• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI BODY IMAGE, KEBIASAAN MAKAN DAN STATUS GIZI PADA PENARI REMAJA WANITA RILY HANUNDYAH DIENASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI BODY IMAGE, KEBIASAAN MAKAN DAN STATUS GIZI PADA PENARI REMAJA WANITA RILY HANUNDYAH DIENASARI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI BODY IMAGE, KEBIASAAN MAKAN DAN

STATUS GIZI PADA PENARI REMAJA WANITA

RILY HANUNDYAH DIENASARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi Body

Image, Kebiasaan Makan dan Status Gizi pada Penari Remaja Wanita adalah

benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Rily Hanundyah Dienasari NIM I14120140

(4)
(5)

ABSTRAK

RILY HANUNDYAH DIENASARI. Persepsi Body Image, Kebiasaan Makan, dan Status Gizi pada Penari Remaja Wanita. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN.

Penelitian ini bertujuan menganalisis persepsi body image, kebiasaan makan dan status gizi pada penari remaja wanita. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study dengan purposive

sampling yang melibatkan subjek sebanyak 57 penari remaja di Sanggar Gigi Art of Dance, Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini menunjukan penari memiliki

persepsi body image positif (52.63%). Kebiasaan makan pada penari tegolong memiliki kebiasaan makan kurang sehat (56.14%). Terdapat 75.44% penari memiliki status gizi normal berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul (RLPP). Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi body image dengan status gizi dan kebiasaan makan dengan status gizi (p<0.05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi body image dan kebiasaan makan (p>0.05),

Kata kunci : body image, kebiasaan makan, penari, status gizi

ABSTRACT

RILY HANUNDYAH DIENASARI. Body Image Perception, Eating Habit and

Nutritional Status of Female Adolescent Dancers. Supervised by DODIK

BRIAWAN.

This study aims to analyze perception of body image, eating habit and nutritional status of female adolescent dancers. The design of study was cross sectional study with purposive sampling and covered 57 adolescent dancers at Gigi Art of Dance, South Jakarta. The results showed that subject have positive body image perception (52.63%). Dancers tend to have unhealthy eating habits (56.14%). There are 75.44% dancer that have normal nutritional status based on body mass index, waist circumference and waist-hip ratio. There are significant correlation between body image perception and nutritional status, also between nutritional status and eating habit (p<0.05). However there is no significant correlation between body image perception and eating habit (p>0.05).

(6)
(7)

PERSEPSI BODY IMAGE, KEBIASAAN MAKAN DAN

STATUS GIZI PADA PENARI REMAJA WANITA

RILY HANUNDYAH DIENASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

`

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Persepsi Body Image, Kebiasaan Makan dan Status Gizi pada Penari Remaja Wanita

Nama : Rily Hanundyah Dienasari

NIM : I14120140

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Penulis bersyukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 ini merupakan penelitian di bidang gizi terapan, dengan judul Persepsi Body Image, Kebiasaan Makan dan Status Gizi pada Penari Remaja Wanita. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan kenikmatan, kelancaran, dan kemudahan hingga saat ini.

2. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang senantiasa memberikan ilmu, motivasi dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.

3. Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan tugas akhir ini.

4. Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing akademikyang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberiman selama perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi.

5. Keluarga tercinta: Ayah (Dr. Hariyadi), Ibu (Yuli Nurlestari, MM), Kakak (M. Rifqi Nuradi dan Namira Dita), Adik (Arindie Nabila) dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, perhatian, dukungan, dan motivasinya untuk penyusunan tugas akhir ini.

6. Teman – teman satu perjuangan penelitian: Atika Yuniarti dan Dwi Ayu O. yang banyak membantu dalam kerjasama menyelesaikan penelitian ini. 7. Sahabat – sahabat penulis semasa sekolah (Suci, Chandrini, Gagah, Putri,

Rezza, Dicky, Irzal, Afif, Shela, Rafly, Wita, Huda) atas bantuan, semangat, hiburan, kritik dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini. 8. Sahabat-sahabat penulis semasa kuliah (Tyas, Puput, Sondang, Anggita,

Dwikani, Seila, Fajria, Levita, Lendy, Dyana, Muti’ah, Ajeng, Janah, Syifa, Amida, Lucky, Fidel, Harum, Vivi, Fellie, Intan, Karina, Aisyah) dan teman-teman AKG 49 atas bantuan, dukungan, semangat, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

9. Seluruh karyawan Sanggar Gigi Art of Dance selaku pihak yang bersedia membantu penulis dalam penelitian ini

10. Seluruh pihak yang belum dapat disebutkan secara satu per satu yang telah memberikan sumbangsih pikiran, saran, semangat dan dukungan moril kepada penulis dalam skripsi ini.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan 2 Hipotesis 3 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE PENELITIAN 6

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian 6

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Karakteristik Individu dan Keluarga 12

Persepsi Body Image 14

Kebiasaan Makan 20

Status Gizi 22

Hubungan antara Persepsi Body Image dan Kebiasaan Makan 24

Hubungan antara Body Image dan Status Gizi 25

Hubungan antara Kebiasaan Makan dan Status Gizi 26

SIMPULAN DAN SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 32

RIWAYAT HIDUP 41

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data penelitian 7

2. Skala penyusunan alat ukur gambaran tubuh MBSRQ-AS 9

3. Skala kategori skor body image MBSRQ-AS 9

4. Skala kategori variable status gizi 10

5. Sebaran subjek berdasarkan jenis tarian, usia uang saku dan besar

keluarga 12

6. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pekerjaan

orang tua 13

(14)

8. Hasil penilaian persepsi tubuh berdasarkan bentuk tubuh FRS 16

9. Sebaran persepsi tubuh MBSRQ-AS 17

10. Sebaran subjek berdasarkan subskala MBSRQ-AS 18

11. Sebaran kebiasaan makan sehat AFHC berdasarkan status gizi subjek 20

12. Presentase total skor AFHC 21

13. Sebaran subjek berdasarkan lingkar pinggang 23

14. Sebaran subjek berdasarkan RLPP 23

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian hubungan persepsi body image dan kebiasaan

makan terhadap status gizi penari remaja 5

2. Skala gambar persepsi tubuh metode FRS 8

3. Sebaran status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh 22

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner persepsi body image metode FRS 32

2. Kuesioner persepsi body image metode MBSRQ-AS 33

3. Kuesioner kebiasaan makan metode AFHC 36

4. Uji hubungan (Spearman) antara persepsi body image (FRS) dan

kebiasaan makan 38

5. Uji hubungan (Spearman) antara persepsi body image dan kebiasaan

makan 38

6. Uji hubungan (Spearman) persepsi body image dengan status gizi

berdasarkan IMT/U dan IMT 38

7. Uji hubungan (Spearman) body image (FRS) dengan lingkar pinggang 39 8. Uji hubungan (Spearman) body image (FRS) dengan RLPP 39 9. Uji hubungan (Spearman) Persepsi body image (MBSRQ-AS) dengan

lingkar pinggang dan RLPP 39

10. Uji hubungan (Spearman) kebiasaan makan dengan status gizi (IMT/U

dan IMT) 40

11. Uji hubungan (Spearman) Kebiasaan makan dengan lingkar pinggang 40 12. Uji hubungan (Spearman) Kebiasaan makan dengan RLPP 40

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persepsi tubuh adalah gambaran, evaluasi mental serta persepsi diri seseorang terhadap penampilan fisik termasuk tubuh, yang dipengaruhi faktor seperti pentingnya tingkat penampilan fisik, serta efeknya terhadap tingkah laku dan keseluruhan rasa pada diri. Cash dan Pruzinsky (1990) mendefinisikan persepsi tubuh merupakan tingkat kepuasan seseorang secara fisik yang mencakup penampilan, bentuk tubuh dan ukuran tubuh terhadap dirinya sendiri. Penerimaan sosial atau pengakuan dari orangtua dan teman sebaya akan mempengaruhi body

image seorang remaja, sehingga peran orangtua dan teman sebaya akan

menimbulkan evaluasi terhadap penampilan, terutama pada remaja.

