• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang berjudul:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang berjudul:"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORETIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang berjudul: “Pengaruh Kepemimpinan Perempuan Terhadap Kualitas Akademik Pada AKPER Darmo” bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan perempuan terhadap kualitas akademik pada Akper Darmo Medan. Pengujian data dilakukan dengan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik seperti: uji validitas dan realibilitas, uji normalitas dan analisis sederhana dengan bantuan SPSS 13.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,165. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,165 yang berarti 16,5 % variasi variabel terikat (kualitas akademik) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu kepemimpinan perempuan dan 83,5 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji thitung sebesar 2,983 dan t tabel sebesar 2,000 sehingga thitung > ttabel (2,983 > 2,000) pada α = 5% sehingga disimpulkan bahwa kepemimpinan perempuan (variabel bebas) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap kualitas akademik (variabel terikat) pada Akper Darmo Medan.

Penelitian yang dilakukan Sugeng (2004) yang berjudul: “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten

(2)

Pandeglang” bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara kepemimpinan kepla sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang.

B. Kompetensi

1. Pengertian Kompetensi

Saat ini, definisi dan pengertian kompetensi yang beredar baik di lingkungan masyarakat awan maupun perusahaan sangat beragam. Beberapa diantaranya (Hutapea, 2008: 4):

a. Kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan.

b. Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang ada hubungan sebab-akibatnya dengan prestasi keja yang luar biasa atau dengan efektivitas kerja.

Kompetensi mengacu pada 3 hal:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang berorientasi pada intelejensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan.

(3)

b. Keterampilan (skill), kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang tertentu yang dimiliki karyawan.

c. Perilaku (behavior), yaitu yang mencakup kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.

i. Peran Kompetensi Pada Organisasi

Konsep dasar kompetensi berawal dari konsep individu yang bertujuan untuk mengidentifikasi, memperoleh, dan mengembangkan kemampuan individu agar dapat bekerja dengan prestasi yang luar biasa. Telah dikatakan sebelumnya bahwa individu merupakan komponen utama yang menjadi pelaku dalam organisasi. Oleh karena itu, kemampuan organisasi tergantung dari kemampuan individu-individu yang bekerja dalam organisasi.

Organisasi dapat berprestasi unggul apabila orang-orang yang bekerja dalam organisasi dapat memberikan kontribusi maksimal kepada organisasi sesuai dengan tugas dan kemampuannya. Atau dalam kata lain, orang-orang tersebut mampu bekerja dengan prestasi terbaik mereka. Mampu bekerja dengan prestasi yang terbaik artinya mampu berperestasi pada saat ini dan pada masa yang akan datang, baik pada masa yang akan datang, baik pada situasi yang stabil maupun pada situasi yang berubah-ubah, tanpa mengganggu pekerjaan orang lain. Dengan demikian, ukuran prestasi organisasi mencakup dimensi waktu, situasi, dan kontribusi serta dampaknya pada pekerjaan orang lain atau perusahaan.

Kompetensi yang tepat, yang merupakan faktor yang menentukan keunggulan prestasi, dapat dimiliki oleh organisasi apabila organisasi tersebut

(4)

memiliki fondasi yang kuat, yang tercermin pada seluruh proses yang terjadi dalam organisasi. Untuk itu, seorang karyawan tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi teknis yang kuat, tapi juga kompetensi perilaku yang lebih menentukan kemampuan individu untuk berinteraksi dalam situasi lingkungan yang sering berubah tersebut.

ii. Strata Kompetensi

Kompetensi dapat dipilah-pilah menurut stratanya. Kompetensi dapat dibagi menjadi core competencies, managerial competencies, dan functional

competencies (Wibowo, 2007: 121).

b. Kompetensi Inti (Core Competencies) merupakan kompetensi inti yang dihubungkan dengan strategi organisasi sehingga harus dimiliki oleh semua karyawan dalam organisasi.

c. Kompetensi Manajerial (Managerial Competencies) merupakan kompetensi yang mencerminkan aktivitas manajerial dan kinerja yang diperlukan dalam peran tertentu.

d. Kompetensi Fungsional (Functional Competencies) merupakan kompetensi yang menjelaskan tentang kemampuan peran tertentu yang diperlukan dan biasanya dihubungkan dengan keterampilan profesional atau teknis.

