• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Setiap orang tua dan pendidik pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tapi kadang harapan itu terkendala oleh komunikasi dan p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Setiap orang tua dan pendidik pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tapi kadang harapan itu terkendala oleh komunikasi dan p"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN

Setiap orang tua dan pendidik pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tapi kadang harapan itu terkendala oleh komunikasi dan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sejak anak tersebut berusia dini. Kohn (dalam Krisnawati, 1997), menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.

Sementara Theresia Indira Shanti, (http://www.tabloid-nakita.com), menyatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya.

Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan proses interakasi antara anak dengan orang tua dalam pembelajaran dan pendidikan yang nantinya sangat beranfaat bagi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam proses interaksi seringkali kebanyaan orang tua yang belum memahami pola komunikasi dalam pengasuhan yang baik melakukan kesalahan dalam berkmunikasi terutama pada anak usia dini. Hambatan-hambatan komunikasi anak terhadap orang tua maupun teman sejawatnya adalah sering orang tua tidak bisa membaca bahasa tubuh anak-anak dan tidak bisa memahami perasaan anak, Pemahaman perasaan anak ini kadang memang susah diartikan, misalnya anak pulang dari sekolah sambil lesu dan tegang. Sampai rumah langsung bilang “ulanganku jelek dan temen-temen meledeki aku”. kadang orang tua hanya memandang saja dan bilang “gitu saja lemes, makanya belajar”. atau anak kelihatan lemes dan tidak bergairah, kadang orang tua hanya bilang “ tuh kan sudah dibilangi, jangan lari-lari, sakitkan sekarang” . anak sebenarnya tidak butuh diingatkan atau dimarahi seperti itu, tetapi butuh pelukan dan kasih sayang, butuh ditenangkan. Orang tua seharusnya memahami bahasa tubuh anak sehingga bisa memahami perasaan anak agar komunikasi antara anak dan orang tua bisa berjalan wajar dan ank tidak terkendala dalam berkomunikasi.

Jika pola asuh yang diterapkan orang tua salah, maka akan berakibat fatal bagi kehidupan anak selanjutnya. Pola asuh orang tua sangatlah penting dalam menumbuhkan kemandirian pada anak. Terutama pada anak usia dini. Akan tetapi kebanyakan dari orang tua melarang anak untuk bertanya hal yang mungkin

(5)

membuat anak penasaran. Orang tua juga melarang anak untuk melakukan kegiatan ini dan itu. Perlu diketahui bahwa hal tersebut akan membuat anak merasa terkekang dan anak merasa tidak percaya diri ketika akan melakukan kegiatan yang anak sukai. Semua itu akan membuat anak menjadi tidak mandiri dalam semua hal.

Menurut Fadlillah dan Khorida (2013: 195), mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangat penting. Dengan mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orang lain. Banyak yang menyebutkan bahwa anak sulit mengalami kemandirian karena seringnya dimanja dan dilarang mengerjakan ini dan itu. Sedangkan menurut Kanisius (2006: 45-47), anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain dan tampak spontan.

Kemandirian menjadi penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, orang tua perlu melatih kemandirian anak sejak dini. Orang tua harus memiliki kepekaan terhadap setiap proses perkembangan anak dan menjadi fasilitator bagi perkembangannya. Zaman yang serba modern seperti ini, segala sesuatu diciptakan serba instan. Misalnya, bila anak menginginkan sesuatu dapat apabila keinginannya tersebut tidak segera dituruti, maka anak akan menunjukkan sikap marah, putus asa dan lain-lain. Anak juga serba berkecukupan dalam hal sarana dan prasarana atau segala fasilitas yang diberikan oleh orang tuanya. Apabila orang tua sibuk dengan urusan merekamasing-masing, maka anak bisa jadi dinomorduakan. Bahkan tidak sedikit juga anak yang kesehariannya hidup dengan pengasuhnya karena orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Hal tersebut membuat anak merasa bebas untuk meminta apapun karena akan dituruti oleh pengasuhnya ataupun oleh orang tuanya jika mereka menunjukkan sikap kecewa atau marah, apa bila keinginan mereka tidak terpenuhi, dengan begitu anak menjadi tidak mandiri, anak kurang percaya diri dihadapan orang banyak, anak kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebaya disekolah maupun dirumah dan anak menjadi bergantung kepada orang lain.

Maka dari itu menumbuhkan kemandirian anak sejak usia dini sangatlah penting, karena dengan begitu akan mengantarkan anak menjadi pribadi yang mandiri, anak tidak manja dan anak tidak bergantung pada orang lain. Biasanya anak usia dini rasa keingintahuan mereka sangatlah tinggi. Mereka juga sangat senang sekali jika mendapat reward atau hadiah setelah mereka menunjukkan sebuah prestasi. Walaupun itu hanya dengan sebuah pujian. Terkadang rasa keinginantahuan mereka dianggap sepele bahkan

dianggap oleh kebanyakan orang tua bahwa anak terlalu banyak tanya, hiperaktif dan tidak bisa diam. Akan tetapi perlu disadari bahwa jika anak menunjukkan sikap tersebut, justru sebagai orang tua harus bangga

(6)

dan senang melihat anak menunjukkan sikap tersebut. Berarti, rasa keingintahuan anak tinggi. Dan itu akan melatih anak untuk berani bertanya, berani bersosialisasi dengan teman disekolah atau dilingkungan rumah serta membuat anak untuk berani mengambil suatu keputusan.

Membiarkan anak melakukan suatu kegiatan sesuai dengan rasa keingintahuan anak dan membiarkan anak memecahkan masalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk berpendapat, semua itu akan membuat anak menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Jika kelangsungan kematangan diawali dari sebuah ketergantungan, maka orang tua harus sadar hal ini sejak semula. Ini berarti orang tua tidak bisa memaksa anak mandiri sebelum waktunya. Memaksa anak untuk mandiri sebelum waktunya, merupakan maltreatment yang nantinya bisa menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan sehingga bukan kematangan yang didapatkan, tetapi anak tidak mampu untuk menyesuaikan diri secara sehat pada setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Mengingat kemandirian anak sangat penting bagi kelangsungan perkembangan anak, maka dari itu sangat penting untuk disikapi bersama-sama oleh orang tua dan guru dengan memberikan contoh perilaku yang mencerminkan kemandirian seorang anak, dan mengajari anak untuk dapat melakukan kegiatan yang dikehendaki dan melatih anak untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain terutama orang tua, serta pola asuh yang baik sesuai dengan anak usia dini.

Berdasarkan hasil observasi penelitian di TK IT Insan Cendikian Desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kbupaten Gresik ada sebagian kemandirian anak yang masih kurang berkembang dengan baik. Yaitu dengan melihat anak belum mampu menyelesaikan sendiri. Tugas yang diberikan guru dan anak juga belum mampu melakukan sendiri kegiatan yang dikehendaki tanpa meminta bantuan dari teman maupun guru. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara awal peneliti di desa Mojoagung terhadap orang tua bahwa masih terdapat anak yang belum mandiri anak pada saat mandi masih dibantu orang tua, anak pada saat makan masih disuapi orang tuanya, anak pada saat memakai pakaian masih dibantu orang tuanya, anak memakai sepatu masih dibantu orang tuanya, anak masih ditunggu pada saat ke toilet. Keberadaan jasa pengasuh anak yang menjadikan orang tua lebih leluasa bekerja tanpa perlu meluangkan waktu untuk melatih kemandirian pada anak.

Kondisi kesibukan orang tua untuk mencari nafkah, berakibat berkurangnya perhatian terhadap kemandirian anak. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka layak untuk dikaji lebih lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul: POLA ASUH ORANG TUA DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI di Desaa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Secara etimologi pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud disini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makanannya, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan terhadap anak yang bekaitan dengan kepentingan hidupnya (Hasan, 2013: 21).

