• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home Visit Tb Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Home Visit Tb Paru"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS  No Berkas  No Berkas : : 0101 Berkas Pembinaan Keluarga

Berkas Pembinaan Keluarga  No RM  No RM :: Puskesmas Sidoarjo

Puskesmas Sidoarjo  Nama KK  Nama KK : : Tn. BTn. B

Tanggal ku

Tanggal kunjungan pertama kali njungan pertama kali 2 Agu2 Agustus 2013,stus 2013,  Nama pembina keluarga pertama kali : D

 Nama pembina keluarga pertama kali : Drr. . ArArif if  Tabel 1.

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satuCATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu  periode pembinaan )  periode pembinaan ) Tanggal Tingkat Tanggal Tingkat Pemahaman Pemahaman Paraf  Paraf  Pembimbing Pembimbing Paraf Keterangan Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

 Nama Kepala Keluarga

 Nama Kepala Keluarga : Tn. B: Tn. B Alamat

Alamat lengkap lengkap : : Taman Taman Pondok Pondok Jati Jati Blok Blok CM CM 0101 Bentuk

Bentuk Keluarga Keluarga :: Nuclear Family Nuclear Family

Tabe

Tabel l 2.2.Daftar Anggota Daftar Anggota keluarga keluarga yang tinggal yang tinggal dalam satu rumahdalam satu rumah No

No NamaNama KedudukaKeduduka n dalam n dalam keluarga keluarga L/ L/ P P Umur

Umur PendidikaPendidika n n Pekerjaa Pekerjaa n n Pasien Pasien Klinik  Klinik  (Y/T) (Y/T) Ket Ket 1 1 Tn BTn B KK KK  LL 3636 S 1S 1 PengawasPengawas TT

(2)

--LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I BAB I STATUS PENDERITA STATUS PENDERITA A. A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang  penderita TB

 penderita TB paru kasus paru kasus baru, berjenis baru, berjenis kelamin kelamin Perempuan dan Perempuan dan berusia berusia 28 tahun,28 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita TB paru yang berada di dimana penderita merupakan salah satu dari penderita TB paru yang berada di wilayah Puskesmas Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan wilayah Puskesmas Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo beserta khususnya di daerah Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo beserta  permasalahannya

 permasalahannya seperti seperti masih masih kurangnya kurangnya pengetahuan pengetahuan masyarakat masyarakat tentang tentang TBTB terutama masalah penularannya dan mengenai kepatuhan meminum obat anti TB. terutama masalah penularannya dan mengenai kepatuhan meminum obat anti TB. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

lapangan.

B.

B. IDENTITAS PENDERITAIDENTITAS PENDERITA  Nama

 Nama : : Ny. DNy. D Umur

Umur : : 28 28 tahuntahun Jenis

Jenis kelamin kelamin : : PerempuanPerempuan Pekerjaan

Pekerjaan : Ibu : Ibu Rumah Rumah TanggaTangga Pendidikan

Pendidikan : : SMASMA Agama

Agama : : IslamIslam Alamat

Alamat : Taman : Taman Pondok Pondok Jati Jati blok blok CM CM 0101 Suku

Suku : : JawaJawa Tanggal

(3)

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I BAB I STATUS PENDERITA STATUS PENDERITA A. A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang  penderita TB

 penderita TB paru kasus paru kasus baru, berjenis baru, berjenis kelamin kelamin Perempuan dan Perempuan dan berusia berusia 28 tahun,28 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita TB paru yang berada di dimana penderita merupakan salah satu dari penderita TB paru yang berada di wilayah Puskesmas Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan wilayah Puskesmas Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo beserta khususnya di daerah Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo beserta  permasalahannya

 permasalahannya seperti seperti masih masih kurangnya kurangnya pengetahuan pengetahuan masyarakat masyarakat tentang tentang TBTB terutama masalah penularannya dan mengenai kepatuhan meminum obat anti TB. terutama masalah penularannya dan mengenai kepatuhan meminum obat anti TB. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

lapangan.

