• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPIPADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPIPADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPIPADA KASUS

CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSU AISYIYAH

PONOROGO

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Diploma III

pada Jurusan Fisioterapi Oleh :

NOVISA KARIZKI J100130057

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS

ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

2016

(2)

ii i

(3)

iii ii

(4)

iv iii

(5)

1 ABSTRAK

PENATALAKSAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

(Novisa Karizki, 2016, 53 halaman)

Latar Belakang : Cervical root syndrome adalah suatu keadaan terjadinnya iritasi atau penekanan

akar-akar saraf spinal pada daerah leher. Yang menimbulkan gejala nyeri menjalar mulai dari area leher hingga jari-jari tangan sesuai dengan area dermatomnya dan disertai dengan kelemahan otot yang di inervasi.

Tujuan : Untuk mengetahui manfaat penggunaan Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneus

Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan terapi latihan pada kasus cervical root syndrome.

Hasil : Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan adannya penurunan derajat nyeri diam T0 :

4 menjadi T6 : 2, nyeri gerak T0 : 7 menjadi T6 : 3, dan nyeri tekan T0 : 7 menjadi T6 : 3, adannya peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) pada cervical pada gerakan fleksi T0 : 6 Cm menjadi T6 : 9 Cm, ektensi T0 : 11 Cm, lateral fleksi dextra T0 : 6 Cm menjadi T6 : 9 Cm, lateral fleksi sinistra T0 : 9 Cm menjadi T6 : 9 Cm, side rotasi dextra T0 : 12 Cm menjadi T6 : 14 Cm, side rotasi sinistra T0 : 14 Cm menjadi T6 : 14 Cm, dan adannya peningkatan aktifitas fungsional cervical T0 : 58 % menjadi T6 : 38 %.

Kesimpulan : Pemberian modalitas Short wave diathermy (SWD), Transcutaneus electrical nerve

stimulation (TENS), dan terapi latihan pada kasus cervical root syndrome dapat menurunkan derajat

nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS), dan meningkatkan aktifitas fungsional cervical.

Kata Kunci : Cervical Root Syndrome, Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical

Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan.

ABSTRACT

Background: Cervical root syndrome is a state of irritation or suppression of spinal nerve roots in the

neck area, This impingement typically produces neck and radiating arm pain or numbness, sensory deficits, or motor dysfunction in the neck and upper extremites.

Objective : To find out the benefits of the use of Short Wave Diathermy ( SWD ), Transcutaneus

Electrical Nerve Stimulation ( TENS ) , and therapeutic exercise in the case of cervical root syndrome.

Results : After treatment for 6 times found a decrease in the degree of pain silent T0 : 4 to T6 : 2 , pain

motion T0 : 7 becomes T6 : 3 , and tenderness T0 : 7 becomes T6 : 3 , an increased range of motion ( LGS ) in cervical the flexion movement T0 : 6 Cm becomes T6 : 9 cm , extensions T0 : 11 cm , lateral flexion dextra T0 : 6 Cm becomes T6 : 9 cm , lateral flexion of the left T0 : 9 cm into T6 : 9 cm , side rotation dextra T0 : 12 Cm becomes T6 : 14 cm , rotation of the left side T0 : 14 Cm becomes T6 : 14 Cm , and adannya increase functional activity of cervical T0 : 58 % to T6 : 38 % .

Conclusion : after granting modalities Short wave diathermy ( SWD ) , Transcutaneus electrical nerve

stimulation (TENS) , and therapeutic exercise in the case of cervical root syndrome can reduce the

degree of pain , increase range of motion ( LGS ) , and enhance the functional activity of the cervical

spine. .

Keywords:Cervical Root Syndrome, Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical Nerve

(6)

2 1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Nyeri cervical merupakan keluhan yang sering terjadi pada aktivitas tersebut. Nyeri cervical dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama yaitu nyeri cervical tanpa disertai dengan nyeri radikular nyeri pada saraf ditandai dengan nyeri tumpul dan nyeri tidak menjalar, dan nyeri cervical tipe dua yaitu nyeri yang disertai dengan nyeri radikular ditandai dengan adannya gangguan sensorik, numbness dan nyeri tidak dapat dilokalisir tempatnya salah satunnya adalah Cervical root syndrome (Schwartz,2006).

