lain :

a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

d) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun sampai perimenopause.

h) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. j) Sedikit efek samping.

k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

2) Menurut Everentt (2008), kerugian Kontrasepsi Suntik 3 bulan antara lain :

a) Keterlambatan Perdarahan tidak teatur atau perdarahan bercak atau amenore.

b) Kembali subur sampai satu tahun. c) Depresi.

(21)

e) Galaktore.

f) Setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali.

g) Dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang.

h) Efek suntikan pada kangker payudara. i. Efek samping dan penanganan K B suntik 3 Bulan

Menurut Handayani (2010) efek samping K B suntik 3 bulan adalah sebagai berikut :

1) Gangguan Haid (amenorhea) yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian KB suntik 1 bulan.

2) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan

3) Metrorarghia adalah perdarahan yang berlebihan jumlahnya 4) Pusing dan sakit kepala. Rasa berputar atau sakit kepala,

yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala, ini biasanya bersifat sementara.

5) Perubahan berat badan. Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan.

6) Jerawat. Gejala dan keluhan dalam timbulnya jerawat yaitu timbulnya jerawat di wajah atau badan yang dapat disertai infeksi atau tidak.

7) Keputihan. Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi).

Berdasarkan Jurnal Kesehatan Bina Husada yang ditulis oleh Amelia (2012) efek samping kb suntik 3 bulan yang dialami responden mengalami sakit kepala sejak menggunakan kb suntik 3 bulan dan keluar bercak darah sedikit-sedikit, telat menstruasi, dan tidak mengalami menstruasi selam 2 bulan setelah disuntik.

6. Spotting

a. Pengertian spotting

Spotting adalah perdarahan intermenstrual yang jumlahnya

(22)

14

kain atau kassa pembalut, merupakan perdarahan ringan yang tidak berbahaya.Bila perdarahan/ spotting terus berlannjut atau setelah tidak haid namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut (Handayani, 2010). b. Gejala spotting

Perdarahan yang ditimbulkan berupa bercak- bercak ringan (Saifuddin, 2006).

c. Penyebab spotting

Penyebab spotting adalah terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal. Bila efek gestagen kurang, stabilitas stoma berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi perdarahan (Baziad, 2008).

d. Penatalaksanaan kasus spotting

Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan spotting adalah sebagai berikut :

1) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak perlu memerlukan pengobatan.

2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan :

a) Satu siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 -50 µg

etinilestradiol), Ibuproven (sampai 800 mg 3x/hari untuk 5

hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

b) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 -7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14 -21 hari.

(23)

c) Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva, salah satu tindakan yang dapat dilakukan dengan cara membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih (Alimul, 2006).

Endang (2011) dalam jurnal yang berjudul KB Suntik 3 (Tiga) Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid Dan Penanganannya, menyebutkkan efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore). Penanganan spotting bila ringan atau tidak terlalu menganggu tidak perlu diberi obat. Bila cukup mengganggu dapat diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari. 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain (Endang, 2011).

B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).

2. Manajemen Kebidanan dan 7 langkah varney

Menurut Varney (2007), adalah sebagai berikut : a. Langkah pertama : pengkajian data

Pengkajian data adalah sistematis dalam pengambilan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien (Varney, 2008).

(24)

16

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB (Alimul, 2008). a) Identitas

Menurut Varney (2007), adalah sebagai berikut: (1) Nama

Nama akseptor dan suami untuk mengetahui identitas akseptor dan suami sebagai orang yang bertanggung jawab.

(2) Umur

Untuk mengetahui termasuk sebagai pertimbangan dalam menentukan cara KB yang rasional dan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia reproduksi atau tidak.

(3) Agama

Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut akseptor, karena ada agama yang menganggap tabu cara KB

(4) Suku Bangsa

Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut oleh akseptor.

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual yang mempengaruhi perilaku seseorang

(6) Pekerjaan

Mengetahui tingkat ekonomi keluarga atau penghasilan.

(7) Alamat

Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien dengan nama yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.

(25)

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Keluhan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting ialah mengeluarkan bercak darah dari alat kelamin (Varney, 2007).

c) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan (Varney, 2007).

d) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya menstruasi, teratur atau tidak, sifat darah, dan keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi (Bickley, 2010).

e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi intervensi pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Farrer, 2007).

f) Riwayat Keluarga Berencana

Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama, keluhan pada saat ikut KB, alasan berhenti KB (Varney, 2007).

g) Riwayat Penyakit

(1) Riwayat penyakit sekarang

Dikaji penyakit yang berhubungan dengan keluhan atau masalah utama (Varney, 2008).