B.

B. IDENTITAS PENDERITAIDENTITAS PENDERITA  Nama

 Nama : : Ny. DNy. D Umur

Umur : : 28 28 tahuntahun Jenis

Jenis kelamin kelamin : : PerempuanPerempuan Pekerjaan

Pekerjaan : Ibu : Ibu Rumah Rumah TanggaTangga Pendidikan

Pendidikan : : SMASMA Agama

Agama : : IslamIslam Alamat

(4)

C.

C. ANAMNESISANAMNESIS 1.

1. Keluhan Keluhan Utama Utama :: Batuk-batuk Batuk-batuk  2.

2. Riwayat Riwayat Penyakit Penyakit Sekarang Sekarang ::

Kurang lebih 8 bulan yang lalu penderita mulai merasa sering Kurang lebih 8 bulan yang lalu penderita mulai merasa sering batuk- batu

 batuk, k, batubatuk k ngingikil kil dan dan berdberdahakahak, , dahadahak k tidatidak k kentkental al dan dan berwberwarna arna putputih..ih.. Selain itu penderita juga mengeluhkan napas terasa sesak , timbul keringat Selain itu penderita juga mengeluhkan napas terasa sesak , timbul keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu makan menurun, dan berat badan dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu makan menurun, dan berat badan dirasakan turun terus (dari 60 kg sebelum sakit turun menjadi 40 kg). dirasakan turun terus (dari 60 kg sebelum sakit turun menjadi 40 kg). Penderita juga merasakan badannya lemas, dan kadang mengeluhkan pusing. Penderita juga merasakan badannya lemas, dan kadang mengeluhkan pusing. Penderita tidak engeluh nyeri kepala, mual, muntah, dan nyeri dada. Selama Penderita tidak engeluh nyeri kepala, mual, muntah, dan nyeri dada. Selama  batu

 batuk, pendk, penderita bererita berobaobat ke dokter umt ke dokter umum dekaum dekat rumah. BAB dt rumah. BAB dan BAK tidan BAK tidak ak  ada keluhan

ada keluhan

Karena batuk tidak sembuh-sembuh akhirnya penderita di bawa ke RS Karena batuk tidak sembuh-sembuh akhirnya penderita di bawa ke RS Paru Surabaya dan dianjurkan untuk melakukan foto rontgen dada. Kemudian Paru Surabaya dan dianjurkan untuk melakukan foto rontgen dada. Kemudian  pen

 penderiderita druta drujuk ke Pjuk ke Puskeuskesmas Tsmas Taman saman sesuaesuai KTP Di KTP Domiomisili.Dsili.Disana pisana pendeenderitarita di beri obat 3 macam dan harus diminum selama 6 bulan.

di beri obat 3 macam dan harus diminum selama 6 bulan.

3.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat Penyakit Dahulu:

-- Riwayat Riwayat kontak kontak dengan dengan penderita penderita TB TB : : tetangga tetangga kos kos batuk batuk batuk batuk  lama

lama

-- Riwayat Riwayat batuk batuk lama lama : : (+)(+)  sejak 8 bulan yangsejak 8 bulan yang lalu

lalu

-- Riwayat Riwayat batuk batuk darah darah : : disangkaldisangkal

-- Riwayat Riwayat mondok mondok : : (+) (+) dua dua bulan bulan yang yang lalu lalu didi RSDM

RSDM

-- Riwayat Riwayat Imunisasi Imunisasi : : Tidak Tidak LengkapLengkap -- Riwayat Riwayat sakit sakit gula gula : : disangkaldisangkal

-- Riwayat Riwayat asma asma : : disangkaldisangkal -- Riwayat Riwayat alergi alergi obat/makanan obat/makanan : : disangkaldisangkal -- Riwayat Riwayat penyakit penyakit jantung jantung : : disangkaldisangkal

