• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEKONSTRUKSI TOKOH DAN PENOKOHAN PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL. Oleh : ALFIONITA SUKARYADI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEKONSTRUKSI TOKOH DAN PENOKOHAN PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL. Oleh : ALFIONITA SUKARYADI NIM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DEKONSTRUKSI TOKOH DAN PENOKOHAN PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

ARTIKEL

Oleh :

ALFIONITA SUKARYADI NIM 311 409 077

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2014

▸ Baca selengkapnya: alur cerita ronggeng dukuh paruk karya ahmad tohari

(2)

DEKONSTRUKSI TOKOH DAN PENOKOHAN PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

OLEH Alfionita Sukaryadi

Jurusan Bahasa dan Satra Indonesia Anggota Penulis

1. Dr. H. Moh. Karmin Baruadi, M.Hum 2. Dr. Sance A. Lamusu

ABSTRAK

Alfionita Sukaryadi. 2013. Dekonstruksi Tokoh Pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari.Skripsi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.Pembimbing I Dr. H. Moh. Karmin Baruadi, M.Hum dan pembimbing II Dr. Sance A. Lamusu, M.Hum. Dekonstruksi adalah pembalikan, dekonstruksi ini tidak mencari makna sebenarnya.Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana dekonstruksi penokohan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari? (2) Bagaimana dekonstruksi penokohan tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari?Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari sangat baik untuk didekonstruksi ketika melihat masing-masing tokoh yang berperan di dalamnya.Setelah membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk ini tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya baik tokoh utama maupun tokoh tambahan ada yang memiliki karakter yang tidak baik dan ada yang memiliki karakter yang baik.Akan tetapi ketika didekosntruksi ternyata orang yang dianggap memiliki karakter yang tidak baik ini malah orang yang baik dan bertanggung jawab, sebaliknya orang yang anggap baik malah memiliki sifat yang buruk dibalik semua kebaikannya.

Kata kunci: Dekonstruksi, Tokoh, Penokohan, Novel. PENDAHULUAN

Novel merupakan sebuah struktur cerita yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah, antara lain yang

▸ Baca selengkapnya: latar cerita novel ronggeng dukuh paruk

(3)

menyebabkan sulitnya pembaca menafsirkan sebuah novel, dan untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk menjelaskan disertai bukti-bukti hasil kerja kajian yang dihasilkan.Pemaknaan nilai terhadap novel ini tidak bisa terlepas dari unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.Unsur- unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.Unsur yang dimaksud meliputi tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan amanah.

Menelaah dan mengetahui nilai yang terkandung dalam cerita novel diperlukan suatu sarana untuk mengkajinya. Sarana dimaksud dengan cara mendekonstruksi tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita novel. Mendekonstruksi dalam suatu novel sangat penting dalam upaya memahami makna yang terkandung di dalamnya.Melalui dekonstruksi pula seorang peneliti akan mengkaji tokoh dan penokohan yang terkandung dalam novel.

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu, mendeskripsikan dekonstruksi penokohan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, mendeskripsikan dekonstruksi penokohan tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Tarigan (2011:167) kata novel berasal dari kata latin yaitu novellus yang diturunkan pula dari katanovies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta dalam membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud terdiri atas beberapa unsur, akan tetapi dalam penelitian ini penulis hanya memilih empat unsur intrinsik yang meliputi tema, plot, tokoh dan penokohan dan latar.

▸ Baca selengkapnya: tokoh dan penokohan dalam novel ronggeng dukuh paruk

(4)

Sudjiman (dalam Hidaya, 2011) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan.Tokoh yang memeran pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. (Nurgiantoro, 2002:176-177)berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan.Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama.Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung. Menurut Aminudin (2010:79) para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda.Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama.Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.