Kompetensi inti merupakan pemahaman terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan. Suatu kompetensi yang dihubungkan dengan strategi organisasi yang dapat diterapkan pada semua karyawan sebagai suatu keahlian unggulan suatu organisasi. Kompetensi inti merupakan prasyarat mutlak yang

(5)

harus dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan unggul. Sementara itu, kompetensi manajerial menunjukkan kemampuan dalam menjalankan manajemen dan kompetensi fungsional merupakan kemampuan berdasar profesi di bidang teknis tertentu.

a. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi a. Bagi Eksekutif

Kompetensi yang diperlukan bagi eksekutif adalah sebagai berikut: 1) Strategic Thinking merupakan kemampuan eksekutif untuk

memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang cepat, melihat peluang pasar, mendeteksi ancaman kompetitif dan kekuatan dan kelemahan organisasi mereka, untuk mengidentifikasi respons strategis optimumnya. 2) Change Leadership merupakan kemampuan eksekutif untuk

mengkomunikasikan visi strategi organisasi yang membuat respons adaptif berkembang dan diterima stakeholder, membangkitkan motivasi dan komitmennya, bertindak sebagai sponsor inovasi dan kewirausahaan, dan mengalokasikan sumber daya organisasi secara optimal untuk melaksanakan banyak perubahan.

3) Relationship Management merupakan kemampuan eksekutif untuk membangun hubungan baik dengan

stakeholder di dalam maupun di luar organisasi. Stakeholder di dalam organisasi meliputi bawahan, rekan

(6)

sekerja, atasan langsung, dan para pemegang saham.

Stakeholder di luar organisasi dapat terdiri dari pemasok,

rekanan, pelanggan, saluran distribusi, konsultan, kontraktor, pemerintah, legislatif, kelompok kepentingan, dan sebagainya.

Eksekutif perlu membangun jaringan dengan stakeholder internal dan eksternal karena memerlukan kerja samanya untuk memperoleh keberhasilan. Sering kali kerja sama tersebut menjadi lebih semakin penting apabila tidak memiliki kewenangan terhadap mereka, bahkan membutuhkan bantuannya.

b. Bagi Manajer

Bagi manajer diperlukan kompetensi yang memberikan kemampuan dalam bidang yang menunjukkan hal-hal berikut:

1) Fleksibilitas (Flexibility) merupakan keinginan dan kemampuan manajer untuk mengubah struktur dan proses manajerial apabila diperlukan untuk menjalankan strategi perubahan organisasi. Kemampuan untuk melakukan perubahan apabila timbul kebutuhan untuk melakukannya. 2) Implementasi Perubahan (Change Implementation)

merupakan kemampuan kepemimpinan perubahan untuk mengkomunikasikan kebutuhan organisasi akan perubahan kepada bawahan, dan keterampilan manajemen perubahan berupa: komunikasi, pelatihan, fasilitasi proses kelompok

(7)

yang diperlukan untuk mengimplementasikan perubahan dalam kelompok kerjanya.

3) Inovasi Kewirausahaan (Entrepreneurial Innovation) merupakan motivasi untuk memelopori dan mengungguli dengan memunculkan produk baru mendahului pesaingnya, dan dalam memberikan pelayanan dan proses produksi yang semakin efisien.

4) Memahami Hubungan Antarmanusia (Interpersonal

Understanding) merupakan kemampuan memahami dan

menilai masukan orang lain yang berbeda. Kemampuan dalam memahami hubungan antarpribadi. Hal ini dapat menumbuhkan saling pengertian antara manajer dan bawahan maupun di antara sesama manajer dan sesama bawahan.