Lebih banyak remaja putri kurang puas dengan tubuhnya sehingga persepsi body image yang negatif pada remaja putri lebih banyak dibanding remaja putra (Khan et al. 2011). Berdasarkan Isnani (2011) sebanyak 60% remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif atau memiliki persepsi bahwa tubuhnya belum ideal. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kurniawan (2014), remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif yang tinggi yaitu sebesar 71.7%. Sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya karena bertambahnya lemak tubuh, sedangkan remaja putra lebih puas dengan tubuhnya ketika memasuki masa pubertas karena masa otot mereka meningkat. Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja (Santrock 2003).

Indonesia merupakan suatu wilayah yang memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu budaya yang sangat beragam tersebut adalah seni tari. Seni tari diminati dari berbagai jenis usia khususnya remaja. Penari sangat berperan dalam keindahan sebuah tarian, untuk menghasilkan karya tari yang indah para penari harus menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya (Murgiyanto 2002). Penari membutuhkan bentuk tubuh yang ideal untuk memudahkannya bergerak dan menunjang penampilannya diatas panggung. Pencapaian tubuh ideal dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Kebiasaan makan sehari – hari sangat berpengaruh terhadap pencapaian tubuh yang ideal, subjeknya yaitu pembatasan asupan makanan agar berat badan tidak berlebih (Khumaidi 1989).

Menurut Kim et al (2015) penari balet dan modern memiliki persepsi tubuh yang negatif, hal ini dikarenakan bentuk tubuh mereka sangat menunjang terhadap gerakan yang mereka lakukan pada saat tampil. Sesuai dengan hasil penelitian Killion dan Dean (2014), keinginan memiliki bentuk tubuh yang langsing pada penari menyebabkan sebanyak 73% penari memiliki persepsi terhadap body image yang negatif. Body image yang ada pada remaja ini mengakibatkan remaja memiliki kebiasaan makan yang salah untuk mendapatkan bentuh tubuh ideal yang mereka inginkan.

Menurut Wong (2003), ketidakpuasan yang tinggi terhadap bentuk tubuh pada remaja putri ini dikarenakan remaja putri lebih banyak mengalami penambahan jumlah jaringan lemak, sebanyak 7.6% remaja putri akan mengkonsumsi makanan secara laksatif atau memuntahkan kembali makanan

(16)

2

yang mereka makan sebagai usaha mengurangi berat badan agar terlihat langsing. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, yang salah tentang persepsi body

image akan mempengaruhi perilaku hidup seseorang. Perubahan perilaku makan

akan dilakukan dengan harapan mereka memperoleh dan mempertahankan bentuk tubuh sesuai dengan yang mereka inginkan (Sari 2013).

Menurut Sediaoetama (2004), kepedulian terhadap bentuk tubuh dapat menyebabkan pembatasan asupan makanan yang dipengaruhi kondisi emosional, keinginan untuk memiliki tubuh ideal dan perubahan gaya hidup. Kondisi tersebut juga terlihat pada kelompok yang berprofesi sebagai model, atlet dan penari. Berdasarkan penelitian di Turki, kelompok penari remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena masalah gizi kurang, yaitu sebesar 72.2% memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 18.5 kg/m2 (Ozgen dan Kisac 2000).

Kebiasaan makan yang buruk menjadi penyebab umum masalah gizi pada remaja seperti makan tidak teratur, tidak menyukai makanan tertentu, mengurangi frekuensi makan, serta lebih banyak mengkonsumsi makanan tidak seimbang (Tambunan 2002). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan persepsi body image dan kebiasaan makan terhadap status gizi pada penari remaja karena masih jarang ditemukan penelitian di Indonesia menggunakan subjek penari pada penelitian sebelumnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk persepsi body

image, kebiasaan makan dan status gizi pada penari remaja wanita. Rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik umum subjek dan keluarga ?

2. Bagaimana persepsi body image pada penari remaja wanita ? 3. Bagaimana kebiasaan makan pada penari remaja wanita ? 4. Bagaimana status gizi pada penari remaja wanita ?

5. Apakah terdapat hubungan antara body image terhadap kebiasaan makan pada penari remaja wanita ?

6. Apakah terdapat hubungan antara body image terhadap status gizi pada penari remaja wanita ?

7. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan makan terhadap status gizi pada penari remaja wanita ?

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi body

image, kebiasaan makan dan status gizi pada penari remaja wanita.

Tujuan Khusus

1. Mengkaji karakteristik umum subjek dan sosial ekonomi keluarga. 2. Menganalisis persepsi body image pada penari remaja wanita 3. Menganalisis kebiasaan makan pada penari remaja wanita 4. Menganalisis status gizi pada penari remaja wanita

(17)

5. Mengetahui hubungan body image terhadap kebiasaan makan pada penari remaja wanita

6. Mengetahui hubungan antara body image terhadap status gizi pada penari remaja wanita

7. Mengetahui hubungan antara kebiasaan makan dan status gizi pada penari remaja

Hipotesis

1. Terdapat hubungan body image dengan kebiasaan makan 2. Terdapat hubungan antara body image dengan status gizi 3. Terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif untuk masyarakat dan memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait persepsi tubuh dan kebiasaan makan dengan status gizi khususnya pada penari. Diharapkan adanya persepsi yang sama antara remaja, keluarga dan teman-teman mengenai persepsi tubuh ideal, sehingga persepsi negatif terhadap tubuh ideal dapat dihindari dan tidak melakukan hal yang menyimpang apabila mereka ingin memiliki ukuran tubuh yang mereka idamkan dan dapat mengetahui cara menjaga tubuh. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi untuk universitas dalam penyelenggaraan program pendidikan gizi pada kelompok penari.

KERANGKA PEMIKIRAN

Status gizi dan tingkat kecukupan dapat secara langsung diperngaruhi oleh kebiasaan makan (Riyadi 2006), sedangkan dapat diketahui secara tidak langsung oleh karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan orang tuua, pekerjaan orangtua dan penghasilan keluarga) dan karakteristik individu (usia, tinggi badan, berat badan dan pengetahuan gizi).

Remaja umumnya akan memperhatikan bentuk tubuhnya dan ingin berusaha untuk mendapatkan tubuh yang ideal seperti yang mereka harapkan. Hal tersebut dapat memunculkan suatu persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya yang dikenal dengan body image. Dalam penelitian ini variabel kebiasaan makan akan terdiri dari hasil wawancara kuesionner dan status gizi terdiri dari status gizi berdasarkan IMT,lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul.

Menurut Germove dan Williams (2004) body image adalah gambaran seorang individu terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri, gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaan tentang bentuk tubuhnya serta harapannya terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Media juga dapat berpengaruh pada remaja dalam pembentukan persepsi bentuk

(18)

4

tubuhnya. Aktivitas fisik yang dilakukan setiap harinya dapat mempengaruhi bentuk tubuh para remaja karena adanya pengeluaran energi melalui berbagai aktivitas fisik yang dilakukan khususnya menari. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Gangguan gizi salah satunya disebabkan oleh kebiasaan makan yang salah. Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. yang ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Variabel kebiasaan makan dalam penelitian ini terdiri dari kebiasaan makan sehat.

Konsumsi buah dan sayur menjadi salah satu sumber yang berkontribusi besar terhadap asupan serat individu (Gallagher 2008). Menurut Esmaillzadeth et

al (2006) intek buah dan sayur yang lebih tinggi berhubungan dengan rendahnya

risiko sindrom metabolik salah satunya obesitas. Obesitas memiliki kaitan langsung dengan berbagai macam penyakit dan salah satu komponen penting untuk mendiagnosanya adalah lingkar pinggang (Jalal et al. 2006). Selain konsumsi buah dan sayur, peningkatan konsumsi fast food, roti, kue dan status gizi orangtua memiliki hubungan dengan ukuran lingkar pinggang (Kuriyan et al. 2012). Uraian diatas dapat disajikan dalam suatu bagan yang menyajikan hubungan body image dan kebiasaan makan dengan status gizi pada penari remaja.