Menurut Mansur (2005: 350), pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Sedangkan menurut Wibowo (2013: 75-76), pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Keluarga yang harmonis,

rukun dan damai akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter anak-anaknya. Begitu sebaliknya, anak yang kurang berbakti, tidak hormat, bertabiat buruk sering melakukan tindakan diluar moral kemanusiaan atau berkarakter buruk, lebih banyak disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam keluarganya yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian pola asuh orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mengasuh, merawat dan membimbing anak untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri sejak usia dini hingga dapat diterapkan kelak anak menjadi dewasa agar anak tidak bergantung pada orang lain dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta dapat mencapai kesuksesannya dengan usaha mereka sendiri.

(8)

b. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Menurut Hurlock, Hardy & Heyes (Wibowo, 2013: 76-77) ada tiga jenis pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya, yaitu:

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ini ciri utamanya adalah orang tua membuat hampir semua keputusan. Anak-anak mereka dipaksa tunduk, patuh dan tidak boleh bertanya apalagi membantah. Ciri-ciri pola asuh otoriter, yaitu:

a) Kekuasaan orang tua sangat dominan b) Anak tidak diakui sebagai pribadi

c) Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat

d) Orang tua akan sering menghukum jika anak tidak patuh

Menurut Subini (2013: 144-147), bahwa tipe pola asuh otoriter dapat menimbulkan akibat terhadap anak, berikut akibat yang terjadi terhadap anak dengan tipe pola asuh otoriter:

a) Dapat menimbulkan depresi pada anak b) Hubungan anak dan orang tua tidak akrab

c) Anak cenderung menurut karena takut, bukan karena hormat atau kewajiban d) Anak menjadi terkekang

e) Kemungkinan berontak diluar rumah sangat tinggi karena melampiaskan emosinya saat dalam rumah

f) Dapat mengakibatkan dendam pada anak

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh ini bertolak belakang dengan pola asuh otorit Orang tua memberikan kebebasan kepada putra-putrinya untuk berpendapat dan menentukan masa depannya. Ciri-ciri pola demokratis, yaitu:

a. Orang tua senantiasa mendorong anak untuk membicarakan yang menjadi cita-cita, harapan dan kebutuhan mereka

b. Ada kerjasama yang harmonis antara orang tua dan anak c. Anak diakui sebagai pribadi

(9)

e. Ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku 3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif merupakan lawan dari pola asuh otoriter. Kelebihan pola asuh permisif ini anak bisa menentukan apa yang mereka inginkan. Namun, jika anak tidak dapat mengontrol dan mengendalikan diri sendiri, mereka justru akan terjerumus pada hal-hal yang negatif. Ciri-ciri pola asuh permisif, yaitu:

a) Orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat b) Dominasi pada anak

c) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua

d) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua e)

2. Kemandirian Anak Usia Dini

a. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian sangat penting untuk diajarkan kepada anak. Tujuannya, supaya anak ketika dewasa nanti dapat melakukan aktivitas dengan mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Bila anak mempunyai jiwa kemandirian yang cukup tinggi, ia akan dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.

Menurut Poerwodarminto (1984: 630), kemandirian berasal dari kata mandiri artinya berdiri sendiri. Dalam melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak lagi memerlukan bantuan dari orang lain, atau mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri, mampu mengatasi kesulitan hidupnya sendiri.

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangat penting. Dengan mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orang lain. Banyak yang menyebutkan bahwa anak sulit mengalami kemandirian karena seringnya dimanja dan dilarang mengerjakan ini dan itu (Fadlillah dan Khorida, 2013: 195).

Sigmund Freud dalam Fadlillah dan Khorida (2013: 121), memberikan suatu ungkapan Child is Father of man artinya anak adalah ayah dari manusia. Maksudnya masa anak sangat

(10)

berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Ungkapan Freud tersebut menunjukkan bahwa perkembangan anak sejak kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak secara tidak langsung akan tertanam pada diri seorang anak. Anak yang terbiasa beraktivitas dan berkreativitas, akan lebih mudah tertanamkan kemandirian ketika nantinya dewasa.

b. Ciri-Ciri Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian akan mengantarkan anak memiliki kepercayaan dan motivasi intristik yang tinggi. Untuk mengetahui ciri-ciri kemandirian, terlebih dahulu harus mengetahui aspek-aspek kemandirian, menurut Kanisius (2006: 32), memiliki empat aspek yang terdiri dari:

1) Aspek Intelektual

Aspek ini ditunjukkan dengan kemauan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri. 2) Aspek Sosial

Aspek ini ditunjukkan dengan kemauan untuk membina relasi secara aktif. 3) Aspek Emosi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemauan untuk mengelola emosinya sendiri. 4) Aspek Ekonomi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemauan untuk mengatur ekonomi sendiri.

Menurut Prayitno dan Amti (2013: 117), ada lima asas kemandirian pada anak yaitu: 1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis. 3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

5) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

(11)

Menurut Soejtiningsih (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia dini terbagi menjadi dua faktor yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual.

a) Faktor Emosi

Faktor yang ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.

b) Faktor Intelektual

Faktor yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak. 2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri yang meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola asuh yang dipengaruhi oleh komunikasi yang dibangun dalam keluarga, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan

orang tua yang dipengaruhi pendidikan orang tua, dan status pekerjaan. a) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya kemandirian anak usia prasekolah. Pada usia ini anak membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan.

b) Karakteristik Sosial

Karakteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak-anak dari keluarga kaya.

c) Stimulus

Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.

(12)

d) Pola Asuh

Anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan peran orang tua sebagai pengasuh. e) Cinta dan Kasih Sayang

Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang tua dan anak berjalan lancar dan baik.

f) Kualitas Informasi Anak dan Orang Tua yang Dipengaruhi Pendidikan Orang Tua

Dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan pada anak karena orang tua dapat menerima informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian anak.

g) Status Pekerjaan

Apabila orang tua bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah, maka orang tua tidak bisa memantau kemandirian anak sesuai perkembangan usianya.

(13)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. kondisi peran orang tua dalam melatih kemandirian anak usia dini

2. untuk mengetahu bentuk-bentuk peranan yang di berikan oleh orangtua dalam melatih kemandirian anak usia dini

3. untuk mengetahui faktor-faktor penunjang dan penghambat komukasi dalam pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua

B. Manfaat Penelitian

Secara teoritik penelitian ini akan menghasilkan temuan bahwa pentingnya pendidikan keluarga bagi penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini melalui upaya keterlibatan orang tua dalam proses pola asuh di lingkungan keluarga, di harapkan orang tua mendapatkan pendidikan secara informal bagimana pola asuh yang baik untuk dilaksanakan di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.

secara praktis, temuan penelitian ini dapat di gunakan:

1. Sebagai dasar pengambilan kebijakan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Program Studi Pendidikan Luar Sekolah dalam mengembangkan program pendidikan keluarga di lembaga PAUD sebagai bentuk mengintegrasikan proses pembelajaran di lingkungan sekolah dan di lingkungan keluarga amaupun masyarakat sehingga wali murid berdaya dan ikut serta dalam mewujudkan PAUD yang holistik dan integratif. Pendidikan Anak Usia Dini tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah melaikan juga di lingkungan keluarga dan masyarakat 2. sebagai pengembangan model PAUD di Desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo kab Gresik 3. untuk membentuk budaya meneliti yang dapat diaplikasikan berdasarkan permasalahan

kelembagaan yang ditentukan

4. penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atas upaya yang telah dilakukan orangtua. harapan besar kedepan dapat terjadi pembenahan yang lebih sistematis pada partisipasi orang tua agar lebih baik

(14)

5. penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi masyarakat, agar dapat menelaah urgensi berpartisipasi semua kalangan dalam penyelenggaraan PAUD

(15)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Pendekatan dalam Penelitian ini adalah kualitatif, secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Penelitian ini menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menguji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan. Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang partisipasi orangtua dalam penyelenggaraan program pemberdayaan orangtua di lembaga PAUD, sehingga dari data primer dan data sekunder diharapkan dapat memaparkan gambaran tersebut secara lebih jelas. Sebagai langkah awal, peneliti melakukan observasi pendahuluan pada subjek penelitian.

A. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu di Yayasan Pendidikan Mawaddah “Insan Cendikia” Desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kab Gresik

B. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan informan yang menjadi sumber pengumpulan data. Informan dalam penelitian ini berdasarkan pada tujuan penelitian, dengan harapan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai partisipasi orangtua dalam program pemberdayaan orangtua di Yayasan Insan Cendikia Desa Mojoagung kecamatan Driyorejo kab Gresik. Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka sasaran atau informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Orangtua atau wali murid

Penelitian ini mengambil sampel orangtua atau wali murid di PAUD binaan Yayasan Pendidikan Mawaddah “Insan Cendikia”

2. Guru Kelas

Guru yang berhubungan langsung dengan orang tua dalam memberikan materi pemberdayaan orang tua

3. Kepala Sekolah

(16)

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan pertanyaan–pertannyaan terbuka, yang memungkinkan informan memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan diarahkan pada mengungkap kehidupan informan, konsep, presepsi, peranan, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. informan dalam penelitian ini adalah orang tua anak usia 0-3 tahun dan anak usia 0-3 tahun.

Data yang dapat diperoleh dari metode wawancara adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan orang tua, tentang bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya

2. Pernyataan dari anak usia dini, hal ini untuk mengetahui perkembangan kecerdasan sosial emosional anak usia dini yang dapat nampak ketika anak berkomunikasi dengan orang lain ataupun peneliti.

2. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif. Hal – hal yang diobservasi adalah mengenai pola pengasuhan orang tua kepada anak. Observasi dengan melihat bagaimana gaya orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anaknya dan bagaimana perkembangan kecerdasan emosional anak usia dini di Kampung Sombo. Dengan demikian informan dari metode observasi adalah orang tua anak usia dini dan anak usia dini.

1. Data yang dapat diperoleh dari metode observasi adalah sebagai berikut: Aktifitas pengasuhan yang meliputi tindakan orang tua yang merupakan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan-keinginan anak, pemberian penjelasan, percakapan antara orang tua dengan anak, dan keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak

2. Sikap anak usia dini dalam menyelesaikan masalah sehingga akan tampak bagaimana anak mempergunakan kecerdasan sosial emosional yang dimilikinya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara dan observasi. Moleong (2004:161-162) mengatakan bahwa, metode dokumentasi digunakan untuk

(17)

mengumpulkan data dari sumber lain, di mana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen. Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mendapat data– data yang bersumber dari dokumen, berupa dokumen-dokumen yang telah peneliti peroleh saat melakukan observasi pada orang tua dan anak usia dini di Kampung Sombo

Data yang akan diperoleh dengan metode dokumentasi adalah rekaman, dan foto-foto kegiatan yang diperoleh saat melakukan observasi pada orang tua dan anak usia dini.

D. Teknik Analisis Data

Menganalisis data penelitian merupakan suatu langkah yang penting. Analisis data dalam pebelitian ini menggunakan analisis non statistik. Analisis data kualitatif menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2012:244) adalah proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan–bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Miles dan Huberman (1992:19) mengatakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Analisi data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data penelitian ini menggunakan teori analisis data dari Miles dan Hubermen yang membagi analisis data menjadi tiga alur kegiatan yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data dilakukan dengan cara pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila duperlukan. Data– data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui reduksi, yaitu data dari hasil wawancara dan observasi.

2. Penyajian data (data display)

Display data dilakukan dengan menyajikan data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan

(18)

mudah dipahami. Pada penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan sejenisnya

3. Menarik kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan untuk menggenerilsasikan yang hasil display data dengan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

E. Kriteria Keabsahan Data 1. Kredibilitas

Data dan fakta yang dihasilkan harus memiliki nilai kebenaran dan kepercayaan. Untuk mengetahui kepercayaan data hasil penelitian peneliti menggunakan teknik triangulasi dan member check. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

a. Triangulasi sumber.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Trianggulasi sumber dilakukan peneliti dengan mengecek hasil wawancara dan observasi pada anggota keluarga yang lain dalam waktu yang berbeda. Kemudian membandingkan data hasil wawancara dan observasi serta membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakanya pribadi.

Data dari beberapa sumber kemudian dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari beberapa sumber tersebut. Data yang telah dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan selanjutnya dimintakan (member check) dengan beberapa sumber tersebut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik merupakan pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada informan yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh peneliti dari wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu merupakan hal yang memengaruhi kredibilitas data. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, dan observasi pola pengasuhan yang dilakukan orang tua bagi perkembangan kecerdasan

(19)

linguistik/bahasa dan kecerdasan emosional anak usia dini dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Selain menggunakan ketiga bentuk triangulasi, peneliti juga menggunakan member check untuk keabsahan data. Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Member check dilakukan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh informan berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya.

2. Dependabilitas

Dependabilitas adalah kriteria keabsahan data yang dilakukan dengan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dependabilitas dilakukan oleh auditor independen dalam hal ini adalah dosen pembimbing penelitian untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, samapi membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh penelitian.

3. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Dalam penelitian ini uji konfirmabilitas juga dilakukan bersama dengan dosen pembimbing sebagai auditor independen yang dilakukan dengan penilaian dan pereview data dari lapangan, analisis data, dan proses penelitian.

4. Transferabilitas

Transferabilitas merupakan kriterian keabsahan data yang melihat sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam konteks dan situasi yang lain. Untuk uji transferabilitas peneliti membuat uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya mengenai pola pengasuhan orang tua bagi perkembangan kecerdasan sosial emosional anak usia 0-3 tahun. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian ditempat lain (Sugiyono, 2011:376).

(20)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini sudah dilakukan pengumpulan data pada yayasan pendidikan Al-mawaddah yang melaksanakan program pendidikan anak usia dini pada dua lembaga yaitu TKIT Insan Cendikia Griya Kencana dan TKIT Insan Cendikia GMI berikut ini hasil pra penelitian:

1. PROFIL LEMBAGA

a. PAUD Insan Cendiki Griya Kencana

PAUD Insan Cendikia yang terletak di Desa Mojoagung, Kecamatan Driyorejo bergerak dalam bidang pendidikan Non Formal, dirintis pada awal tahun 2004. pendirinya adalah Nanik Sujiati, M.Pd , beliau mantan Perawat di salah satu Rumah Sakit di Kota Surabaya dan sekarang mengabdiakn diri pada dunia pendidikan anak . Pada awalnya lembaga ini hanya mengelola satu program saja, yaitu kelompok bermain, namun dalam perjalanan waktu dan kebutuhan belajar masyarakat akan pendidikan non formal, mulailah program yang lain muncul. Adapun saat ini ada beberapa program yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Mawadda

(21)

Tabel 4.1 Program Pendidikan di Yayasan Pendidikan Mawada Insan Cendikia

No Nama Program Jumlah

Peserta Didik

Penanggung Jawab Kegiatan

1 Day Care 10 Yuli Purwati

2 PAUD 25 Ariful Hakim.S.E

3 SD Inklusi 5 Ika Yuliana

Untuk Pendidikan Keluarga (parenting education) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program Pendidikan Anak Usia Dini yang di selenggarakan TK IT insan cendikia. Program Pendidikan Keluarga sudah berlangsung selama dua tahun dengan melibatkan dosen-dosen dan mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Peserta program pendidikan keluarga adalah orang tua (ayah dan ibu) dari peserta didik program Pendidikan Anak Usia Dini.

