• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA 2.1 Perancangan

Menurut Mohamad Subhan (2012:109) dalam bukunya yang berjudul Analisa Perancangan Sistem mengungkapkan : “Perancangan adalah proses pengembangan spesifikasi baru berdasarkan rekomendasi hasil analisis sistem”. Dan juga menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin (2005:39) dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi, adalah sebagai berikut: “Tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik”.

Dari penjelan di atas, perancangan itu sendiri merupakan pemecahan masalah bagi setiap perusahaan untuk menganalisis terlebih dahulu apa yang akan dibuat, tertata untuk membentuk sebuah pola awal atau landasan utama.

2.2 Media

2.2.1 Pengertian Media

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

Jenis-jenis media secara umum dapat dibagi menjadi:

• Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh:

(2)

media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.

• Media Audio: media audio adalah media yang bisa didengar saja, menggunakan indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya.

• Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia karena berbagai format ada dalam internet.

2.3 Tinjuan Buku 2.3.1 Pengertian Buku

Buku dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala macam bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, katron dan kayu. Buku merupakan hasil perekaman dan perbanyakan (multiplikasi) yang paling popular dan awet. Berbeda dengan majalah, apalagi surat kabar, buku direncanakan untuk dibaca dengan tak seberapa memperdulikan kebaruannya karena tanggal terbitnya kurang mempengaruhi.

Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangunan watak bangsa (Muktiono, 2003: 22). Karena buku adalah benda material, buku bisa disimpan di dalam ‘Museum Buku’ yang dikenal sebagai perpustakaan. Perpustakaan ini berawal di Timur Tengah sekitar 3000–2000SM kira-kira pada waktu yang sama dengan mulai semakin besarnya peranan penulisan piktografik di zaman dahulu.

(3)

Salah satu perpustakaan kuno terbesar dibangun oleh orang Yunani di Alexandria pada abad ke-3. (Danesi, 2010: 74)

Akan tetapi, pengekalan pengetahuan bukan satu satunya fungsi yang dibawa oleh buku. Selama paling sedikit lima abad, buku juga dibuat sebagai suatu bentuk seni sastra dan sarana pengalihan perhatian massa. Karya–karya fiksi tak terhitung jumlahnya yang dikenal sebagai novel dan sampai kepada kita sejak zaman Abad pertengahan sudah dibaca, dan akan terus dibaca, oleh jutaan manusia hanya untuk kenikmatan pembacanya saja. (Danesi, 2010: 74)

Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan buku merupakan alat komunikasi berjangka panjang dan mungkin yang paling berpengaruh kepada perkembangan kebudayaan manusia. Di dalam buku, dipusatkan dan dihimpun lebih banyak hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada di dalam sarana komunikasi lainnya. 2.3.2 Manfaat Buku

Salah satu manfaat buku adalah buku dapat menceritakan kepada kita tentang masa lalu. Betapa menakjubkan bisa melihat penyebab kehancuran dan runtuhnya suatu peradaban di masa lalu, atau faktor-faktor penentu kemenangan dari kelompok yang mengendalikan peradaban. Hanya dengan membaca buku kita dapat segera mendapatkan pengalaman mereka tanpa harus membayar dengan pengorbanan yang besar.

Buku juga dapat mengajarkan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ahli-ahli pada waktu lampau. Penemuan yang mungkin membutuhkan waktu seumur hidup dari penemunya untuk dipelajari. Penemuan yang mungkin membutuhkan nyawa dari penemunya untuk mempelajarinya.

Dengan buku, kita bisa meningkatkan peradaban manusia. Akan tetapi, seperti sebuah jendela, kita dapat melihat ke arah yang benar dan dapat juga melihat ke arah yang salah. Jika kita membaca buku yang salah, maka kita bisa saja mendapatkan hal

(4)

yang sebaliknya dari yang kita inginkan. Bisa saja kita mendapatkan sejarah yang salah yang telah banyak dirubah dan ditutupi. Setelah membaca suatu buku, bisa jadi timbul marah, dan haru.

Buku juga dapat berisi ilmu pengetahuan yang salah, yang jika diterima begitu saja, dapat membawa kita ke arah yang salah. Buku juga bisa berisi ramalan masa depan yang berdasarkan statistik atau bahkan tidak berdasar.

2.4 Tinjuan Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO(Newhall, 2005:5).

(5)

2.4.1 Sejarah Fotografi

Fotografi seperti yang kita kenal sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya satu sama lain dan sebelum masing – masing sampai kepada kesempurnaannya seperti yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.

Fotografi secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun yang lalu. Ini apabila konteksnya berhubungan dengan teknologi. Namun bila mengenai gambar dua dimensi yang dihasilkan memalui peran cahaya, maka sejarah fotografi sangatlah panjang, paling tidak fotografi sudah tercatat sebelum masehi.

Fotografi resmi tercatat pada abad ke-19 dan berkembang bersama peradaban manusia dan teknologi lainnya yang pada masa itu sedang berkembang dengan pesatnya. Tahun 1839 kemudian dicanangkan sebagai tahun awal fotografi, pada tahun itu di Perancis dinyatakan resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Pada masa itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen. Penemu fotografi dengan plat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya inign mematenkan temuannya itu, tapi pemerintah Perancis dengan dilandasi berbagai pemikiran politik berpikir bahwa penemuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia dengan cuma-cuma.

Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis. Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri samapi enam tahun kemudia hasil kerjanya diumumkan ke seluruh dunia.

(6)

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata heliografi lagi karena cahaya apapun kemudian dapat dipakai, tidak harus cahaya matahari. Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilatpun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam fotografi. Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran.

Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat hadiah nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen. Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu kilat (blitz) kemudian juga turut membawa fotografi berkembang lebih luas.

Pada tahun 1940, Dr. Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan seper sekian detik. Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat undah yang sedang bersalto misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja.

Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mulau menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.

Kemudian ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York

Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto tersebut merupakan

karya dari Henry J. Newton.

(7)

a. Fotografi Dokumentasi

Fotografi ini menceritakan jalannya suatu peristiwa atau acara melalui media fotografi. Fotografi ini tidak boleh dibuat secara sembarangan dan tidak dibuat-buat karena harus mampu merekam keadaan di sekeliling fotografer, baik keadaan manusia maupun keadaan alamnya. b. Fotografi Human of Interest

Fotografi ini merupakan fotografi dari kehidupan sehari-hari manusia yang menyampaikan sesuatu kepada pengamat foto untuk dapat merasakan sendiri apa yang dialami oleh objek fotografi. Dalam fotografi ini dibutuhkan kesigapan dan kecepatan fotografer dalam bertindak ketika melihat sebuah peristiwa yang dirasa menarik untuk diabadikan.

c. Fotografi Still Life

Fotografi ini mengabadikan objek tak bergerak dan menampilkan detail dari objek tersebut. Komposisi yang baik dibutuhkan agar hasil fotografi dapat dinikmati dengan nyaman dan indah.

2.4.2 Fotografi melalui Sifat dan Fungsi

Fotografi didasarkan pada tiga sifat yang paling penting, sifat-sifat tersebut menentukan ruang lingkup peralatan dan pembatasan mengenai apa yang dapat dan apa yang tidak dapat dilakukan. Sifat-sifat tersebut antara lain :

a. Otentik, sifat utama setiap pemotretan adalah otentik, dimana suatu hasil pemotretan lebih bermakna daripada ribuan kata-kata.

b. Kecepatan pencatatan, waktu yang dibutuhkan untuk sebuah pengambilan foto hanyalan sepersekian detik, pencatatan dengan kecepatan tinggi ini merupakan keunggulan besar yang tidak dapat digantikan oleh media komunikasi apapun, namun kelemahan dengan cepatnya catatan waktu ini adalah dapat mengakibatkan pengambilan

(8)

gambar yang terkesan tergesa-gesa tanpa pertimbangan aspek-aspek lainnya.

c. Kecermatan melukiskan pembatasan, dimana dalam sebuah foto dapat menghasilkan bagian-bagian yang detail dimana tidak dapat ditangkap langsung oleh mata pada saat itu. Namun ada juga foto yang sengaja dikaburkan bagian-bagian detail-nya hanya untuk mengedepankan unsur seni.

2.4.3 Fotografi berdasarkan Teknik

Untuk menyampaikan informasi yang terekam melalui sebuah foto, diperlukan kejelian agar dapat menghasilkan foto yang berkualitas tinggi. Hal tersebut tentunya juga harus didukung dengan pengetahuan tentang dasar-dasar fotografi dan fungsi kamera. Dalam menghasilkan sebuah foto yang baik maka harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut :

a. Komposisi

Komposisi adalah susunan yang ada dalam suatu foto. Komposisi yang baik ditentukan berdasarkan :

Balance

Hal yang berkaitan dengan keseimbangan objek foto yang akan dibidik.

Point of Interest

Pusat perhatian, hal atau sesuatu yang paling menonjol pada foto, sehingga dapat membuat orang langsung melihat pada objek tertentu.

Framing

Kegiatan membingkai suatu objek tertentu ke dalam view finder. Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi pengambilan gambar, antara lain :

(9)

Komposisi yang terlihat hanya objek yang dijadikan point of interest, digunakan untuk menggambarkan sebagian figur, elemen subjek ditampakkkan dar bahu sampai kepala.

Extreme Close Up

Digunakan untuk menggambarkan detail sebuah subjek yang hanya ditonjolkan elemen tubuhnya, misal mata saja, hidung.

Long Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek kecil, digunakan saat menggambarkan seluruh area dari sebuah aksi.

Medium Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto sudah terlihat lebih besar dibandingkan pada long shot, digunakan untuk menggambarkan seluruh figur maupun sosok seseorang dari bawah lutut sampai kepala, tetapi tidak keseluruhan setting.

High Angel

Pemotretan dengan menempatkan objek foto lebih rendah daripada kamera, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto terkesan mengecil. Disebut juga dengan ”sudut pandang mata burung”.

Low Angel

Pemotretan dengan kamera yang ditempatkan lebih rendah daripada objek foto, sehingga objek foto terkesan membesar. Disebut juga dengan ”sudut pandang mata kodok”.

