• Tidak ada hasil yang ditemukan

index.php option=com docman&task=doc &gid=300&Itemid=112.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "index.php option=com docman&task=doc &gid=300&Itemid=112."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kemiskinan

Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan mungkin tidak selalu berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan (Godfrey 1993), tetapi kecenderungan yang terjadi di beberapa negara terbukti tingkat kemiskinan terkait dengan dinamika ketenagakerjaan. ILO (1999) juga menyatakan bahwa perluasan kesempatan kerja sering dibarengi dengan penurunan kemiskinan khususnya jika upah riil juga meningkat. Keterkaitan antara ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat dilihat pada hal memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja, tentunya dapat diukur apakah pendapatan yang diperoleh tersebut dapat mencukupi kebutuhan minimum yang telah ditentukan.

(2)

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 1976-2007

Sumber: BPS (2008a)

Dalam konteks analisis ekonomi dan ketenagakerjaan, kiranya menarik untuk melihat karakteristik kemiskinan. Analisis yang mungkin dilakukan berdasarkan ketersediaan data adalah karaktersitik kepala rumahtangga miskin. Beberapa karakteristik kepala rumahtangga miskin yang dapat dianalisis berdasarkan ketersediaan data mencakup karakteristik demografi, pendidikan dan ketenagakerjaan. Analisis profil mengenai rumahtangga miskin ini diharapkan juga mampu memberi gambaran dan masukan bagi perencanaan dan evaluasi program penanggulangan kemiskinan.

Karakteristik Demografi Kepala Rumahtangga Miskin

Beberapa karakteristik demografi tentang kepala rumahtangga miskin yang dapat dianalisis sesuai dengan ketersedian data mencakup rata-rata jumlah anggota rumahtangga, wanita sebagai kepala rumahtangga, dan rata-rata usia kepala rumahtangga. Untuk perbandingan, data disajikan dalam bentuk perbandingan antara rumahtangga miskin dan rumahtangga tidak miskin. Dilihat menurut rata-rata jumlah anggota rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga miskin lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga tidak miskin (4,64 orang dibanding 3,79 orang). Hal ini diyakini karena rumahtangga miskin cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi. Kenyataan bahwa rumahtangga miskin umumnya memiliki keterbatasan akses terhadap pendapatan dan kesehatan yang dapat

54,2

1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(3)

mengakibatkan kurangnya pemenuhan gizi anak-anak rumahtangga miskin, jumlah anggota rumahtangga yang besar pada gilirannya dapat menghambat peningkatan sumberdaya manusia di masa depan yang dalam hal ini adalah anak-anak. Jika hal ini terjadi maka mereka akan mewarisi kemiskinan (tetap hidup dalam kemiskinan) di masa mendatang.

Tabel Karakteristik Demografi Kepala Rumahtangga, 2008

Karakteristik Rumahtangga Miskin Tidak Miskin

Rata-rata jumlah anggota rumahtangga

- Perkotaan 4,70 3,86

- Perdesaan 4,61 3,74

- Perkotaan + Perdesaan 4,64 3,79

Persentase wanita sebagai kepala rumahtangga

- Perkotaan 14,18 14,15

- Perdesaan 12,30 13,03

- Perkotaan + Perdesaan 12,91 13,52

Rata-rata usia kepala rumahtangga

- Perkotaan 48,57 45,47

- Perdesaan 47,86 47,33

- Perkotaan + Perdesaan 48,09 46,51

Sumber: BPS (2008)

Berkaitan dengan masalah peranan wanita sebagai kepala rumahtangga, secara umum peranan wanita sebagai kepala rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya biasanya akan mengalami banyak kendala dibanding dengan peran laki-laki sebagai kepala rumahtangga (BPS 2007). Hal ini terkait dengan peran ganda wanita di dalam rumahtangga sebagai pencari nafkah dab sebagai ibu yang melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya. Berdasarkan data Susenas 2007, persentase wanita sebagai kepala rumahtangga miskin mencapai 12,9 persen, sedangkan untuk rumahtangga tidak miskin tercatat 13,5 persen. Selain itu juga terlihat bahwa persentase wanita sebagai kepala rumahtangga cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan di daerah perdesaan.

(4)

Karakteristik Pendidikan Kepala Rumahtangga Miskin

Pendidikan berkaitan erat dengan kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik cenderung memiliki tingkat pendapatan yang lebih baik pula. Karena orang yang berpendidikan tinggi memiliki peluang yang lebih baik untuk mendapatakan pekerjaan dengan tingkat upah yang lebih tinggi dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Dengan demikian orang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik memiliki peluang yang lebih kecil untuk menjadi miskin dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Untuk melihat kecenderungan tersebut, beberapa karakteristik pendidikan seperti rata-rata lamanya sekolah, kemampuan baca tulis, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan kepala rumahtangga miskin menarik untuk dicermati.

(5)

Tabel Karakteristik Pendidikan Kepala Rumahtangga, 2008

Karakteristik Rumahtangga Miskin Tidak Miskin

Persentase kepala rumahtangga yang tidak dapat membaca dan menulis

- Perkotaan 14,30 4,20

- Perdesaan 19,57 11,13

- Perkotaan + Perdesaan 18,01 8,07

Rata-rata lama sekolah kepala rumahtangga (tahun)

- Perkotaan 5,19 9,06

- Perdesaan 4,06 5,78

- Perkotaan + Perdesaan 4,40 7,23

Sumber: BPS (2008)

Tabel Karaktersitik Kepala Rumahtangga menurut Tingkat Pendidikan, 2008

Karakteristik Rumahtangga

(6)

Karakteristik Ketenagakerjaan Kepala Rumahtangga Miskin

Salah satu indikator tingkat kesejahteraan rumahtangga adalah sumber penghasilan utama rumahtangga. Sumber penghasilan utama umumnya terkait erat dengan tingkat penghasilan. Misalnya penghasilan/upah yang bersumber dari pekerjaan di sektor formal cenderung lebih tinggi dibandingkan upah yang bersumber dari pekerjaan di sektor informal. Dengan demikian rumahtangga yang memiliki sumber penghasilan utama berasal dari sektor formal akan cenderung lebih sejahtera (dalam arti memiliki penghasilan yang lebih tinggi) dibandingkan dengan rumahtangga yang sumber penghasilan utamanya berasal dari sektor informal. Dua karakteristik utama ketenagakerjaan yang diharapkan mampu menggambarkan perbedaan antara rumahtangga miskin dan rumahtangga tidak miskin berdasarkan ketersediaan data yang ada adalah lapangan usaha atau sektor dan jumlah jam kerja seminggu.

Tabel Karakteristik Kepala Rumahtangga Menurut Lapangan Pekerjaan, 2008

Karakteristik Rumahtangga

Tidak

Bekerja Pertanian Industri Lainnya Rumahtangga miskin

- Perkotaan 14,71 30,02 10,55 44,72

- Perdesaan 8,67 68,99 5,09 17,26

- Perkotaan + Perdesaan 10,62 56,35 6,86 26,16

Rumahtangga tidak miskin

- Perkotaan 15,36 9,39 12,19 63,07

- Perdesaan 7,91 55,2 5,97 30,92

- Perkotaan + Perdesaan 11,1 35,06 8,7 45,05

Sumber: BPS (2008)

Catatan: Lainnya mencakup pertambangan, listrik, gas dan air minum, konstruksi, perdagangan rumah makan dan akomodasi, transportasi, keuangan dan jasa.

(7)

perdesaan sumber penghasilan utama kepala rumahtangga bergantung pada sektor pertanian (69 persen).