(19)

Keterangan:

= Variabel diteliti = Variabel tidak diteliti = Hubungan diteliti = Hubungan tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian hubungan persepsi body image dan kebiasaan makan terhadap status gizi penari remaja

Karakteristik Individu Usia

Tingkat Pendidikan

Besaran uang saku perbulan

Karakteristik Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan keluarga

Tingkat pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua PERSEPSI BODY IMAGE Faktor – Faktor : - Rasa percaya diri - Media - Teman sebaya - Aktivitas fisik KEBIASAAN MAKAN STATUS GIZI

(20)

6

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Studi ini digunakan karena seluruh variabel diamati secara bersamaan pada satu waktu ketika penelitian berlangsung serta pengumbilan data dan informasi dilakukan pada suatu waktu tanpa adanya perlakuan atau intervensi kepada subjek. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Gigi Art of Dance yang terletak di Jl. Radio Dalam Raya, no 191-17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. Tempat ini dipilih karena sanggar tersebut merupakan sanggar tari yang cukup besar di wilayah Jabodetabek dan memiliki jumlah murid yang banyak dengan rentang umur yang beragam sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang diinginkan. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2016.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah para penari remaja wanita dari Gigi Art

of Dance. Cara penarikan subjek diambil menggunakan metode purposive sampling yaitu siswi yang memiliki kriteria yang meliputi remaja wanita dengan

rentang usia 15-21 tahun, latihan secara intensif yang dilakukan sesuai jadwal latihan sanggar, tidak menderita penyakit kronis, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian hingga selesai. Individu yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengambilan subjek dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin karena jumlah populasi subjek sudah diketahui dengan persamaan sebagai berikut:

Rumus:

Keterangan:

n = besar subjek yang akan diteliti N = besar populasi

d = ketelitian atau presisi yaitu 10%

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpukan terdiri atas data primer. Data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara dan pengukuran langsung dengan subjek. Data

(21)

primer terdiri atas karakteristik individu dan keluarga (nama, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah uang saku perbulan dan keadaan sosial ekonomi keluarga), data antropometri, data persepsi tubuh dan data kebiasaan makan. Adapun variabel dan cara pengumpulan data yang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian

No. Jenis Data Variabel Cara pengumpulan

1 Karakteristik subjek Nama

Wawancara langsung dengan subjek dan penyebaran kuisioner Usia

Tingkat Pendidikan Jumlah uang saku perbulan

Keadaan sosial ekonomi keluarga 2 Antropometri subjek

dan status gizi

Berat Badan Berat badan diukur

menggunakan

timbangan injak digital Tinggi Badan Tinggi badan diukur

menggunakan

microtoise dengan

kelebihan 0.1 cm Lingkar Pinggul Lingkar Pinggul diukur

menggunakan meteran plastik

Lingkar Pinggang Lingkar Pinggang diukur menggunakan meteran plastik 3 Persepsi Body image Persepsi Body image Wawancara langsung

dan penyebaran kuesioner metode FRS dan MBSRQ-AS

4. Kebiasaan Makan Kebiasaan Makan Wawancara langsung

menggunakan kuesioner AFHC Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari tahap coding (pengkodean), entry (pemasukan data), cleaning (pengecekan ulang data), dan analisis data sesuai dengan jenis data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Kemudian data dientri ke tabel yang sudah ada. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data dan tahap terakhir yaitu analisis data.

Data karakteristik subjek berupa jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, uang saku perbulan dan keadaan sosial ekonomi keluarga dianalisis secara deskriptif. Usia dikategorikan menjadi 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun, 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun dan 21 tahun. Jenis tarian dikategorikan menjadi tari tradisional

(22)

8

dan tari modern. Uang saku perbulan dikategorikan menjadi < Rp500,000; Rp500,000 –Rp750,000; Rp750,000–1,000,000; Rp1,000,000–1,500,000; >Rp.1,500,000. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA dan sederajat, D3 dan sederajat, S1 dan sederajat, S2 dan sederajat dan S3 dan sederajat. Besar keluarga dikategorikan menjadi kecil (<4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (> 6 orang). Pendapat keluarga dikategorikan menjadi < Rp.2,000,000; Rp.2,000,000–Rp.5,000,000; Rp.5,000,000–Rp7,500,000; Rp.7,500,000–Rp.10,000,000; Rp.10,000,000–Rp.15,000,000; dan > Rp.15,000,000.

Figure Rating Scale (FRS) merupakan metode penilaian persepsi tubuh

yang dikembangkan oleh (Stunkard et al. 1983) dengan menggunakan skema gambar (siluet) yang memiliki interval dari sangat kurus dengan skor 1 sampai sangat gemuk dengan skor 9. Skema gambar tersebut dikategorikan menjadi 4 yaitu kurus (gambar 1 dan 2), normal (gambar 3,dan 4 ), gemuk (gambar 5, 6 dan 7) dan obese (gambar 8 dan 9). Persepsi tubuh dianalisis menggunakan kuesioner dengan beberapa pertanyaan (memilih sesuai dengan gambar) misalnya meliputi: pengertian tubuh aktual, tubuh ideal, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh paling menarik bagi diri sendiri, tubuh sehat, tubuh tidak sehat, tubuh sehat, tubuh kurang sehat, tubuh yang diharapkan keluarga, tubuh yang diharapkan teman, tubuh yang diharapkan diri sendiri, dan tubuh paling menarik bagi lawan jenis (merujuk pada Lampiran 1). Data diolah berdasarkan nilai median, kemudian di deskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban subjek. Data body image dinilai berdasarkan keadaan tubuh subjek saat ini (aktual) yang dibandingkan dengan status gizi subjek, kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu body image positif dan negatif. Body image positif merupakan penilaian terhadap bentuk tubuh aktual yang sesuai dengan status gizi aktual, sedangkan Body image negatif merupakan penilaian terhadap bentuk tubuh aktual yang tidak sesuai dengan status gizi aktual. merupakan gambar dari persepsi tubuh yang disajikan dalam kuesioner.

Gambar 2 Skala persepsi tubuh metode FRS

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS) merupakan self-report inventory yang terdiri dari 34 butir

pertanyaan multidimensi yang digunakan untuk menilai aspek perilaku body

image (Cash dan Pruzinsky 1990). Instrumen ini digunakan pada orang dewasa

dan remaja diatas 15 tahun untuk mengukur komponen evaluatif, kognitif, perilaku body image yang berhubungan dengan 3 area tubuh (somatic domains) yaitu penampilan (appearance), kebugaran (fitness), dan tingkat kesehatan/sakit (health/illness) (Seawell dan Danorf-Burg 2005). Berdasarkan ketiga area tersebut terbagi menjadi 5 subskala yaitu appearance evaluation, appearance orientation,

body areas satisfaction scale (BASS), gemuk preoccupation scale dan self-classified weight scale.

(23)

digunakan untuk mengungkap dimensi appearance evaluation, appearance

orientation, gemuk preoccupation, body area satisfaction, dan self-classified weight. Dimensi penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam

Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 Skala penyusunan alat ukur gambaran tubuh MBSRQ-AS No. Aspek / Dimensi Gambaran Tubuh Butir Pertanyaan Jumlah

F UF 1. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan) 3, 5, 9, 12, 15 18, 19 7 (20.60%) 2. Appearance Orientation (Orientasi penampilan) 1, 2 , 6, 7, 10, 13, 17, 21 11, 14, 16, 20 12 (35.30%)

3. Body Areas Saatisfaction

(Kepuasan terhadap bagian tubuh) 26 - 34

9 (26.50%)

4. Overweight Preocuppation

(Kecemasan menjadi gemuk)

4, 8, 22, 23 4

(11.80%)

5. Self-classified weight

(Pengkategorian ukuran tubuh)

24,25 2

(5.80%) Catatan: Favorable butir (F), Unfavorable butir (F)

Skala Likert terdiri dari dua kategori butir pertanyaan, yaitu favorable

butir (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable butir (tidak

mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan lima alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (1), Tidak Sesuai (2), Netral (3), Sesuai (4), dan Sangat Sesuai (5). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu Sangat Tidak Sesuai=1, Tidak Sesuai=2, Netral=3, Sesuai=4, Sangat Sesuai=5. Bobot penilaian untuk setiap respon sampel pada pernyataan

unfavorable yaitu Sangat Tidak Sesuai =5, Tidak Sesuai=4, Netral=3, Sesuai=2,

Sangat Sesuai=1 (merujuk pada Lampiran 2).

Tabel 3 Skala kategori skor body image MBSRQ-AS

Skala Kategori Persepsi body image

Mean SD

MBSRQ-AS 109.07 10.32

Subkala MBSRQ-AS

Evaluasi Penampilan 22.35 3.32

Orientasi penampilan 41.2 4.89

Kepuasan bagian tubuh 28.19 4.93

Kecemasan Menjadi Gemuk 10.96 3.60

Pengkategorian ukuran tubuh 6.35 1.55

Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah butir dimana dari setiap butir akan diperoleh skor total. Kemudian skor total tersebut dikategorikan menjadi 3, yaitu negatif/not satisfied (Mean-SD), normal/quite

satisfied dan positif/more satisfied (Mean+SD). Seseorang yang memiliki body image negatif merasa tidak puas, kurang percaya diri karena bentuk tubuh

aktualnya belum sesuai dengan harapan yang dia inginkan, sebaliknya seseorang yang memiliki body image positif sangatlah percaya diri akan

(24)

10

tubuhnya, sedangkan seseorang yang memiliki body image normal merasa cukup percaya diri dan tidak berlebihan.

Data kebiasaan makan subjek diperoleh melalui pengisian kuesioner secara langsung oleh subjek menggunakan instrumen kuesioner Adolescent Food

Habits Checklist (AFHC). Kuesioner Adolescent Food Habits Checklist (AFHC)

dikembangkan oleh Johnson et al. (2002), terdiri dari 23 pernyataan yang dirancang untuk mengukur kebiasaan makan sehat khusus pada remaja (merujuk pada Lampiran 3). Kuesioner AFHC memiliki pilihan jawaban ya atau tidak pada pernyataan yang disediakan, dan pada 9 buah pernyataan diantara 23 pernyataan tersebut memiliki pilihan tambahan berupa pernyataan tersebut tidak berlaku pada saya. Subjek menerima 1 poin jika dianggap memiliki respon kebiasaan makan yang sehat (jawaban tidak untuk pernyataan nomor 3, 8, 14, 18, 21, dan ya untuk sisa pernyataannya dalam kuesioner AFHC). Skor akhir harus disesuaikan dengan respon yang menyatakan tidak berlaku pada saya (ada pada pernyataan nomor 1, 6, 7, 11, 17, 18, 19, 20, 21 dalam kuesioner AFHC), dan pernyataan yang tidak diisi dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini. Setelah skor total diperoleh maka dilakukan pengkategorian kebiasaan makan sehat menjadi baik (≥ mean) dan kurang baik (< mean) (Johnson et al 2002).

Data status gizi terdiri dari IMT/U, IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang dan perut yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data IMT/U didapatkan dengan cara perhitungan berat badan dan tnggi badan dengan menggunakan WHO anthroplus 2007. Data IMT didapatkan berdasarkan perhitungan perbandingan antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m2). Data RLPP didapatkan berdasarkan hasil perbandingan antara lingkar pinggang denga lingkar pinggul. Data IMT/U dan IMT dikategorikan menjadi kurus, normal, gemuk, dan obese. Data Lingkar Pinggang dan RLPP dikategorikan menjadi normal dan obesitas abdominal / berisiko. Berikut disajikan kategorisasi variabel status gizi pada Tabel 4.

Tabel 4 Skala kategori variabel status gizi

No. Variabel Kategori Sumber

1. Status Gizi

IMT/U - z-score >2 (obese) - z-score >1 s/d 2 (gemuk) - z-score >-2 s/d 1 (normal) - z-score > -2 (underweight) Kemenkes 2010 IMT - < 18.5 (underweight) - 18.5 – 22.99 ( normal) - 23 – 24.99 (gemuk) - ≥ 25 (obese) WHO 2000 2 Lingkar Pinggang - < 80 cm (normal) - >80 cm ( obese ) WHO 2008 3 RLPP - < 0.85 cm (normal) - >0.85 (berisiko) WHO 2008

Data-data yang telah diolah kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS)

versi 16 for windows dan Microsoft Excell 2007 for Windows. Analisis data yang

(25)

untuk mendeskripsikan karakteristik individu dan orangtua subjek, persepsi body

image, kebiasaan makan dan status gizi subjek. Analisis yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara persepsi body image, kebiasaan makan dan status gizi adalah menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel persepsi body image FRS dengan kebiasaan makan, persepsi body image FRS dengan lingkar pinggang, persepsi body image FRS dengan RLPP, kebiasaan makan dengan lingkar pinggang, dan kebiasaan makan dengan RLPP, persepsi body image FRS dan MBSRQ-AS, persepsi body image MBSRQ-AS dengan kebiasaan makan, persepsi body image MBSRQ-AS dengan status gizi (IMT), persepsi body image MBSRQ-AS dengan LP dan RLPP, dan kebiasaan makan dengan status gizi (IMT),

Definisi Operasional

Subjek adalah penari remaja wanita di Sanggar Tari Gigi Art of Dance Penari adalah siswa yang memiliki keahlian di bidang seni tari

Body image adalah gambaran yang dimiliki dalam pikiran (persepsi) tentang

bentuk tubuh yang dinilai dari harapan akan bentuk tubuh dan penilaian terhadap bentuk tubuh aktual.

Bentuk tubuh harapan adalah jenis bentuk tubuh yang diinginkan oleh subjek dan dikategorikan menjadi ingin lebih kurus, ideal, maupun lebih gemuk yang digunakan adalah kuesioner body image.

Penilaian tubuh aktual adalah mengenai bagaimana subjek menilai bentuk tubuhnya saat ini dan dikategorikan menjadi kurus, ideal, gemuk. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner body image.

Persepsi body image negatif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktual tidak sesuai dengan status gizinya.

Persepsi body image positif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktual sesuai dengan status gizinya.

Kebiasaan makan subjek adalah sikap subjek terhadap makanan yang dikonsumsi.

Status gizi adalah keadaan tubuh subjek berdasarkan indikator IMT/U, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang dan perut

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.

Lingkar Pinggang adalah hasil pengukuran lingkar pinggang subjek dengan menggunakan pita ukur dan dinyatakan dalam sentimeter (cm).

Lingkar Pinggul adalah hasil pengukuran lingkar pinggul subjek dengan menggunakan pita ukur dan dinyatakan dalam sentimeter (cm).

Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul adalah perbandingan antara hasil pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul dan dinyatakan dalam sentimeter (cm)

(26)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu dan Keluarga

Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis tarian, usia, uang saku per bulan, besar keluarga dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5. Jenis tarian subjek didapatkan berdasarkan jenis kelas tari yang terdapat pada sanggar. Sebaran berdasarkan jenis tarian subjek adalah 42 penari tari modern (73.68%) dan 15 penari tari tradisional (26.32%).

Tabel 5. Sebaran Subjek Berdasarkan Jenis Tarian, Usia, Uang saku dan Besar Keluarga Variabel Frekuensi (n) Presentase (%) Jenis Tarian Modern 42 73.68 Tradisional 15 26.32 Usia 15 tahun 12 21.05 16 tahun 8 14.04 17 tahun 6 10.53 18 tahun 3 5.26 19 tahun 7 12.28 20 tahun 14 24.56 21 tahun 7 12.28

Uang Saku per Bulan (Rp.)