Adapun program-program yang di selengarakan meliputi curah pendapat, sarasehan, simulasi dan belajar keterampilan tertentu, program-program tersebut di selenggarakan setiap hari sabtu sesuai kesepakatan para wali murid.

b. PAUD Insan Cendikia Graha Mutiara Indah ( Sekolah PAUD ABK)

PAUD Insan Cendikia GMI merupakan salah satu alternatif pendidikan yang diperuntukkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (Autis, ADHD, Down Sindrome,dsb). Dimana para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anak mereka bukan hanya dalam pendidikan akademik saja melainkan lebih mengutamakan live skill

Akademik memang penting akan tetapi dengan kapasitas daya tangkap mereka yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya menyebabkan para praktisi HS berkeyakinan bahwa bukan hal itu yang perlu di kedepankan melainkan bagaimana ABK itu dapat mengurus dirinya sendiri baik sekarang dan dimasa yang akan datang.

VISI:

PAUD Insan Cendikia GMI didirikan denan visi mewujudkan sekolah alternatif yang unggul dan bermutu bagi ana-anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mereka bisa mejadi insan mandiri dan mampu meraih prestasi sama seperti anak-anak indonesia lainya \

(22)

MISI

1) Memberikan pendidikan kepada ABK sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan mereka.

2) Menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik, baik dalam berinteraksi di lingkunagn sekolah, keluarga maupun masyarakat.

3) Membantu peserta didik untuk bisa menjadi insan yang mandiri. PROGRAM

1) Pendidikan kesetaraan Paket A, B, C 2) Homeschooling anak berkebutuhan khusus 3) TBM (taman baca masyarakat)

FASILITAS

1) Ruang belajar ber-ac 2) Ruang komputer 3) Perpustakaan 4) Ruang kesenian 5) Ruang masak

6) Lahan bercicik tamam 7) Kolam Renang Terapis ABK

PAUD Insan Cendikia GMI, merupakan salah satu bentuk sekolah yang dibentuk dan didirikan untuk menjadi sekolah alternatif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tidak bisa diterima di beberapa sekolah khusus. Tim pendidik di PAUD Insan Cendikia GMI mempunyai pemikiran bahwa PAUD merupakan salah satu bentuk alternatif proses pendidikan yang memberikan peluang seluas-luasnya kepada anak didik untuk mengembangkan diri, memilih akses terbaik terhadap materi pendidikan. Secara umum, PAUD Insan Cendikia GMI memiliki sejumlah keunggulan khas yang tidak didapat dalam institusi pendidikan konvensional. Dengan metode Homeschooling ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) akan mendapatkan program sebagai berikut:

1) Pengembangan pengenalan diri 2) Pengembangan sensor motoric

3) Pengembangan berbahasa reeptif dan ekspresif 4) Pengembangan motorik kasar dan halus 5) Pengembangan kemampuan mengurus diri

(23)

6) Pengembangan emosi dan mental spiritual

7) Mengurangi dan berusaha menghilangkan perilaku yang menyimpang

Gambar 2: Kolam Renang Terapis bagi ABK

Kurikulum di TK IT insan cendikia menggunakan kurikulum Depdiknas sebagai acuan, karena dengan kurikulum Depdiknas anak didik diharapkan dapat mengikuti ujian standardisasi pemerintah bilamana kemampuan akademiknya telah memenuhi standart. Untuk mencapai semua itu, di dalam TK IT insan cendikia anak didik akan didampingi oleh guru/tutor yang professional dan kompeten terhadap dunia pendidikan.

Berbagai karakteristisk siswa berkebutuhan khusus ada di lembaga ini seperti Autisma, Aspenger Sindrome, ADHD, terlambat perkembangan, terlambat bicara dan ABB yang menginginkan pendidikan secara maksimal baik akademik dan perilaku. Tetapi IHS tidak menutup kemungkinan bila ada peserta didik yang bukan ABK untuk bergabung.

2. Pemahaman orang tua berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan dalam lingkungan keluarga

Untuk mengetahui pemahaman pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mengembangkan kemandirian AUD di desa Mojoagung Kcamatan Dtiyorejo Kabupatn Gresik, peneliti melakukan wawancara dengan orang tua dari siswa kelompok B. Berikut hasil wawancara kepada informan SA, TB, Y, TS, dan AM adalah sebagai berikut:

(24)

Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Ada peraturan. Anak harus diatur, tapi masih tetap saya beri kebebasan, begitu”. Hasil wawancara dengan Y orang tua dari siswa ZR yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Kalau jam-jam tertentu itu harus di rumah. Seperti waktu dzuhur harus di rumah. Tidak boleh bermain. Tetapi ya nurut. Karena sudah terbiasa sudah dibiasakan kalau sebelum adzan dzuhur harus sudah ada di rumah”.

Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Tidak ada, tapi tetap dikontrol”.

b. Ruang Lingkup Kebebasan yang diberikan orang tua terhadap anak

Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Diberi kebebasan. Tapi tetap diawasi. Tidak saya bebaskan semua”. Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Diberi kebebasan, tapi tetap saya awasi”. Hasil wawancara dengan Y orang tua wali dari siswa ZR yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Diberi kebebasan. Yang penting tidak sampai diluar kawasan rumah, maksudnya seperti tidak terlalu bebas tapi ya tetap diawasi begitu”. Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Ada kebebasan. Kasihan kalau dikekang tapi tetap dikontrol”.

Hasil wawancara dengan AM orang tua dari siswa HAAK yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Saya beri kebebasan. Misalnya sedang main, ya tidak saya larang atau saya cari-cari suruh pulang begitu. Nanti anaknya pulang sendiri, sudah bisa mengatur sendiri. Oh, ini sudah waktunya pulang begitu. Jadi saya bebaskan anak saya, tapi tetap saya kontrol. Soalnya ibunya ngajar, jadi sama saya kalau di rumah. Jadi supaya tidak tertekan begitu, kasihan kalau terlalu dilarang-larang atau dikekang-kekang”.

c. Strategi Orang Tua dalam mengontrol keinginan anak

Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Tidak saya turuti semua, kalau bisa ya dikasih. Kalau tidak ya tidak dikasih”.

(25)

Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Diberi kebebasan. Cuma tidak semuanya. Ada batasannya”. Hasil wawancara dengan Y orang tua wali dari siswa ZR yang

ditemui pada 5 September 2019di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Ya tidak selalu dituruti. misalnya minta apa, nanti dulu, ya tidak bisa. Ngeyel, nangis anaknya. Ya kalau ada ya dikasih, kalau tidak ya dibiarkan sampai dia diam sendiri begitu. Jadi biar belajar. Jadi tidak selalu dituruti. Tapi ya tidak sampai dipukul paling ya dimarahi”.

Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui pada 15 September 2019 TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Tidak. Dilihat dulu kondisi keuangan kira-kira mintanya apa dulu. Paling ya jajan kalau mainan tidak”.

Hasil wawancara dengan AM orang tua wali dari siswa HAAK yang ditemui pada 15 September 2019 TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Kadang dituruti kadang tidak. Kalau mendidik anak jangan selalu dituruti. Nanti malah jadi manja, tidak bisa mandiri”.

