• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled Document Jurnal Darma Agung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Untitled Document Jurnal Darma Agung"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Darma Agung

Volume XIV Edidi Khusus/ Oktober/2009.

Halaman 62-69

PENGARUH PEMBERIAN ABU JANJANG SAWIT DAN PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN DAN UKURAN BIJI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) Var. Willis

PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR.

The Effects of Oil Palm Bunc and Manure to Some Soil Chemical Properties, Growth and Seeds Weight of Soybeans (Glycine max L) Var. Wilis on Simalingkar Ultisol

By Parlindungan Lumbanraja

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234,Indonesia.

E-mail: Parlindungan_Lumbanraja@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan pada tanah Ultisol Simalingkar, di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen, Medan. Penelitian berlangsung dari bulan September 2003 sampai dengan bulan Maret 2004.

Dalam penelitian ini diduga: 1. Ada pengaruh abu janjang sawit maupun pupuk kandang terhadap beberapa sifat kimia tanah ultisol pertumbuhan tanaman dan hasil biji kedelai. 2. Diduga ada pengaruh interaksi abu janjang sawit dengan pupuk kandang terhadap beberapa sifat kimia tanah ultisol pertumbuhan tanaman dan hasil biji kedelai.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian abu janjang sawit yang terdiri dari empat taraf yaitu: A0 : tanpa pemberian abu janjang sawit, A1 : pemberian abu janjang setara dengan 1,5 ton/ha, A2 : pemberian setara dengan 3 ton/ha dan A3: pemberian setara dengan 4,5 ton/ha . Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang (K) yang terdiri dari empat taraf yaitu: K0 : Dosis 0 kg/ha K1 : pemberian setara dengan 6 ton/ha dan K2 : Setara dengan 12 ton/ha; K3 setara dengan 18 ton/ha. Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini ialah 4 x 4 sehingga ada 16 kombinasi perlakuan. Penentuan letak masing-masing kombinasi dalam barisan ulangan dilakukan dengan acak dan diperoleh dari hasil pengacakan. Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut: Yijk= µ + σi + αj + βk + (α β)jk+ Σijk.

(2)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1. Pemberian abu janjang kelapa sawit berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia tanah, terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman 6 dan 8 m.s.t. tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap KTK tanah dan tinggi tanaman pada saat 4 m.s.t. 2. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia, tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman pada pengukuran 6 dan 8 m.s.t dan tidak berpengaruh nyata terhadap KTK dan tinggi tanaman 4 m.s.t. 3. Kombinasi abu janjang sawit dengan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Abstract

Research took place in University of HKBP Nommensen, Faculty of Agriculture Research Area in Simalingkar, Medan, Indonesia that conducted since September, 2003 till March, 2004. Hypothesized that the oil palm bunch as well as manure as a singgle factor and their combination could effects the soybeans growth (Glycine max L). Application of the oil palm bunch (A) with four rate is the first factors and manure (K) with four rate as the second factors. Every combinations of the treatment replicated by tree times. Research designed with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test. For observation had made by measures potassium (K) content and cation exchangte capacity (CEC), the high of crops 4, 6, and 8 weeks since had been being planted, weight of 100 seeds of soybeans.

The concluding of the research can be explain that:

1. Application of the oil palm bunch effected highly significant to soil available potassium, weight of 100 seeds, high of crops for weeks 6th and 8th, but only effected significantly to soil cation excghange capacity, high of soybeans crops at 4 weeks had been being planted

2. Application of manure only effected highly significant to soil available potassium and effected significantly weight of 100 seeds, high of crops for week 6th and 8th after planted, but not significantly effected soil cation excghange capacity and crops high at 4th week after planted.

3. The combination of treatment that applicated did not significantly effected all parameters had been ovserved.

Kata kunci: oil palm buch, manure, available, potassium, cation exchange capacity.

PENDAHULUAN Latarbelakang

(3)

agar kebutuhan dalam negeri akan kedelai dapat dipenuhi melalui peningkatan kwalitas biji, dengan demikian import kedelai yang mencapai jutaan ton pertahun dapat di kurangi bahkan ditiadakan. Untuk tujuan pencapaian ini tentunya perlu beberapa strategi, satu diantaranya adalah dengan pengoptimalan penggunaan lahan yang kita miliki, yang masih cukup luas tersedia untuk dikembangkan.