Foreground

Pemotretan dengan menempatkan objek lain di depan objek utama dengan tujuan sebagai pembanding dan memperindah objek utama. Objek yang berada di depan objek utama ini dapat dibuat tajam (fokus) maupun tidak tajam (blurring).

(10)

Kebalikan dari foreground, dengan tujuan yang sama dan dapat pula dibuat tajam atau tidak.

Vertical and Horizontal

Pemotretan dengan posisi kamera mendatar (horisontal) maupun vertikal, sehingga didapatkan hasil pemotretan yang berbeda.

b. Fokus

Kegiatan mengatur ketajaman objek foto yang dijadikan point of interest, yang dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada lensa. Kegiatan focusing ini dapat ditiadakan apabila kamera memiliki kemampuan auto focus, dimana kamera dapat memfokuskan sendiri objek yang akan dibidik.

c. Penggunaan filter penunjang

Penggunaan filter sering dikatakan sebagai penyaring. Beberapa filter yang mampu mendukung proses pemotretan diantaranya :

Filter Ultra Violet

Berfungsi menyaring sinar-sinar ultra violet yang banyak dijumpai di tempat terbuka seperti pantai dan pegunungan.

Filter Skylight

Serupa dengan filter UV, hanya saja lebih diajukan pada penggunaan foto berwarna.

Filter Natural Density

Digunakan untuk tujuan tertentu, seperti saat kita memakai bukaan diaframga besar atau kecepatan rana lambat.

Filter Polarisasi

Fungsinya menyaring sinar-sinar yang terpolarisir sehingga menjernihkan hasil foto, pada kondisi tertentu dapat membantu menambah kecemerlangan hasil gambar.

Filter Kreatif

Mempunyai banyak variasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain filter gradual, multi image, sunrise, sunset.

(11)

2.5 Sejarah Food Photogrpahy

Pada abad ke 16-17 di Eropa, lukisan dengan thema subjek makanan mulai berkembang. Banyak kalangan atas Eropa membayar pelukis untuk membuat lukisan still life dengan thema makanan untuk menggambarkan “kemakmuran”. Di antara lukisan-lukisan yang terkenal adalah karya Michelangelo Merisi de Caravaggio dan Johannes Ver Meer.

Item fulltext

Di abad ke 20, food photography menjadi bagian tidak terpisahkan dari industri makanan yang dalam skala besar mempengaruhi tumbuhnya gaya hidup modern, bagaimana kita menyantap makanan baik dalam rumah tangga maupun di tempat kerja, mall, dll. Sejarah seperti berulang dalam bentuk yang lain. Food photography seperti lukisan still life makanan pada abad 16 mempunyai peran yang sama, yaitu sebagai symbol “kemakmuran” namun bedanya di jaman modern saat ini, food photography menjadi sangat persuasive, sehingga dalam food photography selalu menyajikan 4 elemen, yaitu : “Menggoda, Lezat, Sehat dan Bersih”.

2.5.1 Pencahayaan dalam Food Photography

Sumber cahaya yang digunakan bisa cahaya alami dalam hal ini matahari atau artificial lighting berupa lampu baik flash, tungsten, lampu ruangan dan lain-lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyiasati sumber cahaya tersebut untuk menghasilkan kontras cahaya seperti yang kita kehendaki. Untuk itu kita membutuhkan lighting modifier bisa berupa softbox, reflector, honeycomb atau bahkan juga penghalang cahaya dari botol plastic (saya sering menggunakan ini untuk memblok cahaya yang terlalu keras).

Sumber cahaya dari samping atau lazim disebut side light adalah yang paling ideal untuk semua jenis pemotretan termasuk juga pada food photography. Side light bisa dari atas object agak sedikit dari arah belakang atau juga dari samping dan atau belakang objek. Pemilihan letak main light ini tentunya harus disesuaikan dengan

(12)

arah sudut kamera. Usahakan sudut yang terbentuk antara kamera dengan sumber cahaya paling tidak 45 derajat, karena hal ini akan membentuk kontras cahaya yang lebih baik serta menghasilkan cahaya melingkari texture makanan. Jika sudut antara kamera dan sumber cahaya hampir bertemu (kurang dari 45 derajat) maka cahaya yang jatuh ke objek akan terlihat “flat” (datar) sehingga kontras yang ditimbulkan juga sangat sedikit.

Penggunaan reflector card akan banyak membantu kita dalam mengatur kontras sesuai yang diinginkan. Reflector card dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti cermin, aluminium foil, karton hitam dan putih dengan berbagai ukuran tergantung kebutuhan. Selain itu juga dibutuhkan clamp untuk memegang reflector card.

2.5.2 Komposisi

Seperti umumnya semua jenis pemotretan, pada food photography kita juga harus melakukan komposisi. Komposisi dalam food photography umumnya dilakukan komposisi diagonal, tujuannya untuk memenuhi ruang kosong (negative space). Penggunaan teknik selective focus sangat membantu untuk menonjolkan objek atau detail dari sebuah objek.