Menurut Derrida (2006:12) dekonstruksi adalah cara atau metode membaca teks. Adapun yang khas dalam cara baca dekonstruktif, sehingga pada perjalanannya selanjutnya dia sangat bermuatan filosofis, adalah bahwa unsur-unsur yang dilacaknya, untuk kemudian dibongkar, pertama-tama bukanlah inkonsistensi logis, argumen yang lemah, ataupun premis yang tidak akurat yang terdapat dalam teks, sebagaimana yang biasanya dilakukan pemikiran modernisme, melainkan unsur yang secara filosofis menjadi penentu atau unsur yang memungkinkan teks tersebut menjadi filosofis.

Menurut Derrida (2006:12) dekonstruksi adalah cara atau metode membaca teks. Adapun yang khas dalam cara baca dekonstruktif, sehingga pada perjalanannya selanjutnya dia sangat bermuatan filosofis, adalah bahwa unsur-unsur yang dilacaknya, untuk kemudian dibongkar, pertama-tama bukanlah inkonsistensi logis, argumen yang lemah, ataupun premis yang tidak akurat yang terdapat dalam teks, sebagaimana yang biasanya dilakukan pemikiran

(5)

modernisme, melainkan unsur yang secara filosofis menjadi penentu atau unsur yang memungkinkan teks tersebut menjadi filosofis.

Langkah-langkah untuk mendekonstruksi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, dan langkah-langkah tersebut yaitu membaca sebuah novel secara keseluruhan dengan penuh pemahaman, menentukan tokoh yang akan didekonstruksi yakni, tokoh utama dan tokoh tambahan, menentukan karakter tokoh yang akan didekonstruksi yakni, karakter tokoh utama dan karakter tokoh tambahan, karakter dari tokoh utama dan karakter dari tokoh tambahan dipahami kemudian didekonstruksi.

Tujuan dalam penulisan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu, mendeskripsikan dekonstruksi penokohan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, mendeskripsikan dekonstruksi penokohan tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2009:53). Metode deskriptif analitik ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh pada novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari.Data yang diambil sebagai bahan penelitian ini adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta tahun 2007. Teknik Pengumpulan Data

Untuk itu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah studi kepustakaan.Oleh sebab itu, data yang menunjang penelitian ini dikumpulkan melalui penelaahan kepustakaan. Adapun teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca dengan cermat novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari, menentukan karakter tokoh yang berperan yakni karakter tokoh utama dan karakter tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari, menelusuri serta mencatat atau menandai hal-hal penting yang akan didekonstruksi yakni karakter tokoh utama dan karakter tokoh tambahan, menyimpulkan hasil analisis tentang peran tokoh utama dan tokoh tambahahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari,

(6)

mendekonstruksi karakter tokoh utama dan karakter tokoh tambahan yang sudah dibaca dan dimaknai struktur ceritanya. Pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data yang telah terkumpul dengan cara mengidentifikasi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, mengklasifikasi data yang berhubungan dengan masalah penelitian, menganalisis secara keseluruhan tokoh utama dan tokoh tambahan yang akan didekonstruksi pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, menyimpulkan hasil pengolahan data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penokohan Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini adalah Srintil. Setiap bagian dalam novel ini menceritakan konflik-konflik yang dialami oleh tokoh Srintil yang paling banyak mendapat waktu penceritaan dan berhubungan dengan tokoh lain. Karena tokoh utama juga merupakan tokoh sentral yang perannya sangat berpengaruh terhadap tokoh lainnya, namun secara tidak langsung mendapat pengaruh yang sama terhadap penggambaran karakter dari peran tambahan.