5) Memberdayakan (Empowering) merupakan perilaku manajerial, untuk berbagi informasi, secara partisipatif mengumpulkan gagasan bawahan, mendorong pengembangan pekerja, mendelegasikan tanggung jawab penting, memberikan umpan balik, coaching, menyatakan harapan positif bawahan, dan menghargai perbaikan kinerja sehingga membuat pekerja merasa lebih mampu dan termotivasi untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.

(8)

6) Memfasilitasi Tim (Team Facilitation) merupakan keterampilan proses kelompok yang diperlukan untuk mendapatkan kelompok orang yang berbeda bekerja bersama secara efektif untuk mencapai tujuan bersama untuk menciptakan tujuan dan kejelasan peran, mengontrol orang yang berbicara terlalu banyak, mengajak anggota pendiam untuk berpartisipasi dan menyelesaikan konflik. 7) Kemudahan Menyesuaikan (Probability) merupakan

kemampuan untuk menyesuaikan dengan cepat dan berfungsi secara efektif di setiap lingkungan asing sehingga manajer dapat dipindahkan pada posisi di mana saja. Penelitian menunjukkan kompetensi ini mempunyai korelasi dengan kesenangan bepergian, resisten terhadap stress dan memahami hubungan lintas budaya. Kemampuan ini akan menjadi pertimbangan dalam penempatan posisi di luar negeri.

c. Bagi Pekerja

Beberapa kompetensi yang mencerminkan kemampun yang perlu dimiliki pekerja antara lain adalah sebagai berikut:

1) Fleksibilitas (Flexibility) merupakan kecenderungan untuk melihat perubahan sebagai peluang yang menarik daripada sebagai tantangan, misalnya kesediaan untuk adopsi teknologi baru.

(9)

2) Motivasi Mencari Informasi dan Kemampuan Belajar (Information-Seeking Motivation and Ability to Learn) merupakan antusiasme untuk mencari peluang belajar teknologi baru dan keterampilan dalam hubungan antarpribadi. Pembelajaran jangka panjang tentang pengetahuan dan keterampilan baru diperlukan oleh perubahan prasyaratan pekerjaan di masa depan.

3) Motivasi Berprestasi (Achivement Motivation) merupakan dorongan untuk inovasi, perbaikan terus-menerus dalam kualitas dan produktivitas yang diperlukan untuk menghadapi meningkatnya kompetisi.

4) Motivasi Kerja dalam Tekanan Waktu (Work Motivation

under Time Pressure) merupakan beberapa kombinasi dari

fleksibilitas, motivasi berprestasi, resistensi terhadap stress dan komitmen organisasi yang memungkinkan individu bekerja dalam permintaan yang meningkat atas produk dan jasa baru dalam waktu yang lebih pendek.

5) Kesediaan Bekerja Sama (Collaborativeness) merupakan kemampuan untuk bekerja secara kooperatif dalam kelompok yang bersifat multidisiplin dan rekan kerja yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan sikap positif terhadap orang lain, memiliki pemahaman tentang hubungan antarpribadi dan menunjukkan komitmen organisasional.

(10)

6) Orientasi Pada Pelayanan Pelanggan (Customer Service

Orientation) merupakan keinginan membantu orang lain,

pemahaman tentang hubungan antar-pribadi, bersedia untuk mendengarkan kebutuhan pelanggan dan tahapan emosi, mempunyai cukup inisiatif untuk mengatasi hambatan dalam organisasi untuk mengatasi masalah pelanggan.

C. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Manullang (2001) menyatakan kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi perilaku seorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi. Kepemimpinan tidak dipraktekkan melalui kata-kata, melainkan di dalam sikap dan tindakan.

