DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
REZA RESTIYAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
REZA RESTIYAN Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih dan Strategi Pengembangannya. Dibawah bimbingan HARDJANTO dan EVA RACHMAWATI.
Trend kunjungan wisatawan saat ini yang cenderung memilih destinasi obyek wisata alam dan petualangan menyebabkan usaha pariwisata alam tersebut berkembang dengan pesat. Sejalan dengan perkembangan usaha wisata alam tersebut maka persaingan usahanya pun semakin meningkat, sehingga kinerja usaha pengelolaan wisata alam ini haruslah lebih ditingkatkan kembali. Pengembangan suatu usaha wisata alam membutuhkan kajian yang mendalam dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rumusan strategi yang tepat agar keberlanjutan dari usaha wisata alam ini tetap dapat berjalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Wana Wisata Kawah Putih yang menggunakan metode analisis deskriptif, kemudian menganalisis tingkat kepuasan pengunjung menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) serta merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha menggunakan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat).
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan menggunakan kuisioner kepada pengunjung dan pengelola yang dipilih secara accidental dan purposive sampling,kemudian melalui observasi lapang serta studi literatur.
REZA RESTIYAN Performance Business Analysis and Development Strategic of Wana Wisata Kawah Putih. Under Supervision of HARDJANTO and EVA RACHMAWATI.
The current trend of tourist destinations which put more emphasis on natural objects and adventures has given rise on nature/adventure tourism. In line with this, is the increase in competition, hence the work performance of nature tourism management must be enhanced. The development of nature tourism needs a further deep study of the internal factors (strengths and weaknesses) as well as external factors (opportunities and threats) of the company. Therefore, there needs to be appropriate strategic formulation to ensure the sustainability of this type of business.
This study attempts to determine the business performance of Wana Wisata Kawah Putih. This study uses descriptive analysis, and to analyze the saticfaction level of visitors, Importance Performance Analysis (IPA) and to formulate the appropriate strategy to develop the business using SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) analysis. Data and information are collected through intervies with questionnaires to visitors and managers using accidental and purposive sampling, as well as through field observation and literature studies.
DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
REZA RESTIYAN E 14104036
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :
ANALISIS KINERJA USAHA WANA WISATA KAWAH PUTIH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi.
Bogor, Januari 2009
Reza Restiyan
Nama : Reza Restiyan
NIM : E 14104036
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS Eva Rachmawati, S. Hut NIP. 130 937 426 NIP. 132 312 032
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 131 578 788
Penulis bernama lengkap Reza Restiyan, dilahirkan di Kota Bogor pada
tanggal 24 Juli 1986 dari ayah bernama H. Subagja dan ibu Hj. Ellis Mukhlisoh.
Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang
telah diselesaikan penulis adalah Sekolah Dasar Negeri Gunung Batu 5 Bogor
pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Sekolah Menengah Atas,
penulis selesaikan di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Penulis masuk
Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program
studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama studi di SMA, penulis aktif dalam kegiatan organisasi antara lain
menjabat Sie. Basket, OSIS SMAN 1 Bogor periode 2001-2002, Kabid 7
Olahraga dan Seni, SMAN 1 Bogor periode 2002-2003. Kegiatan berorganisasi
ini berlanjut selama penulis melaksanakan studi di IPB antara lain Staf Lab.
Poleksos, Forest Management Student Club (FMSC) periode 2005-2006, Staf
Departemen Public Relation International Forestry Student Association (IFSA)
periode 2005-2008. Penulis juga aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kehutanan (BEM-E) periode 2007-2008 sebagai staf Departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penulis pernah menjadi Ketua Panitia
Forester Cup tahun 2007.
Pada semester 6, penulis memilih bergabung dalam bidang minat
Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Penulis melaksanakan
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan di Leuweung Sancang-Kamojang dan
KPH Sumedang, Perum Perhutani. Penulis melakukan kegiatan Praktek Kerja
Lapang di KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III, Jabar dan Banten.
Dalam rangka menyelesaikan studinya, penulis melakukan penelitian dengan
judul Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih dan Strategi
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, atas nikmat yang telah Engkau berikan kepada penulis.
2. Keluarga tercinta, Ayahanda H. Subagja dan Ibunda Hj. Ellis Mukhlisoh atas
doa, kasih sayangnya dan pengorbanannya, kakak-kakak dan adik atas segala
doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini serta selalu memberikan
dorongan dan semangat kepada penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS dan Eva Rachmawati, S. Hut atas segala nasihat,
saran, kritik serta bimbingan yang telah diberikan selama menjadi dosen
pembimbing penulis.
4. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS dan Dr. Ir. Arzyana Sungkar, M.Sc sebagai
dosen penguji skripsi penulis dari perwakilan Dept. Hasil Hutan dan Dept.
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
5. Bapak Tri Lastono, selaku Kepala PPW, Bapak Benni selaku Site Manajer
Wana Wisata Kawah Putih, seluruh staf Wana Wisata Kawah Putih, KBM
WBU Perum Perhutani Unit III, Jabar dan Banten. Terima kasih telah
diijinkan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
6. Bapak Dadang dan keluarga, Bapak Ade dan keluarga, Deni dan Abay di
Ciwidey yang menghibur dan membantu penulis selama melakukan
penelitian.
7. The Special One atas kasih sayang, dukungan, serta atas tempat bertukar
pikiran dan informasinya kepada penulis.
8. Sahabat dekat penulis Defri, Doni, Imad dan Islam, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
9. Teman-teman seperjuangan di MNH 41 (Eko, Alif, Ivan, Edo, Priyo, Hendro,
Catur, Giandi, Yunus, Amri, Pujik, Wati, Venty, Nur, Lita, dan lain-lain yang
tidak dapat disebutkan satu per satu), tetap semangat dan kejar cita-cita kalian.