Setelah kita mahir dalam ketiga hal di atas maka sekarang kita akan mulai memotret makanan yang ada di table top. Kita harus memulainya dengan membuat konsep/ide, bagaimana kita ingin menggambarkan makanan tersebut kepada audience, kesan apa yang ingin kita sampaikan, inti dari menu atau masakan harus jelas tersampaikan, cara penyajian juga menjadi hal yang harus kita pikirkan jika kita membuat foto makanan untuk client yang merupakan produsen bumbu makanan jadi dan masih banyak hal yang harus kita pikirkan berkaitan dengan objek yang akan kita ceritakan melalui foto. Setelah kita memikirkan konsep dan membuat ringkasan, barulah kita bisa menentukan lighting mood yang cocok untuk mendukung konsep pemotretan, dari sini lalu kita bisa mendesign bagaimana pemotretan akan kita lakukan, misalnya soal pemilihan lighting, apakah kita akan menggunaka flash atau

(13)

cahaya matahari, apakah pemotretan akan kita lakukan di lokasi sebenarnya atau di dalam studio, dan lain-lain hingga ke detail terkecil.

Untuk pemotretan food photography, kita sebaiknya melibatkan seorang food stylist yang tugasnya menyiapkan atau membuat makanan yang akan kita foto sekaligus menatanya secara artistic dalam sebuah rangkaian. Food stylist adalah partner food photographer oleh karena itu sebaiknya kita mempunyai “chemistry” yang baik dengan food stylist.

2.6 Teori Desain Komunikasi Visual

Diambil menurut buku "Desain Komunikasi Visual Terpadu" (Safanayong. 2006), desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi mekanikal tetapi ada fungsi lainnya, yaitu memberi inspirasi, informasi dan menggerakkan manusia untuk beraksi. Berikut ini adalah fungsi desain komunikasi visual :

1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform), mencakup: menjelaskan, menerangkan dan mengenalkan.

2. Untuk memberi penerangan (to enlighten), mencakup : membuka pikiran dan menguraikan.

3. Untuk membujuk (to persuade), mencakup : menganjurkan (umumnya dalam periklanan), komponen-komponennya termasuk kepercayaan, logika dan daya tarik.

4. Untuk melindungi (to protect), fungsi khusus untuk desain kemasan dan kantong belanja.

Dalam proyek tugas akhir ini, penulis akan menggunakan fungsi desain komunikasi visual untuk memberikan informasi, menerangkan, membujuk / menganjurkan, serta melindungi pada pembahasan mengenai buku "Food Blog

(14)

2.7 Teori Layout

Menurut buku "Layout dan Dasar Penerapannya" (Rustan, 2009: 74), layout merupakan tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Ada beberapa prinsip-prinsip dasar pada sebuah layout :

1. Hierarki

Dengan adanya hierarki, pembaca secara otomatis akan mengurutkan pandangan matanya sesuai yang diinginkan desainer.

2. Empasis

Empasis dapat diciptakan melalui beberapa cara, yaitu:

Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut.

• Warna yang kontras dengan latar belakang dan elemen lainnya. • Letakkan pada posisi yang menarik perhatian.

Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya.

3. Balance

(15)

4. Unity

Merupakan prinsip kesatuan elemen-elemen desain dalam layout.

Menurut buku "Layout Workbook" dalam mendesain sebuah layout dibutuhkan juga sebuah intuisi. Karena dengan adanya intuisi, desainer dapat berimajinasi bebas yang akan menghasilkan desain yang baru dan memecahkan sebuah masalah dengan solusi yang inovatif atau memperkuat estetika sebuah desain, konsep dan presentasi visual desain. Intuisi juga membuat para desainer keluar dari zona nyamannya (Cullen, 2012: 46).

2.7.1 White Space Layout

Layout yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini adalah white space layout. Diambil dari buku "Best Practices for Graphic Designer, Grids and Page Layouts" (Graver & Jura, 2012: 77), penggunaan white space pada layout sangat

penting untuk menciptakan kemudahan dalam membaca. White space layout akan mengarahkan pandangan mata pembaca dari konten ke konten lainnya dan mengurutkan setiap elemen ke elemen desain lainnya sesuai keinginan desainer. Penggunaan layout ini tidak akan berfungsi secara maksimal jika hanya memperluas bidang kerja demi mendapatkan karakter white space tersebut. Karena konten yang terpusat pada satu titik akan menciptakan layout yang statis sehingga tidak mengarahkan pembaca pada format desain yang sebenarnya.

Penggunaan white space layout dengan teknik asimetris / dinamis menciptakan komposisi, pergerakan dan keseimbangan yang jauh lebih baik dibanding pengunaan layout statis. Meletakan konten di garis margin dengan penggunaan margin yang sangat kecil akan menciptakan hierarki yang kuat sehingga dapat digunakan sebagai navigasi bagi pembaca.

(16)

2.8 Column Grid

Dalam proyek tugas akhir ini penulis akan menggunakan 24 column grid per

single page yang dipisahkan oleh ruang kosong vertikal / gutter 0,5 cm agar teks

yang panjang menjadi lebih nyaman dibaca dan tidak melelahkan bagi pembaca. (Samara 2005: 27). Penulis menggunakan Column Grid digunakan sebagai perangkat utama dan menggunakan patokan column ke 12 dari kiri, tujuannya untuk menjaga navigasi dan alur pembaca serta memberikan keunikan dalam komposisi desain

layout. Sebagai dasar landasan perancangan layout buku ini, penulis mengutip

kutipan dari Massimo Vignelli dalam penggunaan sistem grid,

"Sistem grid mewakili struktur dasar dari desain grafis yang dapat mengatur konten tulisan ataupun grafik sehingga menampilkan konsistensi dan kerapihan dari sebuah layout dan juga dapat merepresentasikan sebuah tingkat intelektual yang kita ingin ekspresikan." Penulis percaya dengan teori diatas bahwa dengan menggunakan sistem grid yang baik maka pesan dalam suatu desain akan tersampaikan dengan baik pula.