3. Pemahaman orang tua tentang nilai Kemandirian yang muncul pada diri anak dalam lingkungan keluarga

Kemandirian TK IT Insan Cendikia sangatlah beragam. Ada sebagian anak yang sudah bisa mandiri dan ada juga yang belum bisa mandiri. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sebagian anak sudah mandiri. Yaitu, anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain. Namun ada juga sebagian anak yang belum mandiri. Yaitu, anak belum mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa semua siswa TK IT Insan Cendikia yang berjumlah 18 anak, tidak semua anak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain. Anak yang sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain berjumlah 15 anak. Ada juga anak yang belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain, yaitu berjumlah 3 anak. Hal tersebut dibuktikan dengan anak tersebut menunggu bantuan dari teman atau guru

untuk membantu menyelesaikannya dan selalu bertanya secara terus menerus tanpa ada kemauan untuk menyelesaikan sendiri terlebih dahulu.

(26)

Hasil yang didapat oleh peneliti ketika melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, yaitu orang tua siswa TK IT Insan Cendikia , bahwa kemandirian siswa TK IT Insan Cendikia , dilihat dari beberapa indikator pertanyaan sebagai berikut:

a. Kemampuan Anak dalam Memecahkan Masalah

Hasil wawancara dengan SA orang tua dari AFF yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Bertanya. beranya terus, kalau belum bisa sendiri, sampai dia tahu begitu”.

Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Tanya dulu. Yang emosi Ibunya”. Hasil wawancara dengan Y wali dari siswa ZR yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Tanya. Bu, saya mau kesini boleh tidak? Karena dimarahi. Karena bapaknya agak mengekang, sebenarnya yang mengekang bapaknya, jangan nak-jangan nak, sebenarnya inginnya ibunya itu biar semaunya anak sendiri begitu. Jadi anaknya manut, tapi ya juga takut”.

Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui pada 5 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Kadang minta pendapat kadang tidak, kalau pelajaran, ada PR kadang minta pendapat”.

Hasil wawancara dengan AM orang tua dari HAAK yang ditemui pada 5 September 2019di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Kadang ya tanya ibu. Tapi anak saya itu apa-apa sendiri dulu begitu. Kalau sudah tidak bisa baru bertanya. Karena anaknya itu mandiri kok. Pintar dia”.

b. Kemampuan Anak dalam Mengontrol Diri

Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Ya tanya terus mbak, sampai Ibunya bisa menjawab. Soalnya kalau belum dijawab dia marah mbak. Sudah bisa mengontrol emosinya. ya kalau ditempat umum gitu misalnya tidak dituruti apa maunya ya nurut mbak tidak ngeyel apa lagi nangis. Karena Ibunya agak galak mbak, jadi nurut”.

(27)

Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Ya namanya anak segitu kalau ngatur sendiri ya belum bisa ya mbak waktunya, terus terang tapi kalu diingatlkan baru ngerti, ya nurut karena sudah terbiasa tadi”. Hasil wawancara dengan Y orang tua dari siswa ZR yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Belum bisa mengontrol mbak. Apa-apa kalau tidak bisa saja dia marah”.

Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui pada 15 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Waktunya tidur ya tidur, makan ya makan. Kalau tidur siangnya yang susah mbak, main sama kakaknya. Kalau waktunya ngaji ya ngaji. Semangatnya kalau yang ngaji itu mbak, kalau jam 3 sore itu pasti sudah mandi sendiri tanpa disuruh”.

Hasil wawancara dengan AM orang tua dari siswa HAAK yang ditemui pada 15 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Sudah bisa. Pemikirannya sudah dewasa, maksudnya begini, dewasanya itu dalam arti sudah bisa mengerti begitu, jadi nurut anaknya, karena sudah saya biasakan. Karena sudah punya adik juga, jadi saya ajarkan untuk mengalah dengan adiknya begitu, jadi anaknya sudah terbiasa apa-apa sudah harus bisa sendiri karena sudah besar begitu. Jadi mandirinya itu bukan karena paksaan begitu”.

c. Kemampuan Anak dalam Melakukan Keperluan Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain

Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Kalau mandi mau sendiri mbak, sudah bisa. Tapi kadang ya sama ibu, karena itu mbak, agak manja. Jadi belum semua bisa sendiri mbak. Manja banget mbak ini. kalau ke kamar mandi ya masih sama Ibu. Tapi kalau cebok ya sudah bisa sendiri mbak, tapi minta ditunggu, tapi saya nunggu itu cuma mengarahkan mbak. Takut mbak, jadi karena takut”.

Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Begini mbak, misalkan kalau mamanya lagi

(28)

sibuk gitu suruh mandi sendiri mau, tapi kalau mamanya disuruh ini itu ya mau, anaknya itu gampang diatur kok mbak”. Hasil wawancara dengan Y orang tua dari siswa ZR yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Belum bisa mbak. Apa-apa semuanya minta tolong. Anaknya itu suka marah-marah mbak”.

Hasil wawancara dengan TS orang tua wali dari siswa HAA yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa:

“Minta tolong misal pakai sepatu kaos kaki minta tolong. Mandi bisa kadang kadang kaos kakinya yang belum mbak. Bisa sendiri ke toilet. Cebok aja sudah bisa sendiri mbak. Soalnya sudah saya ajari dari TK A, kan takutnya kalau disekolah mbak. Ya walaupun ada guru, kan ya kasihan sama gurunya. Jadi anak ya tetap harus diajari”.

Hasil wawancara dengan AM orang tua wali dari siswa HAAK yang ditemui pada 8 September 2019 di TK IT Insan Cendikia menyatakan bahwa: “Sendiri, sudah bisa sendiri”.

B. ANALISIS DATA

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti ketika melakukan penelitian di TK IT Insan Cendikia Desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi yaitu dengan informan orang tua dari siswa kelompok B. Maka penulis dapat menganalisis hal-hal apa saja yang terkait dengan pola asuh orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak.

Kemudian setelah penulis melakukan wawancara dengan informan, dan melakukan pengamatan, maka peneliti selanjutnya akan memaparkan hasil temuan di lapangan berdasarkan dengan fokus penelitan sebagai berikut:

1. Pola Asuh yang diterapkan orang tua di desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik

Menurut Mansur (2005: 350), pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Sedangkan menurut Wibowo (2013: 75-76), pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak

(29)

bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Keluarga yang harmonis, rukun dan damai akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter anak-anaknya.

Mayoritas masih pola asuh otoriter seperti contoh pada paparan data yang menyajikan hasil wawancara: “Kalau jam-jam tertentu itu harus di rumah. Seperti waktu dzuhur harus di rumah. Tidak boleh bermain. Tetapi ya nurut. Karena sudah terbiasa sudah dibiasakan kalau sebelum adzan dzuhur harus sudah ada di rumah”. Dari cuplikan wawancara ini terlihat bahwa orang tua selalu mengharuskan anak-anak untuk tertib pulang pada jam-jam tertentu tanpa ada upaya dialog kanapa harus pulang pada jam-jam tersebut, kalau pulang terlambat apa yang akan terjadi dan seterusnya. Jadi seakan anak pulang bukan dalam rangka kesadaran atau kemandirian yang terjadi justru ketakutan jika nanti terlambat pulang, mereka (anak-anak) tertib pulang dikarenakan ada unsur ketakutan. Pola asuh seperti ini masuk dalam kategori otoriter. Dalam pola asuh ini orang tua berperan sebagai arsitek, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa, menghendaki ketaatan mutlak. Anak harus tunduk dan patuh terhadap kemauan orang tua. Apapun yang dilakukan oleh anak ditentukan oleh orang tua. Anak tidak mempunyai pilihan dalam melakukan kegiatan yang ia inginkan, karena semua sudah ditentukan oleh orang tua. Tugas dan kewajiban orang tua tidak sulit, tinggal menentukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh anak. Selain itu, mereka beranggapan bahwa orang tua harus bertanggungjawab penuh terhadap perilaku anak dan menjadi orang tua yang otoriter merupakan jaminan bahwa anak akan berperilaku baik. Orang tua yakin bahwa perilaku anak dapat diubah sesuai dengan keinginan orang tua dengan cara memaksakan keyakinan, nilai, perilaku dan standar perilaku kepada anak.

2. Perkembangan Kemandirian di desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik

Menurut Fadlillah dan Khorida (2013: 195), mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Sedangkan menurut

Kanisius 2006: 45-47), Anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain dan tampak spontan.

Ciri-ciri kemandirian anak, menurut Kanisius (2006: 45-47), diantaranya, mempunyai kecenderungan memecahkan masalah dari pada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat

(30)

masalah, tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau minta bantuan,

mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya.

Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan potensi menjadi mandiri, salah satunya tampak pada keinginan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya sejak bayi. Secara sederhana sebenarnya hampir semua kemampuan yang dimiliki anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya. Orang tua harus memiliki kepekaan terhadap setiap proses perkembangan anak dan menjadi fasilitator bagi perkembangannya.

Kemandirian harus ditingkatkan setahap demi setahap seiring dengan perkembangan anak. Memaksa anak untuk mandiri sebelum waktunya, merupakan maltreatment yang nantinya bisa menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan sehingga bukan kematangan yang didapatkan, tetapi anak tidak mampu untuk menyesuaikan diri secara sehat pada setiap tahap perkembangan dalam hidupnya.

Maka dari itu sebagai orang tua jangan terlalu membatasi aktivitas dan kreativitas seorang anak. Sebab, dengan membatasi aktivitas dan kreativitas anak, berarti secara tidak langsung orang tua telah menghambat atau memperlambat kemandirian anak. Teori tersebut mendukung hasil wawancara dengan beberapa informan yaitu orang tua dari siswa TK IT Insan Cendikia Desa Mojoagung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik mengenai kemandirian anak, sesuai dengan indikator pertanyaan yaitu, kemampuan anak mengambil resiko dalam memecahkan masalah, kemampuan anak dalam mengontrol diri, dan kemampuan anak dalam melakukan keperluan sendiri tanpa bantuan orang lain, sebagai berikut:

(31)

BAB VI PENUTUP

Sesungguhnya pendidikan yang utama dan pertama bagi anak usia dini berada di rumah bersama orang tua (Ayah dan Ibu). Indikatornya adalah :

o Orang tua (Ayah dan Ibu) merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya

o Orang tua (Ayah dan Ibu) merupakan orang yang pertama berinteraksi dengan anak-anaknya sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain.

o Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat (micro system) yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak

o Waktu yang dimiliki oleh anak lebih banyak dihabiskan di rumah bersama orang tua (Ayah dan Ibu). Dengan demikian pemberian asah, asih dan asuh kepada anak usia dini menjadi tanggungjawab utama bagi orang tua (Ayah dan Ibu).

Keluarga merupakan kelompok sosial yang bersifat abadi, keluarga merupakan tempat yang paling penting dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya. Hal ini menyiratkan bahwa orang tua sebagai orang yang pertama berinteraksi dengan anak menjadi kunci utama dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. Sikap orang tua sangat

mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, oleh karena peran yang dimainkan orang tua terhadap anak sangat menentukan sikap dan kepribadian anak kelak. Penerapan pola asuh yang tepat dengan menggunakan kemampuan berkomunikasi yang baik, akan membawa pengaruh yang besar dan positif bagi tumbuhkembang anak kelak di kemudian hari. Untuk itu, belajar melihat anak sebagai individu yang unik, terpisah dari orang dewasa dan menyesuaikan pola pengasuhan dengan melihat pada ciri-ciri bakat, dan kebutuhan mereka.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aar, dkk. Warna-Warni Homeschooling: Dari Oregon Hingga Sidoarjo. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009.

Aliyah, Himatul. “Konsep Homeschooling Menurut Dr Seto Mulyadi Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Skripsi pada IAIN Wali Songo Semarang: 2008. Tidak

dipublikasikan.

Asmani, Jamal Ma’mur. Buku Pintar Homeschooling. Yogyakarta: Flashbooks, cet. 1, 2012.

Griffith, Mary. Sekolah Di Rumah: Memanfaatkan Seluruh Dunia Menjadi Ruang Kelas. Bandung: Nuansa, cet. I, 2008.

Hakim, Arief Rachman. homeschooling, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007.

Juang Sunanto , Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia,

http://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/viewFile/3860/2741

Kembara, Maulida D. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio. 2007.

Kho, Loy. Homeschooling Untuk Anak Mengapa Tidak?. Yogyakarta: Kansius, cet. I, 2007.

Khusna, Istiqomatul. 2015.Studi Kasus Penanganan Anak Autis Menggunakan Pendekatan Religi Di Pesantren Al-Achsaniyyah Di Kabupaten Kudus. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

(33)

Mulyadi, Seto. Homeschooling keluarga kak seto: Mudah, Murah, Meriah, dan Direstui Pemerintah. Bandung: Kaifa, cet. II, 2007.

Sumardiono, Apa Itu Homeschooling. 35 Gagasan Pendidikan Berbasis keluarga, (Jakarta: Panda Media, 2014), h. 6.

Sumardiono. Homeschooling A Leap For Better Learning: Lompatan Cara Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, cet. II, 2007.

(34)

Lampiran 1.

PEDOMAN WAWANCARA

INTERVIEW

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI DESA MOJOAGUNG KECAMATAN DRIYOREJO GRESIK

Nama Anak :... Tgl. Lahir :... Jenis Kelamin :... Nama Orang Tua :... Pekerjaan :... Petuntuk:

1. Pedoman wawancara ini dimaksudkansebagai acuan penelitii dalam rangka

megumpulkan data dan informasi tentang pPOLA ASUH ORANG TUA DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI di Yayasan Pendidikan Mawaddah (TKIT Insan Cendikia )

2. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara interview

A. Kategori Informasi : Pendiri / Pengelola PAUD

No Informasi yang harus diperoleh Pertanyaan

1 Pegetahuan tentang berdirinya Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)

a. Apa yang melatarbelakangi di dirikan Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia) di Kecamatan Driyorejo

b. Apa tujuan di dirikan lembaga Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)di Kecamatan Driyorejo 2

Pengetahuan tentang Penyelenggaraan PAUD

a. Bagaimana anda mengetahui prosedur-prosedur umum penyelenggaraan PAUD ? b. Bagaimana Manajeman Penyelenggaraan

Paud di Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)?

c. Bagaimana Kemitraan yang anda bangun untuk mambangun kerjasama dengan instansi lain ?

3 Jenis-Jenis Program Pemberdayaan orangtua yang dilakukan di lembaga Yayasan Pendidikan Mawadda (PAUD Insan Cendikia)

a. Bagaimana cara saudara mengenal dan mengetahui kebutuhan orang tua akan adanya program pemberdayaan orang tua

(parenting) ?

b. Jenis program apa saja yang anda berikan kepada orang tua

(35)

c. Dari sekian program, menurut anda mana saja yang paling memiliki pengaruh dalam

merubah kehidupan mereka 4 Dampak-dampak perubahan pada

orang tua dalam kaitannya dengan pola asuh anak

a. Perubahan apa saja yang anda rasakan terjadi pada orang tua yang telah anda dampingi b. Apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan

yang anda harapkan

B. Ketegori Informasi : Bunda / Guru PAUD

No Informasi yang harus diperoleh Pertanyaan

1 Pegetahuan tentang berdirinya Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)

c. Apa yang melatarbelakangi di dirikan Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)di Kecamatan Driyorejo

d. Apa tujuan di dirikan lembaga Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)di Kecamatan Driyorejo 2

Pengetahuan tentang Penyelenggaraan PAUD

d. Bagaimana anda mengetahui prosedur-prosedur umum penyelenggaraan PAUD ? e. Bagaimana Manajeman Penyelenggaraan

Paud Di Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)?

f. Bagaimana Kemitraan yang anda bangun untuk mambangun kerjasama dengan instansi lain ?