10. Teman-teman di BDH, KSH dan THH, Fakultas Kehutanan angkatan 41 IPB.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih dan
Strategi Pengembangannya yang dilaksanakan pada Bulan Juli hingga Agustus
2008. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kinerja pengelola Wana Wisata
Kawah Putih melalui penilaian pengunjung dan membuat strategi pengembangan
bagi Wana Wisata Kawah Putih dengan menggunakan analisis SWOT.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang
tua yang telah mendidik dan mengasuh penulis dengan penuh pengorbanan. Tak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS, dan Eva
Rachmawati, S. Hut, sebagai komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan serta
saran yang telah diberikan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
tak lupa penulis sampaikan kepada Kepala dan staf Wana Wisata Kawah Putih
yang membantu penulis dalam penyediaan data.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak pengelola dalam mengelola usaha Wana Wisata Kawah Putih agar
usaha tersebut tetap bertahan di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena ini kritik serta saran sangat penulis
harapkan untuk kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta semua pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2009
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan ... 5
1.4. Manfaat ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Ekowisata, Pariwisata dan Rekreasi Alam ... 7
2.2. Wana Wisata ... 9
2.3. Pengusahaan Wisata Alam ... 11
2.4. Kinerja Perusahaan ... 11
2.5. Tingkat Kepuasan Pelanggan ... 13
2.6. Konsep Strategi ... 14
2.7. Analisis SWOT ... 14
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1. Lokasi dan Waktu ... 18
3.2. Alat dan Sasaran Penelitian ... 18
3.3. Metode Penarikan Contoh ... 18
3.4. Jenis Data dan Informasi ... 19
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 20
3.6. Metode Analisis Data ... 20
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 32
4.1. Sejarah Kawasan ... 32
4.2. Letak dan Luas ... 33
4.6. Aksesibilitas ... 37
V. ANALISIS KINERJA USAHA ... 39
5.1. Faktor Lingkungan Internal Perusahaan ... 39
5.2. Faktor Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 51
VI. TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG ... 58
6.1. Karakteristik Pengunjung ... 58
6.2. Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan ... 63
6.3.Costumer Satisfaction Index ... 75
VII. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ... 77
7.1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan ... 77
7.2. Matriks Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan ... 79
7.3. Analisis Matriks SWOT ... 83
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
8.1. Kesimpulan ... 89
8.2. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
No. Teks Halaman
1. Skala Likert ... 21
2. Kriteria Index Kepuasan ... 26
3. EFAS ... 28
4. IFAS ... 29
5. Penentuan bobot strategis dalam analisis SWOT ... 29
6. Rating faktor strategis dalam analisis SWOT ... 30
7. Sarana-prasarana penunjang Wana Wisata Kawah Putih. ... 36
8. Tenaga kerja yang berada di Wana Wisata Kawah Putih ... 42
9. Data mitra kerja yang ada di Wana Wisata Kawah Putih... 43
10. Jumlah pengunjung WWKP tahun 2000 - 2007 ... 45
11. Pendapatan yang diterima oleh WWKP pada tahun 2006 dan 2007 ... 49
12. Pendapatan Wana Wisata Kawah Putih Pada Tahun 2000 -2007 ... 49
14. Rata-rata kepentingan dan kinerja atribut-atribut yang ada di Wana Wisata Kawah Putih berdasarkan penilaian pengunjung.. 64
15. PerhitunganCostumer Satisfaction Index... 75
16. Matriks IFAS ... 80
17. Matriks EFAS ... 81
No. Teks Halaman
1. Diagram analisis SWOT ... 16
2. Diagram kartesius dalam metode IPA ... 24
3. Diagram matriks SWOT ... 31
4. Pemandangan alam Wana Wisata Kawah Putih ... 34
5. Plang lokasi Wana Wisata Kawah Putih ... 38
6. Aksi pencoretan yang dilakukan oleh pengunjung ... 44
7. Analisis kuadran IPA terhadap atribut yang ditawarkan Wana Wisata Kawah Putih ... 65
8. Fasilitas Musholla di lokasi atas WWKP ... 66
9. Sarana jalan menuju lokasi kawah dari pintu masuk utama ... 67
10. Fasilitas shelter ... 71
11. Kendaraan wisata (ontang-anting) ... 72
12. Kondisi areal parkir kendaraan ... 73
No. Teks Halaman
1. Standar Operasional Prosedur ... 93
2. Struktur organisasi kepengurusan Wana Wisata Kawah Putih .. 97
3. Kuisioner pengunjung ... 98
4. Kuisioner pengelola ... 104
5. Hasil perhitungan bobot analisis SWOT ... 110
6. Hasil perhitungan rating analisis SWOT ... 111
7. Hasil perhitungan tingkat kepentingan ... 113
1.1. Latar Belakang
Masyarakat telah mengetahui bahwa kegiatan wisata diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kepadatan penduduk yang terus meningkat di
kota-kota besar dengan rutinitas sehari-hari, membuat masyarakat selalu mencari
suasana baru yang lebih segar dan alami untuk menghilangkan kejenuhannya.
Pariwisata yang berbasis kepada lingkungan alam telah menjadi bentuk wisata
yang sangat diminati oleh masyarakat. Pariwisata alam menurut Dephut (1994)
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam serta usaha-usaha
yang terkait di bidangnya. Sedangkan wana wisata menurut Perum Perhutani
(1994), adalah objek wisata alam yang lokasinya berada di hutan lindung atau
hutan produksi, yang termasuk di dalam kawasan hutan yang dikelola Perum
Perhutani.
Winarno (2004) menyatakan kebutuhan rekreasi masyarakat kota meningkat
karena adanya kecenderungan efisiensi kerja, rutinitas kerja, kejenuhan pikiran
sehingga pada saat waktu luang terutama pada hari libur, mereka akan melakukan
rekreasi. Pemilihan tempat rekreasi akan cenderung ke alam yang jauh dari polusi
udara dan kebisingan. Trend kunjungan wisatawan saat ini yang cenderung
memilih destinasi obyek wisata alam dan petualangan menyebabkan usaha
pariwisata alam tersebut berkembang dengan pesat. Pada masa mendatang nilai
dari usaha pariwisata alam ini diharapkan dapat menyamakan atau bahkan
melebihi nilai dari hasil hutan berupa kayu sehingga persaingan usaha dibidang
pariwisata alam ini semakin meningkat, oleh karena itu kinerja usaha pengelolaan
pariwisata alam ini haruslah lebih ditingkatkan kembali.
Kinerja menurut Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007),
merupakan hasil kerja yang berhubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Wibowo (2007)
menyatakan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau
prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa
organisasi tergantung daripada kinerja suatu organisasi tersebut dalam
mewujudkannya. Apabila kinerja suatu organisasi tersebut tidak optimal maka
tujuan pun akan tidak tercapai secara maksimal, begitupun sebaliknya.
Perum Perhutani yang mulai melirik dan serius mengelola usaha pariwisata
alam ini senantiasa meningkatkan kinerja perusahaan demi tercapainya tujuan
perusahaan yang diinginkan. Hal ini termuat dalam salah satu misi Perum
Perhutani yaitu mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa
lingkungan serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Hal ini
dibuktikan dengan dibentuknya KBM WBU atau Kesatuan Bisnis Mandiri
Wisata, Benih dan Usaha Lain pada tahun 2006 yang salah satu tugasnya
mengelola tempat wisata di wilayah hutan Perum Perhutani atau yang disebut
wana wisata.