1. Sifat-sifat Kepemimpinan

Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Dalam Handoko (1995: 297), Edwin Ghiselli mengemukakan teori mereka tentang sifat kepemimpinan yaitu:

a. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory

(11)

b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.

c. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir. d. Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan

memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

e. Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sendiri sehingga mampu menghadapi masalah.

f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan terdiri dari (Nawawi, 2003:27): a. Otoriter

Kepemimpinan ini dilaksanakan dengan kekuasaan berada di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang, yang diantara mereka selalu ada seseorang yang menempatkan diri sebagai orang yang paling berkuasa. Seorang pemimpin yang otoriter menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya terpusat di tangannya. Seorang pemimpin yang otoriter mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.

(12)

b. Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya yang menempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Dasar dari gaya kepemimpinan demokratis ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan mahluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama.

c. Paternalistis

Kepemimpinan paternalistis menitikberatkan pengaruh yang sifatnya sebagai seorang bapak dalam hubungan-hubungan antara pemimpin dan kelompok, dan diwujudkan dalam bentuk asuhan yang waspada demi kesejahteraan para pengikutnya. Maksudnya adalah untuk memberi perlindungan dan bimbingan.

d. Kharismatik

Para pemimpin kharismatik bergantung pada kepribadian, kualitas pemberi semangat serta “aura”nya. Mereka adalah pemimpin yang visioner, memiliki orientasi prestasi pengambil resiko yang penuh perhitungan dan juga merupakan komunikator yang baik.

e. Bebas

Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggora organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus diri masing-masing. Sehingga pemimpin hanya

(13)

memberi sedikit pengarahan atau petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi. 3. Perilaku Kepemimpinan

Berikut ini adalah 20 perilaku kepemimpinan yang dianggap paling penting sebagaimana tampak dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1.

Perilaku Kepemimpinan

Peringkat Faktor 1 Menunjukkan antusiasme

2 Mendorong/memberi dukungan pada karyawan 3 Memberi pengakuan atas usaha-usaha individu 4 Mendengarkan gagasan dan permasalahan individu 5 Memberikan pengarahan

6 Menunjukkan kepribadian yang jujur 7 Mempraktikkan apa yang telah ia katakan 8 Mendorong kerja sama tim

9 Mendorong adanya umpan balik secara aktif 10 Mengembangkan orang lain

11 Menjunjung harga diri orang lain

12 Berusaha memahami permasalahan sebelum mengambil suatu keputusan 13 Memperlakukan kesalahan sebagai peluang untuk pembelajaran 14 Memberikan kekuasaan pada karyawannya yang sedang

melakukan pekerjaan untuk membuat keputusan

15 Mendorong cara-cara baru dalam melakukan segala hal 16 Memajukan pemahaman atas isu-isu utama

17 Mencari tantangan-tantangan masa depan yang mungkin terjadi 18 Menyepakati target-target

19 Mengambil keputusan 20 Meminimalkan kegelisahan

Sumber: Sunarto (2005:33)

4. Kepemimpinan yang Efektif

Kepemimpinan yang efektif sangat dibutuhkan agar proses pengembangan para personalia pendidikan berjalan dengan baik. Kepemimpinan efektif adalah suatu kepemimpinan yang menghargai usaha

(14)

para bawahan, yang memperlakukan mereka sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minat masing-masing individu, yang memberi dorongan untuk berkembang dan mengarahkan diri ke arah tercapainya tujuan lembaga pendidikan.

Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang tinggi dalam kedua dimensi kepemimpinan (Made Pidarta, 1988: 173). Dua dimensi kepemimpinan tersebut adalah:

1. Kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas

Yaitu hanya menekankan penyelesaian tugas-tugas kepada para bawahannya dengan tidak memperdulikan perkembangan bakat, kompetensi, motivasi, minat, komunikasi, dan kesejahteraan bawahan. Para personalia akan bekerja secara rutin, rajin, taat dan tunduk dalam penampilannya. Pemimpin seperti ini tidak mengikuti perkembangan dan kemajuan lingkungan sehingga organisasi menjadi usang dan ketinggalan jaman.