(2) Riwayat penyakit sistemik

Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang diderita dahulu seperti hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS (Bickly, 2010).

(26)

18

Pada penderita diabetes mellitus, hipertensi dan jantung tidak diperbolehkan memakai KB suntik 3 bulan (Sulistyawati, 2011).

h) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji dengan penyakit yang menurun dan menular yang dapat mempengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui penyakit keturunan misalnya hipertensi, jantung, asma, demam dan apakah dalam keluarga memiliki keturunan kembar, baik dari pihak suami maupun pihak istri (Varney, 2007).

i) Pola kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2007).

(1) Pola Nutrisi

Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien. Dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien. Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting diperlukan mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah terjadinya anemia (Sulistyawati, 2011).

(2) Pola Eliminasi

Untuk mengetahui BAB Dan BAK berapa kali sehari warna dan konsistensi.Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting secara normal tidak mempengaruhi pola eliminasi sehari-hari (Sarifuddin, 2006).

(3) Pola Istirahat

Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur pada malam hari. Pada akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami spotting tidak mempengaruhi pola istirahat (Saifuddin, 2006).

(27)

(4) Pola Seksual

Untuk mengkaji beberapa frekuensi yang dilakukan akseptor dalam hubungan seksual (Saifuddin, 2006).

(5) Personal hygiene

Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti baju, ganti celana dalam serta pembalut setidaknya 2 kali sehari. Pada kasus KB suntik 3 bulan dengan spotting dianjurkan untuk menjaga kebersihan terutama daerah genetalia (Wiknjosastro, 2008).

(6) Aktivitas

Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya akibat penyakit-penyakit yang dialaminya. Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan

spotting aktivitasnya terganggu karena keluarnya

bercak darah (Saifuddin, 2006). (7) Data Psikologis

Data psikososial ini diberikan untuk mengetahui motivasi atau mental pasien pada akseptor suntik 3 bulan dengan spotting serta psikologisnya tergantung merasa cemas dan karena keluar bercak darah (Prawirohardjo, 2006).

2) Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi memalui pemerikasaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB (Hidayat, 2008).

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Mengetahui keadaan pasien baik atau tidak (Alimul, 2006)

(2) Kesadaran : Menilai status kesadaran pasien composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya, somnolens yaitu

(28)

20

kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh (Hidayat, 2008).

(3) Pemeriksaan tanda vital (vital sign) (a) Tekanan darah

Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan normal antara 120/80 mmHg sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan pasien normal (Wiknjosastro, 2008). (b) Pengukuran suhu

Mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36 ºC sampai 37 ºC. Bila suhu tubuh lebih dari 38ºC harus dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2008).

(c) Nadi

Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi normal 70 x/menit sampai 88 x/menit.

(d) Pernafasan

Mengetahui sifat pernapasan dan bunyi nafas dalam satu menit. Pernapasan normal 22 x/ menit sampai 24x/ menit (Bickley, 2010).

(e) Berat Badan

Mengetahui berat badan pasien karena merupakan salah satu efek samping KB suntik 3 bulan (Saifuddin, 2006).

(f) Tinggi Badan

(29)

b) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala

(a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, dan karateristik seperti ikal, lurus, keriting (Hidayat, 2008).

(b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah odema (Wiknjosastro, 2008). (c) Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau

tidak, sclera berwarna putih atau tidak (Hidayat, 2008).

(d) Hidung : Untuk mengetahui adakah polip atau tidak (Hidayat, 2008).

(e) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan ada serumen atau tidak (Hidayat, 2008).

(f) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries atau tidak dan ada karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2008).

(2) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Nursalam, 2009).

(3) Dada dan aksila : Apakah ada benjolan pada payudara atau tidak, dan apakah sistematis kanan kiri (Nursalam, 2009).

(4) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi adakah nyeri tekan serta adanya massa (Farrer, 2007).

(5) Genetalia : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda- tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar batholini, dan perdarahan. Pada akseptor KB suntik 3 bulan PPV (Pengeluaran Per Vaginam) berupa darah bercak merah (Saifuddin, 2006).

(6) Ekstremitas : Apakah terdapat varices, odema, atau tidak, betis merah atau lembek atau keras (Saifuddin, 2006).