2.9 Warna

Warna termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur–unsur visual yang lain (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 4). Lebih lanjut, Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut. Selanjutnya, Endang Widjajanti Laksono (1998: 42) mengemukakan bahwa warna merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga unsur yang penting dari

(17)

pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.

Warna dapat ditinjau dari dua sudut pandang, dari ilmu fisika dan ilmu bahan (Ali Nugraha, 2008: 34). Lebih lanjut, warna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian warna, yaitu warna additive dan subtractive (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005: 17–19). Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Kejadian warna ini diperkuat dengan hasil temuan Newton (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 26) yang mengungkapkan bahwa warna adalah fenomena alam berupa cahaya yang mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen. Menurut Prawira (1989: 31), pigmen adalah pewarna yang larut dalam cairan pelarut.

2.9.1 Warna berdasarkan Spektrum Warna

Pada tahun 1831, Brewster (Ali Nugraha, 2008: 35) mengemukakan teori tentang pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut:

a. Warna Primer

Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari campuran dari warna–warna lain. Menurut teori warna pigmen dari Brewster, warna primer adalah warna–warna dasar (Ali Nugraha, 2008: 37). Warna–warna lain terbentuk dari kombinasi warna–warna primer. Menurut Prang, warna primer tersusun atas warna merah, kuning, dan hijau (Ali Nugraha, 2008: 37, Sulasmi Darma Prawira, 1989: 21).

(18)

Akan tetapi, penelitian lebih lanjut menyatakan tiga warna primer yang masih dipakai sampai saat ini, yaitu merah seperti darah, biru seperti langit/laut, dan kuning seperti kuning telur. Ketiga warna tersebut dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam seni rupa.

Secara teknis, warna merah, kuning, dan biru bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning, dan cyan. Oleh karena itu, apabila menyebut merah, kuning, biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta, sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan.

b. Warna Sekunder

Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer menghasilkan warna–warna sekunder. Warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning. Warna hijau adalah campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru.

c. Warna Tersier

Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan– tulisan teknis.

d. Warna Netral

Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan

(19)

coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna– warna kontras di alam. Munsell (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 70) mengemukakan teori yang mendukung teori Brewster. Munsell mengatakan bahwa:

Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila warna dua warna primer masing– masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral.

2.9.2 Warna berdasarkan Gambar/Ilustrasi Warna Monochrome

Warna yang menambahkan atau mengurangi intensitas dari suatu warna saja. Gambar yang hanya memiliki satu warna (monochrome), warna dan kedalamannya tergambarkan pada kualitas terang maupun gelap. Gambar monochrome tidak mempresentasikan kenyataan/realitas yang ada, namun mengidentifikasikan sebuah keseimbangan antara cahaya dan juga gekap dari suatu objek, bukam warna-warna tersebut. Gambar monochrome memberikan kesan volume dari sebuah warna, memberikan kesan kelonggaran dan kebebasan bagi pengamatnya untuk memiliki imajinasi tentang objek gambar serta partisipasi dalam memahami objek.

Warna Polychrome

Warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan, tidak semata-mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti halnya monokromatik, Polychrome membuat objek menjadi lebih realis dan ekspresif sebab pencampuran warna didasarkan kepada warna-warna yang sesungguhnya dilihat.

2.9.3 Warna berdasarkan Sensasinya

Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur bahwa

(20)

warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna dapat mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Klarifikasi warna menurut sensasi dibagi menjadi tiga, yaitu:

Warna Panas

Yang termasuk warna panas diantaranya adalah : merah, kuning, dan percampuran diantaranya.

Warna Dingin

Yang termasuk warna panas diantaranya adalah : biru, hijau, dan percampuran diantaranya.

Warna Netral

Yang termasuk warna panas diantaranya adalah : putih, abu-abu, dan hitam. 2.9.4 Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristiknya

Warna Positif atau Aktif

Warna-warna ini memberikan kesan sifat dan karakter yang aktif, Yaitu kuning, merah, kuning kemerahan dan merah kekuningan.

Warna Negatif atau Pasif

Warna-warna ini mengidentifikasikan kegelisahan, kepatuhan, kegairahan, pemikiran yang lemah lembut, Yaitu biru, biru kemerahan, dan merah kebiruan.

2.9.5 Warna berdasarkan Kualitasnya Hue

Yaitu dimensi nama dari warna dan merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna seperti merah, kuning, biru, dan lainnya. Chroma

Yaitu dimensi mengenai cerah atau suramnya warna yang merupakan kualitas dari keberadaan suatu warna. Perubahan dalam intensitas dapat dibuat melalui percampuran warna komplementernya.

