PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS I PADA TEMA LINGKUNGAN
(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran IPA kelas 1 di SD Negeri Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pedagogik Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
DENI AHMAD MUNAWAR
NIM. 1007492
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PEDAGOGIK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS I PADA TEMA LINGKUNGAN
(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran IPA kelas 1 di SD Negeri Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)
Oleh
DENI AHMAD MUNAWAR NIM. 1007492
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I,
Dr. Wahyu Sopandi, MA. NIP. 19660525 199001 1 001
Pembimbing II,
Dr.H. Mubiar Agustin, M.Pd. NIP. 19591012 198101 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar
LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWAKELAS I PADA TEMA “LINGKUNGAN”
Oleh
Deni Ahmad Munawar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Deni Ahmad Munawar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Deni Ahmad Munawar, 2013
A B S T R A K
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING LABA-LABA (SPIDER WEBBED) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWAKELAS I PADA TEMA “LINGKUNGAN”
(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran IPA kelas 1di SD Negeri Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur )
Oleh : Deni Ahmad Munawar NIM : 1007492
Penelitian Tindakan Kelas ini di latar belakangi oleh temuan dilapangan dan kajian teoritis. temuan di lapangan pada intinya adalah belum diterpaknnya model pembelajaran terpadu sehiangga berdampak pada hasil Belajar yang kurang optimal pada mata pelajaran IPA kelas I khsuunya di SDN Gunung manik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup tiga pertanyaan pokok, (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu Tipe Spider Webbed )pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran terpadu Tipe Spider Webbed, pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. (3) Apakah hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan model pembelajaran terpadu Tipe Spider Webbed
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA di sekolah dasar dengan menerapkan model Pembelajara Terpadu Type Spider Webbed dan diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, peneliti, guru maupun sekolah
.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan sistem siklus. Instrumen dan pengumpulan data yang utama adalah observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, hasil evaluasi belajar, dan wawancara, serta dokumen dimana pedomannya dirancang secara khusus untuk kepentingan penelitian ini. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam tiga siklus tindakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan model pembelajaran Terpadu terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA SD kelas I terutama dalam meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Deni Ahmad Munawar, 2013
menyenangkan dan bermakna terutama praktisi pendidikan seperti guru, kepala sekolah, serta peneliti lainnya.
ABSTRACT :
APPLYING OF INWROUGHT LEARNING MODEL Of FORM
SPIDER WEBBED TO INCREASE RESULT OF FIRST
GRADE LEARNING
AT THEME ”AREA”( Research Of Action Natural Sciences Learning At First Grade In Elementary School Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur )
Research of Action of This class in background overshadows by finding field and theoretical study. finding in field at its the core is have not been applied it study model have not inwrought of sehiangga affects at result studyr which less optimal at subject Natural Sciences first grade it aspecialy in SDN. Gunung Manik
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
This research internal issue formula include;covers three fundamental questions, ( 1) How inwrought study planning at environmental theme by applying inwrought study model of Tipe Spider Webbed ) at class student I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. ( 2) How execution of inwrought study at environmental theme by applying inwrought study model of Tipe Spider Webbed, at class student I SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. ( 3) Does learning result Elementary School at First Grade student in SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur at theme ”area” can be improved through inwrought study by applying inwrought study model of Tipe Spider Webbed This research aim to increase result of learning Natural Sciences in elementary school by applying model Pembelajara Terpadu Type Spider Webbed and expected to earns is of benefit to student, researcher, teacher and also school. Research method applied is method Classroom Action Research with cycle system. main Instrument and data collecting is observation of teacher and student, student spread sheet, result of evaluation of learning, and interview, and document where its the guidance is designed peculiarly for the sake of this research. Research of Action of This class done in three action cycles.
Based on result of research, applying of inwrought study model of effective proven to increase result of learning Natural Sciences in elementary school at First grade especially in increasing of Lerning student activity.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK ………
i
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...
D. Hipotesis Tindakan...
E. Definisi Operasional ...
F. Model Penelitian...
KAJIAN TEORITIS TENTANG PENERAPAN
PEMBELAJARAN TERPADU BENTUK JARING
LABA-LABA ………
A. Mata Pelajaran IPA ...
B. Pembelajaran terpadu ...
C. Penerapan Pembelajaran terpadu ...
D. Rancangan Pembelajaran terpadu ...
BAB III
BAB IV
BAB V
Belajar...
F. Hasil Penelitian yang relevan Terkait Penerapan
Pembelajaran terpadu...
E. .Teknik Pengumpilan dan Pengolahan Data...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita
harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang
utuh (holistik). Seperti halnya dalam pembelajarkan IPA di kelas 1 SD, guru
harus mampu memahami hubungan antara konsep secara keseluruhan secara
sederhana dan memperhatikan karakteristik siswa itu sendiri. Oleh karena itu,
pembelajaran di jenjang sekolah SD terutama kelas 1, harus memperhatikan
karakteristik siswa yang akan mengahayati pengalaman belajar sebagai satu
kesatuan yang holistik.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam khususnya
proses pembelajaran IPA belum sesuai dengan tuntutan kurikulum,
karakteristik dan kebutuhan siswa serta karakteristik belajar IPA, dalam
kurikulum 2006. IPA berfungsi untuk memberitahu tentang alam secara
sistematis, menguasai pengetahuan fakta, konsep, proses penemuan, dan
memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA mengarahkan siswa untuk mencari
tahu dan berbuat sehingga dapat memperoleh pemahaman yang berlebih juga
berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari,
IPA sekolah dasar harus memperhatikan kebutuhan anak.