Tanah Ultisol merupakan jenis tanah yang cukup luas tersebar di Indonesia terutama dipulau-pulau besar seperti Sumatera dan beberapa dipulau-pulau besar lainnya. Namun perlu penanganan yang sangat teliti dalam pengembangan pertanian di tanah ini, selain tanahnya yang kurang subur secara kimia, tanah ini juga sangat peka terhadap erosi. Namun dari beberapa penelitian terdahulu bahwa tanah ini memberi respon yang positif terhadap perlakuan bahan organik (Lumbanraja, 2000, Munir, 1996, dan Hardjowigeno, 1993).

Untuk mendukung pemanfaatan tanah ini tentunya selain ketersediaan lahan pertanaman itu sendiri hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah pemakaian berbagai teknologi penunjang yang relatif terjangkau oleh petani secara luas, untuk hal itu harus ada terobosan penelitian sebagai cara untuk melakukan inovasi dalam usaha ini.

Atas dasar kebutuhan di atas dan adanya informasi bahwa pabrik kelapa sawit Indonesia diperhitungkan dalam mengolah tandan buah segar, untuk setiap 10 juta ton TBS akan menghasilkan janjang sebanyak 2, 3 juta ton yang akan menghasilkan sebanyak 46.000 ton abu janjang sawit (AJS) yang banyak mengandung Kalium dan berbagai unsur hara tanaman lainnya (Naibaho dan Agus,1990). Sedangkan Arokiasamy, 1970 mengutarakan bahwa 20,7 ton TBS/ha akan menghasilkan kira-kira 5,6 ton tandan kosong atau seketar 92,4 kg abu janjang dengan kandungan K sekitar 35,0% K20. Dari hasil ini berarti kurang lebih bahwa dalam setiap 100 kg abu janjang kelapa sawit akan

menghasilkan 37,87 kg K20. Mengingat bahwa kadar ini sudah termasuk tinggi, berarti janjang sawit

(4)

Maka atas dasar kenyataan pemikiran ini peneliti merancang penelitian ini untuk memperoleh seberapa efektifkah abu janjang kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman pertanian dibandingkan dengan pupuk kandang ayam untuk memperbaiki produktivitas tanah Ultisol menddalam upaya peningkatan kwalitas hasil biji kedelai (Glycine max L).

Tujuan paenlitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu janjang sawit (AJS) dan pupuk kandang ayam terhadap beberapa sifat kimia dan hasil biji kedelai Glycine max L pada tanah Ultisol Simalingkar.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga pemberian abu janjang sawit (AJS) maupun pupuk kandang ayam ke dalam tanah berpengaruh terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil biji kedelai (Glycine max L) pada tanah Ultisol.

2. Diduga bahwa interaksi perlakuan abu janjang sawit (AJS) dengan pupuk kandang ayam akan berpengaruh terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil biji kedelai (Glycine max L) pada tanah Ultisol.

Tujuan Penelitian

1. Melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan

2. Sebagai sumber informasi tentang pengaruh pemakaian abu janjang kelapa sawit dan aspek lainnya bagi mereka yang memerlukannya.

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

HKBP Nommensen-Medan yang berada di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini

lebih kurang 33 m dpl. Penelitian berlangsung dari bulan September 2003 sampai

(5)

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lapisan top soil Ultisol

Simalingkar, benih kedelai varietas Wilis, pupuk kandang sapi, fungisida, insektisida,

dll.

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah yang dalam hal

ini berupa cangkul, parang, babat, tugal, timbangan papan nama, meteran, gembor ,

corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ring sampler dan alat-alat

laboratorium lainnya serta alat tulis.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan

dua faktor dan tiga ulangan.

Faktor pertama adalah abu janjang sawit (A) yang terdiri dari empat taraf yaitu:

A0: Dosis setara dengan 0 ton/ha

A1: Dosis setara dengan 1,5 ton/ha

A2: Dosis setara dengan 3 ton/ha

A3: Dosis setara dengan 4,5 ton/ha

Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang (K) yang terdiri dari empat taraf yaitu:

K0 : Dosis 0 ton/Ha

K1 : Dosis setara dengan 6 ton/Ha

(6)

K3 : Dosis setara dengan 18 ton/Ha

Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 4 x 4 sehingga ada 16

kombinasi perlakuan yaitu:

A0K0; A0K1; A0K2; A0K3; A1K0; A1K1; A1K2; A1K3; A2K0; A2K1; A2K2;

A2K3; A3K0; A3K1; A3K2; A3K3;

Setiap kombinasi perlakuan di ulang tiga kali, dan penentuan letak

masing-masing kombinasi dalam barisan ulangan dilakukan dengan acak yang diperoleh dari

hasil pengacakan.