(21)

Value

Yaitu dimensi petunjuk gelap atau terangnya warna. Maksud dari tingkatan value untuk membuat kesan cahaya yang ditimbulkan oleh warna yang diterima mata. Value yang berada di atas middle disebut high value, sedangkan value yang berada di bawah middle disebut low value.

2.9.6 Warna berdasarkan Maknanya Merah

Warna api dan darah, jadi warna merah diasosiasikan dengan tenaga, perang, bahaya, kekuatan, kekuasaan, tekad dan juga keinginan, hasrat dan cinta.

Dapat menstimulasi rasa lapar. Kuning

Warna dari sinar matahari. Warna kuning sering diasosiasikan dengan kegembiraan, kebahagiaan, kepintaran dan kekuatan.

Biru

Warna dari langit dan laut. Warna biru sering diasosiasikan dengan kedalaman dan stabilitas. Warna biru menyimbolkan kepercayaan, kesetiaan, kebijaksanaan, keyakinan, kepintaran, kepercayaan, kebenaran dan surga.

Jingga

Menggambarkan kekuatan dari merah dan kebahagiaan dari kuning. Warna jingga diasosiasikan dengan sinar matahari dan daerah tropis. Jingga menggambarkan antusisme, daya tarik, kebahagiaan, kreativitas, kebulatan tekad, atraksi, sukses, dorongan, dan pendorong.

Hijau

Warna dari alam. Menyimbolkan pertumbuhan, harmoni, kesegaran dan kesuburan. Hijau mempunyai hubungan yang kuat dengan keamanan. Hijau tua juga sering diasosiasikan dengan uang.

(22)

Warna ungu menggabungkan stabilitas dari biru dan kekuatasn dari merah. Ungu diasosiasikan dengan royalitas. Warna ungu melambangkan kekuatan, kebangsawanan, kemewahan dan ambisi. Warna ungu menyampaikan kekayaan, dan kelebihan. Ungu diasosiasikan dengan kebijaksanaan, gengsi, kebebasan, kreatifitas, misteri, dan sihir.

Putih

Diasosiasikan dengan muda, kebaikan, ketidak bersalahan, kemurniasn, dan keperawanan. Warna putih dianggap sebagai warna kesempurnaan.

Hitam

Diasosiasikan dengan kekuatan, keindahan, formalitas, kematian, iblis, dan misteri.

2.10 Kuliner khas Bali

Budaya Bali berorientasi pada konsep gaya hidup yang berlandaskan pada teori keseimbangan. Segala tata laku kehidupan didasari oleh konsep tersebut, termasuk dalam bidang kuliner. Dalam kuliner Bali, dikenal istilah basa genep atau

basa gede yang merupakan bumbu inti (mother souce) yang didasari oleh konsep

kesetimbangan kosmos yang diistilahkan dengan catus pata alias pempatan agung. Dalam konteks keruangan, catus pata atau pempatan agung diwujudkan dalam bentuk perempatan utama yang menjadi pusat orientasi setiap desa atau kota. Pusat

catus pata merupakan titik nol dari bentangan sebuah wilayah.

Dalam pusaka kuliner Bali, catus pata terwujud dalam penentuan empat unsur utama dari basa gede alias bumbu inti (mother sauce) tadi. Keempat unsur utama tersebut adalah isen (laos), kunyit (kunir), jae (jahe), dan cekuh (kencur). Keempat bahan inilah yang menjadi ‘guru’ atau pokok dalam pembentukan basa gede. Selanjutnya, keempat unsur utama tersebut dilengapi dengan tiga unsur tambahan, dua unsur laut, dan satu unsur pengunci.

(23)

Jika dikaitkan dengan kosmologi, isen (lengkuas) yang berwarna merah mewakili arah selatan dan merupakan representasi representasi Dewa Brahma. Kunyit (kunir) yangberwarna kuning mewakili arah barat yang merupakan representasi dari Dewa Mahadewa. Jahe (hitam) mewakili arah utara merupakan representasi dari Dewa Wisnu. Cekuh (kencur) yang berwarna putih mewakili arah timur dan merupakan representasi dari Dewa Iswara.

Di dalam memadukan ke-empat unsur utama ini, para tetua tidak menggunakan skala timbangan untuk mengetahui besaran jumlah masing-masing, melainkan dengan jari tangan. Ada pun pembagiannya sebagai berikut: jari tengah untuk isen (lengkuas), telunjuk untuk kunyit (kunir), jari manis untuk jahe, dan kelingking untuk cekuh (kencur).

Setelah mendapat jumlah dari gabungan ke-empat unsur di atas, setengah dari jumlah gabungan bahan-bahan tersebut merupakan besaran jumlah bawang merah. Setengah dari besaran bawang merah adalah besaran bawang putih yang diperlukan. Selanjutnya, setengah dari besaran bawang putih merupakan jumlah besaran cabai. Setengah besaran cabai, merupakan jumlah besaran rempah-rempah.

