• Tidak ada hasil yang ditemukan

index.php option=com docman&task=doc &gid=290&Itemid=111.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "index.php option=com docman&task=doc &gid=290&Itemid=111."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

Gambar

Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015

(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Sumber data: SDKI, 1994, 2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.

Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan

390

334

307

226

102 228

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

1994 1997 2002 2007 2009 2015

(2)

yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.

Grafik

Distribusi Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Sumber: Departemen Kesehatan,

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.

Pendarahan menempati persentasetertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) , anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah

Perdarahan 28%

Eklamsia 24% I nfeksi

11% Abort us

5% P. lama/ macet

5% Emboli obst

3% Kompl masa puerpureum

8%

(3)

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)

yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11 persen).

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.

Grafik

Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan dengan Kualifikasi Terendah

Sumber : SDKI 2007 35%

4% 58%

2%

Dukun Dokter Umum/Kandungan

Perawat /Bidan Lainnya

54% 36%

10%

(4)

Tabel

Distribusi Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Dalam Lima Tahun

Karakteristik Dokter Dokter Perawat/ Dukun

Latar Belakang Umum Ahli Bidan Bayi

Kandungan

Bidan di Desa Umur Ibu Saat

Melahirkan

<20 thn 1,0 5,7 56 33,6

20- 34 thn 1,1 13,3 60,4 22,5

35-49 thn 0,7 13,9 56,5 25,1

Urutan Kelahiran

1 1,1 16,7 61,8 18,7

2-3 1,2 11,5 60,7 24

4-5 0,5 8,1 56,8 29,3

6+ 0,5 6,7 39,0 46,5

Daerah Tempat Tinggal

Perkotaan 1,0 20,8 65,7 0,8

Perdesaan 1,0 6,8 54,9 3,3

Pendidikan Ibu

Tidak Sekolah 0,1 3,1 28,3 10,8

Tidak Tamat SD 0,4 3,5 40,7 4,7

Tamat SD 0,9 5,1 56,3 2,4

Tidak Tamat SMTA 0,9 10 68,4 1,6

Sumber : SDKI 2007

(5)

Gambar

Presentase Kelahiran Yang Dibantu Oleh Tenaga Kesehatan dan Target Nasional Tahun 1990-2010

Sumber data: Departemen Kesehatan, R.I, 2007

Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari tahun trendnya meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaan angka pertolongan persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan relatif tidak banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2004 secara total pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi turun.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada Ibu Hamil

Departemen Kesehatan menganjurkan agar ibu mendapat dua kali imunisasi tetanus toksoid (TT) selama kehamilan pertama. Imunisasi ulang diberikan satu kali pada setiap kehamilan berikutnya untuk memlihara perlindungan penuh. Kebijakan lain imunisasi TT juga diberikan kepada calon pengantin wanita, sehigga setiap kehamilan yang terjadi dalam tiga tahun sejak pernikahan akan dilindungi terhadap penyakit tetanus. (Depkes, 2000).

90

(6)

Tabel

Distribusi persentase Ibu yang mempunyai Anak lahir Hidup menurut jumlah imunisasi Tetanus Toksoid yang di dapat Selama Kehamilan, dan latar belakang Umur Saat Melahirkan. Daerah Tempat Tinggal dan Pendidikan,

Tahun 2007

Tidak Satu Dua Kali /

Pernah Kali Lebih

Umur saat melahirkan

< 20 32,5 19,3 45,6

20-34 24,3 22,4 50,7

35-49 29,4 20,3 47,4

Daerah Tempat Tinggal

Perkotaan 21,4 23,7 52,3

Perdesaan 29,2 20,4 47,8

Pendidikan

Tidak Sekolah 66,5 12,1 18,5

Tidak Tamat SD 43,7 17,5 36,5

Tamat SD 27,5 20,7 49,1

Tidak Tamat SMTA 20,3 22,8 54,4

SMTA + 17,6 24,8 54,8

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Pengadaan Barang II Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Bali akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk

Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai antena standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs), dengan membandingkan daya yang diterima

a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam P eraturan P residen Republik Indonesia Nom or 54 Tahun 2010 beserta perubahan dan aturan

[r]

Penyelesaian Masalah Ergonomi yang Murah tetapi Menyelesaikan Masalah... Masalah Lay Out dan Ventilasi pada Kamar Kontrak di Denpasar

Dokumen Kualifikasi Asli (BUKAN FOTOCOPY) serta sertifikasi keahlian tenaga ahli asli (BUKAN FOTOCOPY) yang disyaratkan di LDK pada Dokumen Kualifikasi. Demikian

Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahan dan aturan turunannya perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa

[r]