Metode Analisis

Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan

Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji

Jarak Berganda Duncan.

Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut:

Yijk= µ + σi + αj + βk + (α β)jk+ Σijk

Yijk: data pengamatan pada ulangan ke-i yang mendapat pemberian abu janjang pada taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang pada taraf ke-k

µ: rata-rata perlakuan

σi: pengaruh ulangan ke-i

αj: pengaruh pemberian abu janjang (faktor A) taraf ke-j

βk: pengaruh pemberian pupuk kandang (faktor K) taraf ke –k

(7)

Σijk: pengaruh galat pada ulangan kelompok ke-i pemberian abu janjang taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang taraf ke-k, (Malau, 2002)

Pelaksanaan Penelitian

Pengisian Media Tanam

Tanah bahan penelitian diambil dari kedalaman 0 – 20 cm,jenis tanah Ultisol, pH tanah

5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman lalu dikeringudarakan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari

selanjutnya diayak dengan saringan 2 mm. Ditimbang 10 kg tanah berat kering udara

(BTKU). Dari hasil analisis laboratorium kadar air tanah tersebut pada saat keadaan kering

udara adalah 27,79% g/g maka dengan demikian bahawa tanah tersebut setara dengan 7,825

kg berat tanah kering oven (BTKO) . Tanah yang sudah ditimbang tersebut dicampur dengan

perlakuan sesuai taraf lalu dimasukkan kedalam media tanam, diinkubasi selama 2 minggu.

Penanaman

Setelah persiapan media tanam dengan kombinasi perlakuannya dan masa inkubasi

sudah selasa, selanjutnya dilakukan penanaman. Setiap media tanam diberi 3 biji benih

kedelai kemudian ditutup dengan tanah. Bersamaan dengan penanaman dilakukan pemberian

pupuk dasar berupa Urea setara 98 kg/ha; TSP setara 146 kg/ha.

Pemeliharaan Tanaman

Adapun permerliharaan tanaman yang dilakukan adalah antara lain: penyiraman,

penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan

kebutuhannya.

Pengamatan Parameter

Pengambilan parameter pengamatan dilakukan kurang lebih 90 hari setelah tanam, saat

polong sudah mulai kelihatan tua (kering).

Parameter Yang Diamati

(8)

1. Kapasitas Tukar Kation (me/100 g tanah) Metoda (NH4Oac 1N)

2. Kalium tersedia tanah (me/100 g tanah) Metoda (NH4Oac 1N)

Parameter Tanaman

Bagian tanaman yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman pada umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (m.s.t)

2. Berat 100 biji kering kedelai yang diperoleh dari hasil panen pada saat polong tanaman

mulai kering, kurang lebih 90 hari setelah tanam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Pengaruh Perlakuan Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap K-tersedia, KTK, Tinggi Tanaman, dan Hasil Biji Kedelai

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit

berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia tanah, berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman 6

dan 8 m.s.t. tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap KTK tanah dan tinggi tanaman pada

saat 4 m.s.t.

Tabel. 1. Pengaruh Perlakuan Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap Parameter Yang Diamati

Parameter Perlakuan Abu Janjang Sawit

Setara dengan 0 (ton/ha)

Setara dengan 1,5 (ton/ha)

Setara dengan 3 (ton/ha)

Setara dengan 4,5 (ton/ha)

K-tersedia (me/100g) 0,45aA 0,85bB 1,3cC 1,91dD

KTK (me/100g) 22,23a 27,05a 27,37a 28,23b

Tinggi tanamaman (cm)

4 m.s.t 27,73a 28,64b 28,77b 28,78b

6 m.s.t 51,68aA 53,58bAB 54,29bB 54,90bB 8 m.s.t 63,94aA 66,45bAB 67,47bB 68,41bB Berat 100 biji (g) 11,83aA 12,27abAB 12,45bAB 12,61bB

(9)

Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam Terhadap K-tersedia, KTK, Tinggi Tanaman, dan Hasil Biji Kedelai

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam

berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia, dan hanya berpengaruh nyata terhadap berat

100 biji kedelai, tinggi tanaman pada pengukuran 6 dan 8 m.s.t tetapi tidak berpengaruh

nyata terhadap KTK dan tinggi tanaman 4 m.s.t.