Delapan unsur di atas merupakan perwakilan dari gunung, sedangkan garam dan terasi merupakan perwakilan dari laut. Sehingga ke-sepuluh unsur gabungan tersebut melambangkan pertemuan antara gunung dan laut, maskulin dan feminine. Dalam kaitan menggabungkan ke-sepuluh unsur di atas, Belawa (juru masak) ‘meniupkan roh’ pada basa gede tersebut agar memunculkan cita rasa yang sempurna. Ini merupakan keahlian dalam seni kulinari yang menjadikan masakan terasa enak dan menyehatkan. Para tetua di Bali sangat yakin apabila seorang Belawa berhasil meramu ke-sepuluh unsur bumbu dengan sempurna maka dia akan melebur sebagai sebuah kekuatan yang berporos di tengah, yakni kekuatan Dewa Siwa. Kekuatan Siwa menjamin sanitasi dan menghindarkan makanan dari kontaminasi segala bentuk penyakit.

(24)

Dengan takaran di atas, maka bisa diduga bahwa rasa dari basa gede cenderung pedas (spicy). Kemungkinan hal ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan Siwa-Buddha yang berorientasi pada Dewa Bairawa yang panas (spicy). Dari cerita ini kemudian kita mengenal sebutan Belawa untuk juru masak, yang belakangan berkembang menjadi Be Lawar. Lalu terjadi salah kaprah, Lawar menjadi sebutan untuk jenis makanannya, bukan pengolahnya

2.11 Kota Denpasar

Seperti halnya dengan kota-kota lainnya di Indonesia, Kota Denpasar merupakan Ibukota Propinsi mengalami pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta lajunya pembangunan di segala bidang terus meningkat, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kota itu sendiri. Demikian pula dengan Kota Denpasar yang merupakan Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Bali mengalami pertumbuhan demikian pesatnya. Pertumbuhan penduduknya rata-rata 4,05% per tahun dan dibarengi pula lajunya pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor, sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap Kota Denpasar, yang akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan yang harus diselesaikan dan diatasi oleh Pemerintah Kota Administratif, baik dalam memenuhi kebutuhan maupun tuntutan masyarakat perkotaan yang demikian terus meningkat (www.denpasarkota.go.id).

Berdasarkan kondisi obyektif dan berbagai pertimbangan antara Tingkat I dan Tingkat II Badung telah dicapai kesepakatan untuk meningkatkan status Kota Administratif Denpasar menjadi Kota Denpasar. Dan akhirnya pada tanggal 15 Januari 1992, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Denpasar lahir dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Pebruari 1992 sehingga merupakan babak baru bagi penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah Tingkat I Bali, Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan juga bagi Kota Denpasar. Bagi Propinsi Daerah Tingkat I Bali adalah merupakan pengembangan yang dulunya 8 Daerah Tingkat II sekarang menjadi 9 Daerah Tingkat II. Sedangkan

(25)

bagi Kabupaten Badung kehilangan sebagian wilayah serta potensi yang terkandung didalamnya. Bagi Kota Denpasar yang merupakan babak baru dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang walaupun merupakan Daerah Tingkat II yang terbungsu di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali

(www.denpasarkota.go.id).

2.12 Identifikasi Data

a. Nasi Bali Men Weti (Jalan Segara Ayu, Sanur, Denpasar)

Nasi Bali Men Weti ini adalah nasi ayam khas Bali yang mempunyai ciri khas yaitu ayam bumbu bali dan kulit ayam yang sangat dicari para pecinta kuliner. Masakan ini dipadukan dengan beberapa sayur dan tidak lupa yaitu sambel matah yang digoreng beda dengan penyajian sambel matah yang biasanya. Terletak didaerah sanur, lebih tepatnya di jalan Pantai Segara Sanur.

b. Nasi Ayam Betutu Liku (Jalan Gandapura III F no. 10)

Ayam Betutu sangat kental dengan kepedasannya, tetapi beda dengan halnya dengan nasi ayam betutu liku, yang mempunyai cita rasa yang gurih, dan tidak terlalu pedas menjurus ke sedang, tetapi nasi ini dipadukan dengan sayur kacang panjang yang sudah dibumbui beserta potongan timun dan sambal matah.

c. Warung Sari Manis ( Jalan Cok Agung Tresna 99x, Renon, Denpasar)

Warung ini menyediakan berbagai macam menu masakan yang sudah bercampur antara budaya Bali dan Chinese. Memadukan kedua budaya yang dikarenakan sang pemilik adalah keturunan Tionghua sendiri. Berbagai macam lau pauk yang disediakan, salah satunya sapi masuk cabai hijau yang menajdi popular

(26)

d. Warung Pojok ( Jalan Gajah Mada no.16, Denpasar)

Warung pojok adalah nasi campur khas Bali yang lauknya terdiri dari ayam sisit, sate merah, serundeng, kering kentang dan masih banyak lagi. Yang menjadi khas yaitu sambelnya yang begitu pedas.

e. Sate lilit (Jalan Tukad Yeh Aya IX, Denpasar)

Kuliner sate sangat identik dengan daging ayam, sapi, maupun babi. Beda halnya dengan ini, sate lilit adalah sate yang bersala dari daging ikan, yang sudah di giling dan dipadukan dengan parutan kelapa muda.

f. Lak lak men Gabrug ( Jalan Nusa Indah no. 69, Denpasar)