(5)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal - Riwayat keluarga sakit batuk berdarah : disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : Ibu

- Riwayat hipertensi : Ibu

- Riwayat sakit gula : Ibu

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat Keluarga merokok : Almarhum Ayah

- Riwayat olah raga : jarang sekali

- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan keluarga jarang, berekreasi jarang

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang seorang Istri dari suami Tn B. Keluarga  penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 2 orang (penderita,

dan Suami). Penderita Sebelumnya bekerja sebagai SPG dan tinggal di kos kos an di Surabaya, setelah menderita TB berhenti bekerja dan tinggal di rumah bersama suami. Suami penderita bekerja sebagai Pengawas Gudang dengan jam kerja pukul 07.00

 – 

17.00. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari Suami dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp. 2.800.000,-.

7. Riwayat Gizi.

(6)

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman baik 

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-) 6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk lama (+) selama +8 bulan, mengi (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa 12.  Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-) 13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) 14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK  1. Keadaan Umum

Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status

gizi kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

(7)

Pernafasan : 26 x/menit Suhu : 36,8 oC

Tensi : 110/80 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 51 kg TB : 162 cm

BB/(TB)2 = 51/(1.62)2 = 19,43%  Gizi kurang Status Gizi  Gizi Kurang

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata

Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek  kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

 Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (+), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

(8)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-) - Cor : I : ictus cordis tak tampak 

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS  batas kanan atas : SIC II LPSD

 batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS  batas kanan bawah :SIC IV LPSD

 batas jantung kesan tidak melebar 

A : BJ I

 – 

II intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor 

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-) Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor 

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-) 11. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut A : peristaltik (+) normal

12. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P : nyeri tekan (-)

(9)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

- - -

-- - -

-14. Sistem genetalia: dalam batas normal 15. Pemeriksaan Neurologik 

Fungsi Luhur : dalam batas normal Fungsi Vegetatif : dalam batas normal Fungsi Sensorik : dalam batas normal Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF 2 2 RP -

-5 5 N N 2 2 -

-16. Pemeriksaan Psikiatrik 

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif  Proses pikir : bentuk : realistik 

isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-) arus : koheren

Insight : baik 

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan test Mantoux : tidak dilakukan

(10)

timbul keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu makan menurun, kadang tersa pusing, dan berat badan dirasakan turun (dari 60 kg sebelum sakit turun menjadi 40 kg), badan terasa lemas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:1!0/80 mmHg, N: 90 x/menit, Rr: 26 x/menit, S:36,80C, BB:51 kg, TB:162 cm, status gizi  Gizi kurang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Conjuntiva anemis (+/+),. Pada  pemeriksaan penunjang radiologi gambaran TB.

H. PATIEN T CENTERED DI AGNOSI S  Diagnosis Biologis

1. TB Paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif) 2.  Nafsu makan kurang.

3. Status gizi yang rendah Diagnosis Psikologis

-Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

I. PENATALAKSANAAN Non Medika mentosa

1. Bed Rest tidak total

Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak istirahat.

2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 1600 Kalori

Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi tinggi, juga minum susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya akan meningkat, yang merupakan indikator kesembuhan pasien.

(11)

Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar, dan latihan pernafasan untuk mengurangi sesak.

4. Mengurangi stress tertentu

Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak  memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang- bincang atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Medikamentosa

Oral Anti TBC (OAT) paketan untuk kategori I fase intensif dari

 puskesmas, dengan regimen pengobatan 2HRZ/4H3R3 yang terdiri atas : 1. Rifampicin dosis harian 10 mg/kgBB, dengan sediaan tablet 450 mg

diberikan dengan dosis tunggal selama 6 bulan (fase intensif 2 bulan, fase intensif 4 bulan )

2. Isoniazid dosis harian 5 mg/kgBB, dengan sediaan tablet 300 mg diberikan dengan dosis tunggal selama 6 bulan (fase intensif 2 bulan, fase intensif 4 bulan )