Kenyataan di lapangan pembelajaran terpadu bentuk tematik (spider
Webbed) kurang dipahami sehingga dalam proses pembelajaran di kelas 1 dan
2 kurikulum 2006 (KTSP) di Sekolah Dasar masih terpisah berdasarkan mata
pelajaran sehingga pembelajaran terpadu dengan bentuk tematik belum
diterapkan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut bertolak belakang
dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu
sebagai suatu keutuhan (holistic), sehingga pembelajaran yang menyajikan
mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mendorong anak
bagi peserta didik. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk
memperbaiki proses pembelajaran sehingga Semaua mata pelajaran dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Model pembelajaran
yang cocok dengan tuntutan kurikulum 2006 dan karakteristik siswa kelas 1
yaitu model pembelajaran pendekatan tematik. Tema yang diangkat dalam
model pembelajaran terpadu bentuk tematik (spider webbed) penuh dengan
konsep-konsep yang baik dengan berbagai disiplin. Tema yang terpilih
menjadi pokok pembelajaran siswa, melalui tema siswa mempelajari
konsep-konsep dari suatu atau lintas bidang studi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam menemukan solusi
atas permasalahan yang dihadapi di kelas I SDN Gunungmanik Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur tersebut adalah dengan melakukan penelitian
tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran terpadu pada tema “Lingkungan” memadukan IPA, Bahasa Indonesia dan pengetahuan Sosial, dengan penerapan model pembelajarn terpadu bentuk Tematik (spider
webbed) diharapkan akan menghasilkan kegiatan proses belajar dan mengajar
yang menyenangkan dan bermakna.
Proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas I
cenderung lebih banyak mengembangkan aspek kognitif dan terpisah
sehingga aspek keterampilan proses dan pemupukan sikap ilmiah terabaikan.
banyak ditemui fenomena-fenomena seperti kurangnya antusias siswa
terhadap materi yang sedang disampaikan, aktivitas belajar siswa tidak
maksimal dan kurangnya kepercayaan diri siswa dalam mengeluarkan ide-ide
yang menghangatkan susana pembelajaran, sementara itu alat tes yang kerap
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan seringkali hanya mengukur kemampuan pengetahuan siswa saja.
Ditambah dengan rendahnya prestasi siswa ini terlihat jumlah peserta didik
kelas I tahun pada pelajaran 2011/2012 yang mengikuti remedial karena tidak
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 yang di tetapkan pada
menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan adalah
13% dari jumlah peserta didik kelas I sehingga perlu ditingkatkan pada tahun
pelajaran selanjutnya.
Rendahnya kesiapan belajar peserta didik disinyalir karena jumlah
rombongan belajar pada dalam satu kelas melebihi ketentuan dengan Latar
belakang peserta didik yang beragam, dalam artian sebagian peserta didik
berasal dari pendidikan TK/PAUD dan sebagaian besar berasal dari rumah
tangga. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang
telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman
Kanak-Kanak
Selain itu masih kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan
kerjasama antar siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebebkan
karena kurangnya kemempuan guru dalam merancang sekenario pembelajaran
yang sesuai dengan materi pembelajaran dan keadaan siswa kelas I.
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan, pembelajaran di
SDN Gunungmanik Kecamnatan Cibeber khususnya kelas I belum
menerapkan model pembelajaran yang dapat memeprmudah pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
Berdasarkan fakta tersebut maka perlu dilakukan peningkatan proses
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain memperbaiki
kegiatan pembalajaran yang selama ini berlangsung dengan menciptakan
kegiatan pembelajaran yang lebih efektif, menari dan menyenangkan
disesuaikan dengan karakteristik anak, dengan harapan dapat membangun
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa, maupun antar siswa
dengan siswa. guru dalam pelaksanaan pembelajaran hanya bertindak sebagi
pembimbing dan fasilitator, hal ini dimaksudkan agar informasi yang diterima
mengadakan perubahan pembelajaran adalah dengan penerapan Model
Pembelajaran Terpadu bentuk tematik (Spider Webbed).
Pembelajaan Terpadu bentuk spider webed adalah pembelajaran
tepadu yang menjadikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema sebagai
keterkaiatan materi dari beberapa materi pokok sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema merupakan ide atau gagasan yang
menjadi bahan pemebicaraan dalam menjelaskan materi keuntungan, di
antaranya:
1. Siswa dengan mudah dapat memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu,
2. Siswa mempelajari pengetahuan dalam pengembangannya antar mata
pelajaran dalam suatu tema ;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih bersifat menyeluruh dan
mempunyai kesan serta menyenangkan ;
4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
Terpadudapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata
pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan
siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran Terpadu antara lain: a)
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih
dalam pelaksanaan pembelajaran Terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa; c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; d) Membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa; e) Menyajikan kegiatan belajar
yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
siswa dalam lingkungannya; dan f) Mengembangkan keterampilan sosial
siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini,
akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (a) Dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan, (b) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan
tujuan akhir, (c) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. (d) Dengan
adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat,
Pembelajaran terpadu bentuk tematik (Spider Webbed) merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa kelas rendah
(yaitu: siswa kelas I, II dan III) di Sekolah Dasar. Konsep pembelajaran
tematik telah tercantum di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan). Di dalam KTSP tersebut dijelaskan bahwapembelajaran
tematik adalah pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan
perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga dapat memperoleh pemahaman
baik secara konseptual maupun praktikal (Sukayati, 2004:8).