2. Kepemimpinan yang berorientasi kepada antar hubungan manusia

Yaitu menekankan perkembangan para personalianya, kepuasan mereka, motivasi, kerja sama, pergaulan dan kesejahteraan mereka. Pemimpin seperti ini berasumsi bila para personalia diperlakukan dengan baik, maka tujuan organisasi akan tercapai. Tetapi pada kenyataannya manusia tidak selalu beritikad baik, walaupun ia diperlakukan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan kemunduran suatu organisasi.

(15)

Oleh sebab itu kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia. Dengan mengintegrasikan dan meningkatkan keduanya kepemimpinan akan menjadi efektif, yaitu mampu mencapai tujuan organisasi tepat pada waktunya. Sebab kepemimpinan yang efektif dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik termasuk melaksanakan perencanaan dengan baik pula.

5. Organisasi dan Pemimpin

Tuntutan organisasi terhadap para pemimpinnya adalah:

a. Pemimpin yang memberi kepercayaan yang cukup bagi karyawannya sehingga bisa bekerja tanpa harus diawasi.

b. Struktur organisasi yang nyata, karyawan dapat dipercaya bisa bekerja dengan supervisi minimal.

c. Jajaran karyawan yang mampu memimpin, bisa mengambil alih kepemimpinan bila perlu dan bertanggung jawab secara konsisten. d. Sebuah budaya di mana karyawan sangat responsif terhadap kebutuhan

pelanggan dan tangkas menghadapi perubahan teknologi. 6. Kelebihan Kepemimpinan Wanita

Menurut Psychological Bulletin Vol. 129 No3, sebagai pemimpin, wanita memiliki berbagai kelebihan di beberapa bidang dibandingkan pria. a. Pemimpin Transformasional

Pemimpin yang transformasional antara lain adalah pemimpin yang berorientasi pada pendukung, prinsip, dan perubahan.

(16)

b. Pemimpin Transaksional

Pemimpin yang transaksional yaitu pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik, bersikap lebih terbuka dalam hal membagikan informasi dan tanggung jawab pada pendukung mereka.

7. Peningkatan Perempuan Sebagai Pemimpin

Menurut Murniati (2004: 63), usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan peran perempuan sebagai pemimpin adalah:

1. Perempuan harus menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang bermartabat dan haknya sama dengan manusia laki-laki.

2. Perempuan perlu menyadari dan memahami pengaruh struktur kebudayaan patriarkhi terhadap laki-laki.

3. Perempuan meningkatkan dirinya menjadi androgynous manager. Untuk mencapai hal tersebut, yang perlu diperhatikan adalah:

a. Mengembangkan kualifikasi manajer seperti keberanian memasuki persaingan sehat, percaya diri, objektif dalam berpikir, agresif, ulet, berambisi, berani bertanggung jawab dan mau menanggung resiko.

b. Meningkatkan keterampilan dalam analisis dan penyelesaian masalah dalam kaitannya untuk meningkatkan keterampilan mengambil keputusan.

c. Membiasakan diri dalam memimpin dan melakukan proses pengelolaan aksi-relfeksi-perencanaan dan seterusnya sehingga

(17)

dapat menemukan model pengelolaan yang makin berdasarkan pengalaman dan direfleksi terus menerus.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Bedasarkan penelitian mengenai pengaruh Gaya Hidup dan harga terhadap Keputusan Pembelian handphone merek iphone di marketplace shopee juga dapat disimpulkan bahwa di dalam

Muhawarah, namun dalam pertemuan ini proses pembelajaran belum terselesaikan karena terbatasnya waktu, maka proses pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan kedua.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang bertujuan untuk menguji ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan tipe industri terhadap

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa atau mahasiswa baru, dimana hasil

Sedangkan menurut Handoko (dalam Sutrisno 2009 : 75) “kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan