• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAKELAS I PADA TEMA “LINGKUNGAN”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAKELAS I PADA TEMA “LINGKUNGAN”."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………

KATA PENGANTAR ………

UCAPAN TERIMA KASIH ………

DAFTAR ISI ………

DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK ………

i

ii

iii

v

vii

1 6 7 8 8 9

10 10 14 26 26

27 BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... D. Hipotesis Tindakan... E. Definisi Operasional ... F. Model Penelitian...

KAJIAN TEORITIS TENTANG PENERAPAN

PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING

LABA-LABA ………

(2)

BAB III

BAB IV

BAB V

F. Hasil Penelitian yang relevan Terkait Penerapan

Pembelajaran terpadu...

METODE PENELITIAN ………

A. Metode Penelitian ... B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... C. Instrumen Penelitian ... D. Prosedur Penelitian... E. .Teknik Pengumpilan dan Pengolahan Data...

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………

A. Deskripsi Sekolah... B. Hasil Penelitian ... C. Pembahasan ...

KESIMPULAN DAN SARAN ………

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi...

27

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Seperti halnya dalam pembelajarkan IPA di kelas 1 SD, guru harus mampu memahami hubungan antara konsep secara keseluruhan secara sederhana dan memperhatikan karakteristik siswa itu sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran di jenjang sekolah SD terutama kelas 1, harus memperhatikan karakteristik siswa yang akan mengahayati pengalaman belajar sebagai satu kesatuan yang holistik.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam khususnya proses pembelajaran IPA belum sesuai dengan tuntutan kurikulum, karakteristik dan kebutuhan siswa serta karakteristik belajar IPA, dalam kurikulum 2006. IPA berfungsi untuk memberitahu tentang alam secara sistematis, menguasai pengetahuan fakta, konsep, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat memperoleh pemahaman yang berlebih juga berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, IPA sekolah dasar harus memperhatikan kebutuhan anak.

Kenyataan di lapangan pembelajaran terpadu bentuk tematik (spider Webbed) kurang dipahami sehingga dalam proses pembelajaran di kelas 1 dan

(4)

memperbaiki proses pembelajaran sehingga Semaua mata pelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Model pembelajaran yang cocok dengan tuntutan kurikulum 2006 dan karakteristik siswa kelas 1 yaitu model pembelajaran pendekatan tematik. Tema yang diangkat dalam model pembelajaran terpadu bentuk tematik (spider webbed) penuh dengan konsep-konsep yang baik dengan berbagai disiplin. Tema yang terpilih menjadi pokok pembelajaran siswa, melalui tema siswa mempelajari konsep-konsep dari suatu atau lintas bidang studi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi di kelas I SDN Gunungmanik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur tersebut adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran terpadu pada tema “Lingkungan” memadukan IPA, Bahasa Indonesia dan pengetahuan Sosial, dengan penerapan model pembelajarn terpadu bentuk Tematik (spider webbed) diharapkan akan menghasilkan kegiatan proses belajar dan mengajar

yang menyenangkan dan bermakna.

(5)

13% dari jumlah peserta didik kelas I sehingga perlu ditingkatkan pada tahun pelajaran selanjutnya.

Rendahnya kesiapan belajar peserta didik disinyalir karena jumlah rombongan belajar pada dalam satu kelas melebihi ketentuan dengan Latar belakang peserta didik yang beragam, dalam artian sebagian peserta didik berasal dari pendidikan TK/PAUD dan sebagaian besar berasal dari rumah tangga. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak

Selain itu masih kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan kerjasama antar siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebebkan karena kurangnya kemempuan guru dalam merancang sekenario pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan keadaan siswa kelas I.

Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan, pembelajaran di SDN Gunungmanik Kecamnatan Cibeber khususnya kelas I belum menerapkan model pembelajaran yang dapat memeprmudah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

(6)

Pembelajaan Terpadu bentuk spider webed adalah pembelajaran tepadu yang menjadikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema sebagai keterkaiatan materi dari beberapa materi pokok sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema merupakan ide atau gagasan yang menjadi bahan pemebicaraan dalam menjelaskan materi keuntungan, di antaranya:

1. Siswa dengan mudah dapat memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2. Siswa mempelajari pengetahuan dalam pengembangannya antar mata pelajaran dalam suatu tema ;

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih bersifat menyeluruh dan mempunyai kesan serta menyenangkan ;

4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara Terpadudapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

(7)

Beberapa ciri khas dari pembelajaran Terpadu antara lain: a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran Terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; d) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; e) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan f) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (a) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (b) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (c) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. (d) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

(8)

Menurut Siskandar (2003:45) bagi guru SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas I, II, dan III menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak.