(30)

22

c) Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksan inspekulo dilakukan untuk mengetahui atau mencari sumber perdarahan, apakah terdapat lesi pada porsio atau servik, pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting sumber perdarahan berasal dari uterus (Depkes RI, 2009).

d) Pemeriksaan Labolatorium

Digunakan untuk mengetahui kondisi pasien sebagai data penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus KB suntik 3 bulan dengan spotting yaitu dilakukan pemeriksaan Hb apakah ibu mengalami anemia atau tidak (Nursalam, 2009).

b. Langkah kedua : Interpretasi data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi satu diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi menjadi diagnosa nomenklatur

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnostik kebidanan (Varney, 2007).

Contoh : Ny. X P…A… tahun Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting.

Data Subyektif Data dasar :

a) Ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah (Saifuddin, 2006).

b) Ibu mengatakan merasakan cemas tentang perdarahan di luar haid (Saifuddin, 2006).

Data Obyektif

a) Keadaan ibu : Baik

b) Kesadaran : Composmentis c) Vital sign :

(1) Tekanan darah : mmHg (2) Respirasi : x/menit

(31)

(3) Nadi : x/menit (4) Suhu : ºC

d) Genetalia : Pengeluaran pervaginam berupa bercak darah. 2) Masalah

a) Menurut Nursalam (2009), masalah adalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien dari asal pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien. b) Menurut Varney (2008), masalah yang sering muncul pada

akseptor KB Suntik 3 bulan dengan spotting antara lain sebagai berikut :

(1) Rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan. (2) Rasa cemas tentang perdarahan diluar haid. 3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien- pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.Kebutuhan yang diperlukan akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting adalah dukungan moril pada ibu (Varney, 2008).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada akseptor KB Suntik 3 bulan adalah anemia (Sulistyawati, 2011).

d. Langkah Keempat : Antisipasi

Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi pasiennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera.

(32)

24

Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, segera kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2008).

Antisipasi pada spotting yaitu diberikan terapi: tablet besi yang merupakan suatu suplemen penambah darah untuk mencegah terjadinya anemia (Saifuddin, 2006).

e. Langkah kelima : Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting menurut Saifuddin (200), adalah :

1) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.

2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin dilanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan :

a) Beri siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-50 mg

etinilestradiol), ibuproven (sampai 800 mg, 3 x/hari untuk 5

hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

b) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 -7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1.25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14 -21 hari.

3) Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva, salah satu tindakan yang dapat dilakukan dengan cara membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih (Hidayat, 2008).

(33)

f. Langkah Keenam : Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan kebidanan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2008). Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Spotting menurut Saifuddin (2006), adalah :

1) Menginformasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.

2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin dilanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.

a) Memberi siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-50 mg

etinilestradiol), ibuproven (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5

hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

b) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 -7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14 -21 hari.

3) Memberikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva, salah satu tindakan yang dapat dilakukan dengan cara membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih (Alimul, 2008).

(34)

26

g. Langkah Evaluasi Ketujuh : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Menurut saifuddin (2006), evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting meliputi:

1) Ibu sudah merasa nyaman dengan keadaannya.

2) Spooting dapat teratasi dan sudah tidak merasa cemas pasien tetap menggunakan KB suntik 3 bulan.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB dengan Spotting

1. Data Subjektif a. Keluhan utama

Keluhan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting ialah mengeluarkan bercak darah dari alat kelamin.

b. Pola Nutrisi

Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting diperlukan mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah terjadinya anemia (Sulistyawati, 2011).

c. Personal hygiene

Pada kasus KB suntik 3 bulan dengan spotting dianjurkan untuk menjaga kebersihan terutama daerah genetalia (Wiknjosastro, 2008).

d. Aktivitas

Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting aktivitasnya terganggu karena keluarnya bercak darah (Saifuddin, 2006).

e. Data Psikologis

pasien pada akseptor suntik 3 bulan dengan spotting serta psikologisnya tergantung merasa cemas dan karena keluar bercak darah (Prawirohardjo, 2006).

(35)

2. Data Objektif a. Genetalia

Pada akseptor KB suntik 3 bulan PPV (Pengeluaran Per Vaginam) berupa darah bercak merah (Saifuddin, 2006).

b. Pemeriksaan Inspekulo

Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting sumber perdarahan berasal dari uterus (Depkes RI, 2009).

c. Pemeriksaan Labolatorium

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus KB suntik 3 bulan dengan spotting yaitu dilakukan pemeriksaan Hb apakah ibu mengalami anemia atau tidak (Nursalam, 2009).

3. Analisa

Ny. X P…A… tahun Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. a. Masalah

1) Menurut Nursalam (2009), masalah adalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien dari asal pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien.