Tabel. 2. Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Parameter Yang Diamati

Parameter Perlakuan Pupuk Kandang

Setara dengan 0 (ton/ha)

Setara dengan 6 (ton/ha)

Setara dengan 12 (ton/ha)

Setara dengan 18 (ton/ha) K-tersedia (me/100g) 0,97aA 1,03aA 1,24bB 1,27bB

KTK (me/100g) 27,84a 27,35a 27,56a 27,14a

Tinggi tanamaman (cm)

4 m.s.t 28,00a 28,82a 28,33a 28,78a

6 m.s.t 51,91a 54,07b 54,03b 54,44b

8 m.s.t 64,15a 67,11b 67,31b 67,70b

Berat 100 biji (g) 11,87a 12,39b 12,41b 12,48b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda, berbeda nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α 0,05 (huruf kecil) dan taraf α 0,01 (huruf besar)

Pengaruh Interaksi Perlakuan Abu Janjang Kelapa Sawit dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Parameter Yang Diamati

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi abu janjang sawit dengan

pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Tabel. 3. Kombinasi abu janjang sawit dengan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Perlakuan Abu Janjang Perlakuan Pupuk kandang

Setara dengan 0 (ton/ha) Setara dengan 6(ton/ha) Setara dengan 12 (ton/ha) Setara dengan 18 (ton/ha) K-tersedia (me/100g) Setara dengan 0 (ton /ha)

0,29a 0,77 1,08 1,75

Setara dengan 1,5 (ton/ha)

0,32 0,76 1,20 1,84

Setara dengan 3 (ton/ha)

0,60 0,93 1,40 2,03

(10)

PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap K-tersedia, KTK, Tinggi Tanaman, dan Hasil Biji Kedelai

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit

berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia tanah, terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi

tanaman 6 dan 8 m.s.t. tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap KTK tanah dan tinggi

tanaman pada saat 4 m.s.t.

Pada Tabel. 1 di atas, terlihat bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit untuk setiap

taraf aplikasinya, yaitu setara dengan 1,5; 3; dan 4,5 ton/ha berpengaruh sangat nyata

terhadap K tersedia tanah. Terhadap berat 100 biji kedelai yang berpengaruh sangat nyata

hanyalah pada taraf pemberian 4,5 ton/ha saja. Untuk tinggi tanaman 6 dan 8 m.s.t aplikasi

setara dengan 3 ton/ha sudah berpengaruh sangat nyata sebagaimana juga aplikasi bahan

4,5 (ton/ha)

KTK (me/100g) Setara dengan

0 (ton /ha)

27,60 27,00 27,60 29,15

Setara dengan 1,5 (ton/ha)

26,41 26,94 27,18 28,85

Setara dengan 3 (ton/ha)

28,14 27,15 27,66 27,30

Setara dengan 4,5 (ton/ha)

26,79 27,09 27,03 27,62

Tinggi Tanaman 8 m.s.t Setara dengan

0 (ton /ha)

62,02 63,70 66,07 64,81

Setara dengan 1,5 (ton/ha)

61,17 68,05 67,22 72,01

Setara dengan 3 (ton/ha)

64,99 65,70 68,75 69,78

Setara dengan 4,5 (ton/ha)

67,58 68,36 67,84 67,02

Berat 100 biji Kedelai (g) Setara dengan

0 (ton /ha)

11,55 11,77 12,20 11,98

Setara dengan 1,5 (ton/ha)

11,32 12,57 12,40 13,25

Setara dengan 3 (ton/ha)

11,99 12,11 12,66 12,86

Setara dengan 4,5 (ton/ha)

(11)

setara 4,5 ton/ha tetapi keduanya tidak berbeda nyata antar kedua taraf perlakuan tersebut,

sedangkan pada pengukuran tinggi tanaman pada saat 4 m.s.t perlakuan ini berpengaruh

nyata pada masing-masing taraf aplikasi bahan. Untuk KTK tanah terlihat bahwa hanya

aplikasi bahan abu janjang sawit setara 4,5 ton/ha-lah yang berpengaruh nyata.

Pemberian abu janjang sawit untuk setiap taraf aplikasinya, yaitu setara dengan 1,5; 3;

dan 4,5 (ton/ha) berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia tanah. Pada perlakuan dengan

taraf pemberian abu janjang seperti yang diutarakan diatas diperoleh bahwa kadar K tersedia

dalam tanah adalah sebesar 0,85 me/100 g, 1,3 me/100 g, dan 1,91 me/100 g berturut-turut.