Dalam kaitan ini peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran tematik pada mata pelajaran Khususnya IPA pada tema ”lingkungan” , dengan peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran dapat dikemas dengan tema atau topik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yang menjadi fokus tindakan dalam upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran, yaitu:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed )pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed ), pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

3. Apakah hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed )

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(9)

Tujuan Penelitian Tindakana Kelas yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui atau megungkap :

1. Perencanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed )pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

2. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed ), pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

3. Hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed ) 4. Peningkatan hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa

Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed )

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini antara lain: a) Bagi peserta didik

Melalui Penerapan model pembelajaran Terpadu, peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang beragam sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema : Lingkungan .

b) Bagi guru

 Melalui penelitian ini, guru dapat meningkatkan kinerja professional seperti yang tertuang dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007 yaitu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

(10)

 Hasil akhir penelitian berkontribusi bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, juga menghasilkan model bahan ajar Terpaduyang disusun oleh guru yang dapat dimanfaatkan dan disosialisasikan kepada guru-guru lainnya yang berada di sekolah. d) Bagi lingkungan masyarakat

 Memberikan kontribusi dan menambah khasanah kajian penelitian pendidikan.

D. Hipotesis Tindakan

Dalam suatu penelitian diperlukan hipotesis tindakan yang akan digunakan sebagai anggapan dasar agar penelitian tersebut memiliki landasan yang kuat dengan pokok-pokok penelitian yang jelas serta aspek-aspek yang tegas. Berdasarkan pernyataan diatas, ditetapkan hipotesis tindakan sebagai berikut

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed dapat meningkatkan hasil belajar IPA, Bahasa Indonesia dan IPS sehingga dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

2. Pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed merupakan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam memberi pengalaman belajar secara utuh yang saling terkait dalam beberapa mata pelajaran, serta dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa sehinga menciptakan hubungan yang akrab antara siswa dengan guru.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perlu didefinisikan beberapa istilah agar tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mendefinisikan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut:

(11)

Tematik (Fogarty, 1991 dalam Memunah: 2011). Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung.

2. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Mengenai definisi tentang hasil belajar, (Soedijarto 1997 dalam Jhoni Martin : 2011) mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pebelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar yang diukur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini pada dasarnya meliputi dua aspek, yang pertama adalah aspek kognitif berupa penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep dan yang kedua adalah aspek keterampilan proses.

3. Tema lingkungan merupakan Materi IPA dalam ruang Ruang lingkup Makhluk hidup dan proses kehidupan yang terdiri dikembangkan menjadi dua sub tema yaitu “Menjaga Lingkungan” dan “lingkungan Sehat dan Tidak Sehat”. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan segala makhluk hidup, makhluk tak hidup, serta manusia dengan segala perilakunya, yang saling berhubungan secara timbal balik, jika ada perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya. Adapun Lingkaungan yang di maksud dalam Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi lingkungan sehat dan tidak sehat yang di kemas dalam sebuah sub tema “Rumahku”

F. Meodel Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berkaitan pendidikan serta dilaksanakan di dalam sebuah

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan PTK dengan meneliti suatu kelompok siswa di dalam kelas. Sebagai mana yang dipaparkan oleh Nazir (2005:54) bahwa definisi dari pendekatan deskriptif dalam suatu penelitian adalah “ Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang “. ( Dikutip oleh Ihat. H an Rudi.S, 2006:95

dalam Jhoni M: 2011).

Whitney dalam Nazir (2005:54) yang dikutif oleh Ihat H dan Rudi S (2006:95 dalam Jhoni.M : 2012) menjelaskan bahwa definisi metode

deskriptif adalah “pencaraian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penilaian

deskriptif memepelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungnan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengarh-pengaruh dari suatu penomena“.

Penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dimaksud merupakan kajian yang bersifat reflektif dan sistematik oleh pelaku tindakan yang ditujukan untuk memekai tindakan yang telah dilakukan selama proses pebelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Definisi tentang penelitian tindakan kelas ( PTK ) dapat dijelaskan menurut Stephen Kemmis yang dikutif oleh Tim Pelatih proyek PGSM mengemukakan pandangannya bahwa :

(13)

itu, serta memperbaiki kondisi dimana peraktek-peraktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical).” (PGSM, 1999:6 dalam Jhoni M : 2011)

Untuk lebih jelas dalam memahami PTK kita pelajari definisi yang dikemukakan oleh Kemmis dan Carr (1986) kedua penulis ini mengemukakan bahwa “ Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk tinddakan kelas yang bersifat reflektif yang dilakukan untuk memperbaiki pekerjaanya serta memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan (Kemmis&Carr, 1986 dalam Kasihani K, 2006:9)

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Kemis & Carr tersebut sangat jelas bahwa subjek dalam pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas adalah guru, guru harus lebih memahami pekerjaannya sebagai guru serta memahami apa yang harus dilakukan di dalam kelas. Sehingga dengan melakukan penelitian guru dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan dalam melakukan pekerjaannya sebagai pendidik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan guru yang berhubungan langsung dengan tugas di lapangan ketika melakukan proses pembelajaran, guru sebagai praktisi langsung yang menerpakan model , pendekatan ataupun metode temuan baru yang dianggap dapat memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar, dengan tujuan berusaha untuk mengungkapkan penyebeb berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, seperti masalah kesulitan belajar ataupun hasil belajar yang kurang memenuhi standar, dan yang lebih penting penting lagi adalah penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memberi jalan kelura berupa tindakan-tindakan perbaikan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran.

Selanjutnya dalam pelaksanaannya PTK ini terdiri dari beberapa siklus, setiap siklus merupakan suatu proses pengkajian yang berdaur (cyclical),terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Perencanaan ( Planning) 2. Tindakan ( action)

(14)

4. Refleksi ( reflection )

[image:14.595.133.505.148.239.2]

Keempat tahapan tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini

Gambar 3.1 : Kajian Empat Tahap Berdaur.

Setelah dilakukan refleski atau perenungan yang mencakup analisis, sistesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus, dan untuk setiap siklusnya memilki empat fase di atas. Siklus penelitian tindakan kelas dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3.2 : Siklus Penelitian dalam PTK. (Kasihani.K 2006:6) Permasalahan Perencanaan

Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan

Dilanjutkan Ke Siklus Berikutnya Permasalahan Perencanaan Tindakan III Tindakan III Pelaksanaan

Refleksi I Pengumpulan Data I Pengamatan/

Refleksi II Pengumpulan Data II Pengamatan/

Refleksi III Pengumpulan Data III Pengamatan/

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I Melakukan Tindakan

Mengamati/observasi Merefleksi

[image:14.595.131.506.401.709.2]
(15)

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan ini dilakukan di SD Negeri Gunung manik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Penelitian dilaksanakan di kelas I dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.

C. Instrument Penelitian

Adapun instrument penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)

Perencanaan pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian perencanaan pembelajaran memiliki banyak fungsi antara lain : sebagai pedoman atau panduan kegiatan, menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai alat control, dan sebagai alat evaluasi.

Perencanaan pembelajaran merupakan penterjemahan oprasional dalam kurikulum yang ditetapkan, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian antara kurikulum, perencanaan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran serta hasil yang dicapai mempunyai hubungan yang sangat erat, sistematis dan merupakan suatu kesatuan sang saling terkait.

(16)

2. Observasi atau pengamatan

observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. (Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui proses mengamati, masih dalam sumber sama (Nasution dalam Sugiyono 2006:310 ),

Kegiatan observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini bersifat observasi partisipasi lengkap, dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan subjek penelitian sebagai sumber data. Pengamatan dilakukan ketika peneliti melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dalam suasana yang natural. Dikatakan natural karena peneliti tidak terlihat sedang melakukan penelitian. Peneliti dan observer/ kolaborator bekerjasama untuk melihat dan mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mendapatkan informasi tentang gambaran aktifitas belajar mengajar dari awal hingga akhir pembelajaran. Selanjutnya dianalisis dalam diskusi balikan sesudah tampilan pembelajaran selesai.

Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biken dalam Danim (2002:126 dalam Jhoni.M:2011 ), maka peneliti dan mitra ( observer ) akan mengamati kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan sabar, hati-hati, sistematik, teliti, dan mencoba untuk memahami situasi yang nampak selama kegiatan penelitian serta mengembangkan kepercayaan baik kepada mitra penelitian maupun kepada siswa sebagai subjek penelitian dan sumber data utama agar memperoleh lebih banyak informasi atau data yang dibutuhkan.

(17)

peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyengkan. Dalam jurnal/ catatan lapangan ini dideskripsikan pula komentar-komentar yang menafsirkan semua yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti. Kolaborator mencatat kegiatan guru/ peneliti dalam proses pembelajaran tersebut dalam lembar atau pedoman observasi. Tujuan dari observasi ini untuk mengontrol apakah tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan perencanaan yaitu untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terpadu , sehingga bila ada ketidaksesuaian dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya.

3. Test hasil belajar

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tes yang digunakan adalah tes objektif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap penguasaan pokok bahasan kebutuhan tubuh Tes awal berupa tes lisan sebagai ukuran pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran terpadu, dan tes akhir yaitu berupa tes tulisan sebagai hasil pembelajaran setelah penerapan model pembelajaran terpadu , sedangkan selama proses pembelajaran menggunakan tes subjektif, yaitu tes berupa penilaian terhadap aktifitas siswa selama mengkuti proses pembelajaran. Alat tes disusun berdasarkan urutan materi pembelajaran yang disampaikan.

4. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dan dilaksanakan secara lisan dalam peretmuan tatap muka secara individual maupun secara kelompok. Sebelum melakukan wawancara peneliti tidak menyiapkan pedoman wawancara karena jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka atau tidak terstruktur. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada observer setelah pembelajaran selasai dengan menggunakan wawancara terbuka secara spontan atas kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

(18)

sudut pandang yang lain. Sedangkan menurut Stainback dalam Sugiono ( 2006:318 ) melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan/sumber data yang menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan dalam observasi.

Kegiatan wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dari mitra peneliti/observer mengenai tanggapan, pendapat, dan persepsi observer terhadap pengembangan model pembelajaran terpadu untuk melihat apakah siswa sudah mampu meningkatkan kerjasama, apakah siswa sudah dapat merespon pembelajaran dengan baik dan apakah siswa sudah mampu memaknai dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang didapatnya serta apakah pemebelajaran Terpadu telah dilakukan peneliti sesuai dengan pembelajaran yeng telah direncanakan.

D. Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) tertentu sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah

Rencana PTK akan diwakili dari masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai praktisi dari PTK itu sendiri, masalah yang dirasakan terkadang belum jelas dan guru merasa kebingungan, oleh karena itu guru harus merefleksikan terlebih dahulu agar masalah menjadi semakin jelas, sebagaimana yang dikatan oleh Hoplis (1993) dalam Ruswandi dan Mujono (2007:88) bahwa “pada awalnya mungkin merasa bingung untuk megidentifikasi masalah, oleh karena itu guru tidak selalu mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba melakukan memfokuskan gagasan tersebut”.

Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi masalah, paling tidak ada beberapa yang perlu diperhatikan diantaranya : (a) masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang ingin dijawab, (b) metode penelitian atau cara yang akan ditempuh untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut, dan (c) alasan mengapa penelitian itu dilakukan.

(19)

Masalah yang telah diidentifikasi perlu dianalisis agar masalah menjadi pasti atau tidak kabur, menganalisis bisa dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Secara umum diketahui bahwa masalah merupakan gejala yang timbul oleh sejumlah sebab. Dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu pendidikan, suatu masalah umumnya disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Mengingat terdapat berbagai keterbatasan seperti waktu, dana, tenaga, dan kemampuan, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti.

Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas yang memungkinkan peneliti mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam lingkup permasalahanyang akan dibahas, dan faktor mana yang tidak. Semua ini bergantung dari jenis masalah yang diidentifikasi oleh peneliti sendiri. Dengan pembatasan masalah ini maka permasalahan akan menjadi jelas dan memungkinkan peneliti dapat merumuskan masalah dengan baik.