1. Penokohan Tokoh Srintil

Setelah kakek Srintil menyerahkan Srintil kepada dukun ronggeng yang akan mengasuh Srintil, maka pentas pun diadakan dan itulah pertama kali Srintil naik pentas dan menari di atas panggung. Hal tersebut dapat dilihat pada cuplikan berikut:

Selama menari wajah Srintil dingin.Pesonanya mencekam setiap penonton.Banyak orang terharu dan kagum melihat bagaimana Srintil melempar sampur.Bahkan Srintil mampu melentikkan jari-jari tangan, sebuah gerakkan yang paling sulit dilakukan oleh seorang ronggeng.Penampilan Srintil masih dibumbui dengan ulah Sakum lestari kocak dan cabul.Suara “cesss” tak pernah luput pada saat Srintil menggoyang pinggul. (Tohari, 2007:20)

Selama menari wajah Srintil dingin.Pesonanya mencekam setiap penonton.Banyak orang terharu dan kagum melihat bagaimana Srintil melempar sampur.Bahkan Srintil mampu melentikkan jari-jari tangan, sebuah gerakkan yang paling sulit dilakukan oleh seorang ronggeng.Penampilan Srintil masih dibumbui dengan

(7)

ulah Sakum lestari kocak dan cabul.Suara “cesss” tak pernah luput pada saat Srintil menggoyang pinggul. (Tohari, 2007:20)

2. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Utama

Ketika didekonstruksi Srintil adalah sosok wanita yang hebat dan bertanggung jawab. Srintil melakukan itu semua, mulai dari menari, bertayub, melayani para lelaki bejat manapun, bahkan sampai mejadi seorang gowok itu semua Srintil lakukan demi Dukuh Paruk dan keluarganya bahkan demi orang lain. Dukuh Paruk adalah desa yang sangat terpencil dan dikenal dengan kemelaratannya.Srintil menerima tawaran kakeknya untuk menjadi seorang ronggeng karena selain hobinya yang suka menari, dia juga ingin bertanggung jawab demi Dukuh Paruk dan keluarganya.Sebab, di Dukuh Paruk meronggeng adalah tradisi atau adat istiadat yang memang harus ada di desa itu, dan itu sudah terjadi sejak dahulu.Dukuh Paruk tanpa seorang ronggeng adalah Dukuh Paruk yang hampa dan dianggap tidak hidup lagi.Perbuatan tersebut tidak dianggap dosa bagi warga mereka karena mereka sendiri tidak pernah mengenal dosa.

Penokohan Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari merupakan tokoh yang sepenuhnya mendukung tokoh utama. Tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini terdiri atas empat orang, antara lain Sakarya, Kartareja, Nyai Kartareja, dan Bajus.

1. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Sakarya

Tokoh Sakarya dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai kakek Srintil.Sakarya telah berniat untuk menjadikan Srintil cucunya sendiri sebagai seorang ronggeng dikarenakan dia telah melihat cucunya pintar dalam hal menari. Hal tersebut dapat dilihat pada cuplikan berikut:

Sakarya tersenyum. Sudah lama pemangku keturunan Ki Secamenggala itu merasakan hambarnya Dukuh paruk karena tidak terlahirnya seorang ronggeng di sana. “Dukuh Paruk tanpa ronggeng bukanla Dukuh Paruk.Srintil cucuku sendiri, akan mengembalikan citra sebenarnya pedukuhan ini,” kata Sakarya kepada dirinya sendiri. Sakarya percaya, arwah Ki Secamenggala akan terbahak di kuburnya bila kelak tahu ada ronggeng di Dukuh Paruk.

(8)

Tak seorangpun menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh Paruk hanya lengkap bila di sana ada keramat Ki Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah, dan ada ronggeng bersama perangkat calungnya. Gambaran tentang Dukuh Paruk dilengkapi oleh ucapan orang luar yang senang berkata misalnya,” jangan mengabadikan kemelaratan seperti orang Dukuh Paruk.” Atau,” Hai, anak-anak, pergilah mandi. Kalau tidak nanti kupingmu mengalir nanah, kakimu kena kudis, seperti anak-anak Dukuh Paruk. (Tohari, 2007:15)

2. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Sakarya

Ketika didekonstruksi semua itu Sakarya lakukan semata ingin bertanggung jawab atas Dukuh Paruk yang sudah sejak lama tidak mempunyai seorang ronggeng. Sakarya percaya bahwa arwah moyang mererka Ki Secamenggala akan senang bila Dukuh Paruk kini telah hadir lagi seorang ronggeng. Dengan kelincahan Srintil menari, Sakarya langsung bertekad untuk menjadikan Srintil seorang ronggeng walaupun usianya masih sangat muda.Bagi mereka meronggeng bukanlah suatu hal yang buruk dan dosa karena Dukuh Paruk tidak mengenal yang namanya dosa.