Wana Wisata Kawah Putih merupakan salah satu tempat wisata yang semula
dikelola oleh KPH Bandung Selatan dan kini telah dikelola oleh KBM WBU,
Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. Wana Wisata Kawah Putih
yang mulai dikembangkan pada tahun 1992 ini memiliki potensi wisata yang
tinggi baik dari segi pemandangan alam, flora maupun fauna. Wana wisata yang
memiliki potensi yang tinggi tersebut tentu saja memerlukan suatu pengembangan
secara terus menerus. Hal ini dimaksudkan agar wana wisata tersebut memiliki
daya saing yang tinggi terhadap objek-objek wisata lain dan juga ditujukan agar
usaha pariwisata alam ini terus berlanjut. Sabda (2003) menyatakan bahwa peran
dari objek wisata selain mempunyai keuntungan dalam penggunaan sumberdaya
alam secara berkelanjutan, juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
lokal. Oleh karena itu, apabila keadaan ini terus berlanjut tanpa ada pengelolaan
yang baik terhadap sumber daya yang ada, maka dikhawatirkan akan berdampak
negatif terhadap keberlanjutan objek wisata tersebut.
Sejalan dengan perkembangan usaha pariwisata alam tersebut, maka perlu
dilakukan suatu penelitian dan evaluasi mengenai usaha wisata alam Wana Wisata
Kawah Putih untuk mengetahui seberapa baik kinerja Perum Perhutani dalam
mengelola Wana Wisata Kawah Putih guna meningkatkan penghasilan yang lebih
1.2. Perumusan Masalah
Wana Wisata Kawah Putih perlu menerapkan manajemen pengelolaan yang
tepat untuk menghindari munculnya permasalahan-permasalahan baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Usaha pariwisata alam seperti
yang sudah disebutkan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, sehingga
persaingan usahanya sangat tinggi pula. Perum Perhutani, yang dalam hal ini
merupakan pengelola Wana Wisata Kawah Putih, harus dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama agar usaha wisata
alam tersebut tetap dapat bertahan dan terus berkembang. Diketahui
tempat-tempat wisata yang berada di daerah Ciwidey antara lain : objek wisata Situ
Patenggang, pemandian air hangat Ciwalini, Kebun Strawberry Alam Endah,
Hotel dan Restoran Sindang Reret yang merupakan suatu ancaman yang serius
dalam persaingan usaha wisata alam.
Permasalahan lain yang sedang dialami oleh pariwisata Indonesia adalah
tidak stabilnya tingkat ekonomi masyarakat Indonesia yang menurunkan daya beli
masyarakat. Ketidakstabilan situasi keamanan di negara ini pun dapat
mempengaruhi wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Indonesia. Selain itu,
faktor cuaca yang tidak menentu seperti bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini
dapat membuat resah masyarakat yang ingin menikmati kegiatan berwisata.
Permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, haruslah diperhatikan
dan disikapi dengan serius oleh pihak pengelola Wana Wisata Kawah Putih agar
keberlanjutan dari usaha wisata alam ini mengalami perkembangan di masa
mendatang. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang tepat
agar permasalahan-permasalahan tersebut dapat segera diatasi. Manajemen yang
handal dalam mengelola pariwisata alam ini sangat diperlukan untuk menentukan
keberlangsungan usaha tersebut. Perumusan strategi yang tepat sasaran pun sangat
diperlukan agar peluang yang ada dapat dimaksimalkan oleh kekuatan yang
dimiliki perusahaan, dan juga agar kelemahan perusahaan dapat dibenahi serta
ancaman dapat dihindari.
Pengembangan wana wisata dimaksudkan sebagai salah satu upaya
memanfaatkan keberadaan hutan secara optimal, dengan tetap mempertahankan
yang mendalam dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh perusahaan.
Kegiatan pengembangan usaha wana wisata tentu tidak terlepas dari keadaan
lingkungan preusan, baik lingkungan eksternal maupun internal perusahaan.
Cahyono (1999) mengatakan bahwa lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan
diluar organisasi yang memiliki kekuatan diluar kendali organisasi, sehingga
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi
kinerja organisasi. Sedangkan lingkungan internal mencakup produksi, riset dan
pengembangan (R & D), pemasaran, distribusi, perencanaan, keuangan,
administrasi, sumber daya manusia (SDM).
Salah satu lingkungan eksternal perusahaan adalah peran pemerintah. Peran
pemerintah sebagai fasilitator maupun regulator telah mendukung kemajuan
bidang pariwisata. Wulandari (2007) menyatakan bahwa pariwisata Indonesia
dikenal sebagai komponen pertumbuhan ekonomi yang penting di ASEAN.
Pariwisata secara progresif memperoleh prioritas yang semakin meningkat dari
pemerintah. Potensi pariwisata maupun ekowisata masih dapat dioptimalkan,
mengingat peran sektor ini di bawah dari negara-negara tetangga terdekat di
ASEAN. Hal ini sejalan dengan pernyataan Depbudpar (2006) bahwa potensi dan
peranan pariwisata sebagai salah satu sektor penghasil devisa utama senantiasa
terus ditingkatkan dalam bidang pembangunan wisata. Salah satu dukungan
pemerintah tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan No.
50 Tahun 2006 tentang Pedoman Kegiatan Kerjasama Usaha Perum Perhutani
Dalam Kawasan Hutan. Sehingga Perum Perhutani dapat melakukan kerjasama
yang lebih luas dengan pihak lain.
Lingkungan eksternal perusahaan lainnya adalah pengunjung/pelanggan.
Kesuksesan sebuah usaha dewasa ini tak bisa dilepaskan dari peran para
pelanggan. Penelitian mengenai kinerja manajemen pengelolaan pariwisata alam
melalui analisis kepuasan pengunjung sangat penting dilakukan agar dapat
diketahui sejauh mana kinerja perusahaan dalam mengelola pariwisata alam
tersebut yang dinilai oleh pengunjung karena bagaimana pun juga pengunjung
merupakan salah satu faktor yang cukup penting dari eksternal perusahaan.
bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini
dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana
yang membutuhkan peningkatan.
Penelitian ini pun dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan serta
bagaimana strategi peningkatan usaha tersebut bagi pihak pengelola dengan
melihat faktor-faktor internal perusahaan yaitu kinerja keuangan, produksi,
sumber daya manusia dan pemasaran serta faktor-faktor eksternal perusahaan
yaitu dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, pengunjung/pelanggan, pesaing
dan lain sebagainya. Analisis strategi pengembangan usaha ini menggunakan
metode SWOT sehingga penelitian ini dapat dijadikan oleh pihak pengelola
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang efektif dan
efisien bila ada perubahan usaha pariwisata pada masa yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan
oleh penulis antara lain adalah melakukan kajian mengenai
1. Kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
2. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
3. Strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
1.3. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di
atas, antara lain :
1. Mengetahui kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
2. Menganalisis tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja Wana Wisata
Kawah Putih.
3. Merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja Wana Wisata
Kawah Putih.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini antara lain :
1. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan yang ada
2. Bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan yang tepat
untuk lebih memajukan Wana Wisata Kawah Putih.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kinerja yang dilakukan oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata, Ekowisata Dan Rekreasi a. Pariwisata
Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (1990) menyatakan bahwa
wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata: Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
Dephut (1994) mendefinisikan pariwisata alam sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata alam serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut; Wisata alam adalah kegiatan-kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam taman nasional, taman hutan raya,
dan taman wisata; sedangkan pengusahaan wisata alam didefinisikan sebagai
sesuatu kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata di zona
pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
berdasarkan pengelolaannya.
Hakekat pariwisata dapat dirumuskan sebagai berikut : Seluruh kegiatan
wisatawan di dalam perjalanan dan persinggahan sementara dengan motivasi
beraneka ragam menimbulkan permintaan akan barang dan jasa, dan seluruh
kegiatan yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat di daerah atau
negara tujuan wisatawan, yang di dalam proses secara keseluruhan menimbulkan
pengaruh terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan politik dan hankamnas
untuk dimanfaatkan bagi pembangunan negara dan bangsa (Dinas Pariwisata
Daerah Propinsi DT I. Jatim).
Gunn (1994) dalam Nurjaman (2006), menyatakan bahwa komponen pasok
rekreasi yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pariwisata antara lain :
1. Attraction(kegiatan yang disuguhkan) 2. service(pelayanan)
4. information(informasi) 5. promotion(promosi)
Soemarwoto (1985) mengatakan pariwisata menyajikan manfaat yang besar,
tetapi juga mengandung resiko yang tidak kecil. Semua manfaat ada biayanya.
Tak ada yang gratis. Manfaat dan resiko itu harus dikelola dengan baik, agar dapat
kita usahakan untuk mendapatkan manfaat bersih yang sebesar-besarnya. Manfaat
pariwisata dalam pembangunan menurut Dinas Pariwisata Daerah Propinsi DT I
Jatim (1992) adalah sebagai berikut
1. Memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat
2. Menciptakan lapangan kerja baru
3. Meningkatkan penghasilan masyarakat dan pemerintah
4. Memelihara kelestarian budaya bangsa
5. Memelihara lingkungan hidup
6. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
7. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Ekowisata
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di
daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam.
Tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur
pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat (Walhi 1995 dalam Muntasib
2005).
Ekowisata adalah pariwisata alam yang memenuhi kriteria standar
melestarikan lingkungan, secara ekonomis menguntungkan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat setempat (Direktorat Jenderal PKA beserta JICA dan
RAKTA 2000 dalam Muntasib 2005).
Ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata yang bertanggung
jawab di daerah yang masih alami atau di daerah yang dikelola secara kaidah alam
dimana tujuannya untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur
pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Dalam ekowisata selalu terkait
masyarakat dan pembangunan ekonomi berkelanjutan (Departemen Dalam Negeri
2000 dalam Muntasib 2005).
Ekowisata atauecotourism yaitu wisata yang dilakukan pada kawasan yang relatif masih alami, dilakukan dengan bertanggung jawab, untuk menikmati dan
menghargai alam (termasuk budayanya), mendukung konservasi, memiliki
dampak rendah dan keterlibatan aktif sosio-ekonomi masyarakat setempat
(Muntasib 2005).
c. Rekreasi
Douglas (1970) menyatakan bahwa setiap kegiatan individu manusia yang
dapat menyegarkan sikap mentalnya disebut rekreasi. Seseorang melakukan
rekreasi tergantung pada umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan masing-masing.
Faktor-faktor tadi mempengaruhi bentuk rekreasi yang dikerjakan.
Darusman (1987) menyebutkan bahwa rekreasi merupakan salah satu
manfaatintangible dari sumberdaya hutan, secara ekonomi tidak berbeda dengan komoditi kayu atau hasil intangible lainnya, dimana permasalahan baru muncul karena adanya kelangkaan. Kesulitan yang menantang dalam ekonomi wisata
alam adalah dalam hal penilaian dari biaya dan manfaatnya. Seperti halnya
dengan hasil hutan lainnya, pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga
kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Pengalaman empiris tentang peranan
ekonomi wisata alam di Indonesia masih sangat kurang, terutama yang tercatat
dan bersifat kuantitatif. Pengalaman negara-negara yang telah maju menunjukkan
bahwa wisata alam dapat menjadi tulang punggung perekonomiannya, dalam arti
perangsangan dampak gandanya. Rekreasi alam dapat berperan dalam
mempercepat laju ekonomi suatu negara, mempengaruhi perekonomian setempat
dan secara nyata dapat turut meningkatkan kesejahteraan.
2.2. Wana Wisata
Wana wisata adalah objek wisata alam yang lokasinya berada di hutan
lindung atau hutan produksi, yang termasuk di dalam kawasan hutan yang
dikelola Perum Perhutani (Perum Perhutani 1994). Wana wisata berdasarkan surat
Direksi Perum Perhutani No. 043.7/DIR tanggal 5 November 1980, tentang
alam yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan
hutan produksi dan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokok.
Wana wisata merupakan suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun
keunikan alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam dan olah raga tanpa
mengubah fungsi kawasan tersebut (Perum Perhutani 1994).
Wana wisata dibedakan sebagai wana wisata harian, wana wisata bermalam
yang dilengkapi sarana penginapan berupa pondok wisata atau pesanggrahan dan
bumi perkemahan (Nadiar 1994). Perum Perhutani (1994), menyatakan bahwa
wana wisata yang dikembangkan oleh Perum Perhutani pada dasarnya dapat
dibagi dalam 2 macam yaitu :
1. Wana wisata bermalam yaitu dalam hal ini berupa bumi perkemahan
2. Wana wisata tak bermalam (day recreation) yaitu lapangan terbuka dengan sekedar fasilitas antara lain bangku piknik.
Perum Perhutani (1994), mengatakan bahwa untuk memperlancar
terselenggaranya wisata alam dengan baik dan efektif maka harus ada penunjang
yang berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya perencanaan dan perancangan yang seksama
2. Tersedianya prasarana dan fasilitas yang memadai
3. Sistem pengelolaan yang baik dan efektif
4. Terciptanya suasana sekitar yang dapat membangkitkan kesadaran lingkungan
pada pengunjung, sehingga kelestarian tempat/hutan tersebut terjaga.
5. Adanya relevansi dengan tata lingkungan sekitar dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat.
Pola pengembangan wana wisata yang dianut oleh Perum Perhutani adalah :
1. Pembangunan objek rekreasi hendaknya sesederhana mungkin dan diusahakan
selalu dapat mempertahankan bentuk dan keadaan alaminya.