Cervical root syndrome (CRS) atau sindroma akar saraf leher suatu keadaan yang disebabkan adannya iritasi pada akar syaraf cervical yang menyebabkan adannya nyeri radikular yang ditandai dengan nyeri pada leher, bahu dan menjalar ke lengan atas hingga ke jari – jari tangan disertai dengan. adannya pharastesia, penurunan reflek tendon biceps, numbness, gangguan sensorik dan juga kelemahan atau spasme pada otot. Pada kasus ini sering diikuti nyeri radikhulopathy dimana terdapat ada nya proses patologis pada radiks saraf yang berada di cervical (Christoper et al, 2010).

Problem yang terjadi pada cervical root syndrome yaitu nyeri menjalar bersifat tajam, kelemahan otot sesuai dengan myotomnya, spasme otot cervical, dan adannya penurunan ROM cervical sehingga dapat menurunkan kemampuan fungsional pasien. Fisioterapi memiliki modalitas yang bertujuan mengurangi nyeri, meningkatkan ROM, mengurangi spasme salah satu modalitas yang dapat diberikan pada kasus cervical root syndrome yaitu Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan.

(7)

3 b. Rumusan Masalah

1) Apakah modalitas Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri pada kasus Cervical Root Syndrome ?

2) Apakah modalitas Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical Stimulation (TENS) dan terapi latihan dapat meningkatkan ROM pada kasus cervical root syndrome ?

3) Apakah modalitas Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical Stimulation (TENS) dan terapi latihan dapat meningkatkan aktivitas fungsional cervical ?

c. Tujuan

1) Tujuan Umum

Guna untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi, dan menganalisa pada kasus cervical root syndrome.

2) Tujuan Khusus

Untuk mengetahui manfaat modalitas Short Wave Diathermy (SWD), Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan LGS, dan meningkatkan aktifitas fungsional cervical pada kasus cervical root syndrome.

d. Manfaat 1) Penulis

dapat menambah khasanah cakrawala fisioterapi yang dapat implementasikan pada pelayanan fisioterapi, menambah pemahaman penulis tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome.

(8)

4 2) Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cervical root syndrome sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran klinis tentang Cervical Root Syndrome dalam pendekatan fisioterapi.

3) Pendidikan

Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan informasi tentang cervical root syndrome yang sering di jumpai oleh fisioterapi

2. TINJAUAN PUSTAKA a. Deskripsi Kasus

1) Definisi Cervical Root Syndrome

Cervical root syndrome adalah suatu keadaan terjadinnya iritasi atau penekanan akar-akar saraf spinal pada daerah leher. Yang menimbulkan gejala nyeri menjalar mulai dari area leher hingga jari-jari tangan sesuai dengan area dermatomnya dan disertai dengan kelemahan otot yang di inervasi (Corey, 2014).

b. Patologi

Segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinnya iritasi pada serabut saraf ditingkat radiks saraf dan foramen intervetebralis pada area cervical yang menyebabkan nyeri radikuler dimana nyeri mulai pada area yang teriritasi dan menjalar sepanjang area dermatomnya.

Nyeri yang timbul pada area leher, belakang kepala dan nyeri terproyeksi hingga area bahu, lengan atas, lengan bawah bahkan sampai

(9)

5

tangan. Nyeri semakin berat pada posisi dan gerakan leher tertentu dan akan disertai dengan keterbatasan gerak leher (Mahadewa, 2013).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Sesuai dengan tindakan fisioterapi yang dilakukan kepada pasien atas nama Ny. A. R dengan umur 36 tahun dengan diagnosa cervical root syndrome di RSU Aisyiyah Ponorogo mendapatkan enam kali penangganan fisioterapi menggunakan modalitas short wave diathermy (SWD), transcutaneus electrical stimulation (TENS), terapi latihan. Setelah dilakukan penatalaksanaan fisioterapi di dapatkan adannya penurunan nyeri, peningkatan LGS, dan peningkatan ADL cervical. Hasil tersebut disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

1. Hasil evaluasi derajat nyeri

Tabel 4.1

Evaluasi derajat nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

NO Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Diam 4,3 4,2 4,2 3,5 2,2 2,1

2 Gerak 7,3 7,4 6,6 5,4 4,1 3,2

3 Tekan 7,5 7,3 7,2 5,6 5,1 3,0

Setelah dilakukan 6 kali terapi di dapatkan hasil adannya penurunan derajat nyeri diam, nyeri gerak dan nyeri tekan.