3. Pirazinamid dosis harian 25 mg/kgBB, dengan sediaan tablet 500 mg diberikan dengan dosis 2 tablet/hari selama 8 bulan (pengobatan  pertama 3 bulan dilanjutkan 5 bulan berikutnya)

4. Vitamin B kompleks dengan dosis 3 tablet/hari.

(12)

 N : 86 x/menit S : 36,70C Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : RBK (+/+)

Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis : dalam batas normal

A : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

P : Terapi medikamentosa berupa OAT, non medika mentosa selain itu juga dilakukan  patient centered management : dukungan psikologis,  penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi  pasien.

Tanggal 3 Agustus 2013

S : Penderita merasa nafsu makan menurun (-), badan lemas (), batuk (+) ngikil, batuk darah (-), sesak napas (+), nyeri dada (-), dan keringat malam (-).

O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : 120/80 mmHg R : 26 x/menit  N : 88 x/menit S : 36,50C Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : RBK (+/+)

Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis : dalam batas normal

A : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

P : Terapi medikamentosa berupa OAT, non medika mentosa selain itu juga dilakukan  patient centered management : dukungan psikologis,  penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi  pasien.

(13)

Tanggal 7 Agustus 2013

S : Penderita merasa nafsu makan menurun (-), badan lemas (-), batuk (+)  batuk darah (-), sesak napas (+), nyeri dada (-), dan keringat malam (-). O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : 110/80 mmHg R : 26 x/menit  N : 90 x/menit S : 36,50C Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : RBK (+/+)

Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis : dalam batas normal

A : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

P : Terapi medikamentosa berupa OAT, non medika mentosa selain itu juga dilakukan  patient centered management : dukungan psikologis,  penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi  pasien.

FLOW SHEET (belum diedit)  Nama : Ny. D

Diagnosis : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).

NO T G L Tensi mm Hg BB Kg TB Cm Status Gizi Mantoux Test Foto Rontgen Thoraks Mat a KET 1 2/08/ 13 110/7 0 51 162 Gizi kurang Tidak  dila Gambaran TB CA (+/+) OAT 2HRZ/4H3R3

(14)

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita, Suami (Tn. B, 36 tahun),. Penderita tinggal serumah dengan suami, sudah menikah 6 tahun belum memiliki anak.

2. Fungsi Psikologis.

 Ny. D tinggal serumah dengan suaminya (Tn. B). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan- permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain. Suami penderita bekerja dari pagi dan pulang di sore harinya.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya yang menderita kesusahan..

3. Fungsi Sosial

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga, yang sebelumnya  bekerja sebagai SPG dan tinggal di kos kos an di Surabaya, setelah sakit  baru penderita tinggal satu rumah bersama suami dan berhenti bekerja. Dalam masyarakat penderita dan suami hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari Suami yang  bekerja sebagai pengawas pergudangan dengan total penghasilan sebesar Rp

(15)

Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai ibu dari  penderita yang tinggal di desa. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan sebagian sisanya disisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air  dengan menggunakan PDAM. Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari lauk pauk, kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke dokter  rujukan jamsostek atau ke puskesmas

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada suami.

B. APGAR SCORE ADAPTATION 

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari dan tempat kerja sehingga pasien berhenti bekerja. Dukungan dari orang-orang suami, keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadaya, sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan suami yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan

(16)

PARTNERSHIP 

Suami dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.

GROWTH 

 Ny D sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang menganggunya terutama dalam kegiatan sehari harinya sebagai ibu rumah tangga (saat ini)

AFFECTION 

 Ny . D merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan Suami cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

RESOLVE 

 Ny. D merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari Suaminya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena suami penderita harus  bekerja dan kadang harus melembur sampai malam. Karena pada hari minggu atau hari libur besar suami kadang menyempatkan untuk pergi ke tempat rekreasi walaupun jarang sekali.