Lak lak adalah salah satu jajan khas Bali yang berwarna hijau. Terlihat seperti serabi tetapi versi kecil, lak lak ini sendiri terbuat dari tepung beras, setelah itu dimasak memakai tungku tradisional, setelah itu disiram memkai gula merah dan parutan kelapa

g. Sate Plecing Arjuna (Jalan Arjuna no.47, Denpasar)

Sate arjuna terdiri dari berbagai macam sate, ada sate babi, sate sapi, maupun sate sumsum sapi, da nada dua jenis bumbu yaitu bumbu plecing dan manis (bercampur gula merah). Soto arjuna sendiri terdiri dari daging sapi dan bakso sapi, yang berkuah bening, beda dengan halnya soto sapi Madura yang berwarna kuning dang irisan daging yang tebal-tebal.

h. Ikan Goreng Mak beng (Jalan Hangtuah no. 45, Sanur, Denpasar)

Hampir sama dengan be pasih, tetapi ikan Mak Beng ini mempunyai ciri khas yaitu, ikan yang digoreng dan didampingi dengan sup ikan.

(27)

i. Nasi Ayam Kedewatan (Jalan Tukad Badung no. 11, Renon, Denpasar)

Nasi ini disajikan dengan potongan ayam yang cukup besar, ayam sisit yang dicampur dengan jeroan ati dan rempela, telur pindang, sate, tumis kacang panjang yang dicampur parutan kelapa muda, dan sambal.

j. Tipat Cantok, rujak, dan jajanan bali (Jalan Merdeka 2 no.9, Denpasar)

Tipat cantok sendiri adalah seperti gado-gado tapi khas Bali, dengan isi hanya tipat atau ketupat, tauge, tahu, tempe, kacang panjang dicampur aduh dengan ulekan bumbu kacang yang dibuat secara langsung dengan sayur-sayur diatas. Rujak di Balipun mempunyai berbagai macam, seperti rujak serut, rujak manis, rujak gulung boni, rujak kuah pindag, dan masih ada lagi. Jajanan balipun tidak lupa seperti es daluman, klepon khas bali,jaje sumping, jaje batun bedil, jaje lak-lak dan lain-lain.

(28)

2.13 Analisa Data

2.13.1 Analisa Data SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threat)

(29)

2.13.2 USP (Unique Selling Point)

Untuk menentukan USP kuliner khas Bali di Kota Denpasar, diperlukan data-data yang mengenai tempat-tempat kuliner yang ada, dan membandingkan dengan tempat-tempat kuliner di daerah lain, sebagai pembanding. Kuliner khas Bali di Kota Denpasar ini memiliki berbagai macam kuliner khas Bali, Kota yang strategis, berada di tengah-tengah tempat wisata-wisata yang sudah terkenal di Bali, jadi aktivitas bagi masyarakat dan wisatawan pasti akan melewati Kota Denpasar ini.

2.13.3 Positioning

Menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2009 : 162) : “Positioning adalah cara membangun citra atau identitas di benak konsumen untuk produk, merek, atau lembaga tertentu dengan membangun persepsi relative suatu produk terhadap produk lain”. Menurut Christina Whidya Utami (2010 : 74) :“Penentuan posisi adalah membentuk citra perusahaan”.

Positioning merupakan sebuah strategi bagi perusahaan untuk menanamkan produk di benak para konsumen. Dalam proses positioning selalu dimulai dengan Positioning Produk. Selain itu juga untuk memenangkan keparcayaan dan mendapatkan kredibilitas daerah di mata TTI-TDO (Trader, Tourist, InvestorTalent,

Developer, Organizer) serta membangun rasa saling percaya di antara daerah tersebut

dengan pelanggan. Tentunya daerah yang ingin dipromosikan adalah Kabupaten Jember sebagai kota wisata kuliner.

Maka dari itu Kota Denpasar hanya dianggap sebagai kota biasa, tidak memiliki daya tarik tersendiri, tetapi Kota ini memilki berbgai macam kuliner khas Bali yang belum tersentuh bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Gambar

Table 2.1. Analisi Data SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Malang adalah mengembangkan salah satu kawasan di daerah aliran sungai (DAS) Brantas, tepatnya di belakang Balai Kota Malang

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media

Melengkapi pendapat dari Philip Kotler, promosi menurut Sigit adalah setiap bentuk komunikasi yang digunakan oleh perusahaan (pemasar) untuk memberitahu (informasi), membujuk,

Ancaman terbesar justru dari dalam sendiri, ini disebabkan bila tempat wisata perkebunan ini tidak segera memperbaiki sarana umum yang ada dan tidak lebih melengkapi sarana

Maka dapat dikatakan logo dari D`Putu Bumbung kurang baik dan tidak dapat mewakili citra resto yang menjual masakan Italia/ tidak dapat mewakili citra

Penulisan Karya Tulis Imiah yang berjudul “Perbedaan Diameter Lumen Arteri Umbilikalis pada Preeklampsia Berat dan Kehamilan Normotensi” ini dilakukan dalam rangka memenuhi

 Menemukan berbagai perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah angka  Menemukan berbagai perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah grafis  Menemukan

INFEKSI MENULAR SEKSUAL Diskusi Genital Warts (Ningrum) KONSEP KESPRO (indikator kesehatan.. wanita)