3. Penokohan Tokoh Kartareja

Tokoh Kartareja dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai Dukun ronggeng yang akan mengasuh seorang ronggeng. Dia juga salah satu tetua yang ada di Dukuh Paruk tersebut. Kartareja hampir sama dengan Sakarya kakek Srintil itu, ketika Kartareja mendengar Sakarya akan menjadikan cucunya seorang ronggeng, Kartareja sangat senang karna akhirnya Dukuh Paruk bisa mengadakan seorang ronggeng dan bunyi calung akan terdengar lagi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

Keesokan harinya Sakarya menemui Kartareja.Laki-laki yang hampir sebaya ini secara turun temurun menjadi dukun ronggeng di Dukuh Paruk.Pagi itu Kartareja mendapat kabar gembira.Dia pun sudah bertahun-tahun menunggu kedatangan seorang calon ronggeng untuk diasuhnya.Belasan tahun sudah perangkat calungnya tersimpan di para-para di atas dapur. Dengan adanya laporan Sakarya tentang Srintil, dukun ronggeng itu berharap bunyi calung akan kembali terdengar semarak di Dukuh Paruk.

“Kalau benar tuturmu, Kang, kita akan tetap betah tinggal di pedukuhan ini,” Kata Kartareja menanggapi laporan Sakarya.”

“Eh, Sampean lihat sendiri nanti,”jawab Sakarya.“Srintil akan langsung menari dengan kenesnya bila mendengar suara calungmu.”

(9)

Kartareja mengangguk-angguk.Bibirnya yang merah kehitaman oleh kapur sirih bergoyang ke kiri-kanan.Lalu disemprotkannya sisa tembakau yang tinggal dimulutnya. Cuplikan di atas jelas terlihat bahwa Kartareja sama dengan Sakarya. Dipikiran mereka perasaan senang karena Dukuh Paruk akan hadir kembali ronggeng yang sudah lama ditunggu-tunggu. Kartareja sama sekali tidak perduli bagaimana perasaan Srintil asalkan Dukuh Paruk bisa hadir kembali seorang ronggeng.

4. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Kartareja

Akan tetapi ketika peneliti mendekonstruksi tokoh Kartareja ini, maka kartareja adalah sosok lelaki tua yang diperlukan oleh orang Dukuh Paruk, karena dengan keberadaanya itu, jika ada seorang ronggeng maka Kartareja lah yang akan membawa dimana keberadaan seorang ronggeng yang sebenarnya, karena hanya dia dukun ronggeng yang dipercaya warga Dukuh Paruk dan itu sudah dilakukakannya sejak lama dan secara turun temurun. Kartareja bisa dibilang sama dengan Sakarya, mereka melakukan semua itu demi Dukuh Paruk karena itu sudah menjadi tradisi desa Dukuh Paruk, maka mereka harus melakukannya walaupun terlihat kejam. itu semua adalah pengorbanan dan tanggung jawab Kartareja kepada Dukuh Paruk. Dan dia akan merasa bersalah kepada moyang mereka Ki Secamenggala jika sampai Kartareja mati tidak mendirikan seorang ronggeng.