2) Menurut Varney (2008), masalah yang sering muncul pada akseptor KB Suntik 3 bulan dengan spotting antara lain sebagai berikut :

a) Rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan. b) Rasa cemas tentang perdarahan diluar haid. b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien- pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting adalah dukungan moril pada ibu.

4. Penatalaksanaan

a. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak perlu memerlukan pengobatan.

b. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan

(36)

28

pengobatan:

1) Satu siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 -50 µg etinilestradiol), Ibuproven (sampai 800 mg 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

2) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 -7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14 -21 hari.

3) Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva, salah satu tindakan yang dapat dilakukan dengan cara membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih (Alimul, 2006).

D. Tugas dan Wewenang Bidan

Kewenangan Bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia, dalam kasus KB suntik 3 bulan dengan

spotting bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam

Permenkes RI No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin penyelenggaraan praktek Bidan, dalam kasus ini bidan berwenang untuk :

1. Pasal 9, Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana

2. Pasal 12, Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berwenang untuk:

a. Memberikan penyuluhan dan konseling reproduksi perempuan dan keluarga berencana

(37)

3. Pasal 13, Bidan yang menjalankan Program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

E. Tinjauan Islam tentang KB

Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan kehamilan agar terciptanya suatu keluarga yang sejahtera. Adapun menurut Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan danbantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Dalam al-qur’an dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana, diantaranya Q.S Al-Qashash : 77

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(Qs.Al-Qashash: 77).

Dari ayat tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan

(38)

30

istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup rumah tangga.

Pandangan Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya.

Untuk memperjelas lagi, berikut ada hadist nabi diriwayatkan

هيلع قفتم( َساَّنلا َن ْومفَفْكَتِل ً ِلِاَع ْ مهُِر ْدَت ْنَا ْنِم ٌ ْيَْخ ٌءاَيِنْغَا َكَث َرَو ِر ْدَت َكَنِا

)

Artinya : “sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya direncanakan dan amalkan sampai berhasil.

(39)

Al – Quran Surat An-Nisa’: 9

Amalia. (2012). Penanganan efek Samping Kontrasepsi Suntik 3 Bulan oleh Ibu

Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2012.

urnal Kesehatan Bina Husada, Vol 8 No. 3 Desember 2012

Anggraeni, Y. Martini. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press.

Arum, D. N. S, Sujiyatini. ( 2011). Panduan Lengkap Pelayanan. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Nuhamedika

Baziad, A. (2008). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bickley. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates

(Edisi 5). Jakarta: EGC

BKKBN Jawa Barat, 2015. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013. Tersedia dalam http://www.jabarprov.go.id. [diakses 25 April 2016]. BKKBN, 2015. Pertumbuhan Penduduk Ditargetkan 1,3 Persen. Tersedia dalam

http://www.bkkbn.go.id. [diakses 20 April 2016].

Endang Susilowati (2011). KB Suntik 3 (Tiga) Bulan dengan Efek Samping

Gangguan Haid dan Penanganannya. Majalah Ilmiah Sultan Agung Vol

49, No 123.

Farrer, (2007). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Fatmawati, Siti. & Wahyu Purwaningsih. (2010). Asuhan Keperawatan

Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Hidayat, A.A. (2008). Panduan Keperawatan. Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan

(40)

Saifuddin, A, B. ( 2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A. Biran, A dan Enriquito, L. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.

Suratun, dkk. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dam pelayanan

Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.

Varney. H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC.

. (2008). Varney’s Midwifery. (Thrid Edition). Bandung : Sekeloa Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari tinjauan kasus meliputi penerapan asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR (IUD) mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah/potensial, identifikasi

Perubahan pola menstruasi merupakan masalah yang serius, perubahan menstruasi yang dialami wanita pengguna depo provera di mulai dalam bentuk perdarahan tidak

Dari hasil penelitian ini ibu-ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi yang berpengetahuan baik mayoritas pada ibu primipara, hal ini bisa

Berdasarkan data didapatkan sebanyak 6 (20,0%) responden memiliki berat badan tidak ada kenaikan, hal ini dikarenakan responden cocok menggunakan kontrasepsi suntik 3

spotting. 3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. S akseptor KB IUD dengan spotting. 4) Mengindentifikasi tindakan segera pada Ny. S akseptor KB IUD dengan

Pada langkah ini telah dilakukan tindakan yang sesuai dengan perencanaan yaitu memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan informasi tentang perdarahan bercak, KIE tentang

• Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat

Langkah 5 : Perencanaan Tindakan Intervensi Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan klien, analisa masalah diagnosa dan tindakan segera sehingga pada langkah ini penulis melakukan