3 Jenis-Jenis Program Pemberdayaan orangtua yang dilakukan di lembaga Yayasan Pendidikan Mawadda (Paud Insan Cendikia)

d. Bagaimana cara saudara mengenal dan mengetahui kebutuhan orang tua akan adanya program pemberdayaan orang tua

(parenting) ?

e. Jenis program apa saja yang anda berikan kepada orang tua

f. Dari sekian program, menurut anda mana saja yang paling memiliki pengaruh dalam

merubah kehidupan mereka 4 Dampak-dampak perubahan pada

orang tua dalam kaitannya dengan pola asuh anak

c. Perubahan apa saja yang anda rasakan terjadi pada orang tua yang telah anda dampingi d. Apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan

yang anda harapkan

C. Ketegori Informasi : Orang Tua

No Informasi yang harus diperoleh Pertanyaan

1 Informasi tentang latar belakang orang tua

a. identitas orang tua, latar belakang pekerjaan b. alasan memasukan anak kepada lembaga

(36)

c. perlakuan terhadap anak dalam kehidupan sehari-hari (Pola Asuh)

2 Peranan orang tua dalam melatih kemandirian anak usia dini

a. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengasuh anak? b. Dalam mengasuh anak, apakah Bapak/Ibu

membuat peraturan sendiri atau sesuai dengan kesepakatan anak?

c. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak tidak menuruti peraturan yang telah Bapak/Ibu buat? (Misal: memarahi, menghukum).

d. Apakah kekuasaan penuh ada pada Bapak/Ibu? Atau ada kerjasama Bapak/Ibu dengan anak? e. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengontrol anak? 2 Bentuk- Bentuk Peranan yang

diberikan oleh orang tua dalam melatih kemandirian anak

a. Apakah Bapak/Ibu memberi kebebasan pada anak?

b. Apakah Bapak/Ibu selalu menuruti permintaan anak?

c. Apakah anak Bapak/Ibu sudah bisa mengontrol emosi?

d. Jika anak mengalami kesulitan dalam melakukan suatu kegiatan, apakah anak selalu meminta bantuan Bapak/Ibu atau mencoba untuk menyelesaikannya sendiri?

e. Apakah anak Bapak/Ibu sudah bisa melakukan keperluannya sendiri? Misalnya: memakai baju sendiri, memakai sepatu sendiri, bisa mandi sendiri, makan tidak disuapi, ke toilet tidak diantar atau ditunggu.

f. Apakah anak Bapak/Ibu sudah bisa mengatur waktu sendiri? Misal, mengatur waktu untuk tidur siang, waktu untuk makan, waktu untuk belajar, dan waktu untuk bermain.

3 Faktor-faktor penunjang dan penghambat komukasi dalam pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua

a. Apakah anda mengalami perubahan dalam kaitannya perlakuakn / pola asuh terhadap anak anda

b. Apakah anda merasakan perubahan pada anak anda setelah anda mengikuti program

pemberdayaan orang tua di PAUD Insan Cendikia

(37)

Lampiran 2

CURRICULUM VITAE

A.IDENTITAS DIRI

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Gunarti Dwi Lestari, M.Si, M.Pd 2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan

Fungsional/Pangkat/Gol

Lektor Kepala/Pembina Utama Muda/IV C

4 NIP 19610712 198601 2001

5 NIDN 0012076109

6 Tampat dan Tanggal Lahir Semarang, 12 Juli 1961

7 E-mail gunartilestari@unesa.ac.id/tarie_henry@yahoo.co.id

8 Nomor Telepon/HP 081 2323 6113/0812 3377 0700 9 Alamat Kantor Kampus Lidah Wetan Surabaya 10 Nomor Telepon/Faks (031) 7532160; (031)7532112

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

C. PENGALAMAN PENELITIAN DALAM 5 TAHUN TERAKHIR (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

NO TAHUN JUDUL PENELITIAN

PENDANAAN

SUMBER JUMLAH (Juta Rp)

2019

Problematika dan Aspek Potensial Keterlibatan Pekerja Sektor Informal dalam Aktivitas Learning Society di Kampung Inggris Pare Kediri Sebagai : anggota

DRPM

Ristekdikti 100.000.000

2019 Pola Asuh Orangtua terhadap

Kemandirian Anak usia Dini UNESA 7.000.000 2018 Layanan PAUD……….

di TK At Taqwa Surabaya UNESA 10.000.000

No Tahun Lulus Jenjang Perguruan Tinggi Bidang studi

1 1985 S1 IKIP Semarang Pendidikan Luar Sekolah

2 2005 S2 UNAIR Pengembangan Sumber Daya

Manusia 3. 2010 S2 Universitas Negeri

Yogyakarta

Pendidikan Luar Sekolah 4. 2016 S3 Universitas Negeri Malang Pendidikan Luar Sekolah

(38)

Sebagai :Ketua

2018

Komunikasi dalam Pengasuhan ……… Sebagai : Anggota UNESA 10.000.000 2018 ……… Kabupaten Mahakan Ulu 2017

“Partisipasi Orang Tua Pada Program Parenting Dalam Meningkatkan Kemampuan Pengasuhan Terhadap Anak di TK Mutiara Kasih” (Laporan Penelitian Berdasarkan SK

Rektor No:

836/UN38/HK/LT/2017,

tanggal 20 Juni 2017. (sebagai ketua dari 2 penulis)

UNESA

2017

“Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Guru PAUD” (Laporan Penelitian Berdasarkan SK Rektor No: 836/UN38/HK/LT/2017,

tanggal 20 Juni 2017. (sebagai ketua dari 2 penulis)

UNESA

2016

“Partisipasi Wali Murid Terhadap Program Pemberdayaan Orang Tua di Lembaga PAUD Az-Zahrah” (Laporan berdasarkan SK

Rektor No:

343/UN38/HK/LT/2016 tanggal 22 April 2016. (sebagai anggota dari 3 penulis)

UNESA

2016

“Analisis Organization Justice (Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya” (Laporan Penelitian Nomor : 20/LPPM/343/I/2016, Berdasarkan SK Rektor No: 343/UN38/HK/LT/2016,

tanggal 22 April 2016. (sebagai ketua dari 2 penulis)

(39)

2015

“Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini” (Laporan Penelitian Nomor :

19/LPPM/329.7/K/I/2015, Berdasarkan SK Rektor No: 329.7/UN38/HK/LT/2015, tanggal 18 Juni 2015. (sebagai ketua dari 3 penulis)

UNESA 2015 Penyusunan SPM Bidang Kependudukan Bappeda Kab.Mahakam Ulu 350 Juta 2015

Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Kebijakan

Jurusan 5 Juta

2014

Dampak Pengembangan Sekolah Adiwiyata dalam Penurunan Beban Pencemaran

BLH Prov.