Dari hasil penelitian di atas berarti diperoleh bahwa abu janjang kelapa sawit dengan kadar

kandungan K20 sebesar 38,96 - 42,82 % (rata-rata 40,89% K20) pada taraf aplikasi yang di

uji menaikkan kadar kalium tersedia dalam tanah pada masing-masing taraf perlakuan

sebesar 0,4me/100g K (setara dengan kenaikan 88,88%); 0,85me/100g K (setara dengan

kenaikan 188%); dan 1,46me/100g K (setara dengan kenaikan 324%) masing-masing dari

nilai kalium tersedia pada tanah kontrol dengan nilai K tersedia tanah sebesar 0,45me/100g.

Padahal dari perhitungan teori atas dasar kadar K pada abu janjang sawit yang diaplikasikan

terdapat penambahan K kedalam tanah sebesar setara dengan 0,651; 1,306; dan 1,955

me./100g bertutur-turut untuk pemberian abu janjang sawit stara dengan 1,5; 3,0; dan 4,5

(ton/ha) bahan. Jika dilihat dari perhitungan atas dasar penambahan tersebut berarti hanya

aplikasi bahan setara dengan 1,5 ton/ha-lah yang menjadi dosis aplikasi terpilih, sedangkan

pemberian K setara dengan 3 ton/ha abu janjang sawit meskipun menaikkan kadar K tersedia

tanah tetapi telah terjadi ketidak optimalan karena ada K yang diberikan dengan yang diukur

ada penurunan sebear sebesar 0,006 me./100g sedangkan pada aplikasi bahan abu janjang

setara dengan 4,5 ton/ha terjadi penurunan K sebesar 0,055me./100g masing-mansing dari K

prakiraan yang diberikan ke dalam tanah dengan penambahan bahan tersebut. Meskipun

demikian kenaikan kadar K tersedia akibat perlakuan ini tergolong sangat tinggi sekali,

karena kadar K tanah > 1 me/100g saja sudah tergolong dalam klasifikasi tertinggi yaitu pada

tingkat klasifikasi sangat tinggi (CfSAR, 1994).

Terhadap KTK terlihat bahwa pengaruh nyata hanya terjadi pada taraf aplikasi abu

janjang sawit sebesar setara dengan 4,5 ton/ha yeaitu dengan peningkatan sebesar 6 me/100g

(setara dengan peningkatan sebesar 26,99%) dari tanah tanpa perlakuan abu janjang sawit

(12)

Pengaruh perbaikan dari kedua sifat kimia tanah tersebut di atas memberikan pengaruh

baik terhadap pertumbuhan tanaman. Terlihat dari hasil pengukuran tinggi tanaman bahwa

pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (m.s.t) perlakuan pemberian abu janjang

sawit pada setiap taraf perlakuan sudah berpengaruh nyata. Sedangkan pada pengukuran

tinggi tanaman 6 dan 8 m.s.t hanya aplikasi abu janjang sawit setara dengan 3 ton/ha dan

aplikasi bahan setara 4,5 ton/ha berpengaruh sangat nyata, tetapi perlu ditegaskan bahwa

keduanya tidak berbeda nyata antar taraf perlakuan tersebut. Tentunya perbikan peningkatan

pertumbuhan tanaman tersebut pada masing-masing pengukuran yang dilakukan adalah

sebagai pengaruh dari ketersediaan K yang meningkat di dalam tanah untuk memenuhi

kebutuhan tanaman tersebut sebagaimana diutarakan para pakar peneliti sebelumnya bahwa

ada banyak hal yang mempengaruhi ketersediaan K dalam tanah bagi tanaman. Kalium dalam

tanaman berfungsi sebagai katalisator dalam berbagai proses, mulai dari pembentukan protein dari

asam amino sampai kepada pembentukan dan pembongkaran karbohidrat. Jika Kalium defisit akan

terjadi penghambatan pada proses fotosintesa dan bertambah giatnya pernafasan. Sebagai gejala

awalnya adalah daun menjadi kuning, ada noda-noda jaringan mati di tengah-tengah lembar daun

atau disepanjang tepi daun, pertumbuhan terhambat, batang tanaman kurang kuat sehingga mudah

patah oleh angin (Dwijoseputro, 1983) hal yang sama juga diutarakan oleh Gardner, et al., (1991).