(10)

6

2. Hasil evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) Tabel 4.2

Evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) menggunakan pita ukur T1

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 5 Cm 6 Cm Ekstensi 12 Cm 4 Cm 8 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 10 Cm 6 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 10 Cm 12 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

Tabel 4.3 Evaluasi LGS T2

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 5 Cm 6 Cm Ekstensi 12 Cm 4 Cm 8 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 9 Cm 7 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 10 Cm 12 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

Tabel 4.3 Evaluasi LGS T3

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 2 Cm 9 Cm Ekstensi 12 Cm 3 Cm 9 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 8 Cm 8 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 9 Cm 13 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

(11)

7

Tabel 4.4 Evaluasi LGS T4

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 2 Cm 9 Cm Ekstensi 12 Cm 3 Cm 9 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 8 Cm 14 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

Tabel 4.5 Evaluasi LGS T5

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 2 Cm 9 Cm Ekstensi 12 Cm 2 Cm 10 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 8 Cm 14 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

Tabel 4.6 Evaluasi LGS T6

Gerakan Posisi awal Posisi akhir Selisih Fleksi 11 Cm 2 Cm 9 Cm Ekstensi 12 Cm 1 Cm 11 Cm Lateral fleksi sinistra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Lateral fleksi dextra 16 Cm 7 Cm 9 Cm Side rotasi dextra 22 Cm 8 Cm 14 Cm Side rotasi sinistra 22 Cm 8 Cm 14 Cm

Setelah dilakukan penatalaksanaan fisioterapi sebanyak 6 kali di dapatkan hhasil adannya peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan fleksi, ekstensi, side fleksi dextra, dan rotasi dextra.

(12)

8

3. Hasil evaluasi aktivitas fungsional cervical Tabel 4.7

Evaluasi Aktivitas Fungsional Cervical

NO Aspek penilaian T1 T2 T3 T4 T5 T6 1. Intensitas nyeri 4 4 3 3 2 2 2. Perawatan pribadi 2 2 2 2 2 2 3. Mengangkat beban 3 2 2 2 1 1 4. Membaca 2 2 2 2 2 2 5. Rasa pusing 3 3 2 2 2 2 6. Konsentrasi 3 3 2 2 2 2 7. Menggemudi 3 3 2 2 2 2 8. Aktivitas tidur 3 3 3 3 2 2 9. Aktivitas pekerjaan 3 3 3 3 2 2 10. Rekreasi 3 3 2 2 2 2 JUMLAH 29 28 23 23 19 19 PERSENTASE Total / 50 x 100 = ...% 58 % 56 % 46% 46% 38% 38%

Setelah dilakukan 6 kali penatalaksanaan fisioterapi didapatkan adannya peningkatan aktivitas fungsional cervical.

b. Pembahasan

Pengkajian perkembangan hasil evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan setelah dilakukakn tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali terapi pada pasien cervical root syndrome.

Pelaksanaan fisioterapi pada pasien cervical root syndrome sebanyak 6 kali terapi didapatkan adannya peningkatan dalam proses penyembuhan pasien.

(13)

9 1. Nyeri

Pemberian SWD memberikan efek panas yang sedang sehingga efektif untuk mengurangi nyeri dengan cara memberikan efek sedative pada saraf sensoris sehingga meningkatkan ambang rangsang nyeri pada jaringan. Dengan pemberian SWD akan meningkatkan aktivitas metabolisme sebesar 18 % yang diikuti dengan perubahan PO2 pada saat yang bersamaan terjadinnya vasoldilatasi dan peningkatan aliran darah sebesar 30 mi/100 gram jaringan sehingga dapat memperlancar pembuangan zat- zat iritan penyebab nyeri sehingga nyeri dapat berkurang (Sugijianto, 2006).