5. Penokohan Tokoh Nyai Kartareja

Tokoh Nyai Kartareja dalam novel ronggeng Dukuh Paruk merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai istri Kartareja yang membantu untuk mengasuh seorang ronggeng. Nyai Kartareja ini bekerja sama dengan suaminya untuk mengasuh seorang ronggeng. Ketika pertama kali Srintil resmi menjadi ronggeng dan saat Srintil akan naik panggung, Nyai Kartarejalah yang mendandani Srintil bahkan sampai memasangkan susuk agar seorang ronggeng terlihat cantik dan laris. Hal tersebut dapat dilihat pada cuplikan berikut:

Di dalam rumah, Nyai Kartareja sedang merias Srintil. Tubuhnya yang kecil dan masih lurus tertutup kain sampai ke dada.Angkinnya kuning.Di pinggang kiri-kanan ada sampur berwarna merah saga.Srintil didsandani seperti laiknya seorang ronggeng dewasa.Kulitnya terang karena Nyai Kartareja telah melumurinya dengan tepung

(10)

bercampur air kunyit.Istri dukun ronggeng itu juga telah menyuruh Srintil mengunyah sirih.Bibir yang masih sangat mudah itu merah.

6. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Nyai Kartareja

Akan tetapi, ketika didekonstruksi Nyai Kartareja adalah sosok wanita tua yang baik dan pengertian.walaupun terlihat jahat kepada Srintil, tapi dialah yang bisa mengatur semua yang akan dilakukan seorang ronggeng. Hidupnya juga hanya bergantung pada seorang ronggeng Srintil karena Srintil-lah yang membiayai semua kebutuhan hidup Nyai Kartareja.Semua yang dilakukan Nyai Kartareja dari kelicikannya, itu demi Srintil dan hidupnya. Upah dari para lelaki untuk diberikan pada Srintil memang Nyai Kartareja bahkan Suaminya yang menentukan sebanyak apa yang harus para lelaki berikan kepada Srintil, tapi itu semua bukan untuk diambil semua oleh Nyai Kartareja. Semua Harta dari para lelaki Nyai Kartareja berikan pada Srintil. Nyai Kartareja hanya menerima apa yang diberikan Srintil. Istri dukun ronggeng ini juga hanya membantu untuk mengasuh seorang ronggeng, ia rela berkorban demi seorang ronggeng. Tidak ada rasa malu baginya untuk menjual Srintil dan mendapatkan upah yang besar.

7. Penokohan Tokoh Bajus

Tokoh Bajus dalam novel ronggeng Dukuh Paruk merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai seorang priyai yang datang dari kota Jakarta dan bertemu dengan tokoh utama yaitu Srintil. Bajus ini adalah sosok laki-laki baik yang muncul dalam kehidupan Srintil ketika Srintil sudah tidak lagi meronggeng.Dia telah memperlakukan Srintil dengan baik dan tidak pernah berniat untuk melakukan hal-hal yang tidak baik kepada Srintil.Segala sesuatu yang baik telah Bajus lakukan dan berikan kepada Srintil dan terlihat ketulusan yang dilakukan Bajus.Bajus telah menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa terhadap Srintil.Cuplikan di bawah ini perkenalan pertama yang dialami oleh Srintil dan Bajus.

“Ini bukan anakmu, kan?”

“Ya, Pak,” jawab Srintil masih tetap menunduk.

“Aku sudah tahu banyak tentang dirimu.Cobalah angkat mukamu.Kita berbicara seperti biasa.”

(11)

“Begini, Srin. Tadi Pak Lurah berkata seperti itu.Ada benarnya sepanjang tidak diartikan secara berlebihan.Aku memang ingin berkenalan dengan kamu. Jangan khawatir, aku belum punya istri. Bagaimana?”

“Tetapi, Pak..” “Bagaimana?” “Jadi Bapak…”

“Tidak usah sebut aku begitu.Mas!”

“Oh, Pak. Eh, Mas.Jadi Mas sudah tahu siapa aku. Aku takut, Mas. Dan Mas tidak pantas bergaul dengan seseorang bekas tahanan.”