3. Merumuskan Masalah

Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, maka langkah selanjutnya adalah guru perlu merumuskan masalah tersebut secara lebih jelas, spesifik dan oprasional. Perumusan masalah yang jelas akan memberi peluang bagi guru atau peneliti untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya atau pemaknannya. Ketidak berhasilan dalam merumuskan masalah yang pokok beserta faktor penyebab utamanya akan mengakibatkan pemecahan masalah yang diperoleh hanya berada di permukaan dan bersifat sementara.

(20)

dicarikan jawabannya. Walaupun secara teoritis belum ada aturan yang berlaku tentang perumusan masalah, namun ada semacam pedoman yang dapat dipakai sebagai acuan.

4. Merumuskan Hipotesis Tindakan

Secara umum, hipotesis tindakan adalah jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan. Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dipecahkan haruslah mempergunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sehubungan dengan itu, sebelum mengajukan hipotesis, peneliti wajib mengkaji teori-teori, hasil-hasil penelitian, dan pendapat para ahli yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian tidak dibenarkan jika sorang peneliti dapat mengajukan hipotesis secara asal-asalan.

Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya. Namun demikian, hipotesis tetap merupakan kebenaran yang masih lemah, apabila diartikan menurut kebahasaan, hipo berarti dibawah, dan tesis berarti kebenaran, atau secara lengkapnya yaitu jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan karena belum diuji secara empirik.

Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, perumusan hipotesis dilakukan setelah rumusan masalah selesai dengan dua kemungkinan. Pertama, jika peneliti telah merasa yakin atas kebenaran rumusan masalah,

(21)

Rumusan hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dimodifikasi atau bahkan diganti dengan hipotesis yang lain apabila pada tahap-tahap yang lebih lanjut ternyata hipotesis tersebut kurang layak atau peluang keberhasilannya sangat kecil sehingga perlu diperbaiki atau diganti dengan hipotesis yang baru agar sesuai dengan lapangan penelitian.

Paling tidak terdapat cirri-ciri dalam penyusunan hipotesis yang baik akan menjadi acuan dalam menentukannya, diantaranya :

a) Hippotesis dinyatakan pada kondisi tertentu

b) Hipotesis tidak bertentangan dengan teori yang telah mapan

c) Hipotesis harus mempunyai kekuatan mendapat penjelasan suatu gejala d) Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti variable-veriabelnya dapat

diukur secara cermat dengan menggunakan alat ukur yang dibuat peneliti. 5. Melaksanakan tindakan

Dalam melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus membuat desain penelitian atau rancangan penelitian. Penyusunan desain penelitian dapat dilakukan dengan memilih salah satu model rancangan penelitian yang dikembangkan oleh para pakar penelitian yang telah berkembang. Setiap rancangan dari Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa hal yaitu sebagai berikut :

a) Perencanaan tindakan (planing)

Penelitian Tindakan Kelas yang hendak ditempuh dilakukan sebanyak tiga siklus. Pada perencanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu berupa observasi awal diantaranya :

(1).Mengkaji kurikulum (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) kelas I semester ganjil, khususnya pada mata pelajaran IPA untuk dijadikan objek penelitian yang sesuai dengan waktu penelitian

(2).Merancang dan merumuskan rencana pembelajaran pada tema

“Lingkungan” dengan menggunakan model pembelajaran terpadu type

(22)

(3).Menyusun dan menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS ) untuk masing-masing rencana pembalajaran pada siklus I , II dan siklus III untuk diselesaikan dan dibahas oleh masing-masing kelompok belajar siswa (4).Menyusun dan menyiapkan instrument observasi aktiftas belajar siswa

dan guru selama penggunaan type jaring laba-laba (spider Webbed) dalam mata pelajaran IPA

(5).Menyusun dan menyiapkan lembar evaluasi (tes) untuk masing-masing rencana pelaksanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa.

b) Pelaksanan tindakan (acting)

Jenis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas disusun berdasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh nanti akan berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Selain dari itu juga bahwa pelaksanaan tindakan harus senantiasa berjalan dengan laju perkembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas. Akhirnya segala aktifitas penelitian tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, dan atau menghambat fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga siklus sebagai berikut :

(1).Tindakan siklus 1

IPA

 Menjelaskan kebutuhan tubuh

 Menujukan dan menyebutkan nama makanan-makanan yang sehat

Menjelaskan manfaat makanan-makanan yang sehat

IPS

 Menceritakan kegiatan sehari-hari di rumah

Bahasa Indonesia

 Membedakan berbagai bunyi / suara tertentu secara tepat.