Serta pemberian TENS berdampak pada penurunan nyeri dengan pengaplikasian TENS menggunakan mekanisme segmental dimana implus saraf yang dihasilkan oleh TENS berjalan menjauh dari arah sistem saaf pusat akan menabrak dan menghilangkan atau menurunkan implus aferen yang datang dari jaringan rusak perjalanan impuls pada serabut A delta yang dihasilkan oleh TENS akan menabrak impuls nosiseptif yang berjalan di A delta yang sama sehingga terjadi penurunan kecepatan hantran dan amplitudo pada baik pada A alfa , A beta maupun A delta . Pada keadaan jaringan rusak aktivasi bisa terjadi pada serabut saraf berdiameter besar dan mengasilkan impuls antidromik yang berdampak analgesia. Dimana terlepasnya materi penyebab nyeri seperti histamin, dan bradikidin sehingga terjadinnya vasodilatasi ateriole sehingga nyeri dapat berkurang.

(14)

10

Gambar 4.1 Grafik Evaluasi Derajat Nyeri menggunakan VAS

2. Lingkup Gerak Sendi (LGS)

pemberian SWD dapat meningkatkan elastisitas jaringan kolagen yang terdapat pada jaringan miofasia dengan menurunkan viskositas matrik jaringan karena homeostatis lokal sehingga jaringan mudah untuk digerakkan karena meningkatkan elastisitas jaringan (Sugijanto et al, 2006).

pemberian terapi latihan yaitu hold relax,contract relax, dan streching dapat meningkatkan panjang otot, dan rileksasi otot dengan adannya kontraksi isometrik akan membantu menggerakan strech reseptor dari muscle spindle untuk segera menyesuaikan panjang otot maksimal. Golgi tendon dapat terlibat dan menghambat tegangan pada otot sehingga otot dengan mudah untuk di panjangkan dan ketika diberikan stretching. sehingga adannya peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) (Andrews et al. 2012).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 T1 T2 T3 T4 T5 T6

(15)

11 0 5 10 15 T1 T2 T3 T4 T5 T6

evaluasi LGS

FLEKSI EKSTENSI

LATERAL FLEKSI DEXTR LATERAL FLEKSI SINISTRA

SIDE ROTSI DEXTRA SIDE ROTASI SINISTRA

Gambar 4.2 Grfik Hasil Evaluasi LGS Menggunakan Pita Ukur Keterangan : hasil yang dituliskan di grafik adalah selisih dari posisi

awal dengan posisi akhir.

3. Aktifitas Fungsional Cervical

Pengunaan modalitas short wave diathermy (SWD) memberikan manfaat yaitu pada jaringan meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5 – 10 kali lebih baik seperti pada collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi karena adannya penurunan viscositas jaringan sehingga dapat menurunkan tonus otot yang hypertonus melalu normalisasi nosisensorik.

Pengunaan modalitas transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) memberikan efek analgetik dengan cara menghambat transmisi nosiseptor melalui serabut C menuju ke sel T ketika informasi nyeri sampai ke sel T membuka gerbang sehingga impuls dapat masuk ke area thalamus dan korteks yang di deskripsikan di area tersebut sebagai rasa nyeri.

(16)

12

Namun pada mekanisme gerbang control dimana ketika serabut C sampai pada sel T gerbang di tutup sehingga impuls nyeri tidak dapat sampai ke area thalamus dan kortek sehingga intensitas nyeri dapat berkurang (Kaye et al, 2015).

Pengaruh terapi latihan dengan metode stretching dengan memutus siklus nyeri spasme LGS menurun ADL menurun sehingga adannya peningkatan aktifitas fungsional (Andrews et al. 2012).

Gambar 4.3 Grafik Evaluasi Fungsional Cervical menggunakan Neck Disability Index (NDI)

0 5 10 15 20 25 30 35 T1 T2 T3 T4 T5 T6

nyeri berat & sangat menggangu

nyeri sedang sedikit menggangu nyeri ringan & tidak menggangu

(17)

13 4. PENUTUP

a. Kesimpulan

1) Dapat disimpulkan dari pemberian SWD, TENS dapat menggurangi nyeri pada kasus cervical root syndrome.