APGAR Tn. B Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak 

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

 P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

 G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R  Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik 

Tn B bekerja sebagai Pengawas gudang sampai sore, kadang-kadang lembur, sehingga semakin sedikit waktu untuk bersama-sama.

(17)

APGAR Ny.D Terhadap Keluarga Sering/ selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak 

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

 P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

 G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R  Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

 Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik 

 Ny D sebagai Ibu Rumah Tangga, berusaha mengurus kegiatan rumah dengan baik walaupun kondisi sedang sakit.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. D adalah 18, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny. D adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. D dan s uami dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin  baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun  banyak keterbatasan.

 _ 

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya  baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan

(18)

untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain

menjalankan sholat sesekali saja.

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, Kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier sudah dapat terpenuhi

-Edukasi Pendidikan anggota keluarga cukup memadai.

-Medical

Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

 _ 

Keterangan :

 Religius (+) artinya keluarga Ny. D juga menghadapi  permasalahan di bidang agama, Ny. D dan suami tidak taat menjalankan kewajiban agama yaitu sholat 5 waktu. Hal ini akan mempengaruhi ketentraman batin karena penderita kurang dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

(19)

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Taman Pondok Jati CM 01 Taman Sidoarjo Bentuk Keluarga :  Nuclear Family

 Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.D Dibuat tanggal 8 Agustus 2013

Sumber : Data Pr im er , 8 Agustus 2013  Keterangan : Penderita Tn. B : Suami Penderita  Ny. D : Penderita -Tn B - 36 tahun - ♂ - Pengawas gudang - etnis Jawa - Ny. D, - 28 th -♀ - IRT - etnis Jawa

(20)

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik  : hubungan tidak baik 

Hubungan antara Ny .D, dan suami baik dan dekat. Antara Suami dan penderita  baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar 

anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami? Jawab :

Suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita selama Suami pergi bekerja.

2. Ketika Suami bertindak seperti itu apa yang dilakukan keluarga pasien? Jawab :

Keluarga pasien mendukung apa yang dilakukan oleh suami. Karena ia mempercayai urusan anak sehari-hari kepada suami.

3. Ketika apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain? Jawab :

Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan suami.

(21)

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan? Jawab :

Dibutuhkan ijin suami, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita? Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah suami. Walaupun waktu yang tersedia untuk bertemu suami tidak banyak namun penderita selalu menyampaikan keinginannya ataupun keluhannya kepada suami.

(22)

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga

 Ny . D adalah seorang istri dari Tn. B. Penderita awalnya bekerja sebagai SPG . Namun sudah kurang lebih 6 bulan ini penderita berhenti  bekerja karena kesehatannya yang tidak memungkinkan. Setelah tidak   bekerja Ny D hanya mengurus rumah tangga saja.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit,  bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu

mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Perabot rumah tertata dengan rapi dan Ny D berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.

Keluarga ini memiliki fasilitas jamban keluarga untuk melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari PDAM.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu dari suami yang bekerja sebagai pengawas gudang. Dari total semua  penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

(23)

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Taman dan Praktek dokter jamsostek.

II. Identifikasi Lingkungan Rumah Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 15x8 m2 yang  berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. memiliki  pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua kamar  tidur, satu kamar makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan kamar  mandi yang tidak memilki fasilitas jamban keluarga sehingga penderita dan keluarga harus ke kali terlebih dahulu untuk membuang hajat. Terdiri dari 2  pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 3 buah, dikamar tamu dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka..Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 6x1 m2. Lantai rumah sebagian  besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang  berlantaikan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari  batubata namun belum dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air 

untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor minyak dan kadang menggunakan kayu  bakar yang biasa disimpan di gudang dan belakang rumah.