Menurut Siskandar (2003:45) bagi guru SD kelas rendah (kelas I, II,
dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret,
pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran
untuk siswa kelas I, II, dan III menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat
kontekstual dengan dunia anak-anak.
Dalam kaitan ini peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran
tematik pada mata pelajaran Khususnya IPA pada tema ”lingkungan” , dengan
peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran dapat dikemas dengan
tema atau topik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
penelitian yang menjadi fokus tindakan dalam upaya perbaikan proses dan
hasil pembelajaran, yaitu:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan
dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring
Laba-Laba (Spider Webbed )pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik
Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan
dengan menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring
Laba-Laba (Spider Webbed ), pada siswa kelas I SD Negeri Gunung
Manik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
3. Apakah hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa
Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan
model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider
Webbed )
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakana Kelas yang akan dilakukan ini adalah
untuk mengetahui atau megungkap :
1. Perencanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan
menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba
(Spider Webbed )pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa
Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
2. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tema lingkungan dengan
menerapkan model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba
(Spider Webbed ), pada siswa kelas I SD Negeri Gunung Manik Desa
Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
3. Hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa Cibokor
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan model
pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider Webbed )
4. Peningkatan hasil belajar siswa kelas I di SD Negeri Gunung Manik Desa
Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Pada tema Lingkungan
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran terpadu dengan menerapkan
model pembelajaran terpadu bentuk (Tipe) Jaring Laba-Laba (Spider
Webbed )
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini antara lain:
a) Bagi peserta didik
Melalui Penerapan model pembelajaran Terpadu, peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang beragam sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada tema : Lingkungan .
Melalui penelitian ini, guru dapat meningkatkan kinerja professional seperti yang tertuang dalam Permendiknas No.16
Tahun 2007 yaitu mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif.
c) Bagi lembaga
Hasil akhir penelitian berkontribusi bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, juga menghasilkan model bahan ajar
Terpaduyang disusun oleh guru yang dapat dimanfaatkan dan
disosialisasikan kepada guru-guru lainnya yang berada di sekolah.
d) Bagi lingkungan masyarakat
Memberikan kontribusi dan menambah khasanah kajian penelitian pendidikan.
D. Hipotesis Tindakan
Dalam suatu penelitian diperlukan hipotesis tindakan yang akan
digunakan sebagai anggapan dasar agar penelitian tersebut memiliki landasan
yang kuat dengan pokok-pokok penelitian yang jelas serta aspek-aspek yang
tegas. Berdasarkan pernyataan diatas, ditetapkan hipotesis tindakan sebagai
berikut
1. Pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed
dapat meningkatkan hasil belajar IPA, Bahasa Indonesia dan IPS
sehingga dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa
2. Pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed
merupakan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam
memberi pengalaman belajar secara utuh yang saling terkait dalam
beberapa mata pelajaran, serta dapat memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi siswa sehinga menciptakan hubungan yang akrab
antara siswa dengan guru.
Dalam penelitian ini perlu didefinisikan beberapa istilah agar tidak
terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mendefinisikan istilah-istilah
yang berkaitan dengan judul penelitian. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Model Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba (Spider Webbed)
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
Tematik (Fogarty, 1991 dalam Memunah: 2011). Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah
tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan
memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu
dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung.
2. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah menerima pengalaman belajar. Mengenai definisi tentang
hasil belajar, (Soedijarto 1997 dalam Jhoni Martin : 2011) mengatakan
bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pebelajar
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar yang diukur dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini pada dasarnya meliputi dua aspek, yang pertama
adalah aspek kognitif berupa penguasaan peserta didik terhadap
konsep-konsep dan yang kedua adalah aspek keterampilan proses.
3. Tema lingkungan merupakan Materi IPA dalam ruang Ruang lingkup
Makhluk hidup dan proses kehidupan yang terdiri dikembangkan menjadi
dua sub tema yaitu “Menjaga Lingkungan” dan “lingkungan Sehat dan Tidak Sehat”. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan segala makhluk hidup, makhluk tak hidup, serta manusia dengan segala
perilakunya, yang saling berhubungan secara timbal balik, jika ada
perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya.
Adapun Lingkaungan yang di maksud dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
meliputi lingkungan sehat dan tidak sehat yang di kemas dalam sebuah
F. Meodel Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang berkaitan pendidikan serta dilaksanakan di dalam sebuah
kelas. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas yaitu sebagai upaya untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan PTK dengan meneliti
suatu kelompok siswa di dalam kelas. Sebagai mana yang dipaparkan oleh
Nazir (2005:54) bahwa definisi dari pendekatan deskriptif dalam suatu penelitian adalah “ Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang “. ( Dikutip oleh Ihat. H an Rudi.S, 2006:95 dalam Jhoni M: 2011).
Whitney dalam Nazir (2005:54) yang dikutif oleh Ihat H dan Rudi S
(2006:95 dalam Jhoni.M : 2012) menjelaskan bahwa definisi metode
deskriptif adalah “pencaraian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penilaian
deskriptif memepelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungnan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengarh-pengaruh dari suatu penomena“.
Penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dimaksud merupakan kajian
yang bersifat reflektif dan sistematik oleh pelaku tindakan yang ditujukan
untuk memekai tindakan yang telah dilakukan selama proses pebelajaran, serta
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
Definisi tentang penelitian tindakan kelas ( PTK ) dapat dijelaskan
menurut Stephen Kemmis yang dikutif oleh Tim Pelatih proyek PGSM
mengemukakan pandangannya bahwa :
memeperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana peraktek-peraktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical).” (PGSM, 1999:6 dalam Jhoni M : 2011)
Untuk lebih jelas dalam memahami PTK kita pelajari definisi yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Carr (1986) kedua penulis ini mengemukakan bahwa “ Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk tinddakan kelas yang bersifat reflektif yang dilakukan untuk memperbaiki pekerjaanya serta
memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan
(Kemmis&Carr, 1986 dalam Kasihani K, 2006:9)
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Kemis & Carr tersebut
sangat jelas bahwa subjek dalam pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas
adalah guru, guru harus lebih memahami pekerjaannya sebagai guru serta
memahami apa yang harus dilakukan di dalam kelas. Sehingga dengan
melakukan penelitian guru dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan dalam
melakukan pekerjaannya sebagai pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan guru
yang berhubungan langsung dengan tugas di lapangan ketika melakukan
proses pembelajaran, guru sebagai praktisi langsung yang menerpakan model
, pendekatan ataupun metode temuan baru yang dianggap dapat memperbaiki
proses pembelajaran dan hasil belajar, dengan tujuan berusaha untuk
mengungkapkan penyebeb berbagai permasalahan pembelajaran yang
dihadapi, seperti masalah kesulitan belajar ataupun hasil belajar yang kurang
memenuhi standar, dan yang lebih penting penting lagi adalah penelitian
tindakan kelas bertujuan untuk memberi jalan kelura berupa tindakan-tindakan
perbaikan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran.
Selanjutnya dalam pelaksanaannya PTK ini terdiri dari beberapa
siklus, setiap siklus merupakan suatu proses pengkajian yang berdaur
(cyclical),terdiri dari 4 tahap yaitu :
2. Tindakan ( action)
3. Pengamatan ( observation)
4. Refleksi ( reflection )
Keempat tahapan tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini
Gambar 3.1 : Kajian Empat Tahap Berdaur.
Setelah dilakukan refleski atau perenungan yang mencakup analisis,
sistesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil
tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru yang perlu mendapat
perhatian, sehingga pada gilirannya dilakukan perencanaan ulang, tindakan
ulang dan pengamatan ulang serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus, dan untuk
setiap siklusnya memilki empat fase di atas. Siklus penelitian tindakan kelas
dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Permasalahan Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Apabila Permasalahan Dilanjutkan
Permasalahan Perencanaan Tindakan III Tindakan III Pelaksanaan
Refleksi I Pengumpulan Data I Pengamatan/
Refleksi II Pengumpulan Data II Pengamatan/
Refleksi III Pengumpulan Data III Pengamatan/
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I Melakukan Tindakan
Mengamati/observasi Merefleksi
Gambar 3.2 : Siklus Penelitian dalam PTK. (Kasihani.K 2006:6)
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan ini dilakukan di SD Negeri Gunung manik
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Penelitian dilaksanakan di kelas I
dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan
17 orang siswa perempuan.
C. Instrument Penelitian
Adapun instrument penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)
Perencanaan pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan
pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian perencanaan
pembelajaran memiliki banyak fungsi antara lain : sebagai pedoman atau
panduan kegiatan, menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai alat
control, dan sebagai alat evaluasi.
Perencanaan pembelajaran merupakan penterjemahan oprasional
dalam kurikulum yang ditetapkan, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan
terlihat dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian antara kurikulum,
perencanaan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran serta hasil yang dicapai
mempunyai hubungan yang sangat erat, sistematis dan merupakan suatu
kesatuan sang saling terkait.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran harus memperhatikan
beberapa prinsif antara lain : sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sesuai
dengan lingkungan yang ada, sesuai dengan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan, memperrhitungkan waktu, sistematis serta fleksibel.
sebelum pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dan acuan
langkah-langkah serta sekenario dalam pelaksanaan tindakan.
2. Observasi atau pengamatan
observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. (Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui proses mengamati, masih dalam sumber sama
(Nasution dalam Sugiyono 2006:310 ),
Kegiatan observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini bersifat
observasi partisipasi lengkap, dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam
kegiatan subjek penelitian sebagai sumber data. Pengamatan dilakukan ketika
peneliti melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dalam suasana yang
natural. Dikatakan natural karena peneliti tidak terlihat sedang melakukan
penelitian. Peneliti dan observer/ kolaborator bekerjasama untuk melihat dan
mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mendapatkan
informasi tentang gambaran aktifitas belajar mengajar dari awal hingga akhir
pembelajaran. Selanjutnya dianalisis dalam diskusi balikan sesudah tampilan
pembelajaran selesai.
Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biken dalam Danim
(2002:126 dalam Jhoni.M:2011 ), maka peneliti dan mitra ( observer ) akan
mengamati kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan sabar, hati-hati,
sistematik, teliti, dan mencoba untuk memahami situasi yang nampak selama
kegiatan penelitian serta mengembangkan kepercayaan baik kepada mitra
penelitian maupun kepada siswa sebagai subjek penelitian dan sumber data
utama agar memperoleh lebih banyak informasi atau data yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya dalam tahap observasi ini adalah guru/ peneliti
dan observer mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil
pengamatan yang berupa kekurangan atau keberhasilan kemudian peneliti dan
mendiskusikan langkah-langkah berikutnya. Jurnal tersebut dijadikan sebagai
bahan refleksi diri bagi peneliti untuk mengungkap aspek respon siswa
terhadap pengembangan model pembelajaran terpadu dalam pembelajaran,
situasi pembelajaran, kekurang puasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan, metode belajar yang disukai siswa, dan kemampuan
peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyengkan. Dalam jurnal/ catatan lapangan ini dideskripsikan pula
komentar-komentar yang menafsirkan semua yang terjadi berdasarkan
persepsi peneliti. Kolaborator mencatat kegiatan guru/ peneliti dalam proses
pembelajaran tersebut dalam lembar atau pedoman observasi. Tujuan dari
observasi ini untuk mengontrol apakah tindakan yang dilakukan telah sesuai
dengan perencanaan yaitu untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terpadu , sehingga
bila ada ketidaksesuaian dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya.
3. Test hasil belajar
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tes yang digunakan adalah
tes objektif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
terhadap penguasaan pokok bahasan kebutuhan tubuh Tes awal berupa tes
lisan sebagai ukuran pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran yang
akan disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran terpadu, dan tes
akhir yaitu berupa tes tulisan sebagai hasil pembelajaran setelah penerapan
model pembelajaran terpadu , sedangkan selama proses pembelajaran
menggunakan tes subjektif, yaitu tes berupa penilaian terhadap aktifitas siswa
selama mengkuti proses pembelajaran. Alat tes disusun berdasarkan urutan
materi pembelajaran yang disampaikan.
4. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dan dilaksanakan secara lisan dalam peretmuan tatap muka
secara individual maupun secara kelompok. Sebelum melakukan wawancara
digunakan adalah wawancara terbuka atau tidak terstruktur. Wawancara
dilakukan oleh peneliti kepada observer setelah pembelajaran selasai dengan
menggunakan wawancara terbuka secara spontan atas kegiatan pembelajaran
yang telah berlangsung.
Adapun menurut Hopkins dalam Wiriaatmaja ( 2005:117 ) wawancara
adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari
sudut pandang yang lain. Sedangkan menurut Stainback dalam Sugiono (
2006:318 ) melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan/sumber data yang menginterpretasikan situasi
dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan dalam observasi.
Kegiatan wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi
dari mitra peneliti/observer mengenai tanggapan, pendapat, dan persepsi
observer terhadap pengembangan model pembelajaran terpadu untuk melihat
apakah siswa sudah mampu meningkatkan kerjasama, apakah siswa sudah
dapat merespon pembelajaran dengan baik dan apakah siswa sudah mampu
memaknai dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang didapatnya
serta apakah pemebelajaran Terpadu telah dilakukan peneliti sesuai dengan
pembelajaran yeng telah direncanakan.
D. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti harus
mengikuti langkah-langkah (prosedur) tertentu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
Rencana PTK akan diwakili dari masalah yang dirasakan atau disadari
oleh guru sebagai praktisi dari PTK itu sendiri, masalah yang dirasakan
terkadang belum jelas dan guru merasa kebingungan, oleh karena itu guru
harus merefleksikan terlebih dahulu agar masalah menjadi semakin jelas,
masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba melakukan memfokuskan gagasan tersebut”.
Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi masalah, paling tidak
ada beberapa yang perlu diperhatikan diantaranya : (a) masalah yang akan
diteliti atau pertanyaan yang ingin dijawab, (b) metode penelitian atau cara
yang akan ditempuh untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut,
dan (c) alasan mengapa penelitian itu dilakukan.
2. Menganalisis Masalah
Masalah yang telah diidentifikasi perlu dianalisis agar masalah
menjadi pasti atau tidak kabur, menganalisis bisa dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang refleksi, dan dapat pula
dengan mengkaji ulang dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau
bahan ajar yang disampaikan oleh guru.
Secara umum diketahui bahwa masalah merupakan gejala yang timbul
oleh sejumlah sebab. Dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu pendidikan,
suatu masalah umumnya disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Mengingat
terdapat berbagai keterbatasan seperti waktu, dana, tenaga, dan kemampuan,
maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti.
Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas
permasalahan dengan jelas yang memungkinkan peneliti mengidentifikasi
faktor mana saja yang termasuk dalam lingkup permasalahanyang akan
dibahas, dan faktor mana yang tidak. Semua ini bergantung dari jenis masalah
yang diidentifikasi oleh peneliti sendiri. Dengan pembatasan masalah ini maka
permasalahan akan menjadi jelas dan memungkinkan peneliti dapat
merumuskan masalah dengan baik.
3. Merumuskan Masalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, maka langkah selanjutnya adalah
guru perlu merumuskan masalah tersebut secara lebih jelas, spesifik dan
atau peneliti untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang
perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur
perekamannya serta cara menginterpretasikannya atau pemaknannya. Ketidak
berhasilan dalam merumuskan masalah yang pokok beserta faktor penyebab
utamanya akan mengakibatkan pemecahan masalah yang diperoleh hanya
berada di permukaan dan bersifat sementara.
Perumusan masalah merupaka tonggak terakhir dalam penyusunan
kompnen masalah penelitian. Perumusan masalah adalah upaya untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin
dicarikan jawabannya. Walaupun secara teoritis belum ada aturan yang
berlaku tentang perumusan masalah, namun ada semacam pedoman yang
dapat dipakai sebagai acuan.