2. Jenis rekreasi yang dibangun dapat memenuhi berbagai motivasi dan dapat
dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah
3. Objek rekreasi itu mengandung segi-segi rekreasi, edukasi (pembinaan cinta
2.3. Pengusahaan Wisata Alam
Pengusahaan objek wisata alam adalah pengaturan dan penyelenggaraan
kegiatan usaha di dalam kawasan wisata alam untuk kepentingan rekreasi,
pariwisata, pendidikan dan kebudayaan tanpa mengurangi atas kelestarian sumber
daya alam. Titik tolak pengusahaan hutan wisata dalam hubungannya dengan
konservasi, sosial budaya, dan ekonomi diarahkan pada penciptaan sarana
ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
kawasan hutan wisata. Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa objek wisata
tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip konservasi, prinsip tata lingkungan dan
harus ada perencanaan pengembangan hutan wisata yang memenuhi kepentingan
ekologis sekaligus memenuhi syarat perekonomian yang rasional (Dirjen PHPA
1988, dalam Nurjaman 2006).
Pengelolaan wana wisata sebagai objek dan daya tarik wisata alam
memberikan dampak positif dalam menciptakan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan pendapatan negara sebagai sumber devisa dan membangkitkan
cinta tanah air dan budaya bangsa serta pemerataan pembangunan. Pengusaha
wana wisata memerlukan kesiapan dan dukungan selain juga tata cara mengukur
sumber daya manusia yang harus dikelola secara berkesinambungan dengan
dukungan dan peran pihak-pihak terkait dalam pengelolaannya (Hidayat 2000,
dalam Nurjaman 2006).
2.4. Kinerja Perusahaan
Kinerja menurut Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007),
merupakan hasil kerja yang berhubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Wibowo (2007)
mengatakan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau
prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa
organisasi. Kinerja suatu organisasi, tim atau individu dilakukan untuk mencapai
menjamin agar proses kinerja dapat berlangsung seperti diharapkan dan
tercapainya prestasi kerja tinggi.
Standar kinerja merupakan tolok ukur terhadap mana kinerja diukur agar
efektif. Standar kinerja harus dihubungkan dengan hasil yang diinginkan dari
setiap pekerjaan. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk suatu
organisasi mempunyai kinerja yang baik, yaitu menyangkut pernyataan tentang
maksud dan nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya manusia,
pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja, fungsionalisasi,
budaya dan kerja sama (Wibowo 2007).
Produktivitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan
masukan yang diperlukan. Hasil kinerja suatu organisasi secara kuantitatif dapat
dinyatakan sebagai produktivitas. Namun ukuran produktivitas saja semakin lama
dirasakan tidak cukup tanpa diikuti peningkatan kualitas sehingga melahirkan
konsep Total Quality Management. Total Quality Management bermaksud melakukan perbaikan di semua bidang pekerjaan dengan orientasi pada kepuasan
pelanggan (Wibowo 2007).
Total Quality Management adalah suatu strategi organisasi untuk memberikan komitmennya pada peningkatan kepuasan pelanggan dengan secara
berkelanjutan memperbaiki proses organisasional. Total Quality Management
menjadi kepentingan berbagai bidang dalam organisasi, antara lain : accounting, finance, human resources, management information systems, marketing dan
operation (Wibowo 2007). Untuk memahami kualitas, dapat dilihat dari perspektif konsumen maupun produsen. Pelanggan melihat kualitas dari dimensi
(Krajewski dan Ritzman 1999, dalam Wibowo 2007) : kesesuaian dengan
spesifikasi, nilai, cocok untuk digunakan, dukungan dan kesan psikologis. Dari
perspektif produsen, yang penting adalah quality of conformance atau kualitas kecocokan, dalam arti kesesuaian terhadap spesifikasi dan biaya.
Ukuran kinerja berkaitan dengan tipe ukuran yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : produktivitas, kualitas, ketepatan waktu,cycle time, pemanfaatan sumber daya dan biaya. Klasifikasi ukuran lain yang dapat digunakan untuk
utilization rates, time targets, volume of services, demand/service provision
(Wibowo, 2007).
2.5. Tingkat Kepuasan Pelanggan
Kotler (1997) dalam Rangkuti (2006), mengatakan bahwa kepuasan
pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari
perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan.
Rangkuti (2006), menyatakan mengukur kepuasan pelanggan sangat bermanfaat
bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini
dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana
yang membutuhkan peningkatan.
Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Tingkat kepentingan
pelanggan didefinisikan sebagai keyakinan pelanggan –sebelum mencoba atau
membeli suatu produk jasa– yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai
kinerja produk jasa tersebut. Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respons
pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan
kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian (Rangkuti 2006).
Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, harga, kualitas
produk dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat.
Metode penelitian yang dilakukan untuk mengukur tingkat kepuasan pengunjung
adalah dengan menggunakan metode survei. Pengukurannya dilakukan dengan
cara berikut :
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung melalui pertanyaan kepada
pelanggan dengan ungkapan sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas
dan sangat puas.
2. Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan.
3. Responden diminta menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi yang
berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan dimintaa untuk menuliskan
4. Responden diminta meranking elemen atau atribut penawaran berdasarkan
derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan pada
masing-masing elemen (Rangkuti 2006).
2.6. Konsep Strategi
Chandler (1962) dalam Rangkuti (1997) mengatakan bahwa strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Porter
(1985) dalam Rangkuti (1997), strategi adalah alat yang sangat penting untuk
mencapai keunggulan bersaing.
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Strategi manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya : strategi
pengembangan produk, penerapan harga, strategi akuisisi, pengembangan
pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
2. Strategi investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya,
apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau
berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan
kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.
3. Strategi bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen. Misalnya,
strategi pemasaran, distribusi, organisasi, produksi atau operasional, dan
strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti 1997).
2.7. Analisis SWOT
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman)
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah suatu analisa lingkungan internal dan eksternal. Analisa internal lebih menitikberatkan
pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi, sedangkan analisa
eksternal adalah untuk menggali dan mengidentifikasi semua peluang yang ada
dan yang akan datang serta ancaman dari pesaing dan calon pesaing (Cahyono
1999).
1. Lingkungan eksternal (lingkungan luar perusahaan)
lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan diluar organisasi yang memiliki
kekuatan diluar kendali organisasi, sehingga perubahan-perubahan yang
terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Lingkungan ini terdiri dari :
a. lingkungan umum (general environment)
fluktuasi perekonomian yang disebabkan oleh iklim bisnis, inflasi/deflasi,
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, neraca pembayaran.
b. lingkungan industri (industry environment)
i. pelanggan (costumer), identifikasi pembeli, demografi, geografi, biaya bahan baku (raw material), biaya tenaga kerja.
ii. pesaing (competitive) iii. pemasok (supplier) c. lingkungan internasional
2. Lingkungan internal (lingkungan dalam perusahaan)
analisa lingkungan internal/dalam organisasi bertujuan untuk menilai atau
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing devisi, seperti,
produksi, riset dan pengembangan (R & D), pemasaran, distribusi,
perencanaan, keuangan, administrasi, sumber daya manusia (SDM) (Cahyono
1999).