“Sudahlah.Nah, kali ini cukup sekian. Besok atau lusa aku akan datang ke Dukuh Paruk. Boleh, kan?”

“Untuk apa, Mas?”

“Yang jelas bukan untuk menginap atau semacam itu.Percayalaah. Bagaimana” “Boleh, Mas. Tetapi aku takut berbuat salah.”

“Ya, aku mengerti perasaanmu.Untuk ini akulah yang bertanggung jawab.” (Tohari, 2007:326)

8. Dekonstruksi Penokohan Tokoh Bajus

Ketika didekonstruksi seorang Bajus yang terlihat baik ternyata tidak benar-benar baik.Di balik semua kebaikannya ternyata Bajus menyimpan sifat buruk, tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang terutama Srintil yang lebih dekat dengannya.Ternyata Bajus melakukan itu semua ingin mendapatkan proyek baru dari bos besar.Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata dia ingin memberikan wanita kepada bos besarnya itu, dan wanita itu adalah Srintil. Semua kebaikannya ia lakukan agar Srintil mau menjalin hubungan dengan bosnya itu. Untuk itu Bajus rela membuang-buang uangnya demi Srintil agar kelak Srintil bisa memenuhi permintaanya untuk menjalin hubungan dengan bosnya.

Pembahasan

4.2.1 Dekonstruksi Penokohan Tokoh Utama Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penokohan tokoh utama (Srintil) mempunyai sifat dan karakter yang tidak baik karena Srintil berprofesi sebagai seorang ronggeng yang harus menari, bertayub, bahkan melayani para lelaki layaknya suami istri. Melihat apa dijalani oleh seorang Srintil merupakan suatu hal yang buruk dilakukannya. Akan tetapi, ketika didekonstruksi yang dilakukan

(12)

Srintil benar-benar suatu tanggung jawab yang orang lain sulit untuk melakukannya. Srintil rela menjadikan dirinya sebagai seorang ronggeng.Srintil melakukan itu semua demi keluarga dan Dukuh Paruk tercintanya.Dukuh Paruk terkenal dengan peronggengan dari zaman dahulu Ronggeng adalah tradisi mereka dan bukan suatu perbuatan dosa bagi mereka.Dukuh Paruk tanpa ronggeng adalah Dukuh Paruk yang hambar untuk itu Srintil berani mengambil keputusan untuk menjadi seorang ronggeng. Dengan meronggeng juga ia bisa menghidupi keluarganya yang miskin dan melarat itu bahkan dukun ronggeng yang mengasuhnya juga di bantunya demi kelangsungan hidup.

4.2.2 Dekonstruksi Penokohan Tokoh Tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh paruk karya Ahmad Tohari

Hasil penelitian penokohan tokoh tambahan dalam novel Ronggeng Dukuh paruk karya ahmad Tohari terdiri atas beberapa tokoh tang berperan, akan tetapi penulis hanya membatasi empat tokoh tambahan yaitu kartareja, Sakarya, Nyai kartareja dan Bajus. Sakarya adalah kakek dari Srintil yang menjadikan cucunya sebagai seorang ronggeng ketika Sakarya melihat bahwa Srintil sangat lincah dalam hal menari, Kartareja dan Nyai kartareja adalah suami istri yang mengasuh seorang ronggeng dan membawa keberadaan seorang ronggeng yang sebenarnya. Kedua suami istri ini yang mengatur segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang ronggeng mulai dari pentas untuk menari, bertayub dan tawaran-tawaran dari lelaki manapun yang ingin tidur bersama seorang ronggeng, semuanya dilakukan oleh mereka berdua bahkan kelicikan-kelicikan yang dibuat oleh mereka berdua.Akan tetapi ketika didekonstruksi Sakarya, Kartareja maupun Nyai Kartareja adalah sosok tetua yang bertanggung jawab atas Dukuh Paruk yang terpencil itu dan telah meneruskan tradisi yang harus dilakukan oleh warga Dukuh Paruk.Dan Bajus adalah priyai yang telah banyak membantu Srintil dengan menunjukkan kebaikan-kebaikan kepada Srintil tetapi ketika didekonstruksi malah sebaliknya.Bajus tidak sebaik yang dipikirkan, dibalik itu semua Bajus menyimpan kejahatan dengan menjual Srintil kepada Bosnya demi mendapatkan uang dari proyek yang diminta Bajus.