4. Merumuskan Hipotesis Tindakan
Secara umum, hipotesis tindakan adalah jawaban sementara atas
masalah yang hendak dipecahkan. Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dipecahkan haruslah
mempergunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam
mengkaji persoalan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan.
Sehubungan dengan itu, sebelum mengajukan hipotesis, peneliti wajib
mengkaji teori-teori, hasil-hasil penelitian, dan pendapat para ahli yang
relevan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian tidak dibenarkan
jika sorang peneliti dapat mengajukan hipotesis secara asal-asalan.
Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari pengkajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban
terhadap masalah penelitian yang dianggap paling mungkin dan paling tinggi
kebenarannya. Namun demikian, hipotesis tetap merupakan kebenaran yang
masih lemah, apabila diartikan menurut kebahasaan, hipo berarti dibawah, dan
tesis berarti kebenaran, atau secara lengkapnya yaitu jawaban sementara atas
Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, perumusan hipotesis
dilakukan setelah rumusan masalah selesai dengan dua kemungkinan.
Pertama, jika peneliti telah merasa yakin atas kebenaran rumusan masalah,
dan yakin pula pada alternatif pemecahannya, maka mereka dapat secara
langsung merumuskan hipotesis tindakan ( action hypotesis ). Perumusan
hipotesis tindakan bersifat longgar sesuai dengan sifat permasalahannya,
kemampuan dan pengalaman peneliti, serta kelayakan tindakan yang
dihipotesiskan. Kedua, jika peneliti masih kurang yakin akan kebenaran
rumusan masalahnya, dan merasa perlu menggunakan pendekatan naturalistik
yang senantiasa terbuka terhadap tuntutan perubahan, maka perubahan
hipotesis tindakannya juga bersifat tentative.
Rumusan hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat
dimodifikasi atau bahkan diganti dengan hipotesis yang lain apabila pada
tahap-tahap yang lebih lanjut ternyata hipotesis tersebut kurang layak atau
peluang keberhasilannya sangat kecil sehingga perlu diperbaiki atau diganti
dengan hipotesis yang baru agar sesuai dengan lapangan penelitian.
Paling tidak terdapat cirri-ciri dalam penyusunan hipotesis yang baik
akan menjadi acuan dalam menentukannya, diantaranya :
a) Hippotesis dinyatakan pada kondisi tertentu
b) Hipotesis tidak bertentangan dengan teori yang telah mapan
c) Hipotesis harus mempunyai kekuatan mendapat penjelasan suatu gejala
d) Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti variable-veriabelnya dapat
diukur secara cermat dengan menggunakan alat ukur yang dibuat peneliti.
5. Melaksanakan tindakan
Dalam melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
harus membuat desain penelitian atau rancangan penelitian. Penyusunan
desain penelitian dapat dilakukan dengan memilih salah satu model rancangan
penelitian yang dikembangkan oleh para pakar penelitian yang telah
berkembang. Setiap rancangan dari Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari
a) Perencanaan tindakan (planing)
Penelitian Tindakan Kelas yang hendak ditempuh dilakukan
sebanyak tiga siklus. Pada perencanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu
berupa observasi awal diantaranya :
(1).Mengkaji kurikulum (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar)
kelas I semester ganjil, khususnya pada mata pelajaran IPA untuk
dijadikan objek penelitian yang sesuai dengan waktu penelitian
(2).Merancang dan merumuskan rencana pembelajaran pada tema “Lingkungan” dengan menggunakan model pembelajaran terpadu type jaring laba-laba (spider Webbed) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA
(3).Menyusun dan menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS ) untuk
masing-masing rencana pembalajaran pada siklus I , II dan siklus III untuk
diselesaikan dan dibahas oleh masing-masing kelompok belajar siswa
(4).Menyusun dan menyiapkan instrument observasi aktiftas belajar siswa
dan guru selama penggunaan type jaring laba-laba (spider Webbed)
dalam mata pelajaran IPA
(5).Menyusun dan menyiapkan lembar evaluasi (tes) untuk masing-masing
rencana pelaksanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk
mengukur hasil belajar siswa.
b) Pelaksanan tindakan (acting)
Jenis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas disusun
berdasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang
diperoleh nanti akan berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang
optimal. Selain dari itu juga bahwa pelaksanaan tindakan harus senantiasa
berjalan dengan laju perkembangan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Akhirnya segala aktifitas penelitian tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran, dan atau menghambat fokus pencapaian tujuan
pembelajaran yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga
(1).Tindakan siklus 1 IPA
Menjelaskan kebutuhan tubuh
Menujukan dan menyebutkan nama makanan-makanan yang sehat
Menjelaskan manfaat makanan-makanan yang sehat IPS
Menceritakan kegiatan sehari-hari di rumah Bahasa Indonesia
Membedakan berbagai bunyi / suara tertentu secara tepat.
Siswa dapat menirukan bunyi/ suara tertentu seperti kendaraan atau suara benda
(2).Tindakan siklus 2
Indiktor yang dibahas pada tindakan kedua adalah IPA
Menjelaskan cara hidup sehat
Menjelaskan pentingnya hidup sehat IPS
Menceritakan tentang kegiatan sehari hari di rumah Bahasa Indonesia
Menyapa teman, orang lain dengan kalimat yang baik dan cara yang santun.
Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata –kata dan kalimat sederhana
(3).Tindakan siklus 3 IPA
Menjelaskan cara merawat hewan peliharaan dan tanaman IPS
Menceritakan pengalaman pergi , di sekolah atau pulang sekolah
Bahasa Indonesia
Menjiplak /menebalkan berbagai bentuk gambar dan bentuk huruf.