(24)

Denah Rumah : R. TAMU R. Keluarg a Garasi K. Mandi Da ur   Tangga Ke Lantai 2 K. Tidu r  K. Tidu r  Taman Teras

(25)

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. TB Paru Kasus Baru

 b. Pengetahuan suami yang kurang tentang penyakit penderita c. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain

2. Faktor resiko : a. Status gizi kurang

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

NyD

28 tahun

2.Status gizi kuran .

1. Prevensi

untuk 

anggota

keluarga

lainn a

(26)

BAB V

PATIENT M ANAGEMENT 

A. PATI ENT CENTERED M ANAGEMENT  1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor  yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.  b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau

kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem  psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang  penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk  kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai  petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang  bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan  pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

(27)

 penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang TBC. Pasien TBC dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,  pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter  maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu : a. Penyakit TBC merupakan penyakit turunan

 b. Penyakit TBC tidak dapat disembuhkan.

Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (TBC) terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet TKTP yang benar dalam rangka mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri  pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain

(28)

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut jika batuk), lingkungan (tempat tinggal yang tidak   boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian

genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang teratur. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit TBC di masyarakat dapat diluruskan.

B. PREVENSI BEBAS TBC UNTUK KELUARGA LAINNYA (AYAH, IBU, DAN KELUARGA LAINNYA)

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas TBC adalah sama dengan prevensi bebas TBC untuk penderita, namun dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai berikut :

1.

Bagi keluarga jangan terlalu dekat „cukup intim‟ dengan anggota keluarga

yang lain (ayah, ibu dan kelurga lainnya), apalagi saat berbicara atau  batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari penderita. Saat batuk 

sebaiknya di tutup kain atau masker.

2. Diusahakan agar penderita tidak meludah di sembarang tempat yang mengakibatkan kuman TB dapat berterbangan dan terhirup oleh anggota keluarga yang lain.

3. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.

4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar  tidak tertular infeksi TBC dari penderita.

(29)

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

VI.1 EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai “ Global Emergency” . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga  penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO  jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per  100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.9

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3  juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar 

kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.9

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar  140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor  satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga

(30)

Gambar 1. Penyebaran Penyakit Tuberkulosis di Seluruh Dunia10

VI.2 DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi  Mycobacterium tuberculosis.10

VI.3 MIKROBIOLOGI

A. Morfologi dan Struktur Bakteri

 Mycobacterium tuberculosis  berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3

 – 

0,6 mm dan panjang 1

 – 

4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel  M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa

(31)

dimikolat yang disebut cord factor , dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60

 – 

C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan  peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding

sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri  M. tuberculosis  bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya  penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam

 – 

alkohol.

Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen  M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang memberikan sensitifitas dan spesifisitas yang berfariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen  M.tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan lain lain.9

B. Biomolekuler

Genom  M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base) dengan kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil pemetaan gen, telah diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 gen yang merupakan sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada (conserved) sebagai DNA target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang

(32)

Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile. Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081 dan elemen seperti IS (IS-like element). Deteksi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.9

Gambar 2. Gambaran mikroskopik M. Tuberculosis dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen

VI.4 PATOGENESIS

Paru merupakan  port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik ( droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.

(33)

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus  primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks  paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan

gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar  (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini  berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu

yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.

Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk,

(34)

Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak  mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak  sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fokus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus terjadi dapat disebabkan oleh fokus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus  primer

 primer di di paru paru dapat dapat membesar membesar dan dan menyebabkan menyebabkan pneumonitis pneumonitis atau atau pleuritispleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair  fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair  dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis  perkijuan

 perkijuan dapat dapat merusak merusak dan dan menimbulkan menimbulkan erosi erosi dinding dinding bronkus, bronkus, sehinggasehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan  pneumonitis

 pneumonitis dan dan ateletaksis, ateletaksis, yang yang sering sering disebut disebut sebagai sebagai lesi lesi segmental segmental kolaps- kolaps-konsolidasi.

konsolidasi.