Kalium ditemukan dalam cairan sel tanaman, ia tidak terikat secara kuat dan tidak merupakan bagian

dari senyawa organik tanaman, Kalium sangat mudah diserap oleh tanaman dan bersifat mobil di

dalam tanaman. Kalium yang cukup dalam tanaman dapat menghalangi efek rebah (Indranada, 1994,

dan Buckman, 1982).Tekstur tanah adalah suatu sifat fisik tanah yang berperan dalam ketersediaan

hara tanaman, terutama hubungannya dalam hal faktor yang berpengaruh terhadap daya pegang dan

ketersediaan air tanah, karena ketersediaan Kalium dalam tanah ada hubungannya dengan kapasitas

pegang air tanah (Greenland, 1985). Hal senada juga diutarakan oleh (Sekhon and Subba Rao, 1985)

bahwa ketersediaan Kalium bagi tanaman juga dipengaruhi oleh suhu tanah dan kelembabannya.

Greenland and Hayes (1981) menegaskan setidaknya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan

dalam upaya mengelola ketersediaan Kalium dalam tanah antara lain: kadar air tanah, turtuositas dari

jalur diffusi (belokan yang semerawut dalam tanah/ketidakteraturan jalur yang dilalui kation dalam

bergerak di dalam tanah), dan konsentrasi dari ion yang akan berdiffusi tersebut dalam larutan tanah.

Jadi dalam hal ini pengaruh dari kadar atau konsentrasi K di dalam tanahlah yang menjadi hal

dominan dari data hasil penelitian tersebut di atas.

Terhadap berat 100 biji kedelai perlakuan abu janjang sawit yang berpengaruh sangat

(13)

kedelai naik beratnya 0,78 g/100 biji kedelai dibandingkan dengan biji kedelai pada

perlakuan tanpa abu janjang sawit. Sebagaimana dari kutipan di atas yang diutarakan

Dwijoseputro, (1983) tentunya bahwa pada hasil pertambahan biji ini juga adalah sebagai

pengaruh pertambahan konsentrasi K tersedia dalam tanah yang dapat diserap tanaman

sehingga terjadi penggiatan dalam pembentukan karbohidrat dalam biji kedelai tersebut,

walaupun peningkatan tersebut hanya 6,59%. Namun demikian peningkatan berat 100 biji

kedelai tersebut belum sanggup meningkatkan kelas klasifikasi biji tersebut ke tingkat yang

lebih baik, masih tetap pada kelas ukuran besar butir sedang baik atas dasar klasifikasi butir

biji kedelai menurut atas Rusdi, (1986) dalam Lumbanraja, (1997) maupun menurut

klasifikasi Hidayat, (1985) dalam Lumbanraja, (1989).

Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam Terhadap K-tersedia, KTK, Tinggi

Tanaman, dan Hasil Biji Kedelai

Dari hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel. 2 di sebelumnya, dapat dilihat

bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia, dan

hanya berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman pada pengukuran 6

dan 8 m.s.t dan tidak berpengaruh nyata terhadap KTK dan tinggi tanaman 4 m.s.t.

Pengaruh pupuk kandang ayam tersebut berbeda sangat nyata terhadap K tersedia

dalam tanah hanya pada taraf aplikasi bahan setara dengan 12 dan 18 (ton/ha). Terhadap

bobot 100 biji aplikasi pupuk kandang untuk setiap dosis tersebut berpengaruh nyata terhadap

parameter ini. Tinggi tanaman hanya berbeda nyata pada pengukuran 6 dan 8 minggu saja

sedangkan untuk pengukuran pada 4 m.s.t tidak berbeda nyata. Untuk KTK tanah perlakuan

ini juga tidaklah memberikan pengaruh yang nyata pada seluruh taraf aplikasi.

Seperti diutatakan sebelumnya bahwa untuk K tersedia dalam tanah hanya aplikasi

pupuk kandang setara dengan 12 dan 18 (ton/ha) yang memberikan pengaruh sangat nyata.