Menyalin / mencontoh kalimat dari buku atau papan tulis yang ditulis guru dan menyalinnya pada buku sendiri.
c) Pengamatan (observasi)
Pada tahap observasi ini dilakukan perekaman data yang meliputi
proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan observasi
atau pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar
dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
Kegiatan observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan
pedoman observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk melihat hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil observasi
merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi
terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun
rencana dan tindakan selanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
d) Refleksi (reflecting)
Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah, hambatan, yang ditemukan, dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Tahapan
refleksi ini merupakan tahapan memproses kembali data yang didapat pada
saat pengamatan itu dilakukan. Melalui refleksi diharapkan dapat menilai
diri dalam penguasaan kelas dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang
harus diperbaiki. Kegiatan refleksi ini merupakan penyusunan rencana
E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting, sumber dan
cara. Menurut Sugiono ( 2006: 308 dalam Jhoni.M:2011) bila dilihat dari
setingnya, data dapat dikumpulkan pada seting alamiah ( natural setting )
misalnya di sekolah. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data ( sumber primer ) atau sumber yang tidak langsung
memberikan data. Misalnya melalui orang lain atau dokumen ( sumber
skunder ). Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tekniknya, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, test dan wawancara
Merujuk kepada pendapat di atas, maka untuk mendukung dan
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik
pengumpulan data yang akan digunakan adalah yang bersifat deskriptif
kualitatif yang dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini yaitu melelui cara-cara sebagai berikut:
1. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran
dapat diketahui melalui perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat oleh guru.
2. Data hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa
3. Data mengenai aktivitas belajar siswa dan guru melalui lembar observasi
pada saat pembelajaran
4. Data hasil wawancara kepada observer sebagai mitra dalam pelaksanaan
penelitian
Selanjutnya dalam pelaksanaan analisis, data yang paling pertama di
analisis adalah perencanaan pembelajaran yang merupakan pedoman
pelaksanaan kegiatan selama pembelajaran berikut metoda seta teknik evaluasi
Hasil belajar siswa atau evaluasi dianalisis berdasarkan ketentuan
belajar siswa sehingga diperoleh prosentase hasil yang paling tinggi hingga
paling rendah dari setiap siklus. Data hasil evaluasi pembelajaran dianalisis
bersama teman sejawat hingga diperoleh prosentase tentang motivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Dari semua data yang masuk dalam pelaksanan Penelitian Tindakan
Kelas akan dijadikan referensi oleh peneliti dalam rangka memeproleh
gambaran peningkatan hasil belajar siswa serta aktivitas siswa khususnya pada
pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Terpadu. Adapun
data untuk mengetahui kegiatan guru atau praktisi penelitian dan kegiatan
siswa dapat dilihat dari data hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran (terlampir).
Sealain data hasil observasi guru dan siswa, data yang perlu diolah dan
dianalisis yaitu data evaluasi belajar siswa sebagai gambaran keberhasilan dan
sebagai tolak ukur bagi pelaksanaan penelitian pada siklus berikutnya apabila
belum menunjukan ketercapaian pembelajaran yang diharapkan dan kemudian
data yang perlu di analisis juga data hasil wawancara kepada observer apabila
ada hal yang belum tercatat pada instrument observasi.
Dalam mendeskripsikan data-data yang terkumpul, maka peneliti perlu
melakukan display data, mereduksi data, mengkalsifikasi data, menginterpretsi
data,dan merepleksi data. Secara garis besar kegiatan pengolahan data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a). Display Data
Display data merupakan tamnampilan semua data dari hasil
observasi dan hasil tes belajar secara menyeluruh sebagai bagian analisis,
mensintesis, memaknai, menerangkan, dan membuat kesimpulan.
b). Reduksi data
Reduksi data yaitu menemukan dan mengelompokkan makna
pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan setiap
Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan
maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,
sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk
atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
c). Klasifikasi Data
Klasifikasi data merupakan pengelompokan data hasil tes dan
observasi yang dilakukan dalam penelitian, dimana data tersebut berguna
untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan keterkaitan atau pengaruh
dari penerapan model pembelajaran terpadu dengan peningkatan hasil
belajar siswa.
d). Interpretasi data
Interpretasi data merupakan kesimpulan berdasarkan fakta yang
ada. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat observer. Temuan
data-data penelitian diinterpretasikan dengan merujuk pada landasan teoritik,
misalnya salah satu siswa setelah dilakukan post tes di akhir pembelajaran
mendapatkan nilai 6 sedangkan KKM yang telah ditentukan 65,00 maka
siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut belum tuntas dalam
pembelajaran. Penyusun kesimpulan tersebut berdasarkan fakta dari
keterkaitan atau pengaruh yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
e). Refleksi data
Refleksi data merupakan analisis proses, masalah, hambatan, yang
ditemukan, dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan. Refleksi ini merupakan tahapan memproses
kembali data yang didapat pada waktu melakukan pengamatan. Melalui
refleksi diharapkan dapat mengevaluasi diri sejauh mana penguasaan serta
pengelolaan kelas juga untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan yang
Deni Ahmad Munawar, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMONDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas
I (satu) Sekolah Dasar Negeri Gunung manik Kecamatan Cibeber Kabupaten
Cianjur dengan menerapkan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed
yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus ini secara garis besar hasil penelitian
ini menunjukan adanya peningkatan pada hasil belajar peserta didik juga
berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas khusunya pada pembelajaran
IPA.