<500,000 10 17.54 500,000 – 1,000,000 20 35.08 1,000,000 – 1,500,000 18 31.58 >1,500 000 9 15.79 Besar Keluarga Kecil (≤ 4 Orang) 35 61.40 Sedang (5 – 6 Orang) 21 36.84 Besar (>7 Orang) 1 1.75

Usia remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Sarwono 2001). Pengkategorian usia subjek dilakukan berdasarkan Ahmadi dan Sholeh (2005) yang mengatakan terdapat tiga fase pada masa remaja yang meliputi, fase remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja pertengahan (usia 14-18 tahun), dan fase remaja akhir (usia 18-21 tahun). Sebaran usia subjek pada penelitian ini berada pada fase remaja pertengahan dan remaja akhir yaitu 15 – 21 tahun. Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar subjek berusia 20 tahun (24.56%) dan rata-rata usia subjek penelitian yaitu 17.96 ± 2.20 tahun.

Uang saku merupakan pendapatan sementara bagi subjek yang merupakan salah satu faktor internal konsumsi suatu bahan pangan (Hardinsyah & Briawan

(27)

1994). Sumber uang saku dapat berasal dari orangtua, beasiswa, saudara, bekerja, ataupun sumber lainnya. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan uang saku adalah jumlah uang yang diterima subjek dalam sebulan diluar biaya sekolah. Mardayanti (2008) menyatakan bahwa remaja telah diberi kepercayaan untuk mengelola uang sakunya sendiri untuk memiliki kebebasan dalam mengatur sendiri keuangannya dan lebih bebas untuk menentukan makanan yang akan dimakan. Batas interval uang saku per bulan dalam penelitian ini diambil dari batas pendapatan kategori miskin menurut BPS Jakarta (2015) yaitu Rp. 487,388/kap/bulan yang dibulatkan menjadi Rp.500,000/kap/bulan. Uang saku subjek pada penelitian ini cukup beragam dalam kisaran kurang dari Rp.500,000 hingga lebih dari Rp.1,500,000. Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar subjek mendapatkan uang saku per bulan yang cukup tinggi sebesar Rp.500,000 – Rp. 1,000,000 (35.09%). Rata-rata uang saku per bulan pada keseluruhan subjek penelitian adalah sebesar Rp. 991,754 ± Rp. 472,210. Hal tersebut menunjukan bahwa rata-rata uang saku per bulan subjek sudah melebihi batas kategori miskin DKI Jakarta tahun 2015.

Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang). Secara keseluruhan sebagian besar subjek memiliki keluarga kecil yang terdiri dari ≤4 orang (61.4%), 36.8% memiliki besar keluarga sedang (5-7 orang) dan sisanya 1.75% termasuk keluarga besar (>7 orang). Rata-rata jumlah anggota keluarga penari adalah 4.40±0.82 orang. Hal ini sedikit berbeda dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 3.64 berada pada kategori besar keluarga kecil (Data Statistik Indonesia 2013).

Tabel 6. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan pekerjaan orangtua

Variabel Ayah Ibu

n % n % Pendidikan SMA 0 0.00 6 10.53 D3 4 7.02 8 14.04 S1 41 71.93 40 70.18 S2 11 19.30 3 5.26 S3 1 1.75 0 0 Total 57 100.00 57 100.00 Pekerjaan PNS 13 22.81 8 14.04 Swasta 35 61.40 18 31.58 Wiraswasta 8 14.04 4 7.02 IRT 0 0.00 25 43.86 Lainnya 1 1.75 2 3.51 Total 57 100.00 57 100.00

Jenjang pendidikan tertinggi yang telah diselesaikan oleh orangtua subjek, baik ayah dan ibu sebagian besar telah berpendidikan hingga perguruan tinggi baik itu D3, S1, S2 maupun S3. Terdapat 10.53% subjek memiliki ibu yang

(28)

14

menempuh jenjang pendidikan terakhir SMA. Hal tersebut tergolong baik karena baik ayah (100.00%) maupun ibu (89.47%) memiliki tingkat pendidikan tinggi. Menurut Almatsier (2009) Tingkat pendidikan orangtua sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi anaknya.

Pekerjaan orangtua subjek baik ayah dan ibu cukup beragam. Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar pekerjaan ayah subjek yaitu pegawai swasta (61.40%), sedangkan pekerjaan ibu subjek sebagian besar adalah ibu rumah tangga (43.86%) dan pegawai swasta (31.58%). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Menurut Suhardjo (1989), Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar kesempatan untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Pendapatan perkapita dihitung berdasarkan perbandingan pendapatan orangtua dengan besar anggota keluarga. Pendapat orangtua pada subjek penelitian tergolong tinggi dengan pendapatan yang cukup beragam yaitu Rp.5,000,000 – Rp.7,500,000 (17.54%), Rp. 7,500,000 – Rp.10,000,000 (24.56%), Rp 10,000,000 – Rp. 15,000,000 (21.05%) dan > Rp.15,000,000 (36.84%).

Persepsi Body image

Persepsi tubuh atau body image adalah gambaran seseorang terhadap bentuk tubuh dan ukuran tubuhnya, gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan ukuran tubuh aktual, perasaan tentang bentuk tubuhnya dan keinginan terhadap bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang diharapkan, apabila keinginan tersebut tidak sesuai dengan keadaan tubuh aktual, maka hal tersebut dianggap sebagai persepsi tubuh yang negatif, sebaliknya apabila harapan tersebut sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya maka hal tersebut dianggap sebagai persepsi tubuh yang positif (Germove dan Williams 2004). Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), gambaran tubuh merupakan pengalaman, perasaan, sikap dan evaluasi diri yang dimiliki individu tentang tubuhnya yang meliputi bentuk tubuh, berat tubuh dan ukuran tubuh yang berkaitan dengan penampilan fisik sehingga dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi tubuh pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hal ini umumnya terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita, sedangkan tubuh yang kekar dan berotot adalah yang ideal bagi spria (Germove dan Williams 2004).

Menurut Suryanie (2005) body image merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan fisik dan perasaannya terhadap bagian tubuhnya maupun penilaian diri terhadap keadaan seluruh tubuhnya. Body image dapat membuat perasaan seseorang senang atau tidak terhadap bentuk tubuhnya. Persepsi body

image subjek pada penelitian ini dinilai melalui beberapa metode yaitu: Figure Rating Scale (FRS)

Figure Rating Scale (FRS) merupakan salah satu metode yang dipakai

untuk menilai persepsi tubuh berdasarkan skema gambar yang memiliki interval bentuk badan sangat kurus dengan skor 1 sampai bentuk badan sangat gemuk dengan skor 9 yang telah dikembangkan oleh (Stunkard et al 1989). Bentuk tubuh

(29)

pada figure rating scale yang menggambarkan status gizi kurus tercermin pada gambar nomor 1 dan 2, gambar yang menunjukkan status gizi normal adalah nomor 3 dan 4, sedangkan gambar yang menunjukkan status gizi gemuk adalah gambar nomor 5, 6, 7, dan status gizi obese digambarkan oleh nomor 8 dan 9 (Zofiran et al 2011).

Persepsi body image dinyatakan dengan dua kategori yaitu persepsi negatif dan persepsi positif. Persepsi body image positif merupakan persepsi dimana penilaian terhadap tubuh aktualnya sesuai dengan status gizinya, sedangkan persepsi tubuh negatif merupakan persepsi dimana penilaian terhadap tubuh aktualnya tidak sesuai dengan status gizinya.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat penari remaja wanita memiliki persepsi body image yang negatif (29.82%) yang artinya beberapa penari remaja menilai keadaan bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan status gizinya, hal tersebut menunjukan ketidakpuasan subjek terhadap tubuhnya sehingga subjek memiliki rasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya. Terdapat 70.18% memiliki persepsi body image positif, sehingga sebagian besar subjek sudah mampu menilai bentuk dan ukuran tubuhnya sesuai dengan status gizinya. Menurut Furnham (2002) ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuh dapat mempengaruhi perilaku makannya yang dapat menyebabkan seseorang membatasi asupan makannya sehingga terjadi perubahan status gizi. Berikut klasifikasi persepsi tubuh subjek disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Klasifikasi persepsi body image berdasarkan status gizi Persepsi

Status Gizi

Total

Kurus Normal Gemuk Obese

n % n % n % n % n %

Positif 4 66.67 35 81.40 1 25 0 0.00 40 70.18

Negatif 2 33.33 8 18.60 3 75 4 100.00 17 29.82

Total 6 100.00 43 100.00 4 100.00 4 100.00 57 100.00

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar penari memiliki persepsi body image yang positif (70.18%) dibandingkan persepsi body

image negatif (29.82%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penari sudah

dapat menilai bentuk tubuh aktual sesuai dengan status gizinya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2014), sebanyak 55.30% remaja wanita memiliki persepsi body image positif. Namun hal ini berbeda dengan hasil Killion dan Dean (2014) yang menyebutkan sebanyak 73% penari memiliki body image yang negatif dan menginginkan bentuk tubuh yang lebih kurus untuk menunjang penampilannya.