Secara teori telah diutarakan sebelumnya bahwa bahan ini mengandung K sebesar 0,4 % K20

(Hakim, dkk., 1986). Yang berarti jika diuraikan lebih rinci bahwa pemberian pupuk kandang

setara dengan 12 ton/ha sama dengan meberikan pupuk kalium dengan kandungan K20

sebesar 48 kg/ha atau sama dengan pemberian K setara dengan 39,792 kg/ha atau setara

dengan penambahan K sebesar 0,051 me./100g. Sedangkan untuk pemberian aplikasi 18

(14)

sebanyak 72 kg/ha, atau setara dengan penambahan K sebesar 59,688 kg/ha, dan nilai ini

setara dengan 0,0765 me./100 gr. Jadi nilai K tersedia tanah tersebut pada aplikasi pupuk

kandang setara 12 dan 18 (kg/ha) kedalam tanah dan menghasilkan K tersedia dalam tanah

sebesar 1,24 dan 1,27 (me./100gr) dengan K tersedia tanah tanpa perlakuan 0,97 me./100g

berarti ada kenaikan K tersedia tanah sebesar 0,27 dan 0,3 me./100 g berturut-turut untuk

aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf setara dengan12 dan 18 ton/ha adalah merupakan

sesuatu hasil yang melampaui prakiraan. Berarti terjadi adanya multiflier effect sebesar

5,294 kali dan 3,921 kali masing-masing aplikasi pupuk kandang pada taraf 12 dan 18 ton/ha

berturut-turut.

Tinggi tanaman hanya berbeda nyata pada pengukuran 6 dan 8 minggu saja sedangkan

untuk pengukuran pada 4 m.s.t tidak berbeda nyata. Pengaruh ini tentunya dapat dipahami

atas adanya peningkatan kadar K tersedia di dalam tanah. Terhadap bobot 100 biji aplikasi

pupuk kandang untuk setiap dosis tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter ini. Meski

demikian terlihat bahwa kenaikan tersebut sebagaimana pada perlakuan abu janjang sawit

belum mampu meningkatkan kelas ukuran besar butir kedelai. Jadi tetap bahwa ukuran biji

kedelai yang dihasilkan masih tergolong pada ukuran biji sedang. Sebagaimana dijelaskan

pada penjelasan terdahulu atas fungsi dan keberadaan K bagi tanaman, yaitu sebagai

katalisator dalam berbagai proses, baik dalam pembentukan dan penguraian karbohidrat dan

protein di dalam tanaman itu sendiri.

Untuk KTK tanah bahwa perlakuan ini juga tidaklah memberikan pengaruh yang nyata

pada seluruh taraf aplikasi. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa aplikasi pupuk kandang

ayam pada taraf aplikasi yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas tukar

kationnya. Karena pada dasarnya kelas KTK tanah ini sudah tergolong kepada tingkat KTK

sedang atas dasar klasifikasi CfSAR, (1994).

Pengaruh Interaksi Perlakuan Abu Janjang Kelapa Sawit dan Pupuk Kandang Ayam

(15)

Kombinasi abu janjang sawit dengan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap

seluruh parameter yang diamati. Meski tidak berbeda signifikan secara uji statistik tetapi

terlihat bahwa pengaruh interaksi abu janjang sawit dengan pupuk kandang ayam tetap

memberikan pengaruh positif terhadap seluruh parameter yang diamati. Dalam pengaruh

interaksi ini terlihat bahwa hasil terbaik yang dihasilkan didominasi oleh interaksi abu

janjang sawit setara 4,5 ton/ha dengan pemberian pupuk kandang ayam pada tingkat taraf

yang bervariasi. Seperti pada K tersedia tanah misalnya diperoleh bahwa kombinasi

perlakuan A3K3 adalah yang terbaik yaitu dengan K tersedia tanah sebesar 2,04me./100g,

nilai ini naik sebesar 1,75 me/100 g dan kenaikan ini setara dengan kenaikan 603% dari

A0K0 atau kontrol dengan nilai K tersedia tanah sebesar 0,29 me./100g. Sedangkan untuk

KTK tanah, kombinasi perlakuan A3K0 29,15 naik dari kontrol 1,55 me/100 g (5,61%)

dengan nilai KTK tanah pada kombinasi A0K0 ini sebesar 27,60 me./100g.