Berbeda dengan rumahtangga miskin, sumber penghasilan utama kepala rumahtangga tidak miskin secara nasional paling banyak bergantung pada sektor jasa yaitu sebesar 45,1 persen, sementara mereka yang bergantung pada sektor pertanian hanya 35,1 persen. Tingginya persentase kepala rumahtangga tidak miskin yang bekerja di sektor jasa utamanya disebabkan sangat tingginya persentase mereka yang bekerja di sektor jasa di perkotaan yang mencapai 63,1 persen. Untuk daerah perdesaan, meskipun tidak ada perbedaan pola dalam lapangan usaha antara rumahtangga miskin dan rumahtangga tidak miskin, persentase kepala rumahtangga tidak miskin yang bekerja di sektor jasa (diduga umumnya sektor perdagangan) jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat dibandingkan rumahtangga miskin.

Tabel Karakteristik Rumahtangga menurut Jumlah Jam Kerja, 2007

Karakteristik Rumahtangga Jam kerja < 35 jam

Rata-rata (jam) Rumahtangga miskin

- Perkotaan 32,19 40,37

- Perdesaan 38,54 35,97

- Perkotaan + Perdesaan 36,06 37,7

Rumahtangga tidak miskin

- Perkotaan 19,6 44,62

- Perdesaan 34,5 38,64

- Perkotaan + Perdesaan 27,06 41,62

Sumber: BPS (2007)

(8)

antara rumahtangga miskin dikarenakan merek harus tetap bekerja atau melakukan pekerjaan apapun baik secara serabutan atau sebagai pekerja bebas agar bisa bertahan hidup. Hal ini lebih lanjut akan dibahas secara terpisah pada sub bahasan selanjutnya.

Dari informasi di atas jelas bahwa profil orang miskin di perdesaan umumnya melekat pada mereka yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani gurem, buruh tani, pencari kayu, maupun nelayan, sementara di perkotaan potret kemiskinan melekat pada mereka yang bekerja di sektor informal perkotaan. Jam kerja rumahtangga miskin secara rata-rata juga lebih rendah dibandingkan rumahtangga tidak miskin. Hal ini juga berlaku baik untuk wilayah perkotaan maupun perdesaan. Perbedaan profil atau karakteristik lapangan usaha kepala rumahtangga miskin antara perkotaan dan perdesaan ini seharusnya dapat dijadikan dasar bagi penentuan target atau sasaran dalam program pengentasan kemiskinan dengan membedakan antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Dengan melihat perbandingan antara persentase kepala rumahtangga miskin dan tidak miskin yang bekerja di sektor jasa di daerah perdesaan dapat ditarik suatu pelajaran bahwa salah satu usaha yang perlu dilakukan dalam usaha memperbaiki tingkat penghasilan adalah mendorong mereka (orang miskin) yang bekerja di pertanian khususnya mereka yang bekerja sebagai buruh tani

serabutan atau musiman beralih pada pekerjaan di sektor non-pertanian (off-farm

Gambar

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 1976-2007
Tabel Karakteristik Demografi Kepala Rumahtangga, 2008
Tabel Karaktersitik Kepala Rumahtangga menurut Tingkat Pendidikan, 2008
Tabel Karakteristik Kepala Rumahtangga Menurut Lapangan Pekerjaan, 2008
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai antena standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs), dengan membandingkan daya yang diterima

a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam P eraturan P residen Republik Indonesia Nom or 54 Tahun 2010 beserta perubahan dan aturan

[r]

Penyelesaian Masalah Ergonomi yang Murah tetapi Menyelesaikan Masalah... Masalah Lay Out dan Ventilasi pada Kamar Kontrak di Denpasar

Dokumen Kualifikasi Asli (BUKAN FOTOCOPY) serta sertifikasi keahlian tenaga ahli asli (BUKAN FOTOCOPY) yang disyaratkan di LDK pada Dokumen Kualifikasi. Demikian

UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA SAMARINDA Jalan Balaikota Telepon (0541)

[r]

Tujuan Jaminan Penawaran : Panitia Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi Nama Pekerjaan dijamin : PENGASPALAN JALAN DSN.PINANG BAMBU