Beberapa bentuk analisa lingkungan yang dapat digunakan oleh manager
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Analisa produk, yaitu membandingkan semua atribut produk terhadap produk
pesaing
2. Analisa pasar, yaitu mendefinisikan karakteristik dari pasar dimana terdapat
Berbagai peluang
Kelemahan internal
Kekuatan internal
Berbagai ancaman
3. Analisa lingkungan, yaitu mengamati perubahan-perubahan pada semua
variabel lingkungan seperti, sosial, politik, ekonomi dan peraturan pemerintah
4. Analisa pelanggan, yaitu : menganalisa motivasi pembelian produk, segmen
pasar dan identifikasi konsumen (tingkat sosial, jenis kelamin, kebudayaan)
5. Analisa keuangan yaitu analisa ratio dengan mengunakan metode-metode
perhitungan dan interpretasi ratio-ratio keuangan dengan maksud menilai
kinerja dan keadaan perusahaan (Cahyono 1999).
Rangkuti (1997) mengatakan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) (Rangkuti 1997).
3. mendukung 1. mendukung
strategiturn around strategi agresif
4. mendukung strategi 2. mendukung strategi
defensive diversifikasi
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif.
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi
dilain pihak, ia menghadapi beberapa kelemahan/kendala internal.
Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga merebut peluang pasar yang
lebih baik.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Kawah Putih (WWKP) di RPH
Patuha, BKPH Ciwidey, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III, Jawa
Barat dan Banten. Pemilihan tempat didasarkan atas pertimbangan bahwa usaha
pariwisata alam tersebut merupakan usaha yang memiliki potensi untuk terus
dapat berkembang pada masa mendatang dan diharapkan dapat memberi
kontribusi yang besar bagi perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli-Agustus 2008.
3.2. Alat dan Sasaran Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Kuisioner
2. Alat tulis
3. Kamera
4. Alat hitung
5. Komputer dan program pengolahan data.
Sasaran dari penelitian ini adalah pihak pengelola dan pengunjung objek
wisata yang datang pada saat dilakukannya penelitian.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Pemilihan responden sebagai obyek penelitian untuk mengetahui kinerja
pengelola yang dinilai oleh pengunjung dilakukan secara accidental sampling
(Kumar 1999) dengan pendekatan non-probability sampling, yaitu pengunjung yang dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan pengunjung yang
dijadikan responden adalah pengunjung yang berusia 17 tahun ke atas. Hal ini
dikarenakan orang tersebut telah mengerti pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner
dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam menentukan tempat wisata. Ukuran
sampel yang diambil sebanyak 80 orang.
Penarikan contoh untuk analisis SWOT dilakukan pula dengan memilih
Wisata Kawah Putih tersebut dari berbagai tingkat jabatan tertentu antara lain : 2
orang staf bagian Pengembangan dan Promosi Wisata KBM WBU, PR Distrik
Manajer II,Site Manager Wana Wisata Kawah Putih, dan 2 orangticketing Wana Wisata Kawah Putih. Pertimbangan dari keenam orang tersebut adalah bahwa
keenam orang tersebut merupakan orang-orang yang mengetahui dan mengerti
tentang kondisi dan keadaan usaha pariwisata alam di Wana Wisata Kawah Putih.
Semua responden yang dipilih ialah sehat jasmani dan rohani, dapat
berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancarai serta dapat mengerti
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui kuisioner.
3.4. Jenis Data dan Informasi
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber-sumber
data, dimana dalam hal ini adalah pihak pengelola dan pengunjung wisata melalui
kuisioner dan wawancara. Data primer yang diperlukan antara lain :
1. Karakteristik pengunjung
2. Penilaian pengunjung terhadap kinerja pengelola
3. Potensi wisata seperti
a. Objek wisata
b. Sarana-prasarana penunjang yang ada seperti : tempat parkir, musholla,
toilet, sarana air bersih,shelter, mobil angkutan dan lain-lain c. Paket wisata.
4. Data pengelolaan wisata.
a. Standar kerja yang ditetapkan pihak pengelola
b. Produser kerja dan koordinasi pengelola dan petugas di lapangan
c. Strategi pemasaran yang dilakukan
d. Bentuk promosi yang dilakukan.
Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan, baik fisik,
sosial ekonomi masyarakat, dan data lain yang berhubungan dengan objek
penelitian. Data sekunder yang diperlukan antara lain :
1. Data personalia
3. Data-data lain yang relevan dengan penelitian ini seperti
a. Profil perusahaan
b. Kondisi umum wilayah wana wisata kawah putih
c. Faktor-faktor eksternal perusahaan seperti politik, pemerintah, sosial,
budaya, lingkungan, ekonomi, keamanan, dan lain-lain.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak pengelola objek
wisata, perpustakaan Fakultas Kehutanan, Perpustakaan pusat IPB, internet serta
buku-buku lain yang menjadi bahan literatur.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :
1. Observasi lapangan, data dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan mencakup
pengamatan terhadap kondisi fisik wana wisata, sarana parasarana penunjang,
aktifitas pengunjung, koordinasi dan kerja sama yang dilakukan oleh pihak
pengelola, dan lain-lain.
2. Wawancara, data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung
terhadap pihak pengelola dan pengunjung. Wawancara dilakukan secara
terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara bebas.
3. Pengumpulan data sekunder seperti, data jumlah personalia, jumlah
pengunjung dan informasi lain yang dibutuhkan yang berhubungan dengan
penelitian.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Analisis deskriptif kinerja yang dilakukan oleh pihak pengelola meliputi :
a. Manajemen produksi
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Manajemen pemasaran
2. Importance-Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
3. Analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi yang tepat bagi
perusahaan dengan menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan,
Skala yang digunakan untuk memberikan peringkat pada kuisioner adalah
skala Likert. Menurut Umar (2005) skala ini berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju,
senang-tidak senang, atau baik-senang-tidak baik. Responden diminta untuk mengisi pertanyaan
dalam bentuk skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu
(dapat menggunakan skala 5 atau 7) atau memasukkan kategori ”tidak tahu”.
Dalam Singarimbun dan Effendi (1995) salah satu cara yang sering digunakan
dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan ”skala Likert”. Skala Likert
merupakan suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks.
Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan lima kategori pilihan jawaban.
Tabel 1 Skala Likert
Skala
Kategori
Sangat tidak
penting tidak penting Biasa saja Penting
Sangat penting Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat sempit Sempit Sedang Luas Sangat luas Sangat sedikit Sedikit Sedang Banyak Sangat
1. Analisis Kinerja Pengelolaan
Dalam analisis kinerja pengelolaan ini, penilaian terhadap kegiatan
pengelolaan diamati dan dibandingkan dengan penilaian oleh pihak pengunjung.
Data yang telah dihimpun kemudian dianalisis secara deskriptif dan sistematis.