Penilaian persepsi tubuh menggunakan metode FRS dalam penelitian ini juga menjabarkan hasil berdasarkan 4 pertanyaan dari 11 pertanyaan yang diajukan, sesuai dengan penelitian Morotti et al (2013) yang menjabarkan persepsi tubuh berdasarkan keadaan bentuk tubuh aktual yang mencerminkan keadaan saat ini, bentuk tubuh ideal yang diinginkan, bentuk tubuh paling menarik dan bentuk tubuh paling menarik lawan jenis.

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa para penari remaja menilai keadaan bentuk tubuh mereka saat ini sesuai dengan gambar 1 sampai 6. Bentuk tubuh yang paling banyak dipilih oleh subjek yaitu gambar 3 (33.33%) dan

(30)

16

gambar 4 (31.57%). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar subjek menganggap bentuk tubuhnya termasuk kedalam bentuk tubuh yang normal dan hanya 21.05% subjek menilai bentuk tubuhnya saat ini kurus, sedangkan 14.03% subjek menganggap tubuhnya saat ini gemuk. Hal tersebut sesuai dengan Sari (2013) yang menyebutkan sebagian besar subjek remaja wanita memilih gambar 3 (47.4%) dan gambar 4 (31.6%) sebagai keadaan tubuh saat ini, namun tidak sesuai dengan penelitian Septiadewi dan Briawan (2011) bahwa sebagian besar subjek memilih gambar 5 dan 4 sebagai persepsi tubuh aktualnya. Perbedaan tersebut berkaitan dengan profesi subjek sebagai penari yang dituntut untuk memiliki bentuk tubuh lebih kurus untuk menunjang performanya dalam menari.

Tabel 8. Hasil penilaian persepsi tubuh berdasarkan bentuk tubuh

Persepsi Tubuh Bentuk Tubuh n %

Bentuk tubuh yang mencerminkan keadaan saat ini

Kurus (Gambar 1) 2 3.51 Kurus (Gambar 2) 10 17.54 Normal (Gambar 3) 19 33.33 Normal (Gambar 4) 18 31.58 Gemuk (Gambar 5) 7 12.28 Gemuk (Gambar 6) 1 1.75 Total 57 100.00

Bentuk tubuh ideal yang diinginkan Kurus (Gambar 2) 23 40.35 Normal (Gambar 3) 27 47.37 Normal (Gambar 4) 7 12.38

Total 57 100.00

Bentuk tubuh paling menarik Kurus (Gambar 2) 17 29.82

Normal (Gambar 3) 25 43.86 Normal (Gambar 4) 15 26.32

Total 57 100.00

Bentuk tubuh lawan jenis paling menarik

Kurus (Gambar 2) 11 19.29 Normal (Gambar 3) 29 50.87 Normal (Gambar 4) 16 28.07

Gemuk (Gambar 5) 1 1.75

Total 57 100.00

Persepsi keadaan tubuh ideal yang diinginkan subjek sebagai besar subjek menginginkan bentuk tubuh pada gambar no 3 (47.36%) dan gambar 2 (40.35%). Hal tesebut sesuai dengan Septiadewi dan Briawan (2011) bahwa sebagian besar remaja wanita memiliki keinginan tubuh ideal sesuai gambar no 3 (50.6%). Hal ini juga sesuai dengan Kurniawan (2014) yang menyebutkan remaja wanita memilih gambar 3 (50.5%) sebagai bentuk tubuh ideal yang diinginkan. Bentuk tubuh tersebut menunjukan keinginan subjek memiliki bentuk tubuh ideal cenderung kurus dan langsing (Germove & Williams 2004).

Persepsi bentuk tubuh paling menarik merupakan persepsi tubuh seseorang yang dianggap paling menarik. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar subjek memilih gambar 3 (43.86%) dan 29.82% memilih gambar 2 dan 26.32% memilih gambar 4. Terdapat sedikit perbedaan proporsi antara persepsi bentuk tubuh ideal yang diinginkan dengan persepsi tubuh yang dianggap menarik. Hal ini

(31)

menandakan bahwa tidak semua subjek menginginkan tubuh yang dianggap menarik, para penari lebih memilih bentuk tubuh yang cenderung kurus. Persepsi bentuk tubuh paling nenarik lawan jenis sebagian besar subjek memilih gambar nomor 3 (50.87%) sebagai bentuk tubuh yang dapat menarik lawan jenis. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Morotti et al (2013), rata – rata wanita memilih gambar nomor 3 sebagai bentuk tubuh lawan jenis yang mereka anggap menarik.

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS)

Persepsi gambaran tubuh merupakan perasaan, pengalaman, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi tubuh pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan (Cash dan Pruzinsky 2002). Menurut Chiejina dan Odira (2012) body

image adalah penilaian seseorang terhadap ukuran tubuh, penampilan dan fungsi

bagian tubuhnya. Penilaian persepsi body image dengan metode Multidimensional

Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS) merupakan

phengukuran body image berdasarkan lima aspek meliputi evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh yang disimpulkan ke dalam tiga kategori body image di antaranya adalah negatif, normal, dan positif.

Pengukuran body image menggunakan metode MBSRQ-AS dapat disimpulkan hasil yang sangat berkaitan dengan rasa percaya diri. Seseorang yang memiliki body image negatif merasa tidak puas, kurang percaya diri karena bentuk tubuh aktualnya belum sesuai dengan harapan yang dia inginkan, sebaliknya seseorang yang memiliki body image positif sangatlah percaya diri akan tubuhnya, sedangkan seseorang yang memiliki body image normal (quite merasa cukup percaya diri dan tidak berlebihan. Kelebihan penggunaan metode MBSRQ-AS dalam penelitian ini adalah penekanan terhadap aspek psikologis berupa kepuasan terhadap bagian tubuh dan kecemasan menjadi gemuk.

Penilaian MBSRQ-AS pada penelitian ini dilakukan berdasarkan keseluruhan aspek dan subskala MBSRQ-AS yang ditetapkan berdasarkan skor maksimal dan skor minimal yang dicapai, sehingga persepsi tubuh MBSRQ-AS dapat dikategorikan menjadi persepsi tubuh negatif (not satisfied), normal (quite

satisfied) dan positif (more satisfied). Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa

proporsi persepsi body image berdasarkan metode MBSRQ-AS pada penari sebagian besar yaitu persepsi body image positif (52.63%) dan persepsi normal (29.82%) yang menandakan sebagian besar subjek memiliki rasa percaya diri tinggi yang lebih dan merasa puas terhadap bentuk tubuh dan penampilannya serta memiliki perhatian lebih untuk menjaga dan mempertahankannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Chairiah (2012) yang menyatakan sebanyak 95.6% remaja putri memiliki persepsi body image positif .

Tabel 9. Sebaran Persepsi Tubuh MBSRQ-AS

Persepsi Body image Frekuensi (n) Presentase (%)

Positif (very satisfied) 30 52.63

(32)

18

Negatif (not satisfied) 12 21.05

Total 57 100.00

Penilaian body image berdasarkan metode MBSRQ-AS juga dilakukan berdasarkan subskala evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh. Berikut merupakan sebaran body image berdasarkan subskala metode

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale

(MBSRQ-AS).