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan  pada

 pada penyebaran penyebaran hematogen, hematogen, kuman kuman TB TB masuk masuk ke ke dalam dalam sirkulasi sirkulasi darah darah dandan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.

menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.

Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk  Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk   penyebaran hematogenik

 penyebaran hematogenik tersamar tersamar ((occult hamatogenic spread occult hamatogenic spread ). Melalui cara ini,). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak  kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak  menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ

(35)

di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks  paru atau lobus at

 paru atau lobus atas paru. as paru. Di berbagai lokasi Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan tersebut, kuman TB akan bereplikasibereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya.

membatasi pertumbuhannya.

Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi  pertumbuhannya oleh

 pertumbuhannya oleh imunitas imunitas seluler, seluler, kuman tkuman tetap etap hidup dalam hidup dalam bentuk dorman.bentuk dorman. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu Fokus SIMON. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.

organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.

Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik  Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik  generalisata akut (

generalisata akut (acute generalized hematogenic spread acute generalized hematogenic spread ). Pada bentuk ini,). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.

(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. Tuberkulosis milier merupakan hasil dari

Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenicacute generalized hematogenic  spread 

 spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melaluiyang dihasilkan melalui cara ini

(36)

masuk dan

masuk dan beredar di  beredar di dalam darah. dalam darah. Secara klinis, Secara klinis, sakit TB sakit TB akibat penyebaran tiakibat penyebaran tipepe ini tidak dapat

ini tidak dapat dibedakan dengandibedakan dengan acute generalized hematogenic spread acute generalized hematogenic spread . Hal ini. Hal ini dapat terjadi

dapat terjadi secara berulang.secara berulang.

Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama),  biasanya

 biasanya sering sering terjadi terjadi komplikasi. komplikasi. Menurut Menurut Wallgren, Wallgren, ada ada 3 3 bentuk bentuk dasar dasar TBTB  paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endo

 paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB parubronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier  kronik. Sebanyak 0.5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier  atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.

anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.

Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan  paling

 paling banyak banyak terjadi terjadi dalam dalam 1 1 tahun tahun tetapi tetapi dapat dapat juga juga 2-3 2-3 tahun tahun kemudian. kemudian. TBTB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer.

ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer.1212

Gambar 3. Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post Primer dan Gambar 3. Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post Primer dan

Perjalanan

(37)

Gambar 4. Patogenesis Tuberkulosis Gambar 4. Patogenesis Tuberkulosis1111

VI.5 KLASIFIKASI VI.5 KLASIFIKASI A. Tuberkulosis Paru A. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.

tidak termasuk pleura.

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) 1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi atas:

(38)

1)

1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaranHasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif.

klinik dan kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif. 2)

2) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakanHasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan  M. M. tuberculosis

tuberculosis positif. positif. 2. Berdasarkan tipe pasien 2. Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada  beberapa tipe pasien yaitu :

 beberapa tipe pasien yaitu : a. Kasus baru

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.  b. Kasus kambuh (relaps)

 b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan  positif.

 positif.

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejalaklinis maka harus dipikirkan beberapa aktif / perburukan dan terdapat gejalaklinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

kemungkinan : 1)

1) Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikanInfeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.

dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi. 2)

2) Infeksi jamur Infeksi jamur  3)

3) TB paru kambuhTB paru kambuh

Bila meragukan harap konsul ke

Bila meragukan harap konsul ke ahlinya.ahlinya. c. Kasus

c. Kasus defaulted defaulted atauatau drop out drop out 

Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

sebelum masa pengobatannya selesai. d. Kasus gagal

d. Kasus gagal 1)

1) Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadiAdalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi  positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir peng

 positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan).obatan). 2)

2) Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif  menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

(39)

e. Kasus kronik / persisten

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai  pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

Catatan:

a. Kasus pindahan (transfer in):

Adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Pasien pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah.

 b. Kasus Bekas TB:

1) Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada ) dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

2) Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat  pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan

gambaran radiologic.9

B. Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

(40)

VI.6 DIAGNOSIS

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,  pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan  pemeriksaan penunjang lainnya.