Adapun penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan pengelolaan meliputi aspek :
a. Manajemen Produksi.
1. Mendeskripsikan objek wisata dan program wisata yang dilakukan oleh
pihak pengelola.
2. Mendeskripsikan kondisi fisik wisata, sarana-prasarana penunjang dan
infrastruktur yang ada.
3. Mendeskripsikan kenyamanan, kebersihan serta pelayanan yang diberikan.
b. Manajemen Sumber Daya Manusia.
1. Mendeskripsikan koordinasi dan kerja sama yang dilakukan oleh pihak
pengelola dan tingkat kesesuaiannya dengan standar yang telah ditentukan.
2. Mendeskripsikan kapasitas SDM pengelola baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
c. Manajemen Pemasaran
1. Menjelaskan bentuk-bentuk promosi dan teknik pemasaran yang telah
dilakukan oleh pihak pengelola.
2. Mengukur keefektifan dari teknik pemasaran yang dilakukan dengan
dengan tolok ukur kinerja yaitu peningkatan pangsa pasar .
d. Manajemen Keuangan
1. Mendeskripsikan kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukan.
2. Mendeskripsikan pendapatan yang diterima dan pengeluaran yang
dilakukan dengan tolak ukur kinerja yaitu pertumbuhan penjualan, tingkat
kunjungan, dan laba bersih.
2. Importance-Performance Analysis (IPA)
Importance-performance analysis digunakan untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan pengunjung yang didasarkan
atas persepsi nilai terhadap kinerja perusahaan (Rangkuti 2006). Analisis ini
pentingnya nilai pelanggan dan kinerja manajemen dalam menghantarkan bentuk
nilai tersebut bagi pelanggan.
Langkah pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung rata-rata
penilaian kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut dengan rumus :
n
Xi = bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i
Yi = bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
n = jumlah responden
Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja
untuk keseluruhan atribut dengan rumus ;
n
Xi = nilai rata-rata kinerja atribut
Yi = nilai rata-rata kepentingan atribut n = jumlah atribut.
Nilai X ini memotong tegak lurus pada sumbu horisontal, yakni sumbu yang
mencerminkan kinerja atribut (X) sedangkan nilai Y memotong tegak lurus pada
sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y). Setelah
diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata kinerja dan
kepentingan atribut, kemudian nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam diagram
Tingkat kepentingan
(Y)
Kuadran 1 Kuadran II
Prioritas utama Pertahankan prestasi
Y
Kuadran III Kuadran IV
Prioritas rendah Berlebihan
X Tingkat kepuasan (X)
Gambar 2 Diagram kartesius dalam metode IPA (Rangkuti 2006).
Berikut ini uraian mengenai keempat kuadran tersebut :
1. Kuadran 1 (prioritas utama)
Kuadran ini memuat atribut-aribut yang dianggap penting oleh pelanggan
tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut belum sesuai dengan harapan
pelanggan. Tingkat kinerja dari atribut tersebut lebih rendah daripada tingkat
harapan pengunjung terhdap atribut tersebut. Atribut-atribut dalam kuadran ini
harus lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan pelanggan.
2. Kuadran II (pertahankan prestasi)
Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini menunjukkan bahwa atribut
tersebut penting dan memliki kinerja yang tinggi. Atribut ini perlu
dipertahankan untuk waktu selanjutnya.
3. Kuadran III (prioritas rendah)
Atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap kurang penting oleh
pengunjung dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa.
Peningkatan terhdap atribut yang masuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat ynag
dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.
4. Kuadran IV (berlebihan)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh
atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini hanya akan menyebabkan terjadinya
pemborosan sumberdaya (Rangkuti 2006).
Costumer Satisfaction Index(CSI)
CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara
menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa.
Adapun cara untuk mengukur CSI dilakukan melalui empat tahap (Aritonang &
Lerbin 2005).
1. Menentukanmean importance score (MIS)
nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan tiap atribut.
n
Yi = nilai kepentingan atribut ke-i
n = jumlah konsumen
2. Membuatweight factors (WF)
bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut.
p = atribut kepentingan ke-p
3. Membuatweight score (WS)
bobot ini merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kinerja
(mean satisfaction score = MSS)
p = atribut kepentingan ke-p
HS = (Highest scale) skala maksimum yang digunakan yaitu 5.
Kriteria index kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas
hingga sangat puas), yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Kriteria index kepuasan
Nilai CSI Kriteria CSI
0,81 – 1,00 Sangat puas
0,66 – 0,80 Puas
0,51 – 0,65 Cukup puas
0,35 – 0,50 Kurang puas
0,00 – 0,34 Tidak puas
Sumber : Aritonang dan Lerbin (2005) 3. Analisis SWOT
a. Tahap Pengumpulan Data Pada Analisis Swot
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada
tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data internal dan data eksternal.
Data internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti :
1. Analisis manajemen produksi dan operasional
2. Analisis manajemen sumber daya manusia
3. Analisis manajemen keuangan
4. Analisis manajemen pemasaran.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti :
1. Analisis pasar
2. Analisis kompetitor
3. Analisis komunitas
b. Matrik faktor strategi eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan
faktor strategi eksternal :
a. susunlah dalam kolom 1, 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman.
b. beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. sebaliknya,
jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
Tabel 3 EFAS
Sumber : Rangkuti (1997)
c. Matrik faktor strategi internal
Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi internal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan
faktor strategi internal :
a. susunlah dalam kolom 1, 5 sampai dengan 10 kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
b. beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan bersifat positif
(kekuatan yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika kekuatannya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai kelemahannya sangat besar, ratingnya adalah 1.
sebaliknya, jika nilai kelemahannya sedikit ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Tabel 4 IFAS
Sumber : Rangkuti (1997)
d. Penentuan bobot
Berdasarkan pendapat responden melalui kuisioner dan wawancara terhadap
faktor-faktor strategis terpilih dibuat tabulasi data sebagai berikut :
Tabel 5 Penentuan bobot faktor strategis dalam analisis SWOT
Faktor-Faktor Strategis
Bobot Menurut Pendapat Responden
Bobot
Rata-Faktor 1 X11 Bf1 Bm1
Faktor 2 X21 Bf2 Bm2
Faktor 3 Xy1 Xyi Bfy Bmy
Total rata-rata bobot (Bf) Bf
Bobot pada kolom 2 matriks EFAS dan IFAS ditentukan sebagi berikut :
i Xyi Bfy=
∑
Bfy : bobot rata-rata faktor strategis y
Xyi : bobot faktor strategis y menurut responden i
i : jumlah responden
b. bobot pada matriks EFAS/IFAS dihitung sebagai berikut,
Bf Bfy Bmy=
Bmy : bobot faktor strategis y pada matriks EFAS/IFAS
Bf : total rata-rata bobot
e. Penentuan rating
Penentuan rating pada matriks EFAS/IFAS dilakukan dengan cara yang
sama dengan penentuan bobot. Berdasarkan pendapat reponden melalui kuisioner
dan wawancara terhadap faktor-faktor strategis terpilih dibuat tabulasi data
sebagai berikut :
Tabel 6 Rating faktor strategis dalam analisis SWOT
Faktor-Faktor Strategis
Rating Menurut Pendapat Responden
Rating
Rata-Faktor 1 X11 Rm1 R1
Faktor 2 X21 Rm2 R2
Faktor 3 Xy1 Xyi Rmy Ry
Rating pada kolom 3 matriks EFAS/IFAS ditentukan sebagi berikut :
i Xyi
Rmy=
∑
Rmy : rating rata-rata faktor strategis y
Xyi : rating faktor strategis y menurut responden i
i : jumlah responden
f. Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis.