Jawa Timur 75 juta SPM PENDIDIKAN

2012

Model Pemberdayaan

Masyarakat Terpadu Berbasis Pondok Pesantren

2012

Model Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kreatif: Upaya dan Memperkuat Kemampuan Keaksaraan dan Usaha Mandiri

D. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

NO TAHUN JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENDANAAN

SUMBER JUMLAH (Juta Rp)

1 2016

Diklat Peningkatan

Kompetensi Pendidik PAUD Tingkat Dasar se Kab. Nganjuk

Dispendik

Kab. Nganjuk 61 Juta

2 2016

Pendidikan dan Pelatihan untuk Meningkatkan

Kompetensi Pendidik PAUD

(40)

di PKBM Az Zahra binaan Jurusan PLS

3 2015 Workshop Pendidik PPT dan TPA se Kota Surabaya

Dispendik

Kota Surabaya 750 Juta

4 2014

Diklat Peningkatan

Kompetensi Pendidik PAUD se Kota Surabaya

Dispendik

Kota Surabaya 1,3 M

5 2014

Pendampingan Peningkatan keterampilan wirausaha baru industry makanan minuman berbasis biji-bijian di Jawa Timur

Disperindag

Prov. 750 Juta

6 2014

Tim Ahli Badan Standar Nasional Pendidikan ( Revisi Permendiknas 58/2009 menjadi Permendikbud 137/2014

BSNP

7 2014

Tim penyusun bahan ajar Kurikulum 13 Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan PAUD Dir. Pembinaan PAUD DITJEN PAUD DIKMAS 8 2013

Peningkatan Kualitas dan Pelestarian Desa Wisata Kerajinan Batik Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura 9 2013 Konsultan Teknis Pengembangan Model BPAUDNI BPAUDNI 10 2013 Kerjasama dengan BKD Kabupaten Gresik, test bagi pejabat eselon III

Pemkab Gresik

E. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL DALAM 5 TAHUN TERAKHIR N O JUDUL ARTIKEL ILMIAH NAMA JURNAL VOLUME/NOMOR/TAHUN 1. The Social Emotional Development of Homeschoolin g Children Journal of Nonforma l Education

(karya ilmiah dimuat dalam Journal of Nonformal Education, Penerbit: PLS PPs UNNES, Vol. 1, No. 2, Hal. 151-160, Edisi Agustus 2018 p-ISSN: 2442-532X, e-ISSN: 2528-4541, dapat dilhat di: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne/article/view/1 5975

(41)

DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jne.v4i2.15975 2. Partisipasi Wali Murid Terhadap Program Pemberdayaaa n Orang Tua di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

(Karya Ilmiah dimuat dalam Jornal PNF, Edisi 1, Vo. 18, Tahun 2018,

(sebagai penulis anggota dari 2 penulis)

F. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (ORAL PRESENTATION) DALAM 5 TAHUN TERAKHIR YANG DIMUAT DALAM PROSIDING

TAHUN JUDUL PENERBIT/JURNAL

2019 ANALYSIS OF THE QUALITY OF EARLY CHILDREN EDUCATION SERVICES IN INCREASING THE SATISFACTION OF STUDENTS PARENT IN AT-TAQWA KINDERGARTEN SURABAYA

KONASPI: sedang proses

2018 The Culture of Parenting Indonesian Tribes in the Habituation of Children’s

Character

International Conference of Primary Education Research Privotal Literature and Research UNNES 2018 ( IC PEOPLE UNNES 2018 )

Advances Social Science, education and Humanities Research , Volume 303. Atlantis Press

( sebagai Ketua dari 3 penulis ) 2017 “Pendidikan dan Pelatihan

untuk Meningkatkan Kompetensi Tutor Kesetaraan paket C di PKBM Az-Zahra Binaan Jurusan PLS FIP Unesa”

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, Universitas Negeri Jakarta, tgl. 23-24 Mei 2017, Penerbit: UNJ, hal. 1-82 (69-73), ISBN: 2597-8705, dapat dilihat

(sebagai penulis tunggal)

2017 Parenting Styles of Single Parent for Social Emotional Development of Children at Early Childhood”

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding 9th International Conference For Science Uducators and Teachers (ICSET) di Universitas Negeri Semarang, tanggal 13-15 September 2017, Hal……….. , ISBN: ……….., dapat dilihat di: ……….

(42)

(sebagai ketua dari 2 penulis) 2017 Organizational Justice Analysis on Employees Satisfaction and Performance in Faculty of Education Univesitas Negeri Surabaya” (Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding 1st International Conference on Education Innovation

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding 1st International Conference on Education Innovation (ICEI 2017), Penerbit Universitas Negeri Surabaya, tanggal 14 Oktober 2017, Hal……….. , ISBN: ……….., dapat dilihat di: ……….

(sebagai penulis tunggal)

2016 Madurese Migrants Socioculture And Eaerly Childhood Parenting: A case Study in The Sombo Kampong Sidotopo Sub District Semampir District Of Surabaya, East Java,

Indonesia”

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding International Conference The 3rd Semarang Early Childhood Research & Education Talks, di Semarang 13-14 May 2016, Penerbit: Univ. Negeri Semarang, hal. 1-560 (543-560), ISBN: 978-602-8054-02-7, dapat dilihat di: http://paud.unnes.ac.id

DOI: https://doi.org/10.15294/ijeces.v6i2.20190

(sebagai Ketua dari 2 penulis) 2016 “Using Media Education

Radio To Improve Student Learning Mativation Package C At PKBM-Hikmah Sukodono Kabupaten Sidoarjo”

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding of International Research Clinic & Scientific Publication of Educational Technology, di Unesa tgl. 6 Agustus 2016, Penerbit: Prodi Teknologi Pendidikan UNESA, Hal. 1-928 (571-583), ISBN: 978-602-60159-0-7,

dapat dilihat di:

httpsjournal.unesa.ac.idindex.phpjtparticleview1107 (sebagai penulis tunggal)

2016 “Nonformal Education Ideas on Mahakam Ulu Community as The Extension Area of West Kutai District”

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding At International Conference The 3rd NFE Conference on Lifelong Learning: Policy, Concep and Practice In Education, di Universitas Pendidikan Indonesia tgl. 22 September 2016, Penerbit: Univ. Pendidikan Indonesia, Hal. ………., ISBN: 978-94-6252-299-2,

dapat dilihat di:

https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:bDOLt JZvJ_0J:scholar.google.com/&hl=en&as_sdt=0,5&as _ylo=20177

(sebagai penulis tunggal) 2016

2016 Parenting Pattern Analysis For Social Emotional Development Early Childhood (Study Case on

(Karya ilmiah dimuat dalam Prosiding the 9th dan 11th APEC/ICER, 12-15 November 2016, Penerbit: Faculty of Education Khon Kaen University, Hal.

Gambar

Gambar : Lokasi Yayasan Pendidikan Mawadda
Tabel 4.1 Program Pendidikan di Yayasan Pendidikan Mawada Insan Cendikia
Gambar 2: Kolam Renang Terapis bagi ABK

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya dampak persepi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada keripik pedas Maicih adalah sebesar 59% dan sisanya 41% dipengaruhi oleh faktor lain

Pengaruh ion logam terhadap aktivitas enzim diuji dengan cara menginkubasikan larutan enzim dalam 0,1 M bufer Atkins dan Pantin pH 8,0 yang mengandung 1 mM berbagai ion logam

Kinerja Sasaran Strategi 2.1 Meningkatka n penyediaan sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan kualitas yang setara dengan standar dunia Berkembangnya

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput lapangan, konsentrat, dan konsentrat terfermentasi yang dihasilkan dari penelitian Tahap 1..

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang makna Imlek dan tata cara melakukan ritual sembahyang yang benar pada hari raya Imlek kepada. seluruh warga Tionghoa agar dapat

Menjelaskan bahan- bahan kimia alami dan bahan-bahan kimia buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan

1. Timbulnya pengaruh faktor X4 yakni kelangkaan terhadap material di MalukuTengah adalah disebabkan karena material pokok tidak terdistribusi didalam wilayah lokasi

Nilai rata-rata organoleptik daging ikan Tuna (Thunnus albacares) segar pada waktu pengambilan sampel, pedagang yang berbeda dan 3 kali ulangan.. Nilai rata-rata