Tabel 10 Sebaran Subjek Berdasarkan Subskala MBSRQ-AS

Subskala MBSRQ-AS Negatif Normal Positif

n % n % n %

Evaluasi Penampilan 5 8.77 51 89.47 1 1.75

Orientasi Penampilan 17 29.82 40 70.17 0 0

Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh 6 10.53 44 77.19 7 12.28

Kecemasan Menjadi Gemuk 19 33.33 33 57.89 5 8.77

Pengkategorian Ukuran Tubuh 12 21.05 39 68.42 6 10.53 Subskala evaluasi penampilan merupakan pengukuran tingkat kepuasan seseorang terhadap penampilan yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 10, pada subskala evaluasi penampilan terdapat 8.77% penari yang memiliki persepsi negatif sehingga subjek merasa penampilannya kurang menarik, namun sebagian besar penari remaja memiliki persepsi normal (89.47%) terhadap evaluasi penampilannya. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar penari menilai penampilannya sudah cukup menarik dan sesuai dengan apa yang dia inginkan dan merasa cukup percaya diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cash et al. (2004) yang menunjukkan adanya peningkatan evaluasi penampilan pada wanita setiap tahunnya.

Subskala orientasi penampilan merupakan pengukuran yang meilihat seberapa sering seseorang melakukan usaha untuk memperbaiki penampilannya. Pada penelitian ini terdapat 70.17% subjek memiliki persepsi normal terhadap orientasi penampilannya yang menandakan sebagian besar subjek cukup memperhatikan penampilannya dengan melakukan suatu usaha agar penampilannya sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut Dacey & Kenny (2001), pada umumnya beberapa usaha yang dilakukan oleh remaja yaitu dengan melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. untuk mendapatkan tubuh ideal sehingga terlihat menarik. Hal tersebut tidak sesuai pada 29.82% subjek yang memiliki persepsi negatif terhadap penampilannya. Hal ini menandakan subjek tidak melakukan upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki penampilannya. Menurut Cash et al. (2004) terdapat perubahan sikap wanita terhadap upaya memperhatikan penampilannya yang semakin apatis.

Subkala kepuasan terhadap bagian tubuh merupakan pengukuran tingkat kepuasan subjek pada bagian tubuh yang dimillikinya seperti rambut, wajah, tubuh bagian atas, tubuh bagian tengah, tubuh bagian bawah, dll. Pada pengukuran ini sebagian besar subjek memiliki persepsi normal (77.19%) yang menandakan subjek sudah cukup puas terhadap bagian tubuh yang dimilikinya. Terdapat 10.53% subjek memiliki persepsi negatif yang menandakan beberapa subjek merasa kurang puas dengan bagian tubuhnya, sesuai dengan Cafri dan

(33)

Thompson (2004) yang menyatakan, perempuan sering merasa tidak puas terhadap beberapa bagian tubuhnya secara spesifik. Kepuasan terhadap bagian tubuh pada 12.28% subjek menunjukan persepsi yang positif, yaitu subjek merasa sangat puas terhadap bagian–bagian tubuhnya. Hal ini sesuai dengan Chase (2001) yang menyatakan bahwa seseorang yang memilik persepsi tubuh positif akan memiliki kepuasan yang lebih terhadap bagian tubuhnya. Menurut Kim et al. (2015), penari memiliki kepuasan lebih terhadap bentuk tubuh terutama ketika pada saat pentas yang mengekspos beberapa bagian tubuhnya. Hal tersebut sesuai dengan Neuwer dan Klaus (2001), penari khususnya penari balet menginginkan bentuk tubuh yang lebih kurus dan kurang puas terhadap bagian tubuhnya terutama tubuh bagian tengah.

Subskala keempat yaitu kecemasan menjadi gemuk. Subskala ini bertujuan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang apabila mengalami penambahan berat badan menjadi gemuk dan mengetahui seberapa sering subjek melakukan usaha untuk menurunkan berta badan. Pada penelitian ini penari sebagian besar memiliki persepsi yang normal (57.89%) dan persepsi negatif (33.33%) terhadap kecemasan menjadi gemuk, artinya sebagian besar subjek cukup cemas dan khawatir apabila berat badannya bertambah dan melakukan beberapa usaha untuk menurunkan berat badan ketika mereka merasa berat badannya sudah berlebih. Hal ini sesuai dengan Winzeler (2005) yang menyatakan bahwa remaja putri umumnya lebih tidak puas terhadap tubuhnya terutama ketika berat badannya berlebih.

Subskala yang terakhir yaitu pengkategorian ukuran tubuh. Pada subskala ini pengukuran dilakukan untuk melihat persepsi subjek dalam menilai ukuran tubuhnya, baik itu memiliki tubuh ukuran kurus, normal atau gemuk. Subjek memiliki persepsi negatif sebesar 21.05% terhadap kategori tubuhnya yang artinya sebagian subjek merasa ukuran tubuhnya ke arah tubuh kurus. Persepsi normal dimiliki oleh 68.42% subjek, hal ini menandakan sebagian besar penari menilai ukuran tubuhnya normal dan 10.53% subjek memiliki persepsi positif yang menandakan subjek menganggap ukuran tubuhnya gemuk. Menurut Borteyrou (2009), semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin tinggi pula mereka mempersepsikan berat badan mereka semakin gemuk.

Penilaian persepsi body image pada metode FRS dan MBSRQ-AS ditemukan hasil yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan kedua metode tersebut sebagian besar penari remaja memiliki persepsi body image positif yang lebih banyak dibandingkan persepsi body image negatif. Hal ini membuktikan bahwa sebagain besar penari sudah mampu mempersepsikan tubuhnya dengan baik sesuai dengan keadaan tubuhnya saat ini dan puas terhadap penampilannya. Menurut Price dan Pettijon (2006), persepsi body image pada remaja khususnya penari dipengaruhi beberapa faktor yaitu rasa percaya diri, jenis tarian, jenis kelamin, usia dan media. Persepsi body image yang positif pada penelitian ini dipengaruhi oleh faktor rasa percaya diri dan jenis tarian. Penari dilatih untuk memiliki rasa percaya diri yang lebih terhadap penampilannya dengan cara rutin diadakan pentas di depan umum. Penilaian persepsi body image baik menggunakan metode FRS atau MBSRQ-AS sama–sama dapat mengambarkan penilaian penari terhadap tubuhnya.

Penilaian persepsi body image baik metode FRS atau MBSRQ-AS memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut peneliti, metode

(34)

20

penilaian persepsi body image pada penari remaja yang paling cocok untuk menggambarkan persepsi body image yaitu menggunakan metode MBSRQ-AS. Metode MBSRQ-AS menilai persepsi body image para penari dalam berbagai aspek. Aspek – aspek tersebut berkaitan dengan rasa percaya diri penari terhadap penampilan dan tubuhnya serta bagaimana para penari menggambarkan tubuhnya demi kepentingan pentas. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan aspek evaluasi penampilan, orientasi penampilan dan kepuasan terhadap bentuk tubuh.

Pada metode MBSRQ-AS juga terdapat aspek yang berkaitan erat dengan penggambaran tubuh seseorang dengan keadaan status gizi yang dimiliki, yaitu aspek kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh, sehingga kelima aspek tersebut dapat menggambarkan persepsi body image penari secara lengkap. Uji korelasi dilakukan pada persepsi body image berdasarkan metode FRS dan MBSRQ-AS. Hasil uji tersebut diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan (p >0.05) artinya penari yang memiliki body image positif pada metode FRS belum tentu memiliki body image negatif/not satisfied atau satisfied pada pngukuran body image metode MBSRQ-AS. Hal ini menunjukan apabila seseorang yang sudah dapat mengukur bentuk tubuhnya sesuai dengan keadaan status gizi yang ia miliki belum tentu mereka merasa puas atau tidak puas serta memiliki perhatian lebih untuk menjaga tubuh maupun penampilan yang ia miliki.