IFAS
EFAS
Strengths (S)
• Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal
Weakness (W)
• Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal
Opportunies (O)
• Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T)
• Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Kawasan
Wisata Kawah Putih adalah sebuah danau yang berasal dari Gunung Patuha.
Kawah tersebut terbentuk akibat letusan pada abad ke X dan XII. Nama Patuha
sendiri berasal dari kata “PATUA”. Oleh karena itu, masyarakat setempat sering
kali menyebutnya dengan nama “SEPUH” (sepuh artinya tua). Lebih dari seabad
yang lalu, puncak Gunung Patuha oleh masyarakat setempat dianggap angker
sehingga tak seorang pun berani menginjaknya. Keberadaan dan keindahannya
pada saat itu tidak diketahui oleh orang. Atas dasar beberapa keterangan, Gunung
Patuha pernah meletus pada abad X sehingga menyebabkan adanya kawah (crater)
yang mengeringkan di sebelah puncak bagian barat kemudian pada abad XII
kawah di sebelah kirinya meletus pula, yang kemudian membentuk danau yang
indah.
Misteri Kawah Putih dengan segala keindahannya baru terungkap pada
tahun 1837 oleh orang Belanda keturunan Jerman yang bernama Dr. Franz
Wilhemn Junghuhn (1809-1864). Ketika sampai di kawasan tersebut, Junghuhn
merasakan suasana yang sangat sunyi dan sepi, tak seekor binatang pun yang
melintasi daerah itu. Ia kemudian menanyakan masalah ini kepada masyarakat
setempat, dan menurut masyarakat kawasan Gunung Patuha sangat angker karena
merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur serta merupakan pusat
kerajaan bangsa jin. Bila ada burung yang lancang berani terbang di atas kawasan
tersebut, akan jatuh dan mati. Meskipun demikian, orang Belanda yang satu ini
tidak begitu percaya akan ucapan masyarakat. Ia kemudian melanjutkan
perjalanannya menembus hutan belantara di gunung itu untuk membuktikan
kejadian apa yang sebenarnya terjadi di kawasan tersebut. Namun sebelum sampai
di puncak gunung, Junghuhn tertegun menyaksikan pesona alam yang begitu
indah di hadapannya, dimana terhampar sebuah danau yang cukup luas dengan air
berwarna putih kehijauan. Dari dalam danau itu keluar semburan lava serta bau
belerang yang menusuk hidung dan terjawablah sudah mengapa burung-burung
tidak mau terbang melintasi kawasan tersebut. Dari sinilah awal mula berdirinya
Ontgining Kawah Putih. Di jaman Jepang, usaha pabrik ini dilanjutkan dengan menggunakan sebutan Kawah Putih Kenzanka Yokoya Ciwidey, dan langsung berada di bawah pengawasan militer.
Cerita dan misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari satu generasi
masyarakat ke generasi masyarakat berikutnya. Hingga kini mereka masih
percaya bahwa Kawah Putih merupakan tempat berkumpulnya roh para leluhur.
Bahkan menurut kuncen Abah Karna yang bertempat tinggal di Kampung Pasir
Hoe, Desa Sugih Mukti; di Kawah putih terdapat makam para leluhur, diantaranya
: Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang
Barabak, Eyang Baskom dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha,
Puncak Kapuk, dipercaya sebagai tempat rapat para leluhur yang dipimpin oleh
Eyang Jaga Satru. Di tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib)
sekumpulan domba berbulu putih (Domba Lukutan) yang dipercaya sebagai
penjelmaan dari para leluhur.
Pada tahun 1992 Wana Wisata Kawah Putih ini diresmikan oleh Kepala
KPH Bandung Selatan yang pada saat itu menjabat. Keberadaan Kawah Putih dari
semenjak diresmikan hingga sekarang tetap bertahan karena keunikan dan
pemandangan alamnya yang begitu indah.
4.2. Letak dan Luas
Wana Wisata Kawah Putih secara administrasi berada pemerintahan berada
pada wilayah Desa Alam Endah, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Sedangkan berdasarkan administrasi pengelolaan kawasan tersebut
berada dalam wilayah pengelolaan RPH Patuha, BKPH Ciwidey, KPH Bandung
Selatan, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten.
Kawasan Wana Wisata Kawah Putih secara keseluruhan memiliki total luas
areal 25 Ha. Berdasarkan letak geografisnya, Wana Wisata Kawah Putih antara
lain berbatasan dengan :
− Utara : Desa Patengan
− Timur : Desa Alam Endah
− Selatan : Desa Patengan
4.3. Topografi dan Iklim
Wana Wisata Kawah Putih merupakan tempat wisata dengan hawa udara
yang sejuk dan memiliki tekanan udara rendah, kelembaban udara 90%,
temperatur udara berkisar antara 8 o- 22 o C dengan curah hujan tahunan mencapai
3743 – 4043 mm/tahun. Pada umumnya kondisi topografi kawasan Wana Wisata
Kawah Putih adalah kombinasi daratan landai berbukit dan curam dengan
ketinggian 1500 – 2434 mdpl.
Sumber : Data primer 2008
Gambar 4 Pemandangan alam Wana Wisata Kawah Putih.
4.4. Flora dan Fauna
Wana Wisata Kawah Putih termasuk dalam kawasan hutan lindung yang
harus dijaga kelestariannya. Keadaan flora yang berada di kawasan Wana Wisata
Kawah Putih semakin memperindah pemandangan alam WWKP. Flora tersebut
antara lain : Cantingi (Vaccinum veringiaefolium), Lemo, Huru (Neolitsea javanica), Pasang (Quercus sp), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Kihujan (Engelhardia spicata), Rasamala (Altingia excelsa), Puspa (Schima walichii), Eucalyptus (Eucalyptus sp), Kibadak, Cemara Gunung(Casuarina junghuhniana)
dan Damar (Agathis alba).
Sedangkan potensi fauna yang berada di Wana Wisata Kawah Putih antara