Secara lebih jelas hasil penelitian pada siklus I yang dilaksanakan pada
tanggal 08 Nopemer 2012, siklus II pada tanggal 22 Nopember 2012, dan
siklus III tanggal 29 Nopember 2012. adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) pada mata pelajaran IPA,
Bahasa Indonesia dan IPS kelas I khusunya pada tema Lingkungan
dengan menerapkan model pembelajaran terpadu type Spider Webbed
yang dikemas dalam sekenario pembelajaran yang terarah dan sistematis
dan didukung dengan materi pembelajaran yang diorganisir secara rinci
serta disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa ternyata dapat
mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga
aktifitas dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan meningkat
serta hasil Belajar menjadi semakin baik.
2. Peningkatan dalam aktivitas pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru dan siswa, diantaranya keberanian pada siswa mulai
nampak dan terarah mental siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara
Deni Ahmad Munawar, 2013
guru dalam pembelajaran bertindak sebagai fasilitator, motifator,
kolaborator dalam membentu kegiatan-kegiatan pembelajaran siswa.
3. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran terpadu
type Spider Webbed siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran
yang menyenangkan melalui metode ceramah ,diskusi dan pemberian
tugas secara berkelompok. hal ini dibuktikan dengan siswa masih
mengingat langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran terpadu ini. hampir
semua yang menjadi poin penilaian mengalami perbaikan, hal ini
ditunjukan hasil nilai evalusi pembelajaran pun bisa dikatakan meningkat
walaupun sempat mengalamai penurunan pada siklus II, dari data awal
13% menjadi 86 % siswa dari semua siswa kelas I mencapai kriteria
ketuntasan dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa hail belajar
menjadi meningkat.
B. Rekomendasi
Setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk Penerapan Model
Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba (Spider Webbed) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Pada Tema Lingkungan”
(Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran IPA kelas 1 di SD Negeri
Gunungmanik Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)
berdasarkan hasil pemikiran yang telah dilakukan peneliti dan
masukan-masukan dari berbagai pihak, peneliti memberikan saran berikut :
1. Model Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba (Spider Webbed)
harus dilakukan terutama di kelas rendah khusunya pada pembelajaran
IPA pada tema “ligkungan” dan dilengkapi dengan bentuk bahan ajar tematik serta permainan yang bermacam-macam seperti tebak kata
berdasarkan gambar tertentu, estapet tongkat atau apa saja sambil
bernyanyi ketikan nyayian beerhenti siswa yang memegang tongkat harus
melakukan kegiatan yang di intruksikan guru yang ada kaitannya dengan
Deni Ahmad Munawar, 2013
memperagakan sesuatu kegiatan, dengan permainan seperti ini akan
menyenagkan dan menambah semangat belajar bagi siswa
2. Guru harus mengedepankan sekenario belajar yang menyenangkan
dengan gaya atau karakter / khas yang dimiliki guru itu, sendiri, melalui
penerapan metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai, tidak
memaksakan kegiatan belajar yang memang kurang diminati peserta didik
Selain itu guru kelas I, II dan tiga khususnya dan umumnya semua guru
kelas diharapkan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran
terpadu dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar yang diharapkan
3. Untuk meningkatkan efktifitas dan kualitas peembelajaran hendaknya
sekolah khusunya kepala sekolah mendukung upaya-upaya guru dalam
menerapkan model pembelajaran terpadu sebagai langkah inovasi
memperbaiki hasil belajar serta siswa khususnya dan pendidikan pada
umumnya. Sekolah harus dapat membantu guru untuk dapat meningkatkan
kulaitas pengajarannya dengan cara memberikan berbagai latihan
keterampilan mengajar atau dalam bentuk seminar baik di sekolah maupun
di luar sekolah. Sekolah juga hendaknya dapat melaksanakan Model
Pembelajaran Terpadu menjadi salah satu bagian dari pengembangan
kurikulum yang dikembangkan pada lingkungan satuan pendidikan
sendiri. Namun demikian Penelitian ini pun belum sampai pada tahap
pengembangan model dan uji coba untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa di sekolah, sehingga masih diperlukan penelitian lanjutan untuk
mengembangkan model dan uji coba yang meningkatkan motivasi belajar
siswa dari berbagai indikator, serta penelitian dengan subjek yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
BNSP. (2006). Peraturan mendiknas no 22 dan 23 tahun 2006. Jakarta:BNSP
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.
Direktoral Tenaga Kepependidikan, Direktoral Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Materi Pelatihan Penguatan Pengawasan Sekolah Pembelajaran
Berbasis PIKEM. Jakarta : PMPTK
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Jakarta : Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan
(KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.
Sri Margareta , Hendri Edi dan Sujana Atep. (2006). Konsep Dasar IPA . Bandung : UPI Press
Hermawan, R., Mujono, dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.
Hadi Subroto,T. (2004).Pembelajaran Terpadu.Jakarta :Universitas Terbuka
Kasihani K , dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.Malang:UM Press
Mulyasa,E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan
Praktis,Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Martin,J . (2011) Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Di Sekolah
Dasar Dengan Menerapkan model Cooperative Learning Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri Gunung Manik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, Bandung
Maemunah , S (2011) Penerapan Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan
Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas:Insan Cendikia
Udin, S, dkk . 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung.Upi Pres.