(23)

(2).Tindakan siklus 2

Indiktor yang dibahas pada tindakan kedua adalah

IPA

 Menjelaskan cara hidup sehat

 Menjelaskan pentingnya hidup sehat

IPS

 Menceritakan tentang kegiatan sehari hari di rumah

Bahasa Indonesia

 Menyapa teman, orang lain dengan kalimat yang baik dan cara yang santun.

 Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata –kata dan kalimat sederhana

(3).Tindakan siklus 3

IPA

 Menjelaskan ciri lingkungan sehat dan tidak sehat  Menjelaskan cara menjaga lingkungan agar sehat

 Menjelaskan cara merawat hewan peliharaan dan tanaman

IPS

 Menceritakan pengalaman pergi , di sekolah atau pulang sekolah

Bahasa Indonesia

 Menjiplak /menebalkan berbagai bentuk gambar dan bentuk huruf.

 Menyalin / mencontoh kalimat dari buku atau papan tulis yang ditulis guru dan menyalinnya pada buku sendiri.

c) Pengamatan (observasi)

(24)

atau pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

Kegiatan observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d) Refleksi (reflecting)

Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, hambatan, yang ditemukan, dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Tahapan refleksi ini merupakan tahapan memproses kembali data yang didapat pada saat pengamatan itu dilakukan. Melalui refleksi diharapkan dapat menilai diri dalam penguasaan kelas dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Kegiatan refleksi ini merupakan penyusunan rencana tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

(25)

Merujuk kepada pendapat di atas, maka untuk mendukung dan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah yang bersifat deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu melelui cara-cara sebagai berikut:

1. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran dapat diketahui melalui perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

2. Data hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa 3. Data mengenai aktivitas belajar siswa dan guru melalui lembar observasi

pada saat pembelajaran

4. Data hasil wawancara kepada observer sebagai mitra dalam pelaksanaan penelitian

Selanjutnya dalam pelaksanaan analisis, data yang paling pertama di analisis adalah perencanaan pembelajaran yang merupakan pedoman pelaksanaan kegiatan selama pembelajaran berikut metoda seta teknik evaluasi yang dipergunakan dalam pembelajaran.

Hasil belajar siswa atau evaluasi dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa sehingga diperoleh prosentase hasil yang paling tinggi hingga paling rendah dari setiap siklus. Data hasil evaluasi pembelajaran dianalisis bersama teman sejawat hingga diperoleh prosentase tentang motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

(26)

Sealain data hasil observasi guru dan siswa, data yang perlu diolah dan dianalisis yaitu data evaluasi belajar siswa sebagai gambaran keberhasilan dan sebagai tolak ukur bagi pelaksanaan penelitian pada siklus berikutnya apabila belum menunjukan ketercapaian pembelajaran yang diharapkan dan kemudian data yang perlu di analisis juga data hasil wawancara kepada observer apabila ada hal yang belum tercatat pada instrument observasi.

Dalam mendeskripsikan data-data yang terkumpul, maka peneliti perlu melakukan display data, mereduksi data, mengkalsifikasi data, menginterpretsi data,dan merepleksi data. Secara garis besar kegiatan pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a). Display Data

Display data merupakan tamnampilan semua data dari hasil observasi dan hasil tes belajar secara menyeluruh sebagai bagian analisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan membuat kesimpulan.

b). Reduksi data

Reduksi data yaitu menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan). c). Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan pengelompokan data hasil tes dan observasi yang dilakukan dalam penelitian, dimana data tersebut berguna untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan keterkaitan atau pengaruh dari penerapan model pembelajaran terpadu dengan peningkatan hasil belajar siswa.

d). Interpretasi data

(27)

pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat observer. Temuan data-data penelitian diinterpretasikan dengan merujuk pada landasan teoritik, misalnya salah satu siswa setelah dilakukan post tes di akhir pembelajaran mendapatkan nilai 6 sedangkan KKM yang telah ditentukan 65,00 maka siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut belum tuntas dalam pembelajaran. Penyusun kesimpulan tersebut berdasarkan fakta dari keterkaitan atau pengaruh yang berhubungan dengan proses pembelajaran. e). Refleksi data

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMONDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas I (satu) Sekolah Dasar Negeri Gunung manik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur dengan menerapkan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus ini secara garis besar hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan pada hasil belajar peserta didik juga berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas khusunya pada pembelajaran IPA.