(13)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagi berikut.

1. Melalui penokohan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh paruk karya Ahmad Tohari penulis bisa mendekosntruksi tokoh utamanya sesuai dengan cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Ketika melihat penokohan tokoh utama (Srintil) pasti akan berpikiran bahwa Srintil ini memiliki karakter yang tidak baik dengan profesinya sebagai seorang ronggeng, tetapi ketika didekonstruksi tokoh utama tidak seburuk yang dipikirkan, dia rela menjadikan dirinya seorang ronggeng demi Dukuh Paruk.

2. Melalui penokohan tokoh tambahan penulis juga bisa mendekosntruksi tokoh-tokoh tambahan yang terkandung dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad tohari. Ketika melihat peran dari tokoh-tokoh tambahan ada yang berkarakter baik dan ada yang berkarakter buruk, tetapi ketika didekonstruksi ternyata yang dianggap baik malah sebaliknya memiliki sifat buruk, begitu pula dengan yang berkarakter buruk malah sebaliknya memiliki sifat baik. Bajus yang dianggap baik malah sebaliknya dan Sakarya, Kartareja serta Nyai Kartareja yang yang dianggap buruk malah memiliki kebaikan yang begitu bertanggung jawab. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Pengkajian terhadap novel dapat ditingkatkan, khususnya novel-novel yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan, budaya dan moral.

2. Novel Ronggeng Dukuh Paruk sangat baik dibaca dan dipahami karena isi novelnya menyajikan cerita tentang seorang ronggeng dan sangat baik juga ketika isi ceritanya didekonstruksi.

3. Membaca novel ini kita akan melihat betapa tidak baiknya kalau tradisi kita sama dengan Dukuh Paruk, trdadisi yang begitu tidak bermoral dan tidak pantas untuk dicontohi.

(14)

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin,

2010, Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Derrida, Jacques,

2006, Membongkar Teori Dekonstruksi. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. Hidaya, Rahmat,

2011, http:// tokoh-dan-penokohan-dalam-kajian-prosa.html. (online), diakses 15 Juni 2013.

Nurgiantoro, Burhan,

2002, Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha,

2009, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Satra.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur,

2011, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandung : Angkasa. Tohari, Ahmad,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran empiris mengenai Quality of work life pada entrepreneur.. Subjek berjumlah dua orang merupakan entrepreneur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan, persepsi kegunaan, dan kepercayaan terhadap nilai kesenangan dan minat beli ulang pada pelanggan

Be to, pasiūlytas elektroninės parduotuvės, kaip verslo komunikacijos instrumento, pritai- kymo tikslinei kultūrai metodas, grindžiamas kultūros dimensijomis ir interneto

Disampaikan kepada masyarakat luas bahwa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan Barang/Jasa telah melakukan proses Pengadaan Langsung pekerjaan

Memahami pembentukan pemikiran Tan Malaka yang kemudian berujung pada Materialisme Dialektika Logika (Madilog) sama sekali tidak dimaksudkan membentuk pencitraan seorang tokoh

Menampilkan list data nilai tes yang diadakan saat ujian masuk calon maba universitas udayana, Sedangkan untuk menambahkan nama tes baru, kita bisa menambahkan dengan

Tahun Cetak / Pem- belian Harga (ribuan Rp) Ukuran Jumlah Asal usul Asal Daerah Barang Bercorak Kesenian /

[r]