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan (food habit) merupakan cara individu atau kelompok individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Menurut Khumaidi (1989) kebiasaan makan merupakan tingkah laku individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhannya untuk makan yang meliputi kepercayaan, sikap, dan pemilihan makanan. Sikap terhadap makanan tersebut dapat bersifat negatif atau positif. Sikap terhadap makanan tersebut dipengaruhi nilai-nilai affective di lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi) tempat individu atau kelompok tersebut tumbuh.

Remaja memiliki kebiasaan makan sering kali melewatkan sarapan, menyukai makanan selingan dan tinggi lemak, kalori dan garam, cendurung memilih jenis pangan dan rendahnya konsumsi buah dan sayur (Waluya 2007). Metode pengukuran kebiasaan makan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya menggunakan Adolescent Food Habits Checklist (AFHC) yang mengukur kebiasaan makan secara spesifik terhadap kebiasaan makan sehat. Hasil pengukuran kebiasaan makan metode AFHC disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran kebiasaan makan sehat (AFHC) berdasarkan status gizi subjek Kebiasaan

Makan

Status Gizi

Total

Kurus Normal Gemuk Obese

n % n % n % n % n %

Sehat 1 16.67 19 44.19 2 50.00 3 75.00 25 43.86

Kurang Sehat 5 83.33 24 55.81 2 50.00 1 25.00 32 56.14

Total 6 100.00 43 100.00 4 100.00 4 100.00 57 100.00

(35)

Berdasarkan Tabel 11 telihat bahwa penari yang memiliki status gizi gemuk (50%) dan obese (75%) memiliki kebiasaan makan lebih besar dibandingkan penari dengan staus gizi normal (44.19% dan kurus (16.67%). Hal tersebut dapat terlihat dari skor rata-rata AFHC pada masing – masing kategori status gizi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Kalkan et al. (2015) yang menunjukan bahwa remaja yang memiliki status gizi gemuk memiliki skor rata – rata kebiasaan mkan yang lebih besar dibandingkan pada kelompok remaja dengan status gizi kurus dan normal. Hal ini disebabkan remaja putri yang memiliki status gizi gemuk memberi perhatian lebih terhadap bentuk tubuh, konsumsi makanan dan jajanan, sebagai upaya untuk mencapai bentuk tubuh ideal.

Skor AFHC rata – rata pada penari remaja diperoleh hasil sebesar 11.09 ± 4.28, hasil ini sejalan dengan penelitian Johnson et al. (2002) yang menunjukan bahwa rata- rata skor kebiasaan makan sehat dengan metode AFHC pada remaja putri sebesar 11.7 ± 4.7. Penilaian kebiasan makan menggunakan metode ini dapat megukur kebiasaan makan remaja yang berkaitan dengan konsumsi sayur dan buah, kebiasaan konsumsi lemak dan gula, serta gaya hidup sehat.

Penilaian kebiasaan makan AFHC, subjek dapat dikatakan memiliki kebiasaan makan sehat apabila skor total subjek ≥ 12 poin. Kebiasaan makan sehat pada penelitian ini yaitu perilaku seseorang terhadap makan dan makanan yang memilih membatasi makanan tinggi lemak dan gula, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menerapkan gaya hidup sehat. Pernyataan yang paling banyak dipilih subjek sebagai kebiasaan makan sehat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Presentase total skor AFHC.

No. Pernyataan Presentase

(%)

1 Saya mencoba banyak makan buah dan sayur 89.47

2 Saya sering kali mencoba pola makan sehat 78.95

3 Saya sering menambahkan krim pada makanan penutup atau

minuman 71.93

4 Saya menjaga asupan gula agar tetap rendah 70.18

5 Jika saya membawa bekal makan siang, biasanya saya

menambahkan beberapa coklat atau biskuit 70.18

6 Ketika saya mengoleskan mentega atau margarin pada roti,

biasanya saya mengoleskannya dengan tipis 56.14

7 Saya pasti makan buah dalam sehari minimal satu porsi 54.39 8 Jika saya makan dessert di rumah, saya mencoba memilih

makanan yang rendah lemak seperti buah, sayur dll 54.39 9 Saya menghindari terlalu banyak makan fast food 52.63

10 Saya sering membeli pastry atau cake 52.63

11 Ketika saya makan camilan sebelum makan, saya sering

memilih buah sebagai camilannya 47.37

12 Ketika saya membeli soft drink biasanya saya memilih yang

rendah kalori 45.61

. Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa kebiasaan makan buah dan sayur subjek cukup baik, hal ini dapat dilihat berdasarkan 4 dari 12 pernyataan

(36)

22

yang paling banyak dipilih subjek berkaitan dengan konsumsi buah dan sayur yaitu pernyataan nomor 2, 7, 8 dan 11. Kebiasaan konsumsi lemak subjek juga cukup baik hal ini dapat dilihat dari penyataan nomor 3, 6. 9 dan 10. Subjek membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula dengan menghindari konsumsi pangan sumber lemak seperti krim pada dessert atau minuman, mentega, margarin, cake, pastry dan fast food. Hal tersebut sesuai dengan Johnson

et al. (2002) kebiasaan makan AFHC berhubungan secara signifikan dengan

konsumsi lemak, gula, buah dan sayur serta penerapan gaya hidup sehat. Hal ini menunjukan bahwa metode AFHC dapat mengukur kebiasaan makan sehat pada remaja.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh individu atau kelompok yang disebabkan oleh konsumsi pangan, penyerapan zat gizi (absorbsi), dan utilisasi zat gizi pada makanan. Penilaian status gizi pada individu atau kelompok dapat menentukan status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara antropometri, biologi, klinis, faktor ekologi dan konsumsi pangan (Gibson 2005).

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Penilaian antropometri digunakan pada remaja dalam konteks yang berhubungan dengan status gizi dan kesehatan. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk kekurusan (thinness) dan gemuk pada masa remaja (Riyadi 2001). IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk anak usia 5 – 19 tahun. indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Status gizi berdasarkan IMT/U ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu angka acuan standar WHO. Indeks massa tubuh diukur dengan menggunakan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Sebaran subjek berdasarkan status gizi disajikan pada Gambar 3.

10,53 75,44 7,02 7,02 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kurus Normal Gemuk Obes

P re se ntase ( % )

Gambar

Gambar  1      Kerangka  pikir  penelitian  hubungan  persepsi  body  image  dan  kebiasaan makan terhadap status gizi penari remaja
Figure  Rating  Scale  (FRS)  merupakan  metode  penilaian  persepsi  tubuh  yang  dikembangkan  oleh  (Stunkard  et  al

Referensi

Dokumen terkait

Seburuk apa pun keadaan anda, para subjek penelitian ini menunjukkan bahwa tidak selamanya remaja penderita skoliosis dengan body image negatif selalu

pearson untuk melihat hubungan kebiasaan makan dengan variabel yang lainnya, yaitu; pengetahuan gizi, persepsi body image, dan status kesehatan, dan uji beda pada kebiasaan

Berkaitan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang hubungan body image dengan pola makan dan status gizi remaja putri di SMP Al

Sebagian besar subyek memiliki status gizi KEK dan body image negatif Data status gizi (lila) yang dihasilkan memiliki distribusi tidak normal (p=0,043, p&lt;0,05)

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji hubungan antara persepsi body image dan kebiasaan makan dengan status gizi atlet senam dan atlet renang SMA Ragunan

Variabel dependen yang diamati adalah pola makan, asupan zat gizi dan persepsi body image dengan remaja putri sebagai subjek untuk mengetahui hubungan pola makan, asupan zat

Agar mereka tidak memiliki body image negatif atau berstatus gizi lebih, perlu sebuah pendidikan berbasis informasi yang mereka butuhkan untuk menunjang hidup sebagai orang

Namun belum diketahui apakah persepsi body image dan perilaku diet memiliki pengaruh dengan status gizi pada remaja putri di SMK Analis Kesehatan Tunas Medika