Secara lebih jelas hasil penelitian pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 08 Nopemer 2012, siklus II pada tanggal 22 Nopember 2012, dan siklus III tanggal 29 Nopember 2012. adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) pada mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan IPS kelas I khusunya pada tema Lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed yang dikemas dalam sekenario pembelajaran yang terarah dan sistematis dan didukung dengan materi pembelajaran yang diorganisir secara rinci serta disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa ternyata dapat mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga aktifitas dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan meningkat serta hasil Belajar menjadi semakin baik.

(29)

3. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran

yang menyenangkan melalui metode ceramah ,diskusi dan pemberian tugas secara berkelompok. hal ini dibuktikan dengan siswa masih mengingat langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran terpadu ini. hampir semua yang menjadi poin penilaian mengalami perbaikan, hal ini ditunjukan hasil nilai evalusi pembelajaran pun bisa dikatakan meningkat walaupun sempat mengalamai penurunan pada siklus II, dari data awal 13% menjadi 86 % siswa dari semua siswa kelas I mencapai kriteria ketuntasan dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa hail belajar menjadi meningkat.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba (Spider Webbed) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Pada Tema Lingkungan”

(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran IPA kelas 1 di SD Negeri Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

berdasarkan hasil pemikiran yang telah dilakukan peneliti dan masukan-masukan dari berbagai pihak, peneliti memberikan saran berikut :

1. Model Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba (Spider Webbed) harus dilakukan terutama di kelas rendah khusunya pada pembelajaran IPA pada tema “ligkungan” dan dilengkapi dengan bentuk bahan ajar tematik serta permainan yang bermacam-macam seperti tebak kata berdasarkan gambar tertentu, estapet tongkat atau apa saja sambil bernyanyi ketikan nyayian beerhenti siswa yang memegang tongkat harus melakukan kegiatan yang di intruksikan guru yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang telah di sampaikan sperti menjawab soal atau memperagakan sesuatu kegiatan, dengan permainan seperti ini akan menyenagkan dan menambah semangat belajar bagi siswa

(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. (2006). Peraturan mendiknas no 22 dan 23 tahun 2006. Jakarta:BNSP Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan

(KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Direktoral Tenaga Kepependidikan, Direktoral Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Materi Pelatihan Penguatan Pengawasan Sekolah Pembelajaran Berbasis PIKEM. Jakarta : PMPTK

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Sri Margareta , Hendri Edi dan Sujana Atep. (2006). Konsep Dasar IPA . Bandung : UPI Press

Hermawan, R., Mujono, dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Hadi Subroto,T. (2004).Pembelajaran Terpadu.Jakarta :Universitas Terbuka Kasihani K , dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.Malang:UM Press

Mulyasa,E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis,Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Martin,J . (2011) Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar Dengan Menerapkan model Cooperative Learning Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri Gunung Manik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, Bandung

(32)

Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas:Insan Cendikia Udin, S, dkk . 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung.Upi Pres.

Gambar

Gambar 3.1 :  Kajian Empat Tahap Berdaur.

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan. Observasi mencangkup prosedur perekaman data tentang proses dand. hasil implementasi tindakan

Observasi dilakukan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan I yaitu, ketika ketika belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini yang diamati meliputi aktivitas guru

Observasi merupakan kegiatan untuk mengamati subjek penelitian dan dicatat dalam lembar observasi dari hasil pengamatan terhadap subjek penelitian.. Tujuan dari observasi

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, pelaksanaan proses pembelajaran meliputi pendahuluan, inti dan penutup yang dilakukan selama 2 kali tatap muka. 2)

dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tahap pengamatan yakni suatu proses pengamatan yang dilakukan peneliti kepada siswa mulai dari sistem belajar

Tiap siklus memiliki empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Sebelum pelaksanaan siklus tersebut, peneliti melakukan

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati proses kegiatan pembelajaran dan penerapan metode yang digunakan serta peningkatan hasil belajar

Tahap Observasi Pada saat proses pendampingan peneliti mendapatkan data hasil pengamatan terhadap kegiatan kepala sekolah oleh observer, data hasil observasi guru dan data hasil akhir