Untuk parameter tinggi tanaman dan berat 100 biji kedelai diperolah bahwa kombinasi

perlakuan A3K1 adalah yang terbaik. Tinggi tanaman pada 8 m.s.t A3K1 dengan tinggi

tanaman 72,01 cm (naik 9,9 cm dari kombinasi perlakuan A0K0 atau kontrol dengan tinggi

tanaman 62,02 cm). Sedangkan untuk berat 100 biji A3K1 dengan berat 13,25g (naik 1,7g

atau setara degan 14,7%) dari kombinasi A0K0 atau kontrol dengan berat 100 biji kedelai

11,55g . Pada kombinasi perlakuan di atas klasifikasi biji kedelai ini sudah masuk kedalam

kelas besar butir kedelai ukuran besar menurut klasifikasi Hidayat, (1985) dalam

Lumbanraja, (1989). Namun disayangkan bahwa pengaruh ini belum sampai kepada

perbedaan pada tingkat nyata. Jika kita runut kembali kebelakang bahwa hanya pada

pengaruh perlakuan dengan kombinasilah didapatkan ukuran besar butir kedelai yang masuk

kedalam kelompok biji besar, sebagaimana dijelaskan di atas.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian abu janjang kelapa sawit berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia

tanah, terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman 6 dan 8 m.s.t. tetapi hanya

(16)

2. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap K tersedia,

tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kedelai, tinggi tanaman pada

pengukuran 6 dan 8 m.s.t dan tidak berpengaruh nyata terhadap KTK dan tinggi

tanaman 4 m.s.t.

3. Kombinasi abu janjang sawit dengan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata

terhadap seluruh parameter yang diamati.

SARAN

Dirasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada tanah dan komoditi lain dan dalam taraf dosis yang berbeda pula, sehingga akan diperoleh data yang lebih sempurna tentang pengaruh abu janjang kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Arokiasamy, M.K. 1970. Investigation on the best method of using the oils palm bunch. Research Communication.

Buckman, O.H. and Nyle C.B. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York.

Centre For Soil and Agroclimate Research (CFSAR). 1994. Second Land Resource Evaluation and Planning Project. Part C. Strengthening Soil Resources Mapping. Bogor.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Gardner, F.P, R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.

Greenland, D.J. 1985. Experimental Approach in Defining the Needs for Potassium. In

Potassium in the Agricultural Systems of the Humid Tropics. Proceeding of the 19th Colloquium of the International Potash Institute held in Bangkok/Thailand. International Potash Institute.

Greenland, D.J. and Hayes, M.H.B. 1981. The Chemistry of Soil Processes. A Wiley-Interscience Publication. Johnn Wiley & Sons. Chichester.

Hakim, N., Nyapka, Y., Lubis. A.M., Nugroho, S. G., Saul, R., Diha, N., Hong,.G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.

(17)

Indranada, H.K. 1984. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan.

Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.Majalah Ilmiah VISI Universitas HKBP Nommensen-Medan, Vol. 5. No. 2. Juni, 1997. Hal.22-43

Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung. PROCEEDING KONGRES NASIONAL V Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI). Medan 7 – 10 Desember 1989.

Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan.

Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya.

Naibaho, P dan Agus, 1990. Pembuatan Pelet dari Abu Janjang Bull. BPP. Medan.

Panjaitan, A.,Sugijona, dan H. Sirait. 1993. Pengaruh Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap Perubahan Kalium Tanah Podsolik, Alluvial dan Regosol. BPP. Medan.

Sekhon, G.S, A. Subba Rao. 1985. Potassium Availability in Soils of Southern India. In

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Jika laju suara di udara 340 m/s, berapakah frekuensi yang didengar pendengar dalam mobil. Bagaimana jika mobil menjauhi pabrik dengan laju

(Eublemminae): a Lepidopteran predator of Coccus viridis (Hemiptera: Coccidae) on coffee plants in Bandarlampung, Indonesia. The objectives of this study were 1) to identify

Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan?. Suhu optimal selama

Pola makan yang tidak sehat atau mengonsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan: otak,usus, babat, hati dan paru, aneka

Perumusan masalah untuk mengidentifikasi persoalan terkait persetujuan tindakan kedokteran adalah, bagaimana pemahaman dokter terhadap Persetujuan Tindakan Kedokteran

1.7 Dari Abu Jurayz (jabir) bin Sulaiman ra. Saya bertanya: Siapakah orang itu ? Para sahabat menjawab: itu adalah Rasulullah saw.? Saya mengucapkan: ALAIKASSALAAMU YAA RASU-

Hambatan yang ditemui terletak pada variabel sumberdaya karena kurang dukungan tenaga pearwat dan portir, sarana dan prasarana medis dan nonmedis serta ketersediaan dokumen,

Berdasarkan tujuan penelitian dan pem- bahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dihasilkan beberapa kesimpulan yaitu, Keseluruhan variabel profitabilitas,