2) Disimpulkan pemberian SWD,TENS, dan terapi latihan dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pada kasus cervical root syndrome. 3) Disimpulkan pemberian SWD, TENS, dan terapi latihan dapat

meningkatkan aktivitas fungsional cervical pada kasus cervical root syndrome.

b. Saran

1) Pasien cervical root syndrome selama terapi disarankan untuk menggurangi aktivitas yang terlalu lama mengunakan otot- otot cervical seperti terlalu lama di depan komputer, membaca buku terlalu menunduk.

2) Pasien cervical root syndrome disarankan mendapatkan penangganan yang tepat sesuai kasus dan dengan alat yang tepat agar proses penyembuhan pasien yang berlangsung dapat optimal dengan modalitas fisioterapi yang tepat dan memadai.

(18)

14 DAFTAR PUSTAKA

Caridi, J. M., Pumberger, M., & Hughes, A. P. (2011). Cervical radiculopathy: a review. HSS journal, 7(3), 265-272.

Cristopher,Deanna Lynn, and Douglas Comeau. "Cervical radiculopathy." Medical Clinics of North America 98.4 (2006): 791-799.

Hertling, D., Randolph, M., & Kessles. 2006. Management of Common Muskuloskeletal Disorder Physical Therapy Principles and Methods. Philadelpia: Lippincot & Wilkins.

Johnson, M. 2014. Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). United Kingdom: Oxford University Press.

Kisner ,Caroline And Lyen Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation And Technique ( Fifth Edition). Philadelphia: F.A Davis Company.

Magee, D. J. 2008. Orthopedic Physical Assessment. St Louis: Elsevier. Nanda, B. K. 2008. Electrotherapy Simplified. Delhi: Rajkamal Electric Press..

Persson, L. C., Carlsson, J. Y., & Anderberg, L. (2007). Headache in patients with cervical radiculopathy: a prospective study with selective nerve root blocks in 275 patients. European Spine Journal, 16(7), 953-959.

Rhee, J. M., Yoon, T., & Riew, K. D. (2007). Cervical radiculopathy. Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons, 15(8), 486-494.

Smith, H. S. 2009. Current Therapy in Pain. Philadelphia: Elsevier.

Sugijanto. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Short Wave Diathermy (SWD) dan Contract Relax Stretching dengan Short Wave Diathermy dan Transverse Friction Terhadap Penggurangan Nyeri pada Syndroma Nyeri myofasial otot levator scapula.Jurnal fisioterapi Indonusa. Vol.6.

Vanneste, S., Plazier, M., Van de Heyning, P., & De Ridder, D. (2010). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) of upper cervical nerve

(C2) for the treatment of somatic tinnitus. Experimental brain

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Evaluasi Derajat Nyeri menggunakan VAS
Gambar 4.2 Grfik Hasil Evaluasi LGS Menggunakan Pita Ukur  Keterangan : hasil yang dituliskan di grafik adalah selisih dari posisi
Gambar 4.3 Grafik Evaluasi Fungsional Cervical menggunakan Neck  Disability Index (NDI)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara pola pergerakan ditinjau berdasarkan variabel jarak tempuh, sebaran pergerakan, waktu tempuh dan moda transportasi yang dillihat berdasarkan lima tujuan

Penelitian ini berjudul “pelatihan keroncong pada remaja usia 12 -20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina. Batavia Sunda Kelapa Marina merupakan sebuah perusahaan yang

proses pembelajaran yang dinilai dari angket respon yang mengkategorikan modul sangat baik, serta didukung dengan hasil disseminate yang diserahkan pada 5 guru IPA

Kram adib raia.. Diki Nanang

Dilihat dari hal tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan yaitu apakah Daerah Istimewa Yogyakarta sudah merata lokasi fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

PENINGKATAN KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA DI KELAS B TK DHARMAWANITA KARANGJATI, KALIJAMBE, SRAGEN TAHUNPELAJARAN 2010/2011 Catur

tahuan dan teknik dan dengan demikian memberi sumba- ngan agar tertjapainja pengerti an jang lebih mendalam antara rakjat kedua negara, demi kepentingan

Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian ulang oleh Restuningdiah dan Indriantoro (2000) yang hasilnya mengindikasikan bahwa partisipasi