A. Gejala klinik 

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratorik 

a.  batuk-batuk lebih dari 2 minggu  b.  batuk darah

c. sesak napas d. nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka  pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi  bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik  a. Demam

 b. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.

3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

(41)

B. Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki  basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari  banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi

cold  abscess

(42)

C. Pemeriksaan Bakteriologik  1. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk   pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor 

cerebrospinal , bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar  (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi  jarum halus/BJH)

2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

a. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)  b. Pagi ( keesokan harinya )

c. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.

Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.

Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.

Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan  pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara  pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:

(43)

a. Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya.

 b. Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas saring sebanyak + 1 ml.

c. Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang tidak mengandung bahan dahak.

d. Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus.

e. Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong  plastik kecil.

f. Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.

g. Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak.

h. Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan  pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan  bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara :

a. Pemeriksaan mikroskopik:

Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk  screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah

(44)

Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD ( International Union Against  Tuberculosis and Lung Disease) :

Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif 

1) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.

2) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+). 3) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+). 4) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+). Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst

Skala Bronkhorst (BR) :

1) BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan. 2) BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang. 3) BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang. 4) BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang. 5) BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang.

 b. Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan  M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :

1) Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh. 2) Agar base media : Middle brook.

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other  than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan  beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun  pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.

(45)

D. Pemeriksaan Radiologik 

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

1. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.

2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.

3. Bayangan bercak milier.

4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang). Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif 

1. Fibrotik  2. Kalsifikasi

3. Schwarte atau penebalan pleura Luluh paru (destroyed Lung ) :

1. Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,  biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.

2. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses  penyakit.

(46)

2. Lesi luas

Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

E. Pemeriksaan Khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

1. Pemeriksaan BACTEC

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.  M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi  growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.

2.  Polymerase chain reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik  ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup  banyak dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak  dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB.

Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen  pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstra paru sesuai dengan organ

yang terlibat.

3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda : a.  Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

(47)

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigenantibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.

 b. ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi  M. tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang  berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke  bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibody IgG terhadap  M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk  garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.

c.  Mycodot 

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi

Gambar

Tabel  l 2. 2. Daftar Anggota  Daftar Anggota keluarga  keluarga  yang tinggal  yang tinggal dalam satu rumah dalam satu rumah No
Gambar 1. Penyebaran Penyakit Tuberkulosis di Seluruh Dunia 10
Gambar 2. Gambaran mikroskopik M. Tuberculosis dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen
Gambar 3. Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post Primer danGambar 3. Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post Primer dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk

Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 minggu tanaman kacang tanah ini setelah dirata-ratakan diperoleh data sebagai berikut: rata-rata jumlah daun 15 helai, rata-rata jumlah cabang

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen kualifikasi dan penawaran yang Saudara ajukan pada pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan

emas dari batuan X1 dengan metode bisulfit disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3, dari sekitar 6 g sampel X1 yang dilarutkan dalam air raja kemudian direduksi

Secara keseluruhan dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Lemongrass Resto merupakan rumah makan yang memiliki standar dari segi Menu,

Calon Penyedia Diharapkan membawa semua Dokumen Asli untuk Kualifikasi yang dipersyaratkan, dan penyedia agar mengirimkan 1 (satu) orang dari wakil perusahaan

Penjualan di luar daerah kampus terlebih lagi pada acara Car Free Day kami tujukan untuk memperkenalkan produk kue Bobibow ( Brownies Ubi Rainbow ) kepada masyarakat Semarang

Promosi yang kami gunakan untuk memperkenalkan “Pia SIPUT” adalah melalui face to face yaitu produsen sendiri atau melalui bagian pemasaran